M DENGAN PPOK DI
JL. PERINTIS KEMERDEKAAN VI KOTA MAKASSAR
2117008
A. Latar Belakang
Istilah CARA atau Chronic Aspecific Respiratory Affections
mencangkup semua penyakit saluran napas yang bercirikan penyumbatan
(obstruksi) bronchi disertai pengembangan mukosa dan sekreesi dahak
berlebihan. Penyakit-penyakit tersebut meliputi berbagai bentuk penyakit
beserta peralihannya, yakni asma,bronchitis kronis dan enfisema paru atau
PPOK.
PPOK menempati urutan ketiga dari kematian penduduk di negri
Belanda (setelah Penyakit Jantung dan Pembuluh (PJP) dan kanker). Juga
secara global mortalitas akibat gangguan ini meningkat, sedangkan
kematian karena penyakit kardiovaskuler menurun. Menurunkan angka
kematian dari COPD/PPOK merupakan salah satu tujuan dari “Global
initiative for chronic obstructive lung disease (GOLD) “ suau organisasi
dari WHO dan US National heart, Lung and Blood Institute.
Berkaitan dengan farmakoterapi bagi cara pemilihan terapi yang
baik salah satunya adalah tatalaksana terapi sesuai alogaritma terapi
dengan meminimalkan efek samping. Sehingga untuk mengetahui
pemilihan tatalaksana terapi yang sesuai diperlukan pemahaman lebih
lanjut mengenai penyakit PPOK ini baik itu meliputi etiologi,
patofisiologi, klasifikasi, gejala dan tanda serta alogaritma terapinya.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan PPOK, etiologi dan
patofisiologidari PPOK
2. Untuk mengetahui pengklasifikasian PPOK, gejala dan tanda PPOK
3. Untuk mengetahui tatalaksana terapi dan KIE PPOK
4. Untuk mengetahui pengkajian salah satu kasus pasien PPOK
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Defenisi PPOK
Menurut WHO yang dituangkan dalam Global Initiative for
Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) tahun 2001 dan di-update
tahun 2005, Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) atau
penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) didefenisikan sebagai penyakit
yang dikarakteristir oleh adanya obstruksi saluran pernafasan yang
tidak reversibel sepenuhnya. Sumbatan aliran udara ini umunya
bersifat progresif dan berkaitan dengan responinflamasi abnormal
paru-paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya. Beberapa rumah
sakit di Indonesia ada yang menggunakan istilah PPOM (Penyakit
Paru Obstruksi Menahun) yang merujuk pada penyakit yang sama.
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran
udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau
reversibel parsial.
Menurut PDPI (Persatuan Doktr Paru Indonesia) PPOK adalah
penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di
saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel
parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau
gabungan keduanya.
PPOK terdiri dari Bronchitis kronis dan emfisema atau
gabungan keduanya. Bronchitis kronis adalah kondisi dimana terjadi
sekresi mucus berlebihan ked alam cabang bronkus yang
bersifat kronis dan kambuhan, disertai batuk yang terjadi pada hampir
setiap hari selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun untuk 2 tahun
berturut-turut. Sedangkan emfisema adalah kelainan paru-paru yang
dikarakterisir oleh pembesaran rongga udara bagian distal sampai
keujung bronkiole yang abnormal dan permanent, disertai dengan
kerusakan dinding alveolus. Pasien pada umumnya mengalami kedua
gangguan ini, dengan salah satunya dominan.
S
umber: anonim, Openi, 2014.
4. Gagal Jantung
Terutama kor pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit
paru), harus diobservasi terutama pada klien dengan dispnea berat.
Komplikasi ini sering kali berhubungan dengan bronkitis kronis,
tetapi klien dengan emfisema berat juga dapat mengalami masalah
ini.
5. Kardiak Disritmia
Timbul karena hipoksemia, penyakit jantung lain, efek obat
atau asidosis respiratori
6. Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asma
bronkial. Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam
kehidupan, dan sering kali tidak berespons terhadap terapi yang
biasa diberikan. Penggunaan otot bantu pernapasan dan distensi
vena leher sering kali terlihat pada klien dengan asma.
I. Discharge Planning
1. Evaluasi kesiapan untuk pulang. Faktor yang di kaji adalah sebagai
berikut :
a. Status pernafasan yang stabil
b. Masukan nutrisi dan pertumbuhan yang adekuat
c. Kebutuhan obat yang stabil
d. Rencana pengobatan medis yang realistik untuk di rumah
e. Orang tua dan memberi asuhan lain dapat memberi peralatan
yang dilakukan
f. Sarana dirumah dan monitor yang diperlukan disediakan
g. Orang tua memiliki dukungan sosial dan finansial yang
dibutuhkan
h. Keperluan perawatan dirumah dan istirahat disediakan
2. Beri instruksi pemulangan kepada orang tua seperti berikut :
a. Penjelasan tentang penyakit
b. Bagaimana memantau tanda tanda distres pernafasan dan
masalah medis lainnya
c. Kebutuhan makan perorangan
d. Kebutuhan bayi sehat
e. Kapan harus memanggil dokter
f. Bagaimana melakukan resusitasi jantung paru
g. Penggunaan peralatan dirumah dan pemantauan
h. Bagaimana memberi dan memantau efek pengobatan
i. Pencegahan infeksi
j. Pentingnya daerah bebas rokok
k. Aktivitas perkembangan yang tepat
l. Pengenalan isyarat stress dan interaksi pada bayi
m. Sumber di komunitas dan sarana pendukung yang ada.
3. Lakukan program tindak lanjut untuk memantau kebutuhan
pernafasan, nutrisi, perkembangan, dan kebutuhan khusus lainnya
yang sifatnya terus menerus.
a. Bantu orang tua membuat janji kunjungan pemeriksaan tindak
lanjut yang pertama, beri catatan tertulis tentang kapan janji
itu harus dilaksanakan
b. Buat rujukan untuk kunjungan keperawatan di rumah sesuai
yang dibutuhkan bayi dan keluarga (Mansjoer,2000)
J. Pathway
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
I. IDENTIFIKASI
A. PASIEN
Nama initial : Tn. M
Umur : 22 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : belum menikah
Jumlah anak : -
Agama/suku : Islam/Obi
Warga Negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pendidikan : kuliah
Pekerjaan : mahasiswa
Alamat rumah : jl. Perintis kemerdekaan VI
√ Kuat Lemah
C. PENGUKURAN
1. Lingkar lengan atas : cm
2. Tinggi badan : 162 cm
3. Berat badan : 51 kg
4. IMT : 20,48 kg/m²
Kesimpulan : IMT dari pasien termasuk dalam kategori
normal menurut WHO (18,50-24,99)
D. GENOGRAM
Keterangan :
: Laki- laki : tinggal serumah
: Perempuan : Pasien
X : meninggal
5) Pemeriksaan fisik:
a). Kebersihan rambut : bersih
b) Kulit kepala : bersih
c) Kebersihan kulit :
d). Higiene rongga mulut : berbau rokok
e) Kebersihan genitalia : tidak dikaji
f) Kebersihan anus : tidak dikaji
Observasi : tampak air galon klien masih banyak semenjak 3 hari yang
lalu beli air, tampak klien juga baru bangun tidur, klien juga
menghabiskan porsi makan yang di beli di warung yaitu nasi dan ayam
bakar, setelah makan klien minum air 1 gelas sedang dan langsung
merokok 1 batang.
3) Pemeriksaan fisik:
a) Keadaan rambut : kering
b) Hidrasi kulit : kering (karena hanya di
dalam ruang ber-AC dank klien jarang tepapar matahari pagi)
c) Palpebra/conjungtiva : Anemis (pucat)
d) Sclera : berwarna putih
e) Hidung : lubang hidung simetris
f) Rongga mulut : tidak ada stomatitis
g) Gusi : berwarna merah kehitaman
h) Gigi : terdapat karang gigi
i) Kemampuan mengunyah keras : klien bisa mengunyah
keras
j) Lidah : berwarna coklat di ujungnya
k) Pharing : tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid
l) Kelenjar getah bening :-
m) Kelenjar parotis :-
n) Abdomen :-
- Inspeksi : -
- Auskultasi : -
- Palpasi : -
- Perkusi : asites positif negatif
n) Kulit
- Edema : Positif √ negatif
- Ikterik : negatif √ positif
o) Lesi: -
5. Pemeriksaan diagnostik :
a) Laboratorium : -
b) USG : -
c) Lain-lain : -
4) Terapi : -
C. POLA ELIMINASI
1. Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan proses BAB/BAK.
Dalam sehari klien BAB 1x dan BAB sekitar 5-6x.
4. Pemeriksaan fisik
a) JVP : -
Kesimpulan : -
b) Perfusi perifer pembuluh kuku : -
c) Thorax dan pernapasan :
- Inspeksi :
Bentuk thorax : barrel chest/seperti tong
karena adanya udara yang
terperangkap diruang paru-
paru dan tidak bisa di
keluarkan
Sianosis : -
Stridor :
- Palpasi : ekspansi dada meningkat
Vocal fremitus : -
- Perkusi √: sonor redup pekak.
Batas paru hepar :
Kesimpulan :
- Auskultasi :
Suara napas :
Suara ucapan :
Suara tambahan : wheezing
d) Jantung
- Inspeksi :
Ictus cordis :
- Palpasi :
Ictus cordis :
- Perkusi :
Batas atas jantung :
Batas kanan jantung :
Batas kiri jantung :
- Auskultasi :
Bunyi jantung II A :
Bunyi jantung II P :
Bunyi jantung I T :
Bunyi jantung I M :
Bunyi jantung II irama gallop:
Murmur :
HR : x/menit
Bruit : Aorta :
A. Renalis :
A. Femoralis :
e) Lengan dan tungkai
- Atrofi otot : positif negatif
- Rentang gerak :
4. Pemeriksaan fisik :
a) penglihatan :
- Cornea : putih
- Visus :
- Pupil : mengecil saat terang dan membesar saat
gelap
- Lensa mata :
- Tekanan Intra Okuler (TIO) :
b) Pendengaran :
- Pina :
- Kanalis :
- Membran timpani :
- Tes pendengaran :
c) N. I :
d) N.II :
e) N.V :
f) N.VII :
g) N.VIII :
h) Test Romberg :
5. Pemeriksaan diagnostik :
a) laboratorium :
b) Lain-lain :
c) Therapi :
4. Pemeriksaan fisik :
a) Kelainan bawaan yang nyata : tidak ada
b) Abdomen :
Bentuk :
Bayangan vena :
Benjolan massa :
c) Kulit : lesi kulit :
d) Penggunaan protesa :
3. Observasi :
Tampak teman-teman klien juga perokok dan penghisap vape
I. POLA REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS
1. Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan bahwa sudah mengalami mimpi basah semasa
SMP.
3. Observasi :
4. Pemeriksaan fisik : -
5. Pemeriksaandiagnostik : -
a). Laboratorium : -
b) lain-lain : -
6. Therapi : -
3. Observasi :
Tampak klien sering main game online dan juga merokok.
4. Pemeriksaan fisik :
a) Tekanan darah :
Berbaring : mmHg
Duduk : 90/80 mmHg
Berdiri : mmHg
DS DO
1. Klien mengatakan merasa sesak 1. klien tampak sesak napas
sesak kambuh
C. Analisa data
3. Klien mengatakan 2.
terasa sesak
4. Klien mengatakan
sampai 2 hari
D. Intervensi Keperawatan
No SDKI SLKI
1. Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan selama Latihan Batu
tidak efektif berhubungan 3x24 jam diharapkan bersihan jalan Observasi :
dengan sekresi yang napas meningkat (L.01001) dengan Ident
tertahan kriteria hasil : Mon
1. Wheezing dari indicator 3 (sedang) Mon
menjadi indicator 4 (cukup salur
menurun). Terapeutik :
2. Gelisah dari indicator 3 menjadi 4 Atur
3. Pola napas dari indicator 3 menjadi 4 Pasan
pasie
Buan
Edukasi :
Jelas
efekt
Anju
hidun
selam
dari m
(dibu
Anju
dalam
Anju
setela
Edukasi Ak
Obseravasi
2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan selama
Iden
berhubungan dengan 3x24 jam diharapkan gangguan pola
kem
penyakit paru obstruksi tidur (L.05045) dapat membaik dengan
Terapeutik :
kronik kriteria hasil :
Sedi
1.
peng
(sedang) menjadi indicator 4
Jadw
kese
Beri
dan
Edukasi :
Jela
aktiv
(cukup meningkat) Anju
2. kelo
indicator 3 menjadi 4 aktiv
3. Anju
indicator 3 menjadi 4 dan
Ajar
kebu
sesa
Ajar
dan
kem
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi untuk
mengurangi bunyi wezing s
batuk yang dirasakan klien
S:.
klien mengatakan semalam
angguan pola Rabu, 17 4. Rabu, 17
kesulitan untuk tidur
dur maret (sedang) menjadi indicator 4 (cukup maret 2021
klien mengatakan puas
rhubungan 2021 meningkat) jam
tidurnya
ngan penyakit jam Hasil : klien mengatakan dengan 13.00
klien mengatakan istir
ru obstruksi 12.50 mengurangi rokok klien bisa tertidur
sudah cukup
onik pulas dan tidak terlalu merasa sesak
O:
5.
klien tampak tidak meng
menjadi 4
dan tidak mengantuk
Hasil : klien mengatakan merasa puas
tampak palpebral klien m
dengan tidurnya tadi malam karena bisa gelap
lebih awal. A:
6. Masalah teratasi P :
indicator 3 menjadi 4 P:
Hasil : klien mengatakan merasa Pertahankan Intervensi
istirahatnya cukup