Anda di halaman 1dari 1

NO.

Variabel Y Fenomena Link


Dalam laporan yang mencakup 89 yurisdiksi, 2018 Mutual Agreement Procedure (MAP) Statistics, OECD mencatat https://ekonomi.bisnis.com/read/20190918/259/1149724/oecd-kasus-transfer-pricing-meningkat
jumlah sengketa transfer pricing baru naik 20%. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan dengan sengketa lainnya yang
hanya pada kisaran 10%.

Sudah hampir setahun berlalu sejak dilakukan sidang pengadilan oleh Pengadilan Pajak AS di Washington D.C
sepanjang Maret hingga Mei 2018, validitas metode kesebandingan laba untuk menguji kewajaran harga yang
digunakan oleh IRS masih terus menjadi perdebatan. https://news.ddtc.co.id/begini-update-kasus-transfer-pricing-coca-cola--15821?page_y=0
Kasus ini bermula dari adanya surat pemberitahuan kurang bayar pada September 2015 sebesar US$3,3 miliar untuk
periode 2007 hingga 2009, sebelum akhirnya berujung ke Pengadilan Pajak AS.

Hal ini menanggapi adanya temuan dari Global Witness mengenai adanya indikasi penghindaran pajak yang oleh
Adaro dengan memindahkan sejumlah laba yang didapatkan dari batu bara yang ditambang di Indonesia ke jaringan
perusahaan luar negerinya. Laporan Global Witness: Jaringan Perusahaan Luar Negeri Adaro ini mengungkapkan https://www.cnbcindonesia.com/news/20190704205102-4-82830/disebut-terlibat-transfer-pricing-adaro-siapa-coaltrade
1 Transfer Pricing sejak 2009-2017 Adaro melalui salah satu anak perusahaanya di Singapura, Coaltrade Services International, telah
mengatur sedemikian rupa sehingga mereka bisa membayar pajak US$ 125 juta dolar lebih rendah daripada yang
seharusnya dibayarkan di Indonesia.

Perbedaan perlakuan pajak antara utang dan ekuitas berpengaruh pada keputusan pembiayaan suatu perusahaan.
Tidak mengherankan jika perusahaan kena pajak pada gilirannya memilih untuk memasukkan utang dalam struktur
pembiayaan, terutama lintas batas.
Fenomena tersebut telah membawa pembiayaan antarperusahaan (intercompany financing) dalam isu transfer pricing.
Hal ini dikarenakan ada kecenderungan utang lintas batas yang berlebihan dalam perusahaan multinasional (intra- https://news.ddtc.co.id/ini-yang-buat-perusahaan-multinasional-cenderung-pilih-banyak-utang--16476?page_y=0
group).
Berada di bawah kendali efektif yang sama, perusahaan multinasional memiliki fleksibilitas untuk mengembangkan
skema utang apapun. Mereka pada akhirnya memilih untuk menempatkan utang di negara-negara yang memiliki tarif
beban pajak tinggi.

Anda mungkin juga menyukai