Semua organisme hidup, termasuk manusia, terdiri dari sejumlah tipe sel khusus yang
berasal dari sel primal yang sama, stem sel embrionik. Stem sel dapat berkembang menjadi
beberapa tipe sel melalui proses regulasi diferensiasi selular. Selama diferensiasi, gen yang
spesifik di switched on sementara gen yang lain di switched off. Gen yang teraktifasi selama
diferensiasi menentukan menja- di tipe sel apa stem sel jadinya. Sel-sel spesifik untuk organ
tertentu. Stem sel merupakan sel yang belum berdiferensiasi dan mempunyai potensi untuk dapat
berdiferensiasi menjadi jenis sel lain. Kemampuan tersebut memungkinkan sel induk menjadi
sistem perbaikan tubuh dengan menyediakan sel-sel baru selama organisme bersangkutan hidup.
Berdasarkan asalnya, stem sel dibagi menjadi stem sel embrionik dan stem sel dewasa.
Tubuh manusia memiliki kemampuan regenerasi. Sel pada jaringan seperti darah dan
epitelial membelah secara cepat dan teregenerasi secara berkelan jutan sepanjang hidup, yang
mana sel pada sebagian besar jaringan mengala mi pergantian lebih lambat dan merespon hanya
pada sinyal biologis spesifik. Pengembangan potensi selanjutnya mengenai isolasi, potensi alami
dan difer ensiasi stem sel akan memiliki pengaruh positif pada pengertian perkembangan dan
pengobatan regenerasi. Sel unik stem sel adalah sel yang luar biasa yang mempunyai kapasitas
self-renewal dan dapat menjadi satu bahkan menjadi be berapa jenis sel. Pada jaringan dewasa,
stem sel dewasa memegang peranan pada homeostasis dan perbaikan jaringan. Walaupun
beberapa stem sel telah dipelajari selama dekade ini, penemuan terbaru menemukan bahwa stem
sel de wasa memiliki kapasitas mencengangkan dan tidak terantisipasi untuk berkem bang
menjadi jaringan yang berbeda. Bahkan luar biasa melebihi dari kapasitas perkembangan stem
sel embrionik. Stem sel embrionik secara teori dapat menjadi semua jenis jaringan dan
memberikan pemahaman perkembangan manusia un tuk pengobatan regeneratif.
STEM SEL
Dalam hal keplastisitasan stem sel, pada kondisi tertentu stem sel dewasa dapat menjadi
berbagai spektrum tipe sel bahkan mampu melinta si germ layers.
Fenomena ini disebut sebagai kemampuan stem sel untuk transdiferensiasi atau plastisitas
stem sel.
a. Dentin
Dentin adalah bagian terbesar dari gigi dan telah mengalami kalsifikasi yang terletak di
sekitar pulpa. Dentin akan mengalami penambahan massa sepanjang hidup gigi, sehingga
menghasilkan pengurangan kamar pulpa dengan bertambahnya usia. Struktur dentin meliputi
serat kolagen yang padat dan berbagai protein non kolagen. Serat kolagen berjalan perpendiku
lar ke tubuli sebagai substrat mineral kristal. Mineralisasi pada dentin relatif kurang dibanding
email. Proporsi komponen dentin terdiri dari 70% mineral hidroksiapatit, 20% matriks organik
yang disintesis oleh sel yang disebut odontoblas dan 10% air. Berbeda dengan tulang, dentin
tidak mengalami remodeling dan tidak berperan pada homeostasis kalsium organisme. Dentin
ditutupi secara perifer oleh email pada mahkota dan oleh sementum pada akar, seperti terlihat
pada Gambar 4.1.
Bagian organik dentin terutama terisi kolagen yang termineralisasi oleh hidroksiapatit.
Matriks ini berpenetrasi ke saluran paralel panjang yang dise but tubuli dentin dengan diameter
antara 1-3 μm dan berisi cairan dentin. Tubuli dentin di bagian lateral merupakan jaringan yang
sangat permeabel dengan porusitas yang dapat diinvasi mikroorganisme. Odontoblas men galami
pemanjangan ke dalam tubuli dentin disebut prosesus odontoblastik.
b. Pulpa
Pulpa berisi fibroblas, pembuluh darah, limfe dan saraf serta cairan interstisial. Pulpa tidak
hanya berfungsi memberi nutrisi dan sistem sensori ke dentin tetapi juga memiliki kemampuan
memperbaiki. Pulpa dewasa berisi sel yang bertanggung jawab pada pembentukan dan
penggantian kompleks matriks ekstraseluler. Pulpa gigi mampu merespon jejas untuk menginisia
si perbaikan. Pulpa dapat merespon kerusakan dengan menginduksi odon toblas primer untuk
membentuk dentin baru atau jika tidak memungkinkan maka akan diaktifkan populasi sekunder
sel odontoblas sekretori. Kemam puan ini penting untuk dipakai dalam perawatan gigi.
Seperti pada dentin, sel pulpa berdiferensiasi dari ektomesenkim dari sel neural crest selama
perkembangan gigi. Zona bebas sel adalah bagian pulpa yang berada di bawah lapisan sel
odontoblas. Zona bebas sel ini berisi serabut saraf dan pembuluh darah yang membentuk
hubungan yang dekat dengan badan odontoblas. Beberapa serabut saraf meluas ke dalam tubuli
dentin yang memberi sensitifitas dentin dan rasa nyeri apabila terjadi pergera kan cairan dalam
tubuli dentin yang merangsang serabut saraf di bawahnya. Zona kaya sel berada langsung
dibawah zona bebas sel dan berisi sel dendri tik dan fibroblas. Sel-sel pada zona bebas dan kaya
sel tersebut menyerupai stem sel mesenkimal yang belum berdiferensiasi.
Ruang pulpa akan berkurang secara bertahap seiring dengan sekresi lambat berkelanjutan
dentin sekunder fisiologis dengan mengekspresikan protein, transkrip dan reseptor tipe I, II bone
morphogenetic proteins (BMPs).
Perbaikan pada pulpa
Setelah gigi erupsi, dentin sekunder didepositkan dengan kecepa tan yang lebih
lambat. Sepanjang hidup, rangsang dari luar terhadap den tin sekunder seperti yang
disebabkan atrisi, karies atau restorasi gigi yang menginduksi pembentukan dentin
tertier yang disebut juga dentin reaksioner, dentin reparatif, atau dentin iritasi.Ruang
pulpa gigi berisi jaringan fibrosa dan diinfiltrasi oleh jaringan mikrovaskular yang
ditutupi oleh dentin. Setelah matang, pulpa gigi menjadi statik dan hanya beraksi
reparatif jika ada karies atau trauma mekanis. Vitalitas dentin dan kemampuan
reparasi pulpa ter gantung pada odontoblas yang mampu bertahan. Jumlah odontoblas
mer upakan faktor penting pada perbaikan dentin, respon terhadap karies, trauma
maupun restorasi gigi.
o Dentin reaksioner
Dentin tertier yang dibentuk dengan adanya odontoblas yang menerima
rangsang ringan seperti atrisi disebut dentin reaksioner. Pada kasus karies, gigi
fraktur atau resesi gingival, dentin terbuka dan menjadi sensitif. Pada
perawatan karies dentin, odontoblas membentuk dentin reaksioner. Respon
pulpa pada pulp capping adalah pembentukan jembatan dentin dihasilkan dari
perekrutan dan proliferasi sel yang belum berdiferensiasi, baik stem sel atau
sel matang yang berasal dari sel pulpa. Ketika berdiferensiasi, sel pulpa
menghasilkan matriks termineralisasi. Molekul matriks ekstraselular
merangsang pembentukan jembatan dentin atau daerah termineralisasi di
pulpa koronal. Pada sel pulpa ditemukan molekul yang sama seperti matriks
ekstraselular dentin yang merupakan agen bioaktif untuk perbaikan atau
rekayasa jaringan.
o Dentin reparatif
Dentin tertier yang strukturnya tidak beraturan dan tidak tubular disebut
dentin reparatif. Sel pembentuk dentin reparatif berasal dari odontoblas yang
baru berdiferensiasi yang berasal dari progenitor mesenkimal sel induk atau
stem sel yang berada pada pulpa. Setelah pulpa terekspos pada lokasi je jas,
semua odontoblas primer mengalami jejas ireversibel yang akan meng
hasilkan jembatan dentin. Odontoblas pasca mitosis (odontoblas sekunder) ini
berdiferensiasi untuk menggantikan odontoblas primer yang mengalami jejas
ireversibel sekitarnya. Odontoblas sekunder berproliferasi dari dalam populasi
sel pulpa dengan proses diferensiasi dan migrasi ke lokasi pulpa terkena jejas,
dimana dentin reparatif diekspresikan. Populasi stem sel ada dan berguna
untuk membentuk odontoblas baru ada di sekitar sel lapisan subodontoblas
atau fibroblas pulpa. Sel subodontoblas termasuk didalamnya yaitu sel
fibroblas, sel mesenkimal yang belum berdiferensiasi dari inti pulpa dan sel
perisit yang berasal dari vaskular. Diferensiasi kembali dan transdife rensiasi
sel matang pada proses perbaikan pada pulpa memperlihatkan sifat stem sel.
Sel perisit dan sel miofibroblas pada jaringan pulpa bermigrasi ke lokasi pulpa
yang terkena jejas dan mengekspresidentin reparatif. Sel fibroblas pulpa juga
mampu bermigrasi merespon pensinyalan molekul sitokin.
Sinyal Molekul Untuk Perbaikan Pulpa, Regulasi Gen Dan Faktor Transkripsi Sel
Odontoblast-like
Setelah terjadi jejas pada gigi, maka terbentuk derivasi sel induk yang disebut sel
odontoblas-like yang mendepositkan matrikss mineralisasi. Molekul yang berperan
pada pensinyalan diferensiasi selodontoblast-like ada lah proto-oncogenes, c-jun dan
jun-B sebagai pengontrol transkripsi melalui activator protein-1 (AP-1) yang
distimulasi BMP, TNF dan insulin- like growth factor.
e. Dentin fosfopreotein
Dentin fosfoprotein protein yang sangat asidik dan merupakan kom ponen non kolagen
utama dentin diekspresikan ekto mesenkhimal dari sel odontoblas gigi. DPP adalah matriks
ekstraseluler non kolagen dentin.36 Dentin fosfoprotein disekresi odontoblas dan hadir saat
awal mineralisasi dan disekresi melalui prosesus odontoblastik. DPP berikatan dengan ko
lagen dan mengawali pembentukan kristal apatit. Fungsi DPP yang kedua yaitu DPP
berikatan dengan seratus permukaan kristal apatit yang tumbuh atau mempengaruhi
pertumbuhan kristal. Dentin fosfoprotein berisi 45 50% fosfoserin, 35-38% asam aspartat,
karena tingginya fosfoserin dan asam aspartat maka makromolekulnya menjadi polianionik.
f. Dentin matriks protein (DMP)
Dentin matriks protein diekspresikan pada saat perkembangan odon toblas. Dentin
matriks protein berperan untuk mengawali pembentukan h idroksi apatit dan DMP
berinteraksi dengan molekul matriks ekstraseluler lain seperti kolagen tipe I. Dentin matriks
protein-1 (DMP-1) diekspresi pada dentin maupun pada tulang. Penelitian in vitro
memperlihatkan bahwa protein fosforilasi ini dapat menjadi nukleator dan berpengaruh pada
per tumbuhan kristal selama dentinogenesis. Fungsi biokimia pasti DMP1 pada dentin dan
tulang tidak diketahui, namun secara fungsional merupakan motif untuk fosforilasi.
g. Osteokalsin
Osteokalsin merupakan protein non kolagen khusus jaringan termin eralisasi seperti
tulang dan dentin. OC disebut juga bone gla protein (BGP) yang merupakan protein kecil
karena hanya berisi 50 asam amino den gan 3γkarboksiglutamat(Gla) dan 2 ikatan disulfida.
Osteokalsin berikatan kuat dengan hidroksi apatit yang berperan pada pertumbuhan kristal
apatit dan diregulasi oleh 1,25 dihidroksivitamin D3. Osteokalsin ditemukan pada matriks
ekstraseluler dentin, disintesis dan disekresi oleh odontoblas. Genn ya pada kromosom 1
berisi 4 ekson yang mengkode 26 asam amino protein sinyal.