Anda di halaman 1dari 13

Zakat Dan Problematikanya

Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Studi Fiqih

Dosen Pengampu : Hj. Any Umy Mashlahah, M.Pd.

Disusun oleh :

Kelompok 10

1. Izza Nurhaya (2010510093)


2. Fia ‘Ishma (2010510098)
3. M. Khoirul Huda (2010510103)

PROGRAM STUDI METODOLOGI STUDI FIQIH

FAKULTAS TARBIYAH PRODI TADRIS BAHASA INGGRIS

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

TAHUN 2021

1
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah yang maha kuasa yang telah memberikan rahmat
serta karunianya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat
pada waktunya meskipun dalam bentuk juga isinyaa yang sangat sederhana.kami berharab
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan pembaca untuk menambah ilmu pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makah
ini,akhir kata,kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.semoga allah yang maha kuasa senantiasa
meridhoi segala urusan kita,amiin

Kudus,26 Mei 2021

Penulis

2
Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................................................................................2
Daftar Isi......................................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
A. Pengertian Zakat..............................................................................................................................5
B. Jenis Zakat.......................................................................................................................................5
1. Zakat Fitrah.................................................................................................................................5
2. Zakat Maal (Harta)......................................................................................................................6
C. Syarat Zakat.....................................................................................................................................6
1. Syarat yang Berhubungan dengan Subjek atau Pelaku.................................................................6
2. Syarat-syarat yang Berhubungan dengan Jenis Harta..................................................................7
D. Rukun Zakat....................................................................................................................................8
E. Yang Berhak Menerima Zakat.........................................................................................................8
1. Fakir............................................................................................................................................8
2. Miskin..........................................................................................................................................8
3. Amil.............................................................................................................................................8
4. Mu’allaf.......................................................................................................................................8
5. Hamba Sahaya.............................................................................................................................9
6. Gharimin......................................................................................................................................9
7. Fisabilillah.................................................................................................................................10
8. Ibnus Sabil.................................................................................................................................11
F. Hikmah dan Keutamaan Ibadah Zakat...........................................................................................11
BAB III......................................................................................................................................................12
A. Kesimpulan....................................................................................................................................12
B. Saran..............................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Zakat merupakan suatu ibadah yang dipergunakan untuk kemaslahatan umat sehingga
dengan adanya zakat (baik zakat fitrah maupun zakat maal) kita dapat mempererat tali
silaturahmi dengan sesama umat Islam maupun dengan umat lain. Zakat suatu kewajiban bagi
umat Islam yang digunakan untuk membantu masyarakat lain, menstabilkan ekonomi
masyarakat dari kalangan bawah hingga kalangan atas, sehingga dengan adanya zakat umat
Islam tidak ada yang tertindas karena zakat dapat menghilangkan jarak antara si kaya dan si
miskin. Pada setiap Hari Raya Idul Fitri, setiap orang Islam baik laki-laki maupun perempuan,
besar kecil, merdeka atau hamba, diwajibkan membayar zakat fitrah sebanyak 3,5 liter atau satu
sha dari makanan pokok dari tiap-tiap berbagai daerah ataupun dengan sejumlah uang. Perintah
mulai diwajibkannnya zakat fitrah untuk kaum muslimin terjadi pada bulan Sya’ban tahun kedua
Hijriah, tahun ketika diwajibkannya puasa Ramadhan.

Tujuannya adalah untuk menyucikan orang yang berpuasa dari ucapan kotor dan perbuatan yang
tidak ada gunanya, serta untuk memberi makanan kepada orang-orang miskin dan mencukupkan
mereka dari kebutuhan dan meminta-minta pada Hari Raya Idul Fitri. Pengelolaan zakat fitrah
yang baik, merupakan sumber dana potensial yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan
kesejahteraan umum bagi seluruh masyarakat. Pendistribusian zakat kepada para mustahik dapat
dalam bentuk konsumtif atau produktif. Zakat akan diberikan secara konsumtif apabila mustahik
cenderung masih kesulitan untukdapat memenuhi kebutuhannya, sementara jika nantinya
kebutuhan pokoknya sudah terpenuhi maka akan dibekali dengan keterampilan dan modal kerja,
sehingga diharapkan nantinya orang tersebut akan menjadi muzakki-muzakki baru. Di Indonesia
pengelolaan zakat diatur berdasarkan Undang-undang No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan
Zakat. Didalamnya dijelaskan tentang lembaga pengelola zakat yang terdiri dari dua macam,
yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Badan Amil Zakat adalah
lembaga pemerintah yang melaksanakan pengelolaan zakat, baik di tingkat nasional, provinsi,
maupun kota/kabupaten, sedangkan Lembaga Amil Zakat adalah lembaga yang dibentuk
masyarakat yang memiliki tugas membantu pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Zakat

Zakat menurut etimologi (bahasa) adalah suci, tumbuh, berkembang, dan berkah.
Sedangkan menurut terminologi (istilah) zakat adalah kadar harta tertentu yang diberikan kepada
yang berhak menerimanya dengan syarat tertentu. Pengertian zakat menurut Undang-Undang
nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, ”Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan
oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai
dengan syariat islam.”

Menurut Yusuf Qardhawi zakat adalah sejumlah kadar harta tertentu yang diwajibkan
Allah untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Orang yang telah
mengeluarkan zakat berarti dia telah membersihkan jiwa, diri serta hartanya dari hak orang lain
atas apa yang ada pada miliknya serta menumbuhkan pahala. Hukum zakat adalah rukun Islam
yang lima, fardu ‘ain atas tiap-tiap orang yang cukup syarat-syaratnya. Zakat mulai diwajibkan
pada tahun kedua Hijriah. Firman Allah SWT, dalam surat Al-Baqarah : 277

ٌ ْ‫ت َواَقَا ُموا الص َّٰلوةَ َو ٰاتَ ُوا ال َّز ٰكوةَ لَهُ ْم اَجْ ُرهُ ْم ِع ْن َد َربِّ ِه ۚ ْم َواَل خَ و‬
‫ف‬ ّ ٰ ‫اِ َّن الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا َو َع ِملُوا ال‬
ِ ‫صلِ ٰح‬
َ‫َعلَ ْي ِه ْم َواَل هُ ْم يَحْ َزنُوْ ن‬
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan
shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

B. Jenis Zakat
1. Zakat Fitrah
Zakat fitrah ialah zakat diri yang diwajibkan atas diri setiap individu lelaki dan perempuan
muslim yang berkemampuan dengan syarat-syarat yang ditetapkan. Kata fitrah yang ada merujuk
pada keadaan manusia saat baru diciptakan sehingga dengan mengeluarkan zakat ini manusia
dengan izin Allah akan kembali fitrah.

Besar zakat yang dikeluarkan menurut para ulama adalah sesuai penafsiran terhadap
hadits adalah sebesar satu sha’ (1 sha’=4 mud, 1 mud=675 gr) atau kira-kira setara dengan 3,5
liter atau 2,7 kg makanan pokok (tepung, kurma, gandum, aqith) atau yang biasa dikonsumsi di
daerah bersangkutan (Mazhab syafi’i dan Maliki). Zakat Fitrah dikeluarkan pada bulan
Ramadan, paling lambat sebelum orang-orang selesai menunaikan Salat Ied. Jika waktu
penyerahan melewati batas ini maka yang diserahkan tersebut tidak termasuk dalam kategori
zakat melainkan sedekah biasa.

5
2. Zakat Maal (Harta)
Zakat yang dikeluarkan seorang muslim yang mencakup hasil perniagaan, pertanian,
pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas, dan perak. Masing-masing jenis
memiliki perhitungannya sendiri-sendiri. Macam-macam zakat mal dibedakan atas objek
zakatnya antara lain:

 Hewan ternak. Meliputi semua jenis & ukuran ternak (misal: sapi, kerbau, kambing,
domba, dan ayam).
 Hasil pertanian. Hasil pertanian yang dimaksud adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau
tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-mayur, buah-
buahan, tanaman hias, rumput-rumputan, dedaunan, dll.
 Emas dan perak. Meliputi harta yang terbuat dari emas dan perak dalam bentuk apapun.
 Harta perniagaan. Harta perniagaan adalah semua yang diperuntukkan untuk
diperjualbelikan dalam berbagai jenisnya, baik berupa barang seperti alat-alat, pakaian,
makanan, perhiasan, dll. Perniagaan di sini termasuk yang diusahakan secara perorangan
maupun kelompok/korporasi.
 Hasil tambang (makdin). Meliputi hasil dari proses penambangan benda-benda yang
terdapat dalam perut bumi/laut dan memiliki nilai ekonomis seperti minyak, logam, batu
bara, mutiara, dan lain-lain.
 Barang temuan (rikaz). Yakni harta yang ditemukan dan tidak diketahui pemiliknya
(harta karun).

Zakat profesi, yakni zakat yang dikeluarkan dari penghasilan profesi (hasil profesi) bila telah
mencapai nisab. Profesi dimaksud mencakup profesi pegawai negeri atau swasta, konsultan,
dokter, notaris, akuntan, artis, dan wiraswasta.

C. Syarat Zakat
Syarat dalam ibadah zakat, yaitu syarat yang berkaitan dengan subjek zakat/muzaki (orang
yang mengeluarkan zakat) dan objek zakat (harta yang dizakati).

1. Syarat yang Berhubungan dengan Subjek atau Pelaku


Syarat zakat yang berhubungan dengan subjek atau pelaku (muzaki: orang yang terkena
wajib zakat) adalah sebagai berikut.

 Islam.
 Merdeka.
 Balig.
 Berakal.

6
2. Syarat-syarat yang Berhubungan dengan Jenis Harta
Syarat-syarat yang berhubungan dengan jenis harta (sebagai objek zakat) adalah sebagai
berikut.

 Milik Penuh

Artinya penuhnya pemilikan, maksudnya bahwa kekayaan itu harus berada dalam kontrol
dan dalam kekuasaan yang memiliki, (tidak bersangkut di dalamnya hak orang lain), baik
kekuasaan pendapatan maupun kekuasaan menikmati hasilnya.

 Berkembang

Artinya harta itu berkembang, baik secara alami berdasarkan sunatullah maupun bertambah
karena ikhtiar manusia. Makna berkembang di sini mengandung maksud bahwa sifat
kekayaan itu dapat mendatangkan income, keuntungan, atau pendapatan.

 Mencapai Nisab

Artinya mencapai jumlah minimal yang wajib dikeluarkan zakatnya. Contohnya nisab ternak
unta adalah lima ekor dengan kadar zakat seekor kambing. Dengan demikian, apabila jumlah
unta kurang dari lima ekor, maka belum wajib dikeluarkan zakatnya.

 Lebih dari Kebutuhan Pokok

Artinya harta yang dimiliki oleh seseorang itu melebihi kebutuhan pokok yang diperlukan
oleh diri dan keluarganya untuk hidup wajar sebagai manusia.

 Bebas dari Hutang

Artinya harta yang dimiliki oleh seseorang itu bersih dari hutang, baik hutang kepada Allah
Swt. (nazar atau wasiat) maupun hutang kepada sesama manusia.

 Berlaku Setahun/Haul

Suatu milik dikatakan genap setahun menurut al-Jazaili dalam kitabnya Tanyinda al-Haqā’iq
syarh Kanzu Daqā’iq, yakni genap satu tahun dimiliki.

D. Rukun Zakat
Adapun yang termasuk rukun zakat adalah sebagai berikut: Pelepasan atau pengeluaran
hak milik pada sebagian harta yang dikenakan wajib zakat. Penyerahan sebagian harta tersebut
dari orang yang mempunyai harta kepada orang yang bertugas atau orang yang mengurusi zakat
(amil zakat). Penyerahan amil kepada orang yang berhak menerima zakat sebagai milik.

7
E. Yang Berhak Menerima Zakat
Ada delapan pihak yang berhak menerima zakat, tertera dalam Surah at-Taubah ayat 60
yakni:

1. Fakir
Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan
pokok hidup. Menurut Buya Hamka, kata fakir berasal dari makna “membungkuk tulang
punggung”, satu sebutan buat orang yang telah bungkuk memikul beban berat kehidupan.

2. Miskin
Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk
hidup. Secara kebahasaan, orang miskin berasal dari kata ‫ ُكوْ ٌن‬y ‫( ُس‬sukūn), artinya tidak ada
perubahan pada hidupnya, tetap saja begitu, menahan penderitaan hidup.

3. Amil
Mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat. Tentu saja dalam memungut zakat ini,
ada para petugas yang mengambilnya. Mereka juga berhak terhadap zakat. Namun begitu, Buya
Hamka memberi catatan, bahwa jika si pengurus atau pegawai mengambil sebagian hartanya
yang telah dipungut untuk dirinya sendiri, ini dijatuhkan kepada korupsi/ghulūl (‫وْ ٌل‬yyyُ‫) ُغل‬.
Karenanya menurut beliau, boleh saja mengadakan kepanitiaan dalam rangka pemungutan zakat.

4. Mu’allaf
Mualaf adalah sebutan bagi orang non-muslim yang mempunyai harapan masuk agama Islam
atau orang yang baru masuk Islam. Pada surah At-Taubah Ayat 60 disebutkan bahwa para
mualaf termasuk orang-orang yang berhak menerima zakat. Ada tiga kategori mualaf yang
berhak mendapatkan zakat:

 Orang-orang yang Dirayu untuk Memeluk Islam

Pendekatan terhadap hati orang yang diharapkan akan masuk Islam atau ke-Islaman orang
yang berpengaruh untuk kepentingan Islam dan umat Islam.

Orang-orang yang Dirayu untuk Membela Umat Islam

Dengan memersuasikan hati para pemimpin dan kepala negara yang berpengaruh, baik
personal maupun lembaga, dengan tujuan ikut bersedia memperbaiki kondisi imigran warga
minoritas muslim dan membela kepentingan mereka. Atau, untuk menarik hati para pemikir
dan ilmuwan demi memperoleh dukungan dan pembelaan mereka dalam permasalahan kaum
muslimin. Misalnya, membantu orang-orang non-muslim korban bencana alam, jika bantuan
dari harta zakat itu dapat meluruskan pandangan mereka terhadap Islam dan kaum muslimin.

 Orang-orang yang Baru Masuk Islam

8
Orang-orang yang baru masuk Islam kurang dari satu tahun yang masih memerlukan bantuan
dalam beradaptasi dengan kondisi baru mereka, meskipun tidak berupa pemberian nafkah,
atau dengan mendirikan lembaga keilmuan dan sosial yang akan melindungi dan
memantapkan hati mereka dalam memeluk Islam serta yang akan menciptakan lingkungan
yang serasi dengan kehidupan baru mereka, baik moril maupun material.

5. Hamba Sahaya
Yang dimaksud hamba sahaya yang disuruh menebus dirinya ialah seorang budak hamba
sahaya, baik laki-laki maupun perempuan yang dijanjikan oleh tuannya bahwa dia boleh
memerdekakan dirinya dengan syarat harus menebusnya atau membayarnya dengan sejumlah
harta tertentu. Hamba ini diberi zakat sekadar untuk memerdekakan dirinya. Namun, mengingat
golongan ini sekarang tidak ada lagi, maka kuota zakat mereka dialihkan ke golongan mustahiq
lain menurut pendapat mayoritas ulama fikih (jumhur). Namun, sebagian ulama berpendapat
bahwa golongan ini masih ada, yaitu para tentara muslim yang menjadi tawanan.

6. Gharimin
Gharimin adalah kata dari bahasa Arab yang bermakna orang-orang yang memiliki
hutang. Orang berutang yang berhak menerima kuota zakat adalah orang-orang dalam golongan:

 Orang yang berutang untuk kepentingan pribadi yang tidak bisa dihindarkan, dengan
syarat-syarat sebagai berikut:
 Utang itu tidak timbul karena kemaksiatan.
 Utang itu melilit pelakunya.
 Si pengutang sudah tidak sanggup lagi melunasi utangnya.
 Utang itu sudah jatuh tempo, atau sudah harus dilunasi ketika zakat itu diberikan
kepada si pengutang.
 Orang-orang yang berutang untuk kepentingan sosial, seperti yang berutang untuk
mendamaikan antara pihak yang bertikai dengan memikul biaya diyat (denda kriminal)
atau biaya barang-barang yang dirusak. Orang seperti ini berhak menerima zakat,
walaupun mereka orang kaya yang mampu melunasi utangnya.
 Orang-orang yang berutang karena menjamin utang orang lain, di mana yang menjamin
dan yang dijamin keduanya berada dalam kondisi kesulitan keuangan.
 Orang yang berutang untuk pembayaran diyat (denda) karena pembunuhan tidak sengaja,
apabila keluarganya (aqilah) benar-benar tidak mampu membayar denda tersebut, begitu
pula kas negara.

7. Fisabilillah
Fisabilillah adalah orang berjuang di jalan Allah dalam pengertian luas sesuai dengan
yang ditetapkan oleh para ulama fikih. Intinya adalah melindungi dan memelihara agama serta
meninggikan kalimat tauhid, seperti berperang, berdakwah, berusaha menerapkan hukum Islam,
menolak fitnah-fitnah yang ditimbulkan oleh musuh-musuh Islam, membendung arus pemikiran-

9
pemikiran yang bertentangan dengan Islam. Dengan demikian, pengertian jihad tidak terbatas
pada aktivitas kemiliteran saja.

Kuota zakat untuk golongan ini disalurkan kepada para mujahidin, da’i sukarelawan, serta
pihak-pihak lain yang mengurusi aktivitas jihad dan dakwah, seperti berupa berbagai macam
peralatan perang dan perangkat dakwah berikut seluruh nafkah yang diperlukan para mujahid
dan da’i. Kriteria Penerima Zakat Fisabilillah antara lain:

 Membiayai gerakan kemiliteran yang bertujuan mengangkat panji Islam dan melawan
serangan yang dilancarkan terhadap negara-negara Islam.
 Membantu berbagai kegiatan dan usaha, baik yang dilakukan oleh individu maupun
jamaah yang bertujuan mengaplikasikan hukum Islam di berbagai negeri.
 Membiayai pusat-pusat dakwah Islam yang dikelola oleh tokoh Islam yang ikhlas dan
jujur di berbagai negara non-muslim yang bertujuan menyebarkan Islam dengan berbagai
cara yang legal yang sesuai dengan tuntutan zaman. Seperti, masjid-masjid yang
didirikan di negeri non-muslim yang berfungsi sebagai basis dakwah Islam.
 Membiayai usaha-usaha serius untuk memperkuat posisi minoritas muslim di negeri yang
dikuasai oleh non-muslim yang sedang menghadapi rencana-rencana pengikisan akidah
mereka.

8. Ibnus Sabil
Orang yang dalam perjalanan (ibnu sabil) adalah orang asing yang tidak memiliki biaya
untuk kembali ke tanah airnya. Golongan ini diberi zakat dengan syarat-syarat sebagai berikut:

 Sedang dalam perjalanan di luar lingkungan negeri tempat tinggalnya. Jika masih di
lingkungan negeri tempat tinggalnya, lalu ia dalam keadaan membutuhkan, maka ia
dianggap sebagai fakir atau miskin.
 Perjalanan tersebut tidak bertentangan dengan syariat Islam, sehingga pemberian zakat
itu tidak menjadi bantuan untuk berbuat maksiat.
 Pada saat itu ia tidak memiliki biaya untuk kembali ke negerinya, meskipun di negerinya
sebagai orang kaya. Jika ia mempunyai piutang yang belum jatuh tempo, atau pada orang
lain yang tidak diketahui keberadaannya, atau pada seseorang yang dalam kesulitan
keuangan, atau pada orang yang mengingkari utangnya, maka semua itu tidak
menghalanginya berhak menerima zakat.

F. Hikmah dan Keutamaan Ibadah Zakat


Banyak sekali hikmah dan keutamaan ibadah zakat yang Allah Swt. perintahkan kepada
hamba-Nya dan kaum muslimin. Di dalam al-Qur’ān Surat At-Taubah/9:103 Allah Swt.
berfirman, “Ambillah (sebagian) dari harta mereka menjadi sedekah (zakat), dengan zakat itu
kamu membersihkan dan menyucikan mereka ….” (Q.S. At-Taubah/9:103)

10
Dari penjelasan ayat di atas, bahwa tujuan zakat adalah untuk membersihkan mereka
(pemilik harta) dari penyakit kikir dan serakah, sifat-sifat tercela serta kejam terhadap fakir
miskin, orang-orang yang tidak memiliki harta, dan sifat-sifat hina lainnya. Di sisi lain, zakat
juga untuk menyucikan jiwa orang-orang berharta, menumbuhkan dan mengangkat derajatnya
dengan berkah dan kebajikan, baik dari segi moral maupun amal. Hingga dengan demikian,
orang tersebut akan mendapatkan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Sebuah ungkapan yang menjelaskan
tentang pentingnya berbagi. Islam menghendaki orang-orang yang memiliki kelebihan harta
(kaya) untuk menyisihkan sebagian hartanya bagi mereka yang membutuhkan (miskin). Dalam
ilmu fikih, membelanjakan atau memberikan sebagian harta yang dimiliki dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Cara-cara yang biasa dilakukan oleh kaum muslimin di antaranya zakat,
infak, śadaqah, dan wakaf. Masing-masing cara tersebut memiliki ketentuan masing-masing.

Zakat adalah pengeluaran harta yang dimiliki seseorang ketika sudah mencapai niśab
(kadarnya) dan haul (waktunya). Besarnya harta yang dikeluarkan disesuaikan dengan harta
zakatnya. Śadaqah dan infak merupakan cara mengeluarkan harta yang dimiliki seseorang
dengan tidak ditentukan kadar dan waktunya. Adapun wakaf ialah memberikan harta berupa
benda yang dapat dimanfaatkan oleh orang banyak, baik harta tetap maupun bergerak.

B. Saran
Segala hal baik yang telah kita lakukan pasti akan mendapatkan balasan dari Allah SWT,
seperti berzakat maka tidak akan mengurangi sedikitpun dari harta kita, tapi Allah menjanjikan
akan melipatgandakannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hamka, Prof. Dr. 1983. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Panji Masyarakat.

Kementerian Agama RI. 2011. Islam Rahmatan Lil’alamin. Jakarta: Kementerian Agama RI.

Kementerian Agama RI. 2012. Tafsir al-Qur’ān Tematik. Jakarta: Kementerian Agama RI.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

13

Anda mungkin juga menyukai