Analisis Kandungan Hara N Dan P Serta Klorofil Tebu Transgenik IPB 1 Yang Ditanam Di Kebun Percobaan PG Djatiroto Jawa Timur
Analisis Kandungan Hara N Dan P Serta Klorofil Tebu Transgenik IPB 1 Yang Ditanam Di Kebun Percobaan PG Djatiroto Jawa Timur
RINGKASAN
SUMMARY
VITTA PUSPITA MARLIANI. Analysis of N, P and Chlorophyll Content of the
Leaf of IPB 1 Transgenic Sugarcane IPB 1 at the PG Djatiroto Experimental
Field, East Java. Supervised by DWI ANDREAS SANTOSA and SYAIFUL
ANWAR.
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Serjana Pertanian pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui,
Dr. Ir. Dwi Andreas Santosa Dr. Ir. Syaiful Anwar, MSc
NIP. 19620927 198811 1 001 NIP. 19621113 198703 1 003
Mengetahui,
Kepala Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian dan penulisan skripsi ini berhasil di
selesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini mengenai Unsur Hara N dan P
serta Klorofil dengan judul Analisis Kandungan Hara N dan P serta Klorofil
Tebu Transgenik IPB 1 yang Ditanam di Kebun Percobaan PG Djatiroto,
Jawa Timur.
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, Ibunda Yanni Mulyani dan Ayahanda Solia serta
seluruh keluarga, sanak saudara yang senantiasa memberikan doa, dukungan,
motivasi, sehingga penulis bisa menyelesaikan tugasnya sebagai sarjana.
2. Bapak Dr. Ir. Dwi Andreas Santosa selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, arahan, masukan, saran selama melakukan penelitian
dan penulisan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Ir. Syaiful Anwar, MSc selaku dosen pembimbing II yang
senantiasa memberikan masukan, nasehat dan motivasi dalam melakukan
penulisan skripsi ini.
4. Seluruh Staf Indonesian Center for Biodiversity and Biotechnology (ICBB)
yang telah membantu dan memberiakn masukan selama penelitian
berlangsung.
5. Staf Laboratorium Bioteknologi Tanah (Pak Jito, Ibu Asih, Ibu Jul, Ibu Yeti)
dan Staf Laboratorium Kesuburan Tanah (Pak Koyo, Pak Ade, Pak Oleh, Pak
Dadi) yang telah memberikan bantuan dan masukan selama penelitian
berlangsung.
6. Segenap staf kebun percobaan PG Djatiroto PTPN XI yang telah membantu
penulis dalam melaksanakan penelitian ini.
7. Teman satu penelitian Angrea Pratsna Paramitha yang selalu bersusah senang
bersama dari awal penelitian hingga menjadi Sarjana Pertanian.
8. Teman-teman seperjuangan SOILER 43. Terimakasih atas tawa dan
bahagianya selama masa-masa perkuliahan yang tidak mungkin terlupakan.
8
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
I. PENDAHULUAN
tanaman dan pada daerah sekitar perakaran, sehingga pada akhirnya diharapkan
dapat menghasilkan tanaman transgenik yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat (Santosa, 2004).
Riset tebu transgenik yang mengekspresikan gen fitase diselenggarakan
melalui kerjasama antara Fakultas Pertanian IPB dengan Bundesforchungsanstalt
fur Ernahrung und Lebensmittle (BFEL), Molekularbiologische Zentrum,
Karlsruhe, Jerman. Penelitian tersebut telah dimulai pada tahun 2002-2004 dan
berlanjut hingga sekarang. Saat ini sudah mencapai tahap uji keragaan tebu
transgenik yang meghasilkan gen fitase (Santosa, 2004). Penelitian ini bertujuan
untuk menyeleksi tanaman terbaik dari klon-klon tebu transgenik yang telah
dihasilkan melalui penanaman di lahan HGU PG Djatiroto pada musim tanam
2008/2009 sampai 2009/2010 yang merupakan kelanjutan dari musim tanam
sebelumnya dan merupakan kerjasama antara Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, IPB dan PT Perkebunan Nusantara XI.
Salah satu analisis untuk menyeleksi dan menguji ekspresi gen fitase pada
klon-klon tebu transgenik PS IPB 1 adalah analisis unsur nitrogen dan fosfor yang
terkandung dalam daun tanaman tebu transgenik serta analisis kandungan klorofil
tanaman. Melalui analisis jaringan daun tanaman akan memberikan informasi
status hara pada tanaman. Selain itu, dengan analisis tersebut, dapat diduga klon
tebu transgenik yang efisien dalam memanfaatkan pupuk yang telah diaplikasikan,
karena keberadaan gen fitase yang terdapat pada tebu transgenik akan memacu
peningkatan ketersediaan N dan unsur-unsur lain seperti P, K serta unsur hara
mikro lainnya, baik di dalam jaringan tanaman maupun di daerah perakaran. Gen
fitase ini diharapkan memberikan pengaruh positif pada proses pembentukan
klorofil yang mempunyai peran dalam membantu proses fotosintesis tanaman.
2.1. Tebu
Tebu termasuk family Graminae, genus Saccharum. Terdapat tiga spesies
tebu, meliputi S. officinarum, S. robustum, dan S. spontaneum, serta dua sub
spesies, yaitu S. sinense dan S. barberi (Fauconnier, 1993). Saccharum
officinarum adalah jenis tebu yang paling banyak dikembangkan dan
dibudidayakan karena kandungan sukrosa yang tinggi (Sudiatso, 1982).
Bibit tebu dapat berupa batang stek, baik yang matanya belum
berkecambah atau yang sudah tumbuh (Satuan Kerja Pengembangan Tebu Jatim,
2005). Batang tebu mengandung gula. Kandungan gula pada batang tebu optimal
terjadi setelah fase pertumbuhan vegetatif dan menurun sebelum fase kematian
(Sutardjo, 1994).
Tanaman tebu dapat tumbuh di daerah yang beriklim panas dan sedang
dengan daerah penyebaran antara 35° LS dan 39° LU. Namun umumnya tanaman
tebu tumbuh baik di daerah beriklim tropis. Tebu memerlukan suhu tertentu, yaitu
22 – 27° C dengan kelembaban nisbi 65 – 85% untuk menghasilkan sukrosa yang
tinggi. Dalam masa pertumbuhan tanaman tebu memerlukan banyak air,
sedangkan menjelang tebu masak untuk dipanen, membutuhkan keadaan yang
kering dan tidak ada hujan, sehingga pertumbuhannya terhenti. Kemasakan batang
memerlukan kondisi cuaca kering. Tanaman tebu tumbuh baik pada keadaan tanah
yang mempunyai tekstur tanah lempung pada lapisan permukaan, berdrainase baik
dan kemampuan menahan kapasitas air yang baik. Tekstur tanah yang baik bagi
tanaman tebu adalah pada tanah lempung liat, lempung berpasir dan lempung
berdebu. Pada tanah berat juga dapat ditanami tebu, namun memerlukan
pengolahan tanah yang khusus. Tebu di daerah Jawa yang banyak ditanami adalah
pada tipe tanah Aluvial sampai Grumusol (Sudiatso, 1982).
5
2.3. Nitrogen
Nitrogen merupakan salah satu unsur hara esensial bagi tanaman. Nitrogen
diserap oleh tanaman dalam bentuk ion amonium (NH4+) dan ion nitrat (NO3-)
yang terdapat dalam larutan tanah, bersifat mobil dan diikat oleh partikel tanah.
Unsur nitrogen bersifat mudah tercuci dan menguap (Soepardi, 1983).
Penyerapan unsur hara makro terutama nitrogen sangat tergantung pada
pertumbuhan organ utama tanaman dalam hal ini akar. Akibat pertumbuhan akar
yang belum sempurna maka penyerapan unsur nitrogen dari dalam tanah kurang
optimum, sehingga berpegaruh terhadap pertumbuhannya. Menurut Hardjowigeno
(1987), dengan memanjangnya akar suatu tumbuhan berarti memperpendek jarak
yang harus ditempuh unsur-unsur hara untuk mendekati akar tanaman melalui
aliran massa ataupun difusi. Aliran massa merupakan mekanisme penyediaan
unsur hara yang paling utama untuk kebanyakan unsur hara seperti N.
Menurut Lingga (1986), peran nitrogen bagi tanaman adalah untuk
merangsang pertumbuhan secara keseluruhan khususnya batang, cabang, dan
daun, serta mendorong terbentuknya klorofil sehingga daunnya menjadi hijau,
yang berguna bagi proses fotosintesis. Selain itu menurut Suriatna (1988),
nitrogen berfungsi mempercepat pertumbuhan tanaman, menjadikan daun
tanaman menjadi lebih hijau dan segar serta banyak mengandung butir-butir hijau
daun yang penting dalam proses fotosintesis. Selain itu nitrogen mempunyai
fungsi dapat menambah kandungan protein dalam tanaman. Sedangkan menurut
Soepardi (1983), menyatakan bahwa hampir pada semua berbagai jenis tanaman,
nitrogen merupakan pengatur terhadap penggunaan kalium, fosfat dan bahan
penyusun lainnya. Tanaman yang kekurangan nitrogen akan tumbuh kerdil, daun
hijau kekuning-kuningan dan mudah rontok, akan tetapi jika kelebihan nitrogen,
tanaman akan mudah rebah dan mudah terserang penyakit.
Nitrogen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh
tanaman tebu. Kelebihan dan kekurangan pupuk N menyebabkan gangguan pada
pertumbuhan, produktivitas dan kualitas tebu. Menurut Schuylenborg dan Saryadi
(1958), N diserap pada awal penanaman tebu terutama pada umur 1 bulan dan
serapannya bertambah dengan bertambahnya umur, namun N paling banyak
diserap pada umur 3 – 4 bulan. Kemudian menurun setelah umur 8 bulan.
8
Efisiensi penyerapan N ditentukan juga oleh jumlah frekuensi, cara dan waktu
aplikasi pemupukan (Hardjowigeno, 1987).
2.4. Fosfor
Fosfor tergolong sebagai unsur utama yang dibutuhkan tanaman
disamping N dan K. Tanaman umumnya menyerap unsur ini dalam bentuk H2PO4-
dan sebagian kecil HPO42-. Mobilitas ion-ion fosfat dalam tanah sangat rendah
karena retensinya dalam tanah sangat tinggi. Oleh sebab itu recovery rate dari
pupuk P sangat rendah antara 10-30% sisanya 70-90% tertinggal dalam bentuk
imobil. Menurut Leiwakabessy (2004), kehilangan fosfor dalam tanah kebanyakan
terjadi karena panen dan erosi.
Kandungan P total di dalam tanah umumnya rendah, dan berbeda-beda
menurut tanah. Tanah-tanah muda biasanya memiliki kandungan P yang lebih
tinggi daripada tanah-tanah yang tua. Selain itu, penyebarannya dalam profil tanah
juga berbeda, semakin dalam lapisan maka kadar P-anorganik akan bertambah,
kecuali bentuk P-organik. Jumlah fosfat yang tersedia di tanah pertanian biasanya
lebih tinggi dibandingkan dengan kadarnya pada tanah-tanah yang tidak
diusahakan. Hal ini diduga karena unsur ini tidak tercuci (residunya tinggi),
sedangkan yang hilang melalui produksi tanaman sangat kecil.
Fosfat yang dibebaskan baik dari proses pelapukan mineral apatit,
dekomposisi bahan organik, ataupun pupuk, akan segera diikat oleh liat serta
almunium, besi ataupun kalsium tergantung dari pH tanah maupun unsur lain dan
juga diimobilasi oleh tanaman. Kandungan P tersedia pada tanah-tanah berstruktur
halus lebih tinggi daripada yang bertekstur kasar. Begitu pula pH, pada pH yang
tinggi kadar Ca-P lebih tinggi, sedangkan pada pH yang rendah Fe-P atau Al-P
lebih dominan (Leiwakabessy, 1988).
Unsur P sering disebut juga kunci untuk kehidupan karena fungsinya yang
sangat sentral dalam proses kehidupan. Unsur ini berperan dalam pemecahan
karbohidrat untuk energi, penyimpanan dan peredarannya ke seluruh tanaman
dalam bentuk ADP dan ATP. Unsur ini juga berperan dalam pembelahan sel
melalui peranan nukleoprotein yang ada dalam inti sel, selanjutnya berperan
dalam meneruskan sifat-sifat kebakaan dari generasi ke generasi melalui peranan
DNA. Tanpa P proses-proses ini tidak dapat berlangsung. Unsur ini juga
9
2.5. Klorofil
Klorofil berbentuk butir-butir hijau yang tedapat didalam koroplas. Pada
umumnya kloroplas berbentuk oval, yang terdiri dari bahan dasar yang disebut
stroma, sedangkan butir-butir yang terkandung didalam stroma disebut grana.
Pada tanaman terdapat 2 macam klorofil, yaitu klorofil a dan klorofil b. Klorofil a
merupakan salah satu bentuk klorofil yang terdapat pada semua
tumbuhan autotrof. Klorofil b terdapat pada ganggang hijau chlorophyta dan
tumbuhan darat. Klorofil itu fluoresen, artinya dapat menerima sinar dan
mengembalikannya dalam bentuk gelombang yang berlainan. Akibat adanya
klorofil, tumbuhan dapat menyusun makanannya sendiri dengan bantuan cahaya
matahari. Klorofil a terlihat berwarna hijau-tua, tetapi jika sinar direfleksikan,
akan menampakan warna merah. Klorofil b terlihat berwarna merah-cokelat.
Klorofil banyak menyerap sinar merah dan nila (Dwijoseputro, 1980).
10
karena sebagian besar kebutuhan gizi berasal dari proses fotosintesis (Kusmita
dan Limantara, 2009).
Hasil analisis yang telah dilakukan pada tebu transgenik IPB 1 dan
isogenik PS 851 yang berumur 6 bulan, menunjukkan bahwa setengah dari klon
tebu transgenik memiliki kandungan N diatas isogenik PS 851. Klon yang
kandungannya di atas isogenik PS 851 diantaranya IPB 1 – 3, IPB 1 – 4, IPB 1 –
6, IPB 1 – 21, IPB 1 – 34, IPB 1 – 36, IPB 1 – 52, IPB 1 – 53, IPB 1 – 56, IPB 1 –
59, IPB 1 – 62 (Gambar 2).
Klon
Gambar 2. Grafik Hasil Analisis Kandungan Nitrogen Daun Tebu Transgenik IPB
1 dan Isogenik PS 851
Tabel 1. Hasil Analisis Kandungan Nitrogen Daun Tebu Transgenik IPB 1 dan
Isogenik PS 851
Tebu Transgenik PS IPB 1
Klon N (%)
3 1.099
52 1.056
59 1.048
36 1.047
56 1.027
53 1.018
34 0.990
21 0.984
62 0.975
4 0.956
6 0.943
Isogenik 0.925
46 0.897
17 0.866
71 0.861
37 0.849
40 0.816
51 0.816
7 0.815
12 0.784
1 0.763
2 0.738
55 0.673
5 0.670
Tebu ini dianalisis pada umur 6 bulan dengan perlakuan pemberian pupuk
ZA, nilai kandungan N total pada tebu ini berkisar 0.670 – 1.099% (Tabel 1).
Nilai ini tergolong lebih rendah, dibandingkan dengan penelitian sebelumnya,
Miza (2009). Kandungan N pada klon-klon tebu transgenik pada umur 6 bulan
pada lahan I (25% P) berkisar 0.735 – 1.050% dimana nilai ini lebih rendah
dibandingkan dengan lahan 2 (50% P) yang kandungan N-nya berkisar 0.945 –
1.610% (Lampiran 7). Menurut pendapat Dwisejoputro (1980), terdapat pengaruh
timbal balik antara ketersediaan P dengan serapan N, dimana jika fosfat yang
tersedia di tanah tidak cukup banyak, maka serapan N akan berkurang. Lebih
rendahnya kandungan N pada tebu transgenik ini bisa disebabkan karena
pemberian pupuk ZA yang tidak disertai perlakuan pupuk P sebelum masa tanam.
Kandungan N yang diserap oleh tanaman tergantung seberapa baik tanaman
disuplai oleh hara yang lain (Mengel dan Kirkby, 1982). Selain itu juga tinggi
rendahnya suatu kandungan serta komposisi hara dalam suatu tanaman
19
dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam tanaman itu sendiri seperti faktor genetik
dan faktor lingkungan serta faktor pengelolaan seperti pemupukan dan pemberian
amelioran (Leiwakabessy, 2004).
IPB 1-12 dan IPB 1-4. Hasil analisis kandungan P pada tebu transgenik IPB 1 dan
isogenik PS 851 dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Grafik Hasil Analisis Kandungan Fosfor Daun Tebu Transgenik IPB 1
dan Isogenik PS 851
Tabel 2. Hasil Analisis Kandungan Fosfor Daun Tebu Transgenik IPB 1 dan
Isogenik PS 851
Tebu Transgenik PS IPB 1
Klon P (ppm)
12 28.829
4 22.947
Isogenik 22.754
3 21.115
7 19.958
59 19.862
2 19.476
62 17.644
13 17.548
46 17.548
71 16.391
17 15.427
21 15.427
56 15.041
52 14.559
36 13.016
5 12.727
53 12.534
55 12.534
1 11.859
34 11.859
51 11.859
6 10.124
40 7.810
Nilai tebu isogenik pada penelitian ini tergolong lebih tinggi dibandingkan
dengan transgeniknya. Menurut Nurhasanah (2007) adanya klon tebu transgenik
yang memiliki kandungan P lebih rendah atau lebih tinggi dari isogeniknya,
dikarenakan pada kemampuan masing-masing tanaman dalam menyerap P.
Tabel 3. Hasil Analisis Kandungan Klorofil a dan b serta Total Klorofil Daun
Tebu Transgenik IPB 1 dan Isogenik PS 851
Nilai Klorofil Tebu Transgenik (µg/ml)
Nilai Total Klorofil
Klon
Klorofil a Klorofil b
IPB 1 – 1 6.903 16.447 23.350
IPB 1 – 2 7.882 11.632 19.514
IPB 1 – 3 5.854 13.887 19.741
IPB 1 – 4 4.242 22.127 26.370
IPB 1 – 5 10.435 22.241 32.676
IPB 1 – 6 9.199 18.044 27.243
IPB 1 – 7 13.372 17.741 31.113
IPB 1 – 12 5.916 17.695 23.611
IPB 1 – 17 6.460 19.292 25.752
IPB 1 – 21 7.749 10.507 18.256
IPB 1 – 34 4.786 18.887 23.673
IPB 1 – 36 8.522 9.627 18.148
IPB 1 – 37 7.313 19.610 26.923
IPB 1 – 40 3.471 28.862 32.333
IPB 1 – 46 4.687 17.880 22.567
IPB 1 – 51 5.553 21.739 27.293
IPB 1 – 52 6.216 16.354 22.569
IPB 1 – 53 5.462 13.494 18.956
IPB 1 – 55 2.091 19.184 21.275
IPB 1 – 56 9.504 11.839 21.343
IPB 1 – 59 6.813 12.496 19.309
IPB 1 – 62 5.500 12.569 18.069
IPB 1 – 71 5.947 18.040 23.987
Kontrol PS 851 6.805 10.489 17.293
Rata-rata 23.655
Secara keseluruhan nilai total dari kandungan klorofil dari hasil analisis
yang telah dilakukan lebih tinggi dibandingkan dengan isogenik PS 851. Nilai
rata-rata kandungan total klorofil tebu transgenik pada penelitian sebelumnya
yang berumur 6 bulan berkisar antara 1.326 – 1.583 μg/ml dengan pemupukan
25% P – 50% P (Lestari, 2009), kandungan total klorofil tersebut tergolong
rendah dibandingkan dengan klon tebu ini yang mempunyai nilai rata-rata
kandungan total klorofil 23.655 μg/ml. Total kandungan klorofil ini adalah hasil
penjumlahan dari klorofil a dan klorofil b (Tabel 3).
Dalam pembentukan klorofil, nitrogen mempunyai peran. Menurut Lingga
(1986), peran nitrogen bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan
secara keseluruhan khususnya batang, cabang, dan daun, serta mendorong
terbentuknya klorofil sehingga daunnya menjadi hijau, yang berguna bagi proses
24
fotosintesis. Total klorofil pada daun tebu transgenik ini tinggi, namun nilai
kandungan N-nya cukup rendah. Hal ini diduga karena unsur N telah digunakan
dalam masa pertumbuhan vegetatif, terutama untuk fase pertunasan dan
pemanjangan batang. Hara N berperan dalam pembelahan sel, sehingga
mendukung pertunasan secara horizontal (terbentuknya anakan) dan pertumbuhan
vertikal (pemanjangan batang). Unsur N banyak diserap pada umur 3 sampai 4
bulan (Sudiatso, 1982).
Hampir semua klon tebu transgenik memiliki keragaan yang lebih baik
dibandingkan isogeniknya yang dicerminkan oleh lingkar batang yang besar,
pertumbuhan batang yang tinggi, banyaknya ruas batang dan banyaknya rumpun.
Hal ini berkolerasi dengan tingginya kandungan total klorofil. Semakin tinggi
kandungan klorofil suatu tanaman, maka semakin baik fotosintesis dan
metabolisme tanaman tersebut.
5.1. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua klon tebu transgenik
memiliki kandungan hara N dan P lebih tinggi dari isogeniknya. Setengah dari
klon tebu transgenik memiliki kandungan N di atas isogenik, dan hanya terdapat 2
klon tebu transgenik yang memiliki kandungan klon di atas isogenik. Kandungan
klorofil tebu transgenik IPB 1 nilai total keseluruhan kandungan klorofil lebih
tinggi dibandingkan kandungan isogenik PS 851.
Kandungan hara yang lebih rendah terutama P tidak berbanding lurus
dengan keragaannya. Berdasarkan keragaan secara keseluruhan hanya terdapat 1
klon tebu transgenik yang nilainya di bawah isogenik. Klon tebu transgenik
terbaik berdasarkan skoring tertinggi berturut-turut adalah Klon IPB 1-40, Klon
IPB 1-55, Klon IPB 1-51, Klon IPB 1-46 dan Klon IPB 1-17.
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan melakukan analisis terhadap
unsur hara N dan P serta kandungan klorofil yang terdapat pada jaringan daun
tebu transgenik IPB 1 serta kaitannya dengan fungsi dari gen fitase yang telah
disisipkan pada tebu transgenik IPB 1.
27
DAFTAR PUSTAKA
Apoen, SD. 1975. Peranan Jumlah Batang dan Tinggi Tanaman terhadap Hasil
Panen pada Budidaya Tebu. Pertemuan Teknis Tengah Tahunaan II.
BP3G. Pasuruan.
Fauconnier, R. 1993. Sugarcane. The Macmilian Press LTD. London and Basing
stoke.
Kusmita, L dan L Limantara. 2009. Pengarauh Asam Kuat dan Asam Lemah
terhadap Agregasi dan Feofitinisasi Klorofil a dan b. Indo. J. Chem., Vol 9
No. 1, hal: 70-76
Sanchez, P. 1976. Properties and Management of Soil in the Tropic. New York:
John Willey an Sons Inc.
28
Santosa, DA. 2004. Konstruksi Tebu Transgenik Budidaya Hasil Tinggi dan
Efisien Dalam Memanfaatan Hara P Melalui Transfer Gen Fitase Asal
Bakteri. Laporan I 2004. Riset Andalan Perguruan Tinggi dan Industri
(RAPID). IPB.
Santosa, DA, K Murtilaksono, A Purwito dan Susiyanti. 2009. Uji Keragaan Tebu
Transgenik Fitase PS IPB1 MT 2008/2009. Laporan Tahap I 2009.
Departemen Inlmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB PTPN XI. Bogor.
Santosa, DA. 2010. Laporan Akhir Tebu Transgenik IPB 1 yang Mengekspresikan
Gen Fitase untuk Menghemat Pemakaian Pupuk P. Laporan Akhir dana
DIKTI 2010.
Schuylenborg, J Van dan Saryadi. 1958. Pemupukan Pada Tanaman Tebu. Teknik
Pertanian VII (10) : 477-394
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian. Bogor.
Susiyanti. 2008. Penyisipan Gen Fitase dan Genome Beberapa Kultivar Tebu,
Regenerasi, Ekspresi dan Aklimatisasi. [Disertasi]. Bogor: Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
29
Tisdale, SL, LN Werner, PB James. 1985. Soil Fertility and Fertilizers. New
York: Macmillan Publishing Company.
Zul, RH. 2006. Regenarasi dan Transformasi Tebu (Saccharum officinarum L.)
Kultivar PA 183 dan CB 6979 dengan Gen Fitase melalui Agrobacterium
tumefaciens GV 2260. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut
PertanianBogor.
30
LAMPIRAN
31
IPB1 - 51 IPB1 - 52
IPB1 - 46
UTARA
Pengukuran Klorofil
a. Ambil 40 μl ekstrak klorofil dari cryotube, kemudian masukan ke dalam
cryotube yang baru. Tambahkan etanol hingga volumenya mencvapai
1500 μl. Digojog dengan alat vortex.
b. Ekstrak klorofil diinkubasi pada suhu 4˚C didalam ruang gelap selama 30
menit.
c. Sentrifigasi dengan kecepatan 10.000 rpm selama 5 menit.
d. Pindahkan ekstrak klorofil hasil dari sentrifuse (supernatan) ke cuvette
ukuran 5 ml.
e. Ukur absorban dengan λ 649 nm dan λ 665 nm. Etanol 96% digunakan
sebagai pembanding (blangko).
Perhitungan:
1. Klorofil a = ( 13.7 x A665 ) – ( 5.76 x A649 ) = μg klorofil/ml
2. Klorofil b = ( 25.8 x A649 ) – ( 7.60 x A665 ) = μg klorofil/ml
Total Klorofil = klorofil a + klorofil b
36
Untuk membuat sebaran frekeunsi data dan menentukan klon pilihan, terdapat
beberapa langkah, yaitu:
1. Menentukan banyaknya selang kelas dari setiap kriteria
Banyaknya selang kelas = 3.3 log (n) +1
2. Menentukan lebar selang kelas
Lebar selang kelas = (Xmax-Xmin) / banyaknya selang kelas
3. Masukkan data-data yang ada ke dalam masing-masing kelas
4. Berikan skor pada masing-masing data
5. Jumlahkan skor yang diperoleh untuk setiap klon, berdasarkan kriteria yang
ada
6. Urutkan skor yang diperoleh masing-masing klon, untuk mendapatkan klon
terbaik (skor semakin tinggi)
37
Lampiran 5. (Lanjutan)
Selang Kelas Untuk Masing-Masing Kriteria yang Digunakan Untuk Seleksi Klon
Tebu Transgenik PS-IPB 1 Berdasarkan Keragaan
Diameter Batang Tinggi Batang N total P total
(cm) (cm) (%) (ppm)
2,14 – 2,30 149 – 160 0,67 – 0,73 7,81 – 11,3
2,31 – 2,47 161 – 172 0,74 – 0,80 11,31 – 14,8
2,48 – 2,63 173 – 184 0,81 – 0,87 14,81 – 18,3
2,64 – 2,80 185 – 196 0,88 – 0,94 18,31 – 21,8
2,81 – 2,96 197 – 208 0,95 – 1,01 21,81 – 25,3
2,97 – 3,15 209 – 221 1,02 – 1,10 25,31 – 28,8
Panjang Daun
Bawah
(cm)
138 – 146
147 – 155
156 – 164
165 – 173
174 – 182
183 - 191
38
Lampiran 8. Tabel Hasil Analisis Kandungan Fosfor Daun Tebu Transgenik IPB 1
dan Isogenik PS 851 (Miza, 2009)
Lahan 1 (25% P) Lahan 2 (50% P)
6 Bulan 6 Bulan
Klon P (ppm) Klon P (ppm)
46 631 55 636
52 453 36 547
12 449 53 530
71 445 52 359
7 254 59 326
55 203 41 315
36 191 46 302
56 186 34 292
53 182 3 284
Isogenik 153 Isogenik 278
5 148 1 258
3 136 71 242
59 123 56 225
1 119 12 203
2 110 2 191
34 85 7 93
41
Lampiran 9. Tabel Keragaan Tebu Transgenik IPB 1 dan Isogenik PS 851 yang
pada Umur 6 Bulan
Tinggi Diameter Ruas Daun Atas Daun Bawah
Klon Batang Batang Batang (cm) (cm)
(cm) (cm) Panjang Lebar Panjang Lebar
IPB 1 - 1 191 2.34 13 180 4 150 4
IPB 1 - 2 167 2.38 11 180 4 160 4
IPB 1 - 3 165 3.15 9 173 5 157 4
IPB 1 - 4 149 2.52 8 170 3.8 150 4
IPB 1 - 5 154 2.46 9 154 4 138 3.5
IPB 1 - 6 172 2.38 10 166 4.8 190 4.8
IPB 1 - 7 152 2.52 9 170 4.7 160 4.5
IPB 1 - 12 168 2.42 12 160 4.1 170 3.8
IPB 1 - 17 188 2.32 13 190 4 170 3.8
IPB 1 - 21 175 2.36 11 177 4 153 4
IPB 1 - 34 193 2.7 11 180 5 170 4.7
IPB 1 - 36 196 2.72 12 180 5 172 5.2
IPB 1 - 37 184 2.38 10 190 4.5 174 4.2
IPB 1 - 40 221 2.48 12 185 4 170 4.1
IPB 1 - 46 198 2.6 12 170 4.1 170 3.8
IPB 1 - 51 206 2.68 11 190 4.7 167 4.2
IPB 1 - 52 194 2.56 11 150 4.2 178 4.2
IPB 1 - 53 185 2.32 10 190 4.3 143 4
IPB 1 - 55 207 2.14 11 190 4.2 186 3.8
IPB 1 - 56 192 2.34 10 176 4 166 4.5
IPB 1 - 59 156 2.68 9 170 4 166 4.2
IPB 1 - 62 185 2.38 11 142 3.8 172 4.2
IPB 1 - 71 189 2.52 11 180 4.3 174 4.1
Isogenik
PS 851 155 2.58 10 164 4 150 4.1
X maks 221 3.15 13 190 5 190 5.2
X min 149 2.14 8 142 3.8 138 3.5
42
Lampiran 10. Tabel Hasil Skoring Keragaan Tebu Transgenik IPB 1 dan Isogenik PS 851
Tinggi Diameter Ruas Batang Jumlah Daun Atas (cm) Daun Bawah (cm) Jumlah
Klon Batang Batang Batang Panjang Lebar Panjang Lebar
(cm) (cm) per Petak
IPB 1 - 1 22920 140.4 1560 224 9000 80 3000 80 37004.4
IPB 1 - 2 10020 142.8 880 257 9000 80 4800 80 25259.8
IPB 1 - 3 9900 567 360 146 6920 300 4710 80 22983
IPB 1 - 4 4470 226.8 160 123 6800 38 3000 80 14897.8
IPB 1 - 5 4620 147.6 360 187 3080 80 1380 35 9889.6
IPB 1 - 6 10320 142.8 600 175 6640 288 11400 240 29805.8
IPB 1 - 7 4560 226.8 360 131 6800 235 4800 180 17292.8
IPB 1 - 12 10080 145.2 1200 133 4800 82 6800 76 23316.2
IPB 1 - 17 22560 139.2 1560 148 11400 80 6800 76 42763.2
IPB 1 - 21 15750 141.6 880 185 8850 80 3060 80 29026.6
IPB 1 - 34 23160 324 880 293 9000 300 6800 235 40992
IPB 1 - 36 23520 326.4 1200 135 9000 300 6880 312 41673.4
IPB 1 - 37 16560 142.8 600 125 11400 180 8700 126 37833.8
IPB 1 - 40 39780 223.2 1200 154 11100 80 6800 123 59460.2
IPB 1 - 46 29700 234 1200 182 6800 82 6800 76 45074
IPB 1 - 51 30900 321.6 880 162 11400 235 6680 126 50704.6
IPB 1 - 52 23280 230.4 880 175 3000 126 8900 126 36717.4
IPB 1 - 53 22200 139.2 600 164 11400 129 1430 80 36142.2
IPB 1 - 55 31050 64.2 880 218 11400 126 11160 76 54794.2
IPB 1 - 56 23040 140.2 600 197 8800 80 6640 180 39677.2
IPB 1 - 59 4680 321.6 360 128 6800 80 6640 126 19135.6
IPB 1 - 62 22200 142.8 880 193 1420 38 6880 126 31879.8
IPB 1 - 71 22680 226.8 880 193 9000 129 8700 123 41931.8
Isogenik PS 851 4650 232.2 600 115 4920 80 3000 123 13720.2
42