DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4 :
Kami selaku penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena
itu, saran dan kritik sangat dibutuhkan untuk penyempurna makalah dimasa yang akan
datang. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kita
semua
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................1
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................1
BAB I.................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN...............................................................................................................................2
Latar Belakang..............................................................................................................................2
BAB III...............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.................................................................................................................................3
Definis............................................................................................................................................3
Etiologi...........................................................................................................................................4
Tanda dan Gejala Klinis................................................................................................................4
Patofisilogi penyakit......................................................................................................................5
Pemeriksaan diagnostik................................................................................................................6
Penatalaksanaan...........................................................................................................................7
Konsep Asuhan Keperawatan Anak.............................................................................................8
BAB III.............................................................................................................................................25
PENUTUP.......................................................................................................................................25
Kesimpulan..................................................................................................................................25
Daftar Pustaka.................................................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Difteri adalah salah satu penyakit yang sangat menular, dapat dicegah
dengan imunisasi, dan disebabkan oleh bakteri gram positif
Corynebacterium diptheriae strain toksin. Penyakit ini ditandai dengan
adanya peradangan pada tempat infeksi, terutama pada selaput mukosa
faring, laring, tonsil, hidung dan juga pada kulit.
Manusia adalah satu-satunya reservoir Corynebacterium diptheriae.
Penularan terjadi secara droplet (percikan ludah) dari batuk, bersin, muntah,
melalui alat makan, atau kontak langsung dari lesi di kulit. Tanda dan gejala
berupa infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) bagian atas, adanya nyeri
tenggorok, nyeri menelan, demam tidak tinggi (kurang dari 38,5º C), dan
ditemui adanya pseudomembrane putih/keabu-abuan/kehitaman di tonsil,
faring, atau laring yang tak mudah lepas, serta berdarah apabila diangkat.
Sebanyak 94 % kasus Difteri mengenai tonsil dan faring.
Pada keadaan lebih berat dapat ditandai dengan kesulitan menelan,
sesak nafas, stridor dan pembengkakan leher yang tampak seperti leher
sapi (bullneck). Kematian biasanya terjadi karena obstruksi/sumbatan jalan
nafas, kerusakan otot jantung, serta kelainan susunan saraf pusat dan ginjal.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada anak dengan kasus Difteri
C. Tujuan
Tujuan umum Menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan kasus
Difteri
BAB III
PEMBAHASAN
A. Definis
Difteri adalah suatu penyakit infeksi akut yang sangat menular yang
terjadi secara kocak pada mukosa saluran pernapasan atau kulit, yang di
sebabkan oleh basil gram positif Cornynebacterium dipthheria, di tandai oleh
terbentuknya eksudat yang berbentuk membran pada tempat infeksi dan di
ikuti oleh gejala-gejala umum yang ditimbulkan oleh eksotoksin yang di
produksi oleh basil ini (Sudoyo Aru,dkk 2009)
Orang-orang yang beresiko terkena penyakit ini :
1. Tidak mendapat imunisasi atau imunisasinya tidak lengkap
2. Immunocopromised, seperti : Sosial ekonomi yang rendah pemakai obat
imunosupresif, penderita HIV, diabetes melitus, pecandu alcohol dan
narkotika
3. Tinggal pada tempat-tempat padat, Seperti : rumah tahanan, tempat
penampungan
4. Sedang melakukan perjalanan (travel) ke daerah-daerah yang sebelum nya
merupakan daerah edemik difteri(1).
B. Etiologi
Disebabkan oleh Cornynebacterium dipthheria, bakteri gram positif yang
bersifat polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora, aerobic, dan
dapat memproduksi eksotoksin ( Sudoyo Aru dkk 2009)
Klasifikasi penyakit difteri secara klinis adalah menurut lokasinya :
1. Difteri Nasal Anterior
2. Difteri Nasal Posterior
3. Difteri Fausial ( Farinks)
4. Difteri Laryngeal
5. Difteri Konjungtiva
6. Difteri kulit
7. Difteri vulva/Vagina
Menurut tigkat keparahannya:
1) Infeksi ringan, apabila apabila pseudomembrane hanya terdapat pada
mukosa hidung dengan gejala hanya pilek dan nyeri sewaktu menelan
2) Infeksi sedang, apa bila pseudomembrane telah menyerang sampai gading
dan laring sehingga keaadan pasien terlihat lesu dan agak sesak
3) Infeksi berat, apabila terjadi Sumbatan nafas yang berat dan adanya gejala-
gejala yang di timbulkan oleh eksotoksin seperti miokarditis, paralisis dan
nefritis(1).
Obstruksi saluran
Penyumbatan Penurunan curah Gangguan menelan
napas
Jalan napas jantung
F. Penatalaksanaan
Tindakan umum
1) Perawatan tirah baring selama 2 Minggu dalam ruang isolasi
2) Memperhatikan intake cairan dan makanan. Bentuk makanan di sesuaikan
dengan toleransi, untuk hal ini dapat di berikan makanan lunak, saring/cair,
bila perlu sonde lambung jika ada kesukaran menelan (terutama pada
Paralisis palatum Mille dan otot-otot faring).
3) Pastikan kemudahan defakasi jika perlu berikan obat-obat pembantu
defakasi (klims,laksanaia,stool softener) untuk mencegah megengedan
berlebihan.
4) Bila anak gelisah beri sedatif berupa diazepam/luminal 5. Pemberian
antitusif untuk mengurangi batuk(difteri laring) 6. Bila ada tanda-tanda
obstruksi jalan nafas segera berikan Oksigen atau trakeostomi
Tindakan Spesifik
1) Serum Anti Difteri (SAD)
Dosis diberikan berdasarkan atas luasnya membran dan beratnya penyakit
disisi 40.000 IU untuk difteri sedang, yakni luas membran menutupi
sebagian/seluruh tonsil secara unilateral/bilateral. Dosis 80.000 IU untuk
difteri berat yakni luas membran menutupi sehingga melewati tonsil, meluas
ke uvula, palataum molle dan dinding faring Dosis 120.000 IU untuk difteri
sangat berat, yakni ada bull sirkulasi dan kasus lanjut. SAD diberikan dalam
dosis tunggal melalui IV dengan cara melarutkan nya dalam 200cc NaCl
0,9%. Pemberian selesai dalam waktu 2 jam(sekitar 34 tetes/menit)
2) Antibiotik
Penicillin prokain diberikan 100.000 IU/kg BB selama 10 hari, maksimal 3
gram/hari Eritromisin (bila alergi PP) 50 mg/kg BB Secara oral 3-4 kali/hari
selama 10 hari
3) Kortikosteroid
Diindikasikan pada difteri berat dan sangat berat (membran luas, komplikasi
bull neck). Dapat di berikan prednison 2 mg/kg BB/hari Selama 3 Minggu
atau deksametason 0,5-1 mg/kg BB/hari secara IV (terutama untuk
toksemia)(2).
1. Biodata
a. Umur
Biasanya terjadi pada anak-anak umur 2-10 tahun dan jarang ditemukan
pada bayi berumur dibawah 6 bulan dari pada orang dewasa diatas 15
tahun
b. Suku bangsa
Dapat terjadi diseluruh dunia terutama di negara-negara miskin
c. Tempat tinggal : Biasanya terjadi pada penduduk di tempat-tempat
pemukiman yang rapat-rapat, higien dan sanitasi jelek dan fasilitas
kesehatan yang kurang
2. Keluhan Utama
Klien mengalami anoreksia
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengalami demam yang tidak terlalu tinggi, lesu, pucat, sakit kepala,
anoreksia
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengalami peradangan kronis pada tonsil, sinus, faring, laring, dansaluran
nafas atas dan mengalami pilek dengan sekret bercampur darah
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya keluarga yang mengalami difteri
6. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Jumlah asupan nutrisi kurang disebabkan oleh anoreksia
b. Pola aktivitas Klien mengalami gangguan aktivitas karena malaise dan
demam
c. Pola istirahat dan tidur
Klien mengalami sesak nafas sehingga mengganggu istirahat dan tidur
d. Pola eliminasi
Klien mengalami penurunan jumlah urin dan feses karena jumlah asupan
nutrisi kurang disebabkan oleh anoreksia
7. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital
Nadi : meningkat
Tekanan darah : menurun
Respirasi rate : meningkat
Suhu : ≤ 38°C
b. Inspeksi : Lidah kotor, anoreksia, ditemukan pseudomembran
c. Auskultasi : Napas cepat dan dangkal
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan terhadap apus tenggorokan dan uji schick di laboratorium.
b. Untuk melihat kelainan jantung, bisa dilakukan pemeriksaan EKG.
9. Penatalaksanaan
Penderita diisolasi sampai biakan negatif 3 kali berturut-turut setelah
masa akut terlampaui. Kontak penderita diisolasi sampai tindakan-tindakan
berikut terlaksana :
a. Biakan hidung dan tenggorok
b. Sebaiknya dilakukan tes schick (tes kerentanan terhadap diphtheria)
c. Diikuti gejala klinis setiap hari sampai masa tunas terlewati.
B. Klasifikasi Data
Analisa data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan
data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan
cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang
ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang
digunakan dengan cara menarasikan jawaban – jawaban dari penelitian yang
diperoleh dari hasil interprestasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk
menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik analisi digunakan dengan cara
observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilakan data untuk
selanjutnya diinterprestasikan oleh peneliti dibandingkan teori yang ada
sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.
1. Pengumpulan data.
Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi,
dokumen). hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian
disalin dalam bentuk transkip. Data yang dikumpulkan terkait
dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan,
tindakan/implementasi, dan evaluasi.
2. Mereduksi data
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan
lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkip. Data yang terkumpul
kemudian dibuat koding yang dibuat oleh peneliti yang mempunyai
arti tertentu sesuai dengan optik penelitian yang diterapkan. Data
obyektif dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik
kemudian dibandingkan nilai normal.Penyajian data dapat dilakukan
dengan tabel, gamabar, bagan maupun teks naratif. Kerahasiaan
dari responden dijamin dengan jalan mengaburkan identitas
responden.
3. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan
dibandingkan dengan hasil – hasil penelitian terdahulu dan secara
teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan
denagn metode induksi.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
Edukasi:
10. Anjurkan Asupan cairan
2000ml/hari
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran
,mukolitik, jika perlu
Pemantauan Respirasi
Observasi:
1. Monitor frekuens,i irama,
kedalaman dan upaya napas
2. Monitor pola napas
3. Monitor kemampuan batuk
efektif
4. Monitor adanya produksi sputum
5. Monitor adanya sumbatan jalan
napas
6. Auskultasi bunyi napas
7. Monitor saturasi oksigen
8. Monitor nilai AGD
Terapeutik:
9. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
10. Dokumentasikan hasil
pemeriksaan
Kolaborasi:
6. Kolaborasi pemberian obat (mis.
Analgesik,antiematik) sesuai
indikasi
Pencegahan Aspirasi
Observasi:
1. Monitor tingkat kesadaran,
batuk, muntah, dan kemampuan
menelan
2. Monitor status pernapasan
3. Monitor bunyi napas, setelah
makan/minum
4. Periksa residu faster sebelum
memberi asupan oral
5. periksa kepatenan selang
nasogastrik, sebelum memberi
asupan oral
Terapeutik
6. Lakukan penghisapan Jalan
Napas, jika produksi sekret
meningkatkan
7. Sediakan suction di ruangan
8. Hindari memberi makan melalui
selang hastreostinal, jika residu
banyak
berikan obat dalam bentuk cair
Terapeutik:
13. Posisikan pasien semi Fowler
atau Fowler dengan kaki
kebawah atau pos
14. Berikan diet jantung yang
sesuai (mis. Batasi asupan
kafein, natrium, kolesterol dan
makanan tinggi lemak
15. Gunakan stocking elastis atau
pneumatik intermiten, sesuai
indikasi
16. Fasilitas pasien dan keluarga
untuk modifikasi gaya hidup
sehat
17. Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stres, jika perlu
18. Berikan dikungkungan
emosional dan spiritual
19. Berikan Oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
Edukasi
20. Anjurkan beraktivitas fisik
sesuai toleransi
21. Anjurkan beraktivitas fisik
secara bertahap
22. Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur berat badan harian
23. Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur intake dan autput
cairan harian
Kolaborasi:
24. Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
25. Rujuk ke program rehabilitasi
jantung
Terapeutik:
8. Pertahankan tirah baring minimal
12 jam
9. Pasangan akses intravena
10. Puaskan hingga bebas nyeri
11. Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi ansietas dan stres
12. Sediakan lingkungan yang
kondusif untuk beristirahat dan
pemilihan
13. Siapakan menjalani intervensi
koroner perkiraan, jika perlu
14. Berikan dukungan emosional
dan spiritual
Edukasi:
15. Anjurkan segera melaporkan
nyeri dada
16. Anjurkan menghindari manuver
vaksava (mis, mengedan saat
BAB atau batuk)
17. Jelaskan tindakan yang di jalani
pasien
18. Ajarkan teknik menurunkan
kecemasan dan ketakutan
Kolaborasi:
19. Pemberian antiplatelet, jika perlu
20. Kolaborasi pemberian antiangina
(mis, nistrogliserin, Beta blocker,
calcium channel blocker)
21. Kolaborasi pemberian morfin
Jika perlu
22. Kolaborasi pemberian inotropik,
jika perlu
23. Kolaborasi pemberian obat untuk
mencegah manuver vaksava
(mis.pelunak tinja, antiematik)
24. Kolaborasi pencegahan trombus
dengan anti koagulan, jika perlu
25. Kolaborasi pemeriksaan X-ray
dada, jika perlu
D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah di susun.
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah proses sistematis untuk menilai kualitas, nilai,
kelayakan suatu asuhan keperawatan. Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses
keperawatan tetapi bukan merupakan akhir dari proses karena informasi yang
diperoleh saat evaluasi digunakan untuk memulai silkus baru. Dalam proses
keperawatan eveluasi merupakan aktivitas yang direncanakan, terus-menerus,
dilakukan petugas kesehatan menentukan kemajuan pasien terhadap outcome yang
dicapai, keefektifan rencana keperawatan. Evaluasi dimulai dan pengkajian dasar dan
dilanjutkan selama setiap kontak antara perawat dan pasien. Frekuensi evaluasi
tergantung pada frekuensi kontak perawat dengan keadaan yang dialami pasien atau
kondisi yang dieveluasi. Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai masalah
keperawatan telah teratasi, atau tidak teratasi atau dengan mengacu pada kriteria
evaluasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Difteri merupakan salah satu penyakit toksik yang berbahaya dan menular
(Contagious Disease). Penyakit ini diakibatkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium
Diphtheriae, yakni kuman yang menginfeksi saluran pernafasan, terutama bagian tonsil,
nasofaring (bagian antara hidung dan faring/tenggorokan) dan laring. Difteri dapat
menular melaui beberapa hal seperti kontak hubungan dekat, melalui udara yang
tercemar oleh penderita yang akan sembuh, serta melalui batuk dan bersin dari si
penderita. Kebanyakan penderita difteri adalah anak-anak yang berusia di bawah 15
tahun dengan usia rentan yakni 2-10 tahun, dan dalam beberapa kejadian kasus difteri
berakibat fatal hingga menimbulkan kematian. Selain menjaga kebersihan lingkungan
pemberian vaksin defteri saat imunisasi merupakan salah satu upaya dari menghindari
serangan virus ini
Daftar Pustaka
1. Nurafif A, Kusuma H. APLIKASI KEPERAWATAN BERDASARKAN DIAGNOSA MEDIS &
NANDA NIC-NOC. Jilid 1. Yudha, Budi, Oskar, editors. Jogyakarta: mediaaction; 2015.
199 p.