Anda di halaman 1dari 26

PAPER OBSTETRI

KELAINAN LETAK
Disusun Sebagai Tugas Mengikuti kepanitraan Klinik Stase SMF
Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Haji Medan Sumatra Utara

Oleh :

REVILA AULIA

102119086

Pembimbing :

dr. H. M. Khaidir, Sp. OG., MHA.

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN OBSTETRI DAN


GINEKOLOGI RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
BATAM 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
Paper Obstetri ini guna memenuhipersyaratan kapaniteraan klinik senior di bagian
Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Haji Medan dengan judul “Kelainan Letak”.

Shalawat dan salam tetap terlafatkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa kita ke zaman yang penuh ilmu
pengetahuan, beliau adalah figur yang senantiasa menjadi contoh suri tauladan yang
baik bagi penulis untuk menuju ridho Allah SWT.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen


pembimbing dibagian Obstetri dan Ginekologi yaitu dr. H. M. Khaidir, Sp. OG.,
MHA.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Paper Obstetri masih terdapat


banyak kekurangan baik dalam cara penulisan maupun penyajian materi. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sehingga
bermanfaat dalam penulisan paper Obstetri selanjutnya. Semoga paper Obstetri ini
bermanfaat bagi pembaca dan terutama bagi penulis.

Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Medan, Maret 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Letak janin didalam rahim tidak selamanya sama. Yang terbanyak atau
sering kita sebut letak biasa (normal) adalah jika letak janin dalam rahim
memanjang dengan kepala sebelah bawah dalam fleksi, artinya dengan ubun-ubun
kecil yang paling rendah. Dalam hal ini kedudukan anak harus pula normal, yakni
punggung membungkuk sedikit, kaki terlipat pada pangkal paha dan lekuk lutut
rapat ke badan , sedangkan kedua lengan bersilang dan merapat ke dada.
Kelainan letak janin dalam rahim ibu dapat menyebabkan permasalahan
pada proses persalinan yang berakibat buruk bagi janin dan juga ibunya. Kelainan
letak tubuh janin terbagi menjadi dua, yaitu letak sungsang dan letak lintang.
Letak sungsang dapat diketahui melalui pemeriksaan luar apabila bagian
bawah uterus tidak teraba bagian keras dan bulat, yaitu kepala, dan kepala teraba
di fundus. Denyut jantung janin pada umunya ditemukan setinggi atau lebih tinggi
dari umbilikus ibu. Sedangkan letak lintang dapat diketahui dengan palpasi
menunjukan bahwa fundus uteri tempatnya agak rendah jika dibandingkan
dengan usia kehamilan, bagian bawah tidak teraba bagian besar, kepala janin
teraba dibagian kiri atau bagian kanan perut ibu.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Letak (situs) merupakan hubungan antara sumbu panjang janin dengan
sumbu panjang ibu, situs memanjang atau membujur. Situs memanjang adalah
sumbu panjang janin sesuai dengan sumbu panjang ibu, dapat pada letak kepala
atau letak bokong, situs melintang adalah sumbu panjang janin melintang
terhadap sumbu panjang ibu, situs miring adalah sumbu panjang janin miring
terhadap sumbu panjang ibu.
Frekuensi situs memanjang 99,6% (96% letak kepala, 3,6% letak bokong)
dan 0,4% letak lintang atau miring.

B. Kelainan Letak Pada Janin


Kelainan letak pada janin terbagi menjadi dua yaitu, letak sungsang dan letak
lintang.
1. Letak Sungsang
Letak sungsang adalah janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim,
kepala berada di fundus dan bokong berada dibawah (Mochtar, Rusam, SO.
2010).

A. Bentuk–bentuk Letak Sungsang


Ada 3 tipe letak sungsang:
1. Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech) : 5 - 10 %.
Fetus berada dalam posisi duduk dalam jalan lahir tetapi bokong masih
merupakan presenting part. Seluruh anggota gerak janin fleksi sempurna
(tungkai dan lutut fleksi).
2. Presentasi bokong murni (frank breech) : 50 - 70 %.
Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki
terangkat ke atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin.
Dengan demikian pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong. (1,4)
3. Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (incomplete or
footlink) : 10 - 30 %.(1,4)

A. Epidemiologi
Kejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 3 - 4% dari seluruh persalinan
tunggal. Pada kehamilan setelah 37 minggu, didapatkan 5-7% letak sungsang /
presentasi bokong. Pada kehamilan trimester ke 2 (21-24 minggu) 33%. Pada
awal trimester ke 3 (29-32 minggu) 14%.
Kelainan kongenital terdapat 6-18% pada presentasi bokong, dibandingkan
2-3% pada presentasi kepala.

B. Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruang dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air
ketuban relative lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala,
letak sungsang atau letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air
ketuban relative berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih
besar dari pada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruangan yang
lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa
pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi,
sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam
presentasi kepala.

C. Etiologi
1) Sudut ibu
a. Keadaan rahim
b. Rahim  arkuatus
c. Septum pada rahim
d. Uterus dupleks
e. Mioma bersama kehamilan
2) Keadaan placenta
a. Plasenta letak rendah
b. Plasenta previa
c. Keadaan jalan lahir
d. Kesempitan panggul
e. Deformitas tulang panggul
f. Terdapat tumor menghalangi jalan lahir dan perputaran posisi kepala
3) Sudut Janin
a. Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
b. Hidrocefalus dan anenafalus
c. Kehamilan kembar
d. Hidramnion / oligohidram
e. Prematuritas

D. Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan jika masih ada keraguan dari pemeriksaan luar dan dalam,
sehingga harus di pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan
Ultrasonografi (USG) atau Magnetic Resonance Imaging (MRI). Pemeriksaan
USG diperlukan untuk konfirmasi letak janin, bila pemeriksaan fisik belum
jelas, menentukan letak plasenta, menentukan kemungkinan cacat bawaan.
Pada foto rontgen (bila perlu) untuk menentukan posisi tungkai bawah,
konfirmasi letak janin, serta fleksi kepala, menentukan kelainan bawaan anak.

E. Diagnosis
Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan keluhan subyektif dan pemeriksaan fisik atau
penunjang yang dilakukan.
Dari anamnesis didapatkan kalau ibu hamil akan merasakan perut
terasa penuh bagian atas dan gerakan anak lebih banyak dibagian bawah
rahim. Dari rwayat kehamilan mungkin diketahui pernah melahirkan
sungsang. Dsamping itu, pemeriksaan fisik Leopold dan penunjang seperti
USG dan rontgent juga diperlukan untuk menegakkan diagnosis.

F. Diagnosis Banding
Kehamilan dengan letak sungsang dapat didiagnosis dengan
kehamilan letak muka. Pemeriksaan fisik dengan palpasi Leopold masih
ditemukan kemiripan. Ini dibedakan dari pemeriksaan dalam yakni pada letak
sungsang akan didapatkan jari yang dimasukkan ke dalam anus mengalami
ringtangan otot dan anus dengan tuberosis ischii sesuai garis lurus.
Pada letak muka, jari yang masuk kedalam mulut akan meraba tulang
rahang dan alveola tanpa hambatan serta mulut dan tulang pipi membentuk
segitiga. Sedangkan dengan USG atau rontgen sangatlah dapat dibedakan.

G. Penatalaksanaan
1. Dalam Kehamilan
Pada umur kehamilan 28 – 30 minggu, mencari kausa daripada letak
sungsang yakni dengan USG, seperti plasenta previa, kelainan congenital,
kehamilan ganda, kelainan uterus, dan lain-lain. Jika tidak ada kelainan pada
hasil USG, maka dilakukan knee chest position atau dengan versi luar (jika
tidak ada kontraindikasi).
Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan 34-38 minggu. Pada
umumnya versi luar sebelum minggu 34 belum perlu dilakukan karena
kemungkinan besar janin dapat memutar sendiri, sedangkan setelah minggu
ke 38 versi luar sulit dilakukan karena janin sudah besar dan jumlah air
ketuban relative telah berkurang. Sebelum melakukan versi luar diagnosis
letak janin harus pasti sedangkan denyut jantung janin harus dalam keadaan
baik.
Kontraindikasi untuk melakukan versi luar :
1. Panggul sempit
2. Perdarahan antepartum
3. Hipertensi
4. Hamil kembar
5. Plasenta previa.
Keberhasilan versi luar 35-86% (rata-rata 58%). Peningkatan
keberhasilan terjadi pada multiparitas, usia kehamilan, frank breech, letak
lintang.

2. Dalam Persalinan
JENIS - JENIS PERSALINAN SUNGSANG
A. Persalinan Pervaginam
Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin pervaginam,
persalinan pervaginam dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Persalinan Spontan,
2. Manual Aid,
3. Ekstraksi Sungsang.

1. Persalinan Spontan
Persalinan spontan (spontaneous breech), janin dilahirkan dengan kekuatan dan
tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut Cara Bracht terdiri dari 3 tahapan:
1. Fase lambat pertama:
Mulai dari lahirnya bokong sampai umbilicus (scapula).
Disebut fase lambat oleh karena tahapan ini tidak perlu ditangani secara tergesa-
gesa mengingat tidak ada bahaya pada ibu dan anak yang mungkin terjadi.
2. Fase cepat:
Mulai lahirnya umbilicus sampai mulut.
Pada fase ini kepala janin masuk panggul sehingga terjadi oklusi pembuluh darah
tali pusat antara kepala dengan tulang panggul, sehingga sirkulasi uteroplasenta
terganggu.
3. Fase lambat kedua:
Mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala
Fase ini disebut fase lambat oleh karena tahapan ini tidak boleh di lakukan secara
tergesa-gesa untuk menghindari dekompresi kepala yang terlampau cepat yang
dapat menyebabkan perdarahan intracranial.

Teknik :
1. Sebelum melakukan pimpinan persalinan, penolong harus memperhatikan sekali
lagi persiapan untuk ibu, janin, maupun penolong. Pada persiapan kelahiran, janin
harus selalu disediakan Cunam Piper.
2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedangkan penolong berada di depan vulva. Ketika
timbul His, ibu disuruh mengejan dan merangkul kedua pangkal paha. Pada saat
bokong mulai membuka vulva (crowning) disuntikkan 2 - 5 unit Oksitosin i.m.
3. Episiotomy dikerjakan saat bokong membuka vulva. Segera setelah bokong lahir,
bokong dicengkram secara Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu
panjang paha, sedangkan jari-jari lain memegang panggul.
4. Pada setiap His, ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir dan tampak
teregang, tali pusat dikendorkan. Kemudian penolong melakukan hiperlordosis
pada badan janin guna mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin
didekatkan ke punggung ibu. Penolong hanya mengikuti gerakan ini tanpa
melakukan tarikan, sehingga gerakan tersebut disesuaikan dengan gaya berat
badan janin. Bersamaan dengan dilakukannya hiperlordosis, seorang asisten
melakukan ekspresi Kristeller pada fundus uteri sesuai dengan sumbu panggul.
Dengan gerakan hiperlordosis ini, berturut-turut lahir pusar, perut, badan, lengan,
dagu, mulut dan akhirnya kepala. (Gambar 3)
5. Janin yang baru lahir segera diletakkan di perut ibu. Bersihkan jalan napas dan
rawat tali pusat.

Keuntungan :
Dapat mengurangi terjadinya bahaya infeksi oleh karena tangan penolong tidak ikut
masuk ke dalam jalam lahir. Dan cara ini yang paling mendekati persalinan
fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin.

Kerugian :
Dapat mengalami kegagalan sehingga tidak semua persalinan letak sungsang dapat
dipimpin secara Bracht. Terutama terjadi pada keadaan panggul sempit, janin besar,
jalan lahir kaku seperti pada primigravida, adanya lengan mengungkit atau menunjuk.

Gambar 3. Hiperlordosis pada persalinan spontan

2. Manual Aid
Manual Aid (partial breech extraction; assisted breech delivery), janin dilahirkan
sebagian menggunakan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga
penolong.

Indikasi :
Dilakukan jika pada persalinan dengan cara Bracht mengalami kegagalan, misalnya
terjadi kemacetan saat melahirkan bahu atau kepala. Dan memang dari awal sudah
direncanakan untuk manual aid.

Tahapan :
1. Tahap pertama : lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan kekuatan
dan tenaga ibu sendiri.
2. Tahap kedua : lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong.
Cara / teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara :
a. Klasik (Deventer)
b. Mueller
c. Lovset
d. Bickenbach
3. Tahap ketiga : lahirnya kepala, dapat dengan cara :
a. Mauriceau (Veit - Smellie)
b. Najouks
c. Wigand Martin - Winckel
d. Parague terbalik
e. Cunam Piper

Teknik :
Tahap pertama persalinan secara Bracht sampai tali pusar lahir. Tahap kedua
melahirkan bahu dan lengan oleh penolong :
1. Cara Klasik
Prinsip : melahirkan lengan belakang terlebih dahulu, karena lengan belakang
berada di ruang yang luas (sacrum), kemudian melahirkan lengan depan yang
berada di bawah symphisis.
Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan
kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati
perut ibu. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan
lahir dan dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai fossa
cubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan
bawah mengusap muka janin.
Untuk melahirkan lengan depan, pergelangan kaki janin diganti dengan tangan
kanan penolong dan ditarik cunam ke bwah sehingga punggung janin mendekati
punggung ibu.
Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan. Keuntungan cara klasik adalah
pada umumnya dapat dilakukan pada semua persalinan letak sungsang, tetapi
kerugiannya lengan janin janin relatif tinggi di dalam panggunl, sehingga jari
penolong harus masuk ke dalam jalan lahir yang dapat menimbulkan infeksi.

Gambar 4. Cara Klasik


2. Cara Mueller
Prinsip : melahirkan bahu dan lengan depan lebih dulu dengan ekstraksi, baru
kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang.
Bokong janin dipegang dengan femuro-pelvic, yaitu kedua ibu jari penolong
diletakkan sejajar spina sacralis media dan jari telunjuk pada crista illiaca dan jari-
jari lain mencengkram bagian depan. Kemudian badan ditarik ke cunam ke bawah
sejauh mungkin sampai bahu depan tampak di bawah symphisis dan lengan depan
dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya. Setelah bahu depan dan lengan lahir,
tarik badan janin ke atas sampai bahu belakang lahir. Tangan penolong tidak
masuk ke dalam jalan lahir sehingga mengurangi infeksi.

Gambar 5. Cara Mueller

3. Cara Lovset
Prinsip : memutar badan janin dalam setengah lingkaran bolak - balik sambil
dilakukan traksi cunam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada di
belakang akhirnya lahir dibawah symphisis dan lengan dapat dilahirkan.

Gambar 6. Cara Lovset


Keuntungannya yaitu sederhana dan jarang gagal, dapat dilakukan pada semua
letak sungsang, dan minimal bahaya infeksi. Cara lovset tidak dianjurkan
dilakukan pada sunsang dengan primigravida, janin besar, dan panggul sempit.

4. Cara Bickhenbach
Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan cara
klasik.

Tahap ketiga melahirkan kepala yang menyusul (after coming head)


1. Cara Mauriceau
Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan lahir.
Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk, sementara jari keempat
mencengkram leher. Badan anak diletakkan diatas lengan bawah penolong seolah-
olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang lain
mencengkram leher janin dari punggung. Kedua tangan penolong menarik kepala
janin curam ke bawah sambil seorang asisten melakukan ekspresi kristeller.
Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh penolong yang mencengkram leher janin
dari arah punggung. Bila suboksiput tampak dibawah symphisis, kepala dielevasi
keatas dengan suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut dagu,
mulut, hidung, mata, dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya seluruh kepala janin
lahir.
Gambar 7. Cara Mauriceau (Veit – Smellie)

2. Cara Najouks
Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga jari penolong tidak
dimasukkan ke dalam mulut janin. Kedua tangan penolong yang mencengkram
leher janin menarik bahu curam ke bawah dan bersamaan dengan itu seorang
asisten mendorong kepala janin ke arah bawah. Cara ini tidak dianjurkan lagi
karena menimbulkan trauma yang berat.

3. Cara Prague Terbalik


Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di belakang dekat
sacrum dan muka janin menghadap symphisis. Satu tangan penolong
mencengkram leher dari bawah dan punggung janin diletakkan pada telapak
tangan penolong. Tangan penolong yang lain memegang kedua pergelangan kaki,
kemudian ditarik keatas bersamaan dengan tarikan pada bahu janin sehingga perut
janin mendekati perut ibu. Dengan laring sebagai hipomoklion, kepala janin dapat
dilahirkan.

Gambar 8. Cara Prague Terbalik


4. Cara Cunam Piper
Seorang asisten memegang badan janin pada kedua kaki dan kedua lengan janin
diletakkan di punggung janin. Kemudian badan janin dielevasi ke atas sehingga
punggung janin mendekati punggung ibu. Pemasangan cunam piper sama
prinsipnya dengan pemasangan pada letak belakang kepala, hanya saja cunam
dimasukkan dari arah bawah sejajar dengan pelipatan paha belakang. Setelah
oksiput tampak di bawah symphisis, cunam dielevasi ke atas dan dengan
suboksiput sebagai hipomoklion berturut-turut lahir dagu, mulut, muka, dahi dan
akhirnya seluruh kepala janin lahir.

Gambar 9. Cara Cunam Piper


3. Ekstraksi Sungsang
Ekstraksi sungsang (total breech extraction), janin dilahirkan seluruhnya dengan
memakai tenaga penolong.

Teknik :
1. Teknik Ekstraksi Kaki
Tangan dimasukkan ke dalam jalan lahir mencari kaki depan dengan menelusuri
bokong, pangkal paha sampai lutut, kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada
paha janin sehingga kaki bawah menjadi fleksi. Tangan yang yang di luar
mendorong fundus uteri ke bawah. Setelah kaki bawah fleksi pergelangan kaki
dipegang oleh jari kedua dan jari ketiga dan dituntun keluar dari vagina sampai
batas lutut. Kedua tangan memegang betis janin, kaki ditasrik cunam ke bawah
sampai pangkal paha lahir.
Pangkal paha dipengang, kemudian tarik cunam ke bawah, trochanter depan lahir.
Kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama dielevasi keatas sehingga
trochanter belakang lahir dan bokong pun lahir.
Setelah bokong lahir, maka untuk melahirkan janin selanjutnya dipakai teknik
pegangan femuro-pelvik, badan janin ditarik curam kebawah sampai pusar lahir.
Selanjutnya, untuk melahirkan badan janin yang lainnya, dilakukan cara persalinan
yang sama seperti manual aid.

2. Teknik Ekstraksi Bokong.


Dilakukan pada letak bokong murni (frank breech) dan bokong sudah berada di
dasar panggul sehingga sukar menurunkan kaki. Jari telunjuk tangan penolong
yang searah bagian kecil janin dimasukkan ke dalam jalan lahir dan diletakkan di
pelipatan paha depan. Dengan jari telunjuk ini pelipatan paha dikait dan ditarik
curam kebawah, sehingga trochanter tampak dibawah symphisis, maka jari
telunjuk penolong yang lain segera mengait pelipatan paha, ditarik curam kebawah
sampai bokong lahir.
Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara femuro-pelvik kemudian janin
dapat dilahirkan dengan cara manual aid
B Persalinan perabdominal (Seksio Sesaria)
Persalinan letak sungsang dengan seksio sesaria sudah tentu merupakan yang terbaik
ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan letak sungsang
pervaginam member trauma yang sangat berarti bagi janin. Namun hal ini tidak
berarti bahwa semua letak sungsang harus dilahirkan perabdominal.
Persalinan diakhiri dengan seksio sesar, bila :
1. Persalinan pervaginam diperkirakan sukar dan berbahaya (Disproporsi Feto-Pelvic
atau scor Zachtuchni Andros ≤ 3).

Tabel 2. Scor Zachtuchni Andros


Nilai
Parameter
0 1 2
Paritas Primi Multi -
Pernah letak sungsang Tidak 1x ≥2x
TBBJ > 3650 gr > 3649 – 3176 gr < 3176 gr
Usia kehamilan > 39 minggu 38 minggu < 37 minggu
Penurunan < -3 -2 -1 atau >
Pembukaan serviks 2 cm 3 cm ≥ 4 cm

Keterangan :
 ≤3 : persalinan perabdominal.
 4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya BBJ, bila nilai tetap dapat
dilahirkan pervaginam
 >5 : dilahirkan pervaginam.
2. Tali pusat menumbung pada primi / multigravida
3. Didapatkan distosia
4. Umur kehamilan :
 Prematur (EFBW = 2000 gr)
 Post date (umur kehamilan ≥ 42 minggu).
5. Nilai anak (hanya sebagai pertimbangan)
Riwayat persalinan yang lalu : riwayat persalinan buruk, nilai social janin tinggi.
6. Komplikasi kehamilan dan persalinan :
 Hipertensi dalam persalinan
 Ketuban Pecah Dini.

Kerugian Seksio Sesar pada persalinan letak sungsang :


 Menimbulkan kecacatan pada otot rahim yang merupakan lokus minoris
resistensi.
 Terjadi infeksi
 Perdarahan.

Keuntungan Seksio sesar pada persalinan sungsang :


 Perdarahan dan trauma persalinan dapat dikendalikan
 Morbiditas dan mortalitas bayi rendah.

H. Komplikasi
Komplikasi persalinan letak sungsang (trias komplikasi) antara lain :
1. Dari faktor ibu :
 Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir, atonia uteri, sisa plasenta.
 Infeksi karena terjadi secara ascendens melalui trauma (endometritis).
 Trauma persalinan seperti trauma jalan lahir, symphisidiolisis.
2. Dari faktor bayi :
 Perdarahan, seperti perdarahan intracranial, edema intracranial, perdarahan alat-
alat vital intra-abdominal.
 Infeksi karena manipulasi
 Trauma persalinan seperti dislokasi / fraktur ekstremitas, persendian leher,
rupture alat-alat vital intra-abdominal, kerusakan pleksus brachialis dan facialis,
kerusakan pusat vital di medulla oblongata, trauma langsung alat-alat vital
(mata, telinga, mulut), asfiksia sampai lahir mati.(1,3,4)

A. Prognosa
Terhadap ibu umumnya prognosa persalinan letak sungsang kurang baik dari
letak kepala, karena biasanya ketuban pecah terlebih dahulu, partus belangsung
lebih lama dan kemungkinan infeksi lebih besar.
Terhadap anak prognosa lebih buruk lagi karena sering lahir tidak genap
bulannya, dalam Ahal letak sungsang juga ada kemungkinan besar timbulnya
prolapsus foeniculli. Ini disebabkan pusat letaknya lebih dekat pada ostium
internum uteri dan antara tungkai dan badan anak terdapat ruangan yang agak
luas.

2. Letak Lintang
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana sumbu panjang janin kira-kira
tegak lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu (janin melintang di dalam uterus)
dengan kepala terletak di salah satu fossa iliaka dan bokong pada fossa iliaka
yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala
janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul.
Pada letak lintang bahu menjadi bagian terendah yang juga disebut sebagai
presentasi bahu atau presentasi akromnion dimana arah akromion yang
menghadap sisi tubuh ibu menentukan jenis letaknya yaitu letak akromion kiri
atau kanan.
A. Kalsifikasi
1) Menurut letak kepala terbagi atas:
a. Lli I : kepala di kiri
b. Lli II : kepala di kanan
2) Menurut posisi punggung terbagi atas:
a. dorso anterior (di depan)
b. dorso posterior (di belakang)
c. dorso superior (di atas)
d. dorso inferior (di bawah)

B. Etiologi
Penyebab utama :
1) Relaksasi berlebihan dinding abdomen akibat multiparitas yang tinggi.
2) Janin premature.
3) Plasenta previa.
4) Uterus abnormal.
5) Cairan amnion berlebih.
6) Panggul sempit.

C. Diagnosa
Adanya letak lintang sering sudah dapat diduga hanya dengan inspeksi.
Uterus tampak lebih melebar dan fundus uteri membentang hingga sedikit di atas
umbilikus sehingga lebih rendah tidak sesuai dengan umur kehamilannya.
Gambar 1. Pemeriksaan luar pada letak lintang
Pada palpasi fundus uteri kosong, balotemen kepala teraba pada salah satu
fossa iliaka dan bokong pada fossa iliaka yang lain, dan di atas simfisis juga kosong,
kecuali bila bahu sudah turun kedalam panggul. Apabila bahu sudah masuk kedalam
panggul, pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahu dan tulang-tulang iga. Bila
aksila dapat diraba, arah menutupnya menunjukkan letak dimana kepala janin berada.
Bila aksila menutup ke kiri, kepala berada di sebelah kiri, sebaliknya bila aksila
menutup ke kanan, kepala berada di sebelah kanan. Denyut jantung janin ditemukan
di sekitar umbilikus. Pada saat yang sama, posisi punggung mudah diketahui.
Punggung dapat ditentukan dengan terabanya skapula dan ruas tulang belakang,
sedangkan dada dengan terabanya klavikula. Pada pemeriksaan dalam, pada tahap
awal persalinan, bagian dada bayi, jika dapat diraba, dapat dikenali dengan
adanya“rasa bergerigi” dari tulang rusuk. Bila dilatasi bertambah, skapula dan
klavikula pada sisi toraks yang lain akan dapat dibedakan. Bila punggungnya terletak
di anterior, suatu dataran yang keras membentang di bagian depan perut ibu; bila
punggungnya di posterior, teraba nodulasi irreguler yang menggambarkan bagian-
bagian kecil janin dapat ditemukan pada tempat yang sama. Kadang-kadang dapat
pula diraba tali pusat yang menumbung.
Pada tahap lanjut persalinan, bahu akan terjepit erat di rongga panggul dan salah
satu tangan atau lengan sering mengalami prolaps ke vagina dan melewati vulva.

D. Mekanisme Persalinan Letak Lintang


Pada letak lintang dengan ukuran panggul normal dan janin cukup
bulan, tidak dapat terjadi persalinan spontan. Bila persalinan dibiarkan dapat
menyebabkan kematian janin atau rupture uteri.
Bahu masuk dalam panggul,sehingga rongga panggul seluruhnya terisi
bahu dan bagian-bagian tubuh lainnya janin tidak dapat lagi turun lebih lanjut
dan terjepit dalam rongga panggul. Segmen atas uterus berkontraksi
sedangkan segmen bawah uterus melebar dan menipis sebagai usaha untuk
mengeluarkan janin.
Keadaan ini disebut lintang kasip, yang butuh pertolongan segera,
kalau janin kecil sudah mati dan menjadi lembek dapat terjadi persalinan
spontan. Janin lahir dalam keadaan terlipat melalui jalan lahir (konduplikasio)
atau lahir dengan evolusio spontanea menurut cara denman atau douglas.
1) Pada cara denman laterofleksi : terjadi pada atas dan tulang belakang bagian
bawah setelah bahu lahir, lahirlah bokong lalu kemudian dada dan kepala.
2) Pada cara douglas laterofleksi terjadi kebawah dan pada tulang pinggang /
belakang bagian atas setelah bahu lahir sisi thorax, perut, bokong dan
menyusul kepala.

E. Penatalaksanaan

Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang, sebaiknya


diusahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Sebelum
melakukan versi luar harus melakukan pemeriksaan dengan teliti ada tidaknya
panggul sempit, tumor dalam panggul, atau plasenta previa yang dapat
membahayakan janin dan meskipun versi luar berhasil, janin mungkin akan memutar
kembali. Untuk mencegah janin memutar kembali, ibu dianjurkan menggunakan
korset, dan dilakukan pemeriksaan antenatal ulangan untuk menilai letak janin. Ibu
diharuskan masuk rumah sakit lebih dini pada permulaan persalinan sehingga bila
terjadi perubahan letak dapat segeraditentukan diagnosis dan penanganannya. Pada
permulaan persalinan masih dapat diusahakan mengubah letak lintang menjadi
presentasi kepala bila pembukaan masih kurang dari 4 cm dan ketuban belum pecah.
Pada seorang primigravida bila versi luar tidak berhasil, sebaiknya segera dilakukan
seksio sesarea. Sikap ini berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

a. Bahu tidak dapat melakukan dilatasi pada serviks dengan baik, sehingga pada
seorang primigravida kala I menjadi lama dan pembukaan serviks sukar menjadi
lengkap.
b. Karena tidak ada bagian besar janin yang menahan tekanan intra-uterin pada
waktu his, maka lebih sering terjadi pecah ketuban sebelum pembukaan serviks
sempurna dan dapat mengakibatkan terjadinya prolapsus funikuli.
c. Pada primigravida versi ekstraksi sukar dilakukan.
Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung kepada
beberapa faktor. Apabila riwayat obstetrik wanita yang bersangkutan baik, tidak
didapatkan panggul sempit, dan janin tidak besar, dapat ditunggu dan diawasi sampai
pembukaan serviks lengkap untuk kemudian melakukan versi ekstraksi. Selama
menunggu harus diusahakan supaya ketuban tetap utuh dan melarang wanita tersebut
bangun atau meneran. Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan
terdapat prolapsus funikuli, harus segera dilakukan seksio sesarea. Jika ketuban
pecah, tetapi tidak ada prolapsus funikuli, maka bergantung kepada tekanan, dapat
ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian dilakukan versi ekstraksi atau
mengakhiri persalinan dengan seksio sesarea. Dalam hal ini persalinan dapat diawasi
untuk beberapa waktu guna mengetahui apakah pembukaan berlangsung dengan
lancar atau tidak.Versi ekstraksi dapat dilakukan pula pada kehamilan kembar apabila
setelah bayi pertama lahir,ditemukan bayi kedua berada dalam letak lintang. Pada
letak lintang kasep, versi ekstraksi akan mengakibatkan ruptur uteri, sehingga bila
janin masih hidup, hendaknya dilakukan seksio sesarea dengan segera, sedangkan
pada janin yang sudah mati dilahirkan pervaginam dengan dekapitasi.1,4

Pada seksio sesarea pemilihan insisi uterus pada letak lintang tergantung dari
posisi punggung janin terhadap pintu atas panggul, insisi pada segmen bawah rahim
dilakukan bila posisi punggung janin adalah dorso superior. Bila janin dorso inferior
dan pada keadaan-keadaan lain dimana insisi segmen bawah rahim tidak dapat
dilakukan, maka insisi klasik (korporal) dapat dilakukan.

F. Prognosa
Meskipun letak lintang dapat diubah menjadi presentasi kepala, tetapi kelainan-
kelainan yang menyebabkan letak lintang, seperti misalnya panggul sempit, tumor
panggul dan plasenta previa masih tetap dapat menimbulkan kesulitan pada
persalinan. Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap
ibu maupun janinnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian janin pada letak lintang


disamping kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan ruptur uteri, juga sering
akibat adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi untuk
melahirkan janin. Versi ekstraksi ini dahulu merupakan tindakan yang sering
dilakukan,tetapi pada saat ini sudah jarang dilakukan, karena besarnya trauma baik
terhadap janin maupun ibu, seperti terjadinya ruptur uteri dan robekan jalan lahir
lainnya. Angka kematian ibu berkisar antara 0-2% (RS Hasan Sadikin
Bandung,1996), sedangkan angka kematian janin diRumah Sakit Umum Pusat
Propinsi Medan 23,3% dan di RS Hasan Sadikin Bandung 18,3%.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Letak (situs) merupakan hubungan antara sumbu panjang janin dengan sumbu
panjang ibu, situs memanjang atau membujur.Situs memanjang adalah sumbu
panjang janin sesuai dengan sumbu panjang ibu, dapat pada letak kepala atau
letak bokong, situs melintang adalah sumbu panjang janin melintang terhadap
sumbu panjang ibu, situs miring adalah sumbu panjang janin miring terhadap
sumbu panjang ibu.
Letak janin didalam rahim tidak selamanya sama. Yang terbanyak atau sering
kita sebut letak biasa (normal) adalah jika letak janin dalam rahim memanjang
dengan kepala sebelah bawah dalam fleksi, artinya dengan ubun-ubun kecil yang
paling rendah. Dalam hal ini kedudukan anak harus pula normal, yakni punggung
membungkuk sedikit, kaki terlipat pada pangkal paha dan lekuk lutut rapat ke
badan , sedangkan kedua lengan bersilang dan merapat ke dada.
B. Saran
1. Untuk para ibu yang sedang hamil untuk rutin memeriksakan kehamilannya 
ke tenaga kesehatan yang berwenang.
2. Apabila diketahui ada kelainan letak pada janin maka anjurkan ibu untuk
USG
3. Bila hasil mendapatkan letak lintang anjurkan ibu untuk latihan dan
melakukan kneechest atau posisi lutut dada, setiap hari minimal 2 kali sehari
selama ± 5 menit, untuk mengembalikan posisi bayinya menjadi presentasi
kepala.
4. Bagi tenaga kesehatan yang belum mahir jangan sekali2 berani melahirkan
letak lintang.

DAFTAR PUSTAKA

S. A. Goelam. arts. Imu Kebidanan. Balai Pustaka Djakarta. 2010.

Obstetri Patologi. (1984). Bandung: Bag. Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD


Bandung.

Mochtar, D. 2000. Letak Lintang (Transverse Lie) dalam Sinopsis Obstetri :


Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi 2ndeds. EGC. Jakarta.

Llweilyn. Jones, D. 2001. Kelainan Presentasi Janin dalam Dasar – dasar Obsteri &


Ginekologi. Hipokrates. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai