Anda di halaman 1dari 31

BAB IV

SUBYEK, OBYEK, LINGKUNGAN, DAN LEMBAGA PENDIDIKAN

MAKALAH LANDASAN KEPENDIDIKAN

Dosen Pengampu : Dr. Gufron Abdullah, M. Pd.

Oleh

1. Mita Ristya Pratiwi NPM. 20510286


2. Yeni Puspasari NPM. 20510282

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN (S2)

PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI SEMARANG

TAHUN 2021
BAB IV

SUBYEK, OBYEK, LINGKUNGAN, DAN LEMBAGA PENDIDIKAN

MAKALAH LANDASAN KEPENDIDIKAN

Untuk memenuhi salah satu persyaratan mata kuliah

Landasan Kependidikan

Dosen Pengampu : Dr. Gufron Abdullah, M. Pd.

Oleh

1. Mita Ristya Pratiwi NPM. 20510286


2. Yeni Puspasari NPM. 20510282

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN (S2)

PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI SEMARANG

i
TAHUN 2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Subyek,

Obyek, Lingkungan dan Lembaga Pendidikan" dengan baik.

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah

Landasan Kepemimpinan yang diampu oleh Dr. Gufron Abdullah, M. Pd.

Makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang subyek, obyek,

lingkungan, dan lembaga pendidikan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Dengan selesainya penulisan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Dr. Gufron Abdullah, M. Pd selaku Dosen

Pengampu Mata Kuliah Landasan Kependidikan.

2. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami

harapkan demi kesempurnaan karya berikutnya.

Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi dunia pendidikan

pada umumnya dan pembaca pada khususnya.

Semarang, Mei 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pendidik............................................................................................... 4
B. Anak Didik........................................................................................... 8
C. Lingkungan Pendidikan....................................................................... 12
D. Pendidikan Jalur Formal, Nonformal dan Informal............................. 18
E. Hubungan diantara Tripusat Pendidikan.............................................. 18
F. Lingkungan Makro Pendidikan............................................................ 19
BAB III PENUTUP
A. Simpulan............................................................................................... 20
B. Saran...................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku

seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam proses pendidikan sangat diperlukan

komponen-komponen pendidikan. Komponen pendidikan berarti bagian-

bagian dari sistem pendidikan yang menentukan berhasil dan tidaknya atau

ada dan tidaknya proses pendidikan. Komponen-komponen utama dalam

sistem pendidikan di antaranya adalah subyek dan obyek pendidikan serta

lingkungan dan lembaga pendidikan. Pelaksanaannya saling berkaitan satu

sama lain.

Proses pendidikan tidak terlepas dari peran pendidik dan peserta didik

itu sendiri. Berhasil tidaknya pendidikan diantaranya ditentukan oleh kedua

komponen tersebut. Mulai dari kemapanan ilmu pengetahuan pendidik

sampai kemampuan pendidik dalam menguasai obyek pendidikan, berbagai

syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik, motivasi belajar peserta

didik, kepribadian peserta didik dan tentu saja pengetahuan awal yang

dikuasai oleh peserta didik, agar hasil yang direncanakan tercapai semaksimal

mungkin. Inilah pentingnya pengetahuan tentang subyek dan obyek

pendidikan.

Salah satu tujuan pendidikan adalah membentuk karakter manusia

sebagaimana yang diinginkan. Karakter ini akan terbentuk oleh berbagai

1
2

faktor, diantaranya adalah lingkungan. Orang berbeda karakternya,

disebabkan oleh karena mereka tumbuh dilingkungan yang berbeda. Dengan

begitu peran lingkungan sangat besar dalam membentuk perilaku seseorang.

Sedangkan lembaga pendidikan baik informal, nonformal, maupun

formal adalah tempat transfer ilmu pengetahuan dan budaya. Melalui praktik

pendidikan, peserta didik diajak untuk memahami bagaimana sejarah atau

pengalaman budaya dapat ditransformasikan dalam zaman kehidupan yang

akan mereka alami serta mempersiapkan mereka dalam menghadapi

tantangan dan tuntutan yang ada di dalamnya.

Untuk memahami dan mempelajari lebih lanjut tentang subyek dan

obyek pendidikan, serta lingkungan dan lembaga pendidikan, maka perlu

disusunnya makalah ini agar pendidik mampu mendidik dengan profesional

sehingga tujuan pendidikan tercapai dengan sempurna.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian dari subyek, obyek, lingkungan, dan lembaga

pendidikan?

2. Apa saja peran subyek, obyek, lingkungan, dan lembaga pendidikan

dalam pendidikan?

3. Apa saja bentuk-bentuk lingkungan dan lembaga pendidikan?


3

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah

ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian dari subyek, obyek, lingkungan, dan

lembaga pendidikan.

2. Untuk mengetahui peran subyek, obyek, lingkungan, dan lembaga

pendidikan dalam pendidikan.

3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk lingkungan dan lembaga

pendidikan.
4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendidik

Dalam pendidikan, yang disebut pendidik adalah orang dewasa yang

susila atau manusia yang telah menjadi pribadi seutuhnya atau manusia yang

berbudaya. Hal ini sejalan dengan definisi pendidikan yang mengatakan

bahwa pendidikan adalah proses pendewasaan anak muda yang belum dewasa

(Langeveld), atau definisi pendidikan menurut Drijarkara, yaitu

“memanusiakan manusia (hominisasi) melalui pembudayaan (humanisasi).

Mendidik adalah memberikan apa yang dimiliki, mentransfer (transmisi dan

transformasi) nilai-nilai, yaitu nilai kedewasaan, kesusilaan, kepribadian atau

kemanusiaan, dan kebudayaan. Hanya orang yang memiliki nilai-nilai

tersebut yang mampu memberikan nilai-nilai sebagai tindakan mendidik.

Orangtua adalah pendidik pertama dan utama yang memperoleh

otoritas mendidik langsung dari Allah sendiri, sebagai hak dasar atau hak

asasi manusia. Hal ini sebagai konsekuensi dari anak yang mereka lahirkan.

Karena orangtua tidak mungkin melakukan pendidikan seutuhnya kepada

anak, demi memenuhi kebutuhan hidupnya secara wajar sesuai dengan

tuntutan perkembangan jaman (IPTEKS), maka orangtua menyerahkan

sebagian otoritas mendidik anaknya kepada pihak lain yaitu masyarakat,

bangsa atau negara. Sesuai dengan kodratnya, peran orangtua dalam

4
6

pendidikan tidak tergantikan. Masyarakat, bangsa atau negara, termasuk

sekolah, hanya sebatas membantu orangtua dalam pendidikan, khususnya

dalam pengajaran. Guru berfungsi sebagai pengganti sementara orang tua,

mengambil alih tugas mendidik orangtua, atau membantu orang tua

melakukan tindakan praktis, yaitu mengajar, memberi instruksi, melatih,

memotivasi, dan memberi nasehat (Moore, 1982: 7) hingga anak menjadi

terpelajar. Pendidik dalam kaitannya dengan pembelajaran dapat terdiri atas:

guru, pembimbing/konselor, pelatih, penatar, widyaiswara, instruktur, tutor,

bahkan juga kepala sekolah, administrator sekolah, pustakawan sekolah, dan

laboran sekolah. Mereka itulah yang mentransfer ilmu pengetahuan kepada

anak didik sehingga anak menjadi terdidik, terlatih, dan utamanya terpelajar.

Pendidik melakukan tindakan mendidik dalam suatu wadah atau

organisasi atau lembaga (institusi). Lembaga yang menyelenggarakan karya

dalam bidang pendidikan disebut lembaga pendidikan. Jenis-jenis lembaga

pendidikan (tripusat pendidikan) antara lain:

1. Lembaga Pendidikan Informal

Lembaga pendidikan ini sering kita sebut sebagai “keluarga”. Keluarga

sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama. Dalam keluarga,

pendidikan juga dilakukan oleh anggota keluarga yang telah dewasa.


7

Orang yang mewakili/mengganti posisi orangtua dalam keluarga sebagai

pendidik, disebut Wali didik.

2. Lembaga Pendidikan Nonformal

Lembaga pendidikan ini muncul karena keterbatasan orangtua dalam

mendidik, sehingga menyerahkan sebagian otoritasnya kepada

masyarakat. Contoh lembaga pendidikan nonformal diantaranya lembaga

keagamaan, lembaga sosial, organisasi politik, organisasi kepemudaan,

yayasan, kursus-kursus, baik yang didirikan oleh masyarakat (swasta)

maupun negara.

3. Lembaga Pendidikan Formal

Pada dasarnya tidak ada pendidikan formal karena pada hakikatnya semua

pendidikan adalah tidak formal (informal), yang formal adalah pengajaran


8

atau pembelajaran. Sekolah adalah jenis lembaga pendidikan formal yang

resmi dan terorganisasi secara ketat (ada kurikulum, silabus, jadwal),

waktu yang terbatas (ada tingkatan/jenjang, ada persyaratan) dan ada

evaluasi (ujian ijazah, sertifikat, akreditasi).

Karakteristik pendidik/pengajar profesional adalah pendidik/pengajar

yang mampu menguasai materi yang harus diajarkan (profesional, akademik),

mampu mengajarkan (metodis, didaktis, pedagogis), berkepribadian matang,

dan memiliki kematangan sosial. Secara lebih terperinci, empat kompetensi

pendidik dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kompetensi Pedagogik, adalah kemampuan untuk mendidik. Jadi

pendidik harus menguasai cara-cara mendidik, teori mendidik, dan

strategi mendidik.

2. Kompetensi Kepribadian, adalah kematangan diri sebagai pribadi yang

stabil, memahami dan menyadari dirinya, mencintai, menghargai dirinya

secara wajar, memiliki nilai-nilai kemanusiaan, susila, etis dan estetis,

jujur, berjati diri, memiliki identitas dan integritas, mandiri dan

bertanggung jawab.

3. Kompetensi Sosial, sebagai pribadi yang dewasa, susila, dan sosial,

memiliki kematangan sosial yang tetap/stabil, memahami situasi dan


9

kondisi masyarakatnya, mampu bekerjasama dengan pihak lain, dengan

pimpinan, dengan sesama/sederajat serta dengan bawahan.

4. Kompetensi Profesional, adalah kemampuan menguasai materi/bahan

ajar, ilmu pengetahuan yang terkait bidang keahliannya serta mampu

mengajarkannya.

Dengan memiliki empat kompetensi di atas, diharapkan seorang pendidik

mampu mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya bagi kepentingan

anak didik, terhadap diri sendiri, orangtua peserta didik, dan masyarakat,

bangsa atau negara, dan akhirnya bertanggungjawab kepada Tuhan. Adapun

sifat-sifat pendidik yang bertanggung jawab antara lain adalah sebagai

berikut:

1. Menerima dan mematuhi norma dan nilai-nilai kemanusiaan;

2. Mau memikul tugas mendidik secara bebas, berani, gembira, tanpa beban;

3. Sadar akan nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatannya serta akibat-

akibat yang timbul;

4. Menghargai anak didik dan orang lain yang terkait dengan tugas

mendidik;

5. Bijaksana dan berhati-hati, tidak sembrono, asal-asalan, berpikir dangkal,

dan;

6. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Selain harus memiliki empat kompetensi, seorang pendidik juga harus

memiliki kewibawaan. Pendidikan hanya dapat terlaksana dengan adanya


10

kewibawaan pendidik, yaitu penerimaan, pengakuan, kepercayaan, dan

ketaatan dari anak didik secara sadar dan bebas, tanpa tekanan baik fisik

maupun mental, langsung maupun tidak langsung. Kewibawaan akan

bertahan terus sejauh integritas pribadi pendidik tetap ada, sedang otoritas,

wewenang, kekuasaan, kekuatan, dan peraturan akan berakhir setelah anak

didik menjadi dewasa. Pendidik yang memiliki integritas pribadi yang baik

akan dihormati sepanjang hayat bahkan didoakan dan dikenang setelah

kematiannya, tetapi otoritas, wewenang, kekuasaan, kekuatan, dan aturannya

akan tidak meningkat atau tidak berpengaruh lagi setelah anak didiknya

menjadi dewasa.

Dalam proses pendidikan, pendidik berperan penting dalam

membantu/melayani anak didik untuk dapat mengaktualisasikan potensinya,

sesuai dengan bakat dan minatnya, sesuai pilihan bebasnya. Peran orangtua

sebagai pendidik pertama dan utama adalah menerima anak, mencintai,

mendorong dan membantu anak aktif dalam kehidupan bersama, agar anak

memiliki nilai hidup jasmani, nilai keindahan dan estetika, nilai kebenaran

dna kejujuran, nilai moral dan etika, nilai religius, serta mampu bertindak

sesuai dengan nilai-nilai tersebut.

B. Anak Didik

Anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang

atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Dalam arti


11

sempit, anak didik adalah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan

kepada tanggung jawab pendidik.

Anak didik adalah obyek pendidikan karena menjadi sasaran dan arah

dari tindakan mendidik. Walaupun demikian, anak didik bukan benda mati

yang pasif, yang dapat dimanipulasi oleh pendidik sesuai keinginan pendidik,

melainkan dia adalah pribadi atau manusia yang memiliki potensi diri untuk

tumbuh dan berkembang, bersifat aktif, mampu memilih dan menentukan

sendiri secara bebas. Pengaruh didik atas seorang anak didik diberikan oleh

dirinya sendiri bersama seluruh pendidik. Dengan demikian, anak didik itu

juga sebagai subyek yang menentukan dirinya sendiri dan menjadi fokus

dalam pendidikan.

Sebagai konsekuensinya, pendidik harus menghormati anak didik sebagai

subyek, sesuai martabat dan hak asasinya. Ciri-ciri manusia terdidik (Moore,

1982:25), adalah: orang yang kemampuan intelektualnya telah berkembang,

yang sensitif terhadap masalah-masalah moral dan estetika, yang mampu

mengapresiasi hakikat dan kekuatan pemikiran matematikal dan ilmiah, yang

mampu memandang dunia dengan perspektif sejarah dan geografi, dan lebih

dari itu yang memperhatikan pentingnya kebenaran, ketepatan, dan elegan

dalam berpikir. Secara filsafati, anak didik dalam kondisi potensial menuju

aktual sedangkan secara psikologis, dapat dikatakan bahwa anak didik dalam
12

proses melaksanakan tugas perkembangan mengaktualisasi potensi-

potensinya.

Dalam mengaktualisasikan potensi dirinya anak didik memerlukan

bantuan pendidik. Tanpa bantuan pendidik, potensi tersebut tidak mungkin

mengaktualisasikan diri secara baik dan wajar, inilah yang disebut sifat

ketergantungan anak didik kepada pendidik. Pendidik akan melakukan

tindakan mendidik sejalan dengan besarnya ketergantungan dan tanggung

jawab yang diserahkan oleh anak didik. Makin dewasa ketergantungannya

makin berkurang dan tanggung jawabnya makin besar, pada saatnya anak

didik akan melepas ketergantungannya dan bertanggung jawab sepenuhnya.

Peran anak didik ditentukan oleh lingkungan kehidupan dimana proses

pendidikan berlangsung. Besar dan proporsi peran serta anak didik tergantung

teori atau pendekatan atau asumsi terhadap pendidikan itu sendiri. Berikut ini

paparannya:

1. Dalam lingkungan keluarga

Terlaksana dalam bentuk upaya pembiasaan dan peneladanan, utamanya

pada tingkat-tingkat awal pendidikan. Dalam pendidikan keluarga, anak


13

didik berperan sebagai orang yang berlatih untuk membiasakan diri

dengan norma-norma keluarga dan meniru atau meneladani tindakan orang

yang lebih tua (lebih dewasa).

2. Dalam lingkungan masyarakat

Anak didik berperan sebagai anggota masyarakat. Anak dapat menjadi

anggota lembaga-lembaga seperti lembaga keagamaan, lembaga politik

dan lembaga sosial sebagai anak didik. Peran anak didik di dalam lembaga

tersebut lebih sebagai pengambil teladan, walaupun tentu juga terjadi

peran meniru dan belajar/berlatih. Oleh karena itu sebagai

konsekuensinya, masyarakat dituntut memberi teladan dalam kaitannya

dengan upaya pendidikan.

3. Dalam lingkungan sekolah


14

Anak didik lebih dominan dengan kegiatan belajar, walaupun pasti ada

upaya pembiasaan atau peneladanan.

Proporsi peran pendidik dan anak didik dalam proses pendidikan

tergantung pada dua pendekatan yang digunakan, yaitu:

1. Pendekatan Mekanik, berasumsi bahwa anak didik seperti botol kosong

yang harus diisi dengan materi intelektual, peran serta anak didik akan

sangat dibatasi hingga bersifat pasif dalam mendengarkan, menerima

informasi dan meniru contoh-contoh dari pendidik.

2. Pendekatan Organik, berasumsi bahwa anak didik sedang berkembang,

mencari temuan-temuan, sehingga peran serta anak didik dalam proses

pendidikan lebih besar.

Bagaimanapun, proses pendidikan menuntut peran aktif dari dua belah

pihak, yaitu pendidik dan anak didik. Pendidik mungkin dapat mempercepat

pertumbuhan anak didik atau mengarahkannya tetapi ia tidak dapat mengajar


15

anak didik tumbuh atau berkembang. Yang dapat dilakukan adalah membantu

anak belajar. Oleh karenanya diperlukan pendidikan holistik yang

mengaplikasikan prinsip saling keterkaitan. Saling keterkaitan dapat

dijabarkan ke dalam beberapa konsep penting antara lain:

1. Interdependensi, adalah saling ketergantungan. Tiap unsur dalam

pendidikan harus saling tergantung, karena tanpa unsur yang lain unsur

tersebut tidak mungkin dapat berkembang dengan baik dan wajar. Antara

pendidik dan anak didik serta antar pendidik dan antar anak didik itu

sendiri.

2. Interelasi, adalah saling terikat, saling hubungan atau terjadi interaksi

antar unsur dalam sistem pendidikan. Interaksi bukan saja dalam

pendidikan atau pengajaran melainkan juga interaksi sebagai manusia.

3. Partisipasi, adalah keterlibatan, peran serta, atau ikut ambil bagian dalam

proses pendidikan. Dalam pendidikan, anak didik hanya akan dapat

berkembang bila berperan aktif dalam proses pendidikan itu sendiri.

Pendidik mendidik anak didik dengan berperan dalam proses pendidikan,

yaitu memiliki otoritas yang diakui, diterima, dipercaya, ditaati oleh anak

didik sehingga menimbulkan kewibawaan (Suparno, 2004: 103).


16

C. Lingkungan Pendidikan

Lingkungan pendidikan adalah lingkungan manusia itu sendiri, dimana

manusia itu berada. Lingkungan pendidikan berfungsi membantu peserta

didik dalam berinteraksi sosial dimana peserta didik itu berada. Lingkungan

pendidikan sangat dibutuhkan dalam proses pendidikan sebab lingkungan

pendidikan tersebut menunjang proses belajar mengajar secara nyaman,

tertib, dan berkelanjutan.

Lingkungan pendidikan dibedakan dalam tiga jenis yang disebut "tripusat

pendidikan". UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menyebut tripusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.

1. Lingkungan Pendidikan Keluarga

a. Pengertian keluarga

Keluarga dapat dibedakan antara keluarga kecil dan keluarga

besar. Keluarga kecil disebut keluarga inti (nucleus family), terdiri atas

ayah, ibu dan anak-anak. Keluarga besar disebut batih (extended family,

keluarga yang diperluas), terdiri atas keluarga inti yang yang diperluar

dengan paman-bibi (saudara ayah dan ibu), kakek nenek (ayah-ibu dari
17

ayah dan ibu) keponakan, ipar, mertua bahkan juga pembantu yang

utamanya tinggal serumah. Besar kecilnya keluarga berpengaruh

terhadap proses pendidikan.

b. Peran keluarga dalam pendidikan anak

Karena pendidikan merupakan pergaulan atau interaksi antara

manusia dewasa dan belum dewasa, dalam ada bersama, maka jelas

bahwa didalam keluarga terjadi proses pendidikan. Keluarga adalah

lembaga sosial pertama (primary community), lembaga dan lingkungan

pendidikan pertama dan utama, sedang orang tua adalah pendidik

pertama dan utama. Menurut Psikologi Pendidikan Katharian Salfrank,

tiga pilar pendidikan adalah cinta kasih, pelaksanaan hidup sehari-hari,

dan aturan-aturan. Cinta kasih merupakan dasar pendidikan, dan

terwujud dalam kegiatan sehari-hari, melalui aturan-aturan. Kenyataan

menunukkan bahwa sebagian besar waktu hidup anak, lebih-lebih pada

masa pertumbuhan dan perkembangannya, ada di dalam keluarga dan

orangtualah yang paling bertanggung jawab.


18

Ibulah pendidik pertama di dunia ini. Ibulah yang pertama

berinteraksi dengan anak, kemudian anggota keluarga yang lain. Ibu

pulalah yang paling dekat dengan anak baik secara fisik maupun secara

mental atau kejiwaan. Purwanto (2004: 82) menampilkan peranan ibu

dalam pendidikan keluarga sebagai: (1) sumber dan pemberi rasa kasih

sayang, (2) pengasuh dan pemelihara, (3) tempat mencurahkan isi hati,

(4) pengatur kehidupan dalam rumah tangga, (5) pembimbing hubungan

pribadi, dan (6) pendidik dalam segi-segi emosional.

Ayah adalah kepala keluarga, figur pengayoman atau pelindung,

dan penanggung jawab. Dalam hal ini Purwanto (2004: 83)

menyimpulkan fungsi ayah dalam keluarga sebagai: (1) sumber

kekuasaan di dalam keluarga, (2) penghubung intern keluarga dengan

masyarakat atau dunia luar, (3) pemberi perasaan aman bagi seluruh

anggota keluarga, (4) pelindung untuk ancaman dari luar, (5) pengambil

putusan dalam perbedaan atau perselisihan, dan (6) pendidik utamanya

dalam segi-segi rasional. Dengan demikian seorang ayah menjadi

lambang kekuasaan dan kekuatan dalam keluarga, yang memberikan

rasa aman dan nyaman untuk terlaksananya proses pendidikan (interaksi

sosial) di dalam keluarga.

Anggota keluarga lain yang berperan dalam pendidikan di

keluarga adalah kakek-nenek dan orang-orang yang lebih dewasa,


19

utamanya kakak, sering juga pembantu. Peran kakek nenek dalam

keluarga sangat penting dalam pendidikan di keluarga. Mereka adalah

penasihat utama yang sering terlibat langsung dalam pendidikan cucu di

dalam keluarga, utamanya bagi rumah tangga muda yang masih

serumah dan berumah sendiri yang tidak terlalu jauh.

2. Lingkungan Pendidikan Sekolah

Sekolah adalah lingkungan dan lembaga pendidikan yang kedua

setelah keluarga. Sekolah adalah suatu bentuk masyarakat, bentuk

pergaulan, dimana terjadi interaksi sosial yang disebut proses pendidikan

dalam arti pengajaran atau pembelajaran. Untuk dapat tetap bertahan hidup

dan mengikuti mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

serta seni (IPTEKS), termasuk dalam upaya pendidikan, orang tua harus

mendapat bantuan dari pihak lain, yaitu sekolah dan masyarakat di luar

keluarga. Maka timbullah institusionalisasi proses pendidikan yang disebut

sekolah.

a. Wadah atau bentuk pendidikan di sekolah


20

Pendidikan di sekolah yang juga disebut jalur pendidikan formal

terdiri atas tiga jenjang yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah,

dan pendidikan tinggi.

(1) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi

pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk: Sekolah

Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang

sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah

Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

(2) Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.

Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum

dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah

berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah

(MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah

Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

(3) Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah

pendidikan menengah yang mencakupi program pendidikan

diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang

diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi dapat

berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau


21

universitas. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program

akademik, profesi, dan/atau vokasi.

b. Isi materi pendidikan di sekolah

Pendidikan di sekolah pada dasarnya adalah pengajaran atau

pembelajaran yang tekanannya pada transformasi ilmu, pengetahuan,

dan teknologi serta seni (IPTEKS). Isi materi di sekolah mencakupi: (1)

pengajaran yang mendidik, (2) bimbingan dan penyuluhan, (3)

pelatihan keterampilan, (4) pusat sumber belajar, dan (5) pengelolaan

sekolah.

c. Pelaksana pendidikan di sekolah

Pelaksana pendidikan adalah pendidik. Karena pendidikan di

sekolah menurut bentuknya dapat berupa pendidikan (pembimbingan,


22

pendampingan, pertolongan, bantuan), pengajaran atau pembelajaran,

dan pelatihan; sedang menurut isinya dapat berupa transfer nilai,

transfer ilmu dan pengetahuan, teknologi, serta seni (IPTEKS), dan

pelatihan keterampilan; maka pelaksana pendidikan di sekolah adalah:

guru/dosen, kepala sekolah/rektor, wakil kepala sekolah/wakil rektor,

dekan dan pembantu/wakil dekan, ketua dan sekretaris

jurusan/program, guru bimbingan dan penyuluhan/konselor,

administrator sekolah, pustakawan sekolah, dan laboran sekolah.

3. Lingkungan Pendidikan Masyarakat

Pendidikan di masyarakat adalah pendidikan non formal yang

dibedakan dari pendidikan di keluarga (informal) dan pendidikan di

sekolah (formal). Sesuai dengan UU RI no. 20 Tahun 2003 tentang

Sisdiknas, Pasal 26, pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga

masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai

pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka

mendukung pendidikan sepanjang hayat (Ayat 1). Pendidikan nonformal

berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada

penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan

sikap dan kepribadian profesional (Ayat 2).


23

Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup,

pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan

pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan

keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan

lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemmapuan peserta didik

(Ayat 3). Satuan pendidikan nonfomal terdiri atas lembaga kursus,

lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat,

dan majelis taklim, serta satuan pendidikan sejenis (Ayat 4).

Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang

memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap

untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha

mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi

(Ayat 5). Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai secara denan hasil

pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh

lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan

mengacu pada standar nasional pendidikan (Ayat 6).

D. Pendidikan Jalur Formal, Nonformal dan Informal

Ada pendidikan yang yang dapat diselenggarakan baik secara formal,

nonformal dan informal . Macam-macam pendidikan itu adalah pendidikan

anak usia dini, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan

jarak jauh, dan pendiidkan khusus serta pendidikan layanan khusus.

E. Hubungan di antara Tripusat Pendidikan


24

Dari paparan tripusat pendidikan tersebut diatas, baik sebagai lingkungan

pendidikan maupun sebagai lembaga pendidikan, masing–masing tidaklah

berdiri sendiri melainkan saling terkait dan saling berpengaruh sebagai suatu

sistem. Hubungan yang negatif menimbulkan persaingan, sedangkan yang

positif menumbuhkan kerjasama.

Dalam hubungannya sebagai suatu persaingan, sesungguhnya ketiga

pusat pendidikan masing-masing memiliki fungsi tersendiri dengan tujuan

yang satu yaitu membantu pertumbuhan dan perkembangan peserta didik

secara optimal untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu: manusia dewasa

yang susila, manusia seutuhnya, manusia yang berjatidiri, memiliki identitas

dan integritas serta bermartabat, sesuai dengan kodratnya yang memenuhi

tuntutan/norma-norma keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Seiring

dengan perkembangan zaman dan IPTEKS, sekolah menjadi dominan

sehingga menjadikan orang tua dan anak didik bergantung pada sekolah.

Bagaimanapun agar visi, misi, dan fungsi pendiidkan dapat tercapai

dengan baik, haruslah terdapat kerjasama, yang sinergis dan harmonis

diantara ketiga pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.

F. Lingkungan Makro Pendidikan

Keluarga, sekolah dan masyarkat dikategorikan sebagai lingkungan

pendidikan dan dikategorikan sebagai lingkungan mikro atau lingkungan

yang lebih terbatas. Yang dimaksud dengan lingkungan makro pendidikan

adalah lingkungan yang lebih besar atau luas yang berpengaruh terhadap

semua lingkungan mikro tersebut. Lingkungan itu adalah lingkungan


25

masyarakat, dalam arti seluas-luasnya, dalam bentuknya sebagai bangsa,

negara atau dunia, gobal/internasional.


BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

1. Subyek pendidikan adalah pendidik dan orangtua merupakan pendidik

pertama dan utama. Sedangkan yang menjadi obyek pendidikan adalah

anak didik. Proses pendidikan terjadi didalam lingkungan dan lembaga

yang menyelenggarakannya baik dalam pendidikan formal, informal

maupun non formal.

2. Peranan pendidik adalah membantu anak didik untuk mengaktualisasikan

potensi anak didik sesuai bakat dan minat. Anak didik berperan sebagai

orang yang berlatih dan belajar dalam lingkungan dan lembaga

pendidikan. Sedangkan lingkungan dan lembaga pendidikan membantu

peserta didik dalam berinteraksi sosial dimana peserta didik itu berada.

3. Bentuk-bentuk lingkungan pendidikan meliputi lingkungan pendidikan

formal, informal dan non formal.

B. Saran

1. Untuk menghasilkan kualitas anak didik yang unggul, perlu adanya

kerjasama antara pendidik, anak didik, orangtua dan lingkungannya..

2. Anak didik harus bertanggungjawab dalam menjalankan tugas utamanya

yaitu belajar.

3. Berupaya menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif agar anak

didik memperoleh kenyamanan dalam belajar.

20
DAFTAR PUSTAKA

Soegeng Ysh, A. Y dan Gufron Abdullah. 2020. Landasan Kependidikan.


Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama.

21

Anda mungkin juga menyukai