Disusun oleh:
Kelompok 2
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah
Konsep Dasar Keperawatan Anak dan Keluarga dengan judul makalah Anticipatory Guidance
and Helath Promotion Aspect pada Perkembangan Usia Toodler dan Pre School di Program
Studi Magister Keperawatan STIKES JenderalAchmad Yani Cimahi.
Kelompok menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
Kami menerima kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga Makalah bisa lebih
sempurna. Terima kasih Kepada Semua Pihak yang telah membantu hingga makalah ini selesai.
Harapan kami, semoga Makalah ini dapat memberi manfaat dan menambah pengetahuan
serta wawasan bagi semua pendengar dan pembaca.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang.........................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kehadiran anak bagi orang tua merupakan suatu tantangan sehubungan dengan
masalah dependensi/ketergantungan, disiplin, meningkatkan mobilitas dan keamanan
bagi anak. Oang tua sering keliru dalam memberlakukan anak karena ketidaktahuan
mereka akan cara membimbing dan mengasuh yang benar. Apabila hal ini terus berlanjut,
maka pertumbuhan anak dapat terhambat misalnya kedua orang tua lebih banyak
beraktifitas di luar rumah dan tingginya mobilitas di masyarakat.
Anticipatory guidance merupakan petunjuk yang perlu diketahui terlebih dahulu
agar orang tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya secara bijaksana, sehingga
anak dapat bertumbuh dan berkembang secara normal. Kehadiran anak bagi orang tua
merupakan suatu tantangan sehubungan dengan masalah dependensi atau ketergantungan,
disiplin, meningkatkan mobilitas, dan keamanan bagi anak. Dalam anticipatory guidance
terdapat bimbingan untuk orang tua yaitu toilet training, pencegahan sibling rivalry dan
pencegahan cidera pada anak.
Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara saudara
laki-laki dan saudara perempuan. Hal ini terjadi pada semua orang tua yang mempunyai
dua anak atau lebih (Lusa, 2011). Menurut Suherni (2009) Sibling Rivalry adalah
kompetisi antara saudara kandung untuk mendapatkan cinta kasih, dan perhatian dari
satu atau kedua orang tuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih.
Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu
mengontrol dalam melakukan buang air kecil atau buang air besar. Toilet training secara
umum dapat dilaksanakan pada setiap anak yang sudah mulai memasuki fase
kemandirian pada anak. Fase ini biasanya pada anak usia 18-24 bulan. Dalam melakukan
toilet training ini, anak membutuhkan persiapan fisik, psikologis maupun intelektualnya.
Dari persiapan tersebut anak dapat mengontrol buang air besar dan buang air kecil secara
mandiri (Hidayat, 2005dalam Lestari, 2013).
Usia toddler (1-3 tahun) biasanya digunakan patokan oleh para ibu untuk memulai
toliet training karena pada usia tersebut hampir semua fungsi tubuh sudah matang dan
stabil, rasa ingin tahu yang besar, menaruh minat kepada apa yang dilakukan oleh orang
sekitar dan anak telah memasuki fase anal (pusat kesenangan anak pada perilaku
menahan dan juga pengeluaran kotoran). Umumnya pengajaran toilet training yang
dilakukan oleh orang tuaya itu 31% orang tua mulai mengajarkarkan pada usia anak 18-
22 bulan, 27% mulai di usia 23-27 bulan, dan 16% di usia 28-32 bulan dan 22% di usia
iv
32 bulan ke atas. Orang tua menunggu anak siap untuk diajari toilet training sehingga
dalam pengajaran tidak membutuhkan waktu yang lama (Warner,2007dalam
Lestari,2013). Blum & Taubman (2003) menyatakan bahwa toilet training yang diajarkan
pada sekelompok anak usia <24bulan, 68% dapat menyelesaikannya sebelum usia 3
tahun. Sedangkan pada sekelompok yang berusia >24 bulan, hanya 54% yang mampu
menyelesaikannya bahwa pelaksanaan toilet training yang lebih dini akan mempercepat
tercapainya kemampuan kontrol kemih (Blum, 2003dalamLestari, 2013).
Balita yang berusia 2 tahun juga lebih siap secara kognitif, psikologis,sosial dan
emosional untuk pengajaran penggunaan toilet. Data statistik menunjukkan bahwa 90%
dari anak-anak anatara usia 24-30 bulan berhasil diajari menggunakan toilet dengan rata-
rata usia 27-28 bulan, 80% anak-anak mendapat kesuksesan tidak mengompol dimalam
hari antara usia 30-42 bulan dengan rata-rata usia 33 bulan (Warner, 2007 dalam Lestari,
2013).
Selain mencegah terjadinya mengompol dan membentuk perilaku hidup bersih dan
sehat pada anak sejak dini toilet training juga akan membentuk kemandirian dan
kepercayaan diri dalam mengontrol buang air kecil dan buang air besar. Dapat melatih
kemampuan motorik kasar yaitu dengan berjalan, duduk, jongkok, berdiri dan juga
kemampuan motorik halus yaitu melepas dan memakai celana sendiri setelah buang air
kecil dan buang air besar. Serta dapat juga untuk melatih kemampuan intelektualnya yaitu
anak dapat meniru perilaku yang tepat seperti buang air kecil dan buang air besar pada
tempatnya (Hidayat, 2005dalam Lestari, 2013). Latihan buang air besar dan buang air
kecil termasuk didalam perkembangan psikomotorik, karena latihan ini membutuhkan
kematangan otot-otot pada daerah pembuangan kotoran (anus dan saluran kemih). Anak-
anak dilatih untuk dapat menguasai otot-otot alat pembuangan pada waktu buang air
besar dan buang air kecil. Toilet training ini merupakan latihan moral yang pertama kali
diterima anak dan sangat berpengaruh pada perkembangan moral selanjutnya. Hal ini
sejalan dengan pendapat Havighurt bahwa toilet training merupakan latihan moral dalam
membentuk karakter seseorang (Suherman, 2000 dalamLestari, 2013).
Seorang ibu harus mempersiapkan diri akan kehadiran seorang bayi yang dimulai
sejak sebelum ibu itu hamil. Kehadiran seorang bayi berdampak pada semua area
kehidupan (Kyla, 2009dalam Wawan, 2013). Sibling rivalry pada anak sulung umumnya
muncul ketika adik bayi lahir karena pada saat sang adik bayi lahir itu banyak menyita
waktu dan perhatian orang tua. Kondisi ini sering menimbulkan sikap jengkel kakak pada
adiknya, karena ketidak beranian anak untuk memunculkan sikap jengkel atau kesal yang
dirasakan terhadap orang tua.
Sebagai bagian dari tenaga profesional perawatan kesehatan, perawat mempunyai
peran yang cukup penting dalam membantu memberikan bimbingan dan pengarahan pada
v
orang tua, sehingga setiap fase dari kehidupan anak yang kemungkinan mengalami
trauma, seperti latihan buang air besar/kecil (toilet training).
Dewasa ini, pertumbuhan dan perkembangan anak semakin meningkat. Pertumbuhan
dan perkembangan yang sangat pesat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya
adalah gizi yang baik. Pesatnya perkembangan seorang anak dapat dilihat dengan
aktifnya anak bergerak serta mudahnya anak bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
Anak yang semakin aktif bergerak tentu akan memiliki risiko cedera lebih besar apabila
dibandingkan dengan anak yang cenderung pasif. Anak yang aktif bergerak akan diiringi
dengan rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga anak tersebut akan menyentuh semua alat
atau barang yang ia pikir menarik untuk dipelajari, tanpa anak tersebut sadari bahwa
barang tersebut berbahaya untuk disentuh. Kejadian yang tidak dalam pengawasan orang
tua akan menimbulkan kecelakaan pada anak, untuk itu dibutuhkan anticipatory guidance
dan health promotion bagi keluarga sebagai pedoman untuk menghindari kecelakaan pada
anak.
vi
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. ANTICIPATORY GUIDANCE
1. PENGERTIAN
Secara harfiah, petunjuk antisipasi berasal dari bahasa inggris yaitu
anticipatory guidance. Anticipatory berarti lebih dahulu, guidance berarti petunjuk.
Jadi petunjuk antisipasi dapat diartikan sebagai petunjuk-petunjuk yang perlu
diketahui terlebih dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan membimbing
anaknya secara bijaksana sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara
normal (Nursalam, 2005).
Anticipatory guidance merupakan petunjuk-petunjuk yang perlu diketahui
terlebih dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya secara
bijaksana, sehingga anak dapat bertumbuh dan berkembang secara normal. Dengan
demikian, dalam upaya untuk memberikan bimbingan dan arahan pada masalah-
masalah yang kemungkinan timbul pada setiap fase pertumbuhan dan
perkembangan anak, ada petunjuk yang perlu dipahami oleh orang tua. Orang tua
dapat membantu untuk mengatasi masalah anak pada setiap fase pertumbuhan dan
perkembangannya dengan cara yang benar dan wajar (Nursalam, Susilaningrum,
dan Utami, 2013).
Menurut Amalia (2017) Anticipatory guidance adalah petunjuk yang perlu
diketahui terlebih dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan membimbing
anaknya secara bijaksana sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara
normal. Marlina (2018) menjelaskan bahwa bimbingan antisipasi atau anticipatory
guidance merupakan sebuah petunjuk bimbingan yang penting dan perlu diberikan
kepada orang tua untuk membantu dalam mengatasi masalah-masalah yang
mungkin terjadi pada setiap fase pertumbuhan dan perkembangan anak.
Anticipatory guidance juga merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh
perawat dalam membimbing orang tua tentang tahapan perkembangan anak
sehingga orang tua sadar akan apa yang terjadi dan mengetahui apa yang harus
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan tahapan usia anak. Bimbingan
antisipasi bagi orang tua akan berbeda untuk setiap tahap usia anak karena
disesuaikan dengan karakteristiknya.
2. KONSEP ANTIPATORY GUIDANCE
Usia anak-anak dapat mengalami trauma disetiap tahap perkembangan
mereka, misalnya ketakutan yang tidak jelas pada anak-anak usia prasekolah yang
vii
dapat menimbulkan dampak negatif bagi perkembangan anak. Dalam upaya untuk
memberikan bimbingan dan arahan pada masalah-masalah yang kemungkinan timbul
pada setiap fase pertumbuhan dan perkembangan anak, ada petunjuk-petunjuk yang
perlu dipahami oleh orang tua. Orang tua dapat membantu untuk mengatasi masalah
anak pada setiap fase pertumbuhan dan perkembangannya dengan cara yang benar
dan wajar (Hasinuddin & Fitriah, 2010).
3. PENDAMPINGAN ANTICIPATORY GUIDANCE OLEH PERAWAT
Peran orang tua sangat penting karena pengasuhan mempunyai peranan yang
sangat besar dalam menentukan perkembangan anak nanti kedepannya. Orang tua
perlu memahami prinsip-prinsip pengasuhan yang baik agar anak menjadi pribadi
yang memiliki perkembangan yang baik sesuai dengan harapan orang tua. Disini
peran perawat sangat penting untuk mendampingi orang tua dalam menentukan pola
pengasuhan yang baik. Perawat perlu memperhatikan karakteristik keluarga dan tipe
keluarga karena hal itu akan banyak mempengaruhi keberhasilan dalam pemberian
anticipatory guidance oleh perawat.
Anak sebagai objek asuhan orang tua dan indikator yang utama dalam menilai
keberhasilan perawat memberikan anticipatory guidance dalam keluarga merupakan
fokus utama karena keberhasilan dalam pendampingan akan di tunjukkan melalui
perubahan perkembangan menjadi ke arah yang lebih baik. Perawat perlu
memperhatikan karakteristik anak dan kemampuan anak saat ini karena hal ini juga
dapat menentukan perkembangan anak kedepannya nanti. Selain keluarga dan anak
yang menjadi dasar dalam pemberian anticipatory guidance, lingkungan juga
memiliki pengaruh yang besar dalam keberhasilan perawat memberikan anticipatory
guidance dalam suatu keluarga. Lingkungan yang kondusif dan mendukung anak
menuju perkembangan yang optimal akan sangat baik bagi perkembangan anak
untuk kedepannya nanti. Sebaliknya lingkungan yang cenderung kurang memberikan
pengasuhan atau role model yang baik akan sangat berbahaya dalam perkembangan
anak nanti terutama bagi anak-anak usia prasekolah.
Lingkungan sosial dari luar keluarga dapat mempengaruhi perkembangan
anak seperti televisi, day care centre, perwakilan pemerintah, perubahan sekolah, dan
institusi agama. Orang tua kebingungan menentukan kapan memberi semangat atau
mengendalikan partisipasi mereka. Perawat mengatur rencana bertemu orang tua
untuk mempercepat mempelajari dan memperbesarharga diri orang tua melalui
bimbingan antisipasi (Hasinuddin & Fitriah, 2010).
4. ANTICIPATORY GUIDANCE BERDASARKAN TAHAPAN
PERKEMBANGAN USIA TOODLER DAN PRE SCHOOL
Pada masa ini, petunjuk bimbingan tetap diperlukan walaupun kesulitannya
lebih sedikit dibanding tahun sebelumnya. Jika sebelumnya, pencegahan
viii
kecelakaan dipusatkan pada pengamanan lingkungan terdekat dengan kurang
menekankan alasan-alasannya, maka pada masa ini, adanya proteksi pagar dan
penutup stop kontak harus disertai penjelasan secara verbal dengan alasan yang
tepat dan dimengerti oleh anak. Masuk sekolah menjelang lima tahun adalah bentuk
perpisahan dari rumah baik orang tua maupun anaknya, sehingga orang tua
mungkin perlu bantuan untuk adaptasi terhadap perubahan ini, terutama pada ibu
yang tinggal dirumah/tidak bekerja. Anak mulai masuk taman kanak-kanak dan ibu
mulai membutuhkan kegiatan-kegiatan di luar keluarga, seperti keterlibatannya di
masyarakat atau mengembangkan karier.
Anticipatory guidance pada masa toodler (1-3 tahun)
a. Toilet tranning
Merupakan aspek penting dalam perkembangan anak usia toddler. Latihan
untuk bekemih dan defekasi adalah tugas anak usia toddler (Wong , 2000)
mengemukakan bahwa biasanya sejalan dengan anak mampu berjalan, kedua
sfingter tersebut semakin mampu mengontrol rasa ingin berkemih dan defekasi.
Toilet training pada anak merupakan usaha untuk melatih anak agar mampu
mengontrol dalm melakukan buang air kecil dan buang air besar. Tolet training ini
dapat berlangsung pada fase kehidupan anak: 18 bulan- 2 tahun. Keberhasilan toilet
training tergantung pada: Persiapan fisik, Persiapan psikologis, Persiapan
intelektual.
b. Persaingan dengan saudara kandung (sibling rivalry)
Keluarga mendapat bayi baru dapat menimbulkan krisis bagi toddler. Toddler
tidak membenci atau marah pada bayi, tetapi karena :
1. Perubahan merasa ada saingan.
2. Perhatian ibu terbagi.
3. Kebiasaan rutin menjadi berubah
4. Perlu persiapan toddler untuk menerima kehadiran saudara kandungnya mulai
sejak bayi dalam kandungan.
Anticipatory guidance pada usia 12-18 bulan Menyiapkan orang tua untuk
mengantisipasi adanya perubahan tingkah laku dari toddler, Mengkaji kebiasaan
makan sekarang dan menganjurkan penyapihan dari botol secara bertahap, serta
meningkatkan pemasukan makanan padat. Menyediakan makanan kecil/selingan
diantara 2 waktu makan dengan rasa yang disukai, serta adanya jadwal waktu
makan yang rutin. Menyiapakan orang tua untuk mencegah bahaya yang
potensial terjadi di rumah. Mendiskusikan mainan baru yang dapat
mengembangkan motorik halus, motorik kasar, bahasa, pengetahuan dan
keterampilan social.
ix
Anticipatory guidance usia 18-24 bulan Menekankan pentingnya
persahabatan sebaya dalam bermain. Menggali kebutuhan untuk menyiapan
kehadiran saudara kandung/adiknya dan menekankan tentang pentingnya
persiapan anak terhadap kehadiran bayi baru. Menekankan kebutuhan akan
pengawasan terhadap gigi dan tipe kebersihan di rumah, serta kebiasaan makan
yang merupakan factor penyebab gigi berlubang dan menyarankan pentingnya
penambahan fluoride untuk memperkuat pertumbuhan tulang.
Anticipatory guidance usia 24-36 bulan Mendiskusikan pentingnya
kebutuhan anak untuk meniru dan dilibatkan dalam kegiatan. Menekankan
keunikan dari proses berpikir anak toddler, terutama melalui bahasa yang ia
gunakan, pemahamannya terhadap waktu, dan ketidakmampuannya untuk
melihat kejadian dari perspektif yang lain. Menekankan disiplin dengan tetap
terstruktur secara benar dan nyata, ajukan alas an yang rasional, serta hindari
kebingungan dan salah pengertian. Mendiskusikan adanya taman kanak-kanak
atau pusat penitipan anak pada siang hari (play group).
Bimbingan terhadap orang tua pada masa ini secara rinci adalah sebagai
berikut:
a. Usia toddler (1-3 tahun):
1). Usia 12-18 bulan
- Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi adanya perubahan tingkah
laku dari toddler khususnya negativisme.
- Dorong orang tua untuk melakukan penyapihan secara bertahap dan
peningkatan pemberian makanan padat.
- Adanya jadwal waktu makan yang rutin.
- Pencegahan bahaya kecelakaan yang potensial terjadi terutama di rumah,
kendaraan bermotor, keracunan, jatuh.
- Perlunya ketentuan-ketentuan/peraturan/aturan disiplin dengan lembut dan
cara-cara untuk mengatasi negatifistik dan temper tantrum yang sering
terjadi pada toodler.
- Perlunya mainan baru untuk mengembangkan motorik, bahasa,
pengetahuan dan keterampilan sosial.
2). Usia 18-24 bulan
- Menekankan pentingnya persahabatan sebaya dalam bermain.
- Menekankan pentingnya persiapan anak untuk kehadiran bayi baru dan
kemungkinan terjadinya persaingan dengan saudara kandung (sibling
rivalry). Persaingan dengan saudara kandung adalah perasaan cemburu dan
benci yang biasanya dialami oleh anak karena kehadiran/kelahiran saudara
kandungnya. Hal ini terjadi bukan karena rasa benci tetapi lebih karena
x
perubahan situasi. Libatkan anak dalam perawatan adik barunya seperti
mengambilkan baju, popok, susu dan sebagainya.
- Mendiskusikan kesiapan fisik dan psikologis anak untuk toilet training.
Toilet training adalah suatu usaha untuk melatih anak agar mampu
mengontrol dalam melakukan buang air kecil atau buang air besar. Toilet
training secara umum dapat dilaksanakan pada setiap anak yang sudah
mulai memasuki fase kemandirian. Fase ini biasanya terjadi pada anak usia
18 – 24 bulan. Dalam melakukan toilet training ini, anak membutuhkan
persiapan fisik, psikologis maupun intelektualnya. Dari persiapan tersebut
anak dapat mengontrol buang air besar dan buang air kecil secara mandiri
(Hidayat, 2005).
- Perawat bertanggung jawab dalam membantu orang tua mengidentifikasi
kesiapan anak untuk toilet training. Latihan miksi biasanya dicapai
sebelum defekasi karena merupakan aktifitas regular yang data diduga.
Sedangkan defekasi merupakan sensasi yang lebih besar daripada miksi
yang dapat menimbulkan perhatian dari anak.
- Mendiskusikan berkembangnya rasa takut seperti pada kegelapan atau
suara keras.
- Menyiapkan orang tua akan adanya tanda-tanda regresi pada waktu anak
mengalami stress (misalnya anak yang tadinya sudah tidak mengompol
tiba tiba menjadi sering mengompol).
3). Usia 24-36 bulan
- Mendiskusikan kebutuhan anak untuk dilibatkan dalam kegiatan dengan
cara meniru.
- Mendiskusikan pendekatan yang dilakukan dalam toilet training dan sikap
menghadapi keadaan-keadaan seperti mengompol atau buang air besar
(BAB) dicelana.
- Menekankan keunikan dari proses berfikir toddler misalnya: melalui Bahasa
yang digunakan, ketidakmampuan melihat kejadian dari perspektif yang
lain.
- Menekankan disiplin harus tetap berstruktur dengan benar dan nyata, ajukan
alasan yang rasional, hindari kebingungan dan salah pengertian.
c. Usia Pra sekolah
Anticipatory guidance pada masa preschool (3-5 tahun)
- Usia 3 tahun Menyiapkan orang tua untuk meningkatkan minat anak
terhadap hubungan yang luas. Menekankan pentingnya batas-batas/tata
cara/peraturan-peraturan. Menyiapakan orang tua untu mengantisipasi
tingkah laku yang berlebihan sehingga dapat menurunkan
xi
tension/ketegangan. Menganjurkan ornga tua untuk menawarkan kepada
anaknya alternatif alternatif pilihan ketika anak dalam keadaan bimbang.
Mengantisipasi selera makan yang menjadi tetap dengan pemilihan
makanan yang lebih luas.
- Usia 4 tahun Menyiapkan orang tua terhadap perilaku anak yang agresif,
termasuk aktifitas motorik dan bahasa yang mengejutkan Menyiapkan
orang tua menghadapi perlawanan anak terhadap kekuasaan orang tua.
Kaji perasaan orang tua sehubungan dengan tingkah laku anak.
Menyiapkan orang tua untuk menghadapi meningkatnya rasa ingin tahu
seksual pada anak. Menekankan pentingnya batas-batas yang realistic dari
tingkah laku. Mendiskusikan disiplin Menyiapkan orang tua untuk
meningkatkan imajinasi di usia 4 tahun, dimana anak mengikuti kata
hatinya dalam ketinggian bicaranya (bedakan dengan kebohongan) dan
kemahiran anak dalam permainan yang membutuhkan imajinasi.
Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi mimpi buruk anak dan
menganjurkan mereka agar tidak lupa untuk membangunkan anak dari
mimpi yang menakutkan.
- Usia 5 tahun Memberikan pengertian bahwa usia 5 tahun merupakan
periode yang relative lebih tenang dibandingkan masa sebelumnya
Menyiapkan dan membantu anak memasuki lingkungan sekolah.
Mengingatkan imunisasi yang lengkap sebelum masuk sekolah.
Bimbingan terhadap orang tua selama usia prasekolah di antaranya adalah:
1). Usia 3 tahun
- Menganjurkan orang tua untuk meningkatkan minat anak dalam hubungan
yang luas.
- Menekankan pentingnya batas-batas/peraturan-peraturan.
- Mengantisipasi perubahan perilaku yang agresif (menurunkan
ketegangan/tension).
- Menganjurkan orang tua untuk menawarkan kepada anaknya alternatif
alternatif pilihan pada saat anak bimbang.
- Perlunya perhatian ekstra.
2) Usia 4 tahun
- Perilaku lebih agresif termasuk aktivitas motorik dan bahasa.
- Menyiapkan meningkatnya rasa ingin tahu tentang seksual.
- Menekankan pentingnya batas-batas yang realistik dari
tingkah lakunya.
- Mendiskusikan tentang kedisiplinan
xii
- Menyiapkan orang tua untuk meningkatkan imajinasi di usia 4 tahun, di
mana anak mengikuti kata hatinya, dan kemahiran anak dalam permainan
yang membutuhkan imajinasi
3) Usia 5 tahun
- Menyiapkan anak memasuki lingkungan sekolah.
- Meyakinkan bahwa usia tersebut merupakan periode tenang
pada anak.
- Mengingatkan imunisasi yang lengkap sebelum masuk
sekolah
xiii
- Apabila ada sumur, tutup sehingga tidak bisa dibuka anak
- Bila bayi tidur, berikan pengaman di pinggir tempat tidur
xiv
2. Mampu (ability) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
3. Memelihara kesehatan, berarti mau dan mampu mencegah penyakit,
4. Melindungi diri dari gangguan-gangguan kesehatan.
5. Meningkatkan kesehatan, berarti mau dan mampu meningkatkan kesehatannya.
Kesehatan perlu ditingkatkan karena derajat kesehatan baik individu, kelompok
atau masyarakat itu bersifat dinamis tidak statis.
Tujuan Promosi Kesehatan menurut WHO:
1.Tujuan Umum: Mengubah perilaku individu/masyarakat di bidang Kesehatan
2.Tujuan Khusus:
a) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai bagi masyarakat.
b) Menolong individu agar mampu secara mandiri/berkelompok mengadakan
kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
c) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan
kesehatan yang ada.
Tujuan operasional :
1. Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi dan
perubahan-perubahan sistem dalam pelayanan kesehatan serta cara
memanfaatkannya secara efisien & efektif.
2. Agar klien/masyarakat memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada
kesehatan (dirinya), keselamatan lingkungan dan masyarakatnya.
3. Agar orang melakukan langkah2 positip dlm mencegah terjadinya sakit,
mencegah berkembangnya sakit menjadi lebih parah dan mencegah keadaan
ketergantungan melalui rehabilitasi cacat karena penyakit.
4. Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan bagaimana
caranya, tanpa selalu meminta pertolongan kepada sistem pelayanan kesehatan
yang normal.
3. SASARAN
Menurut Maulana (2009) pelaksanaan Promosi Kesehatan dikenal memiliki 3 jenis
sasaran yaitu sasaran primer, sekunder dan tersier.
- Sasaran prime:
Sasaran primer kesehatan adalah pasien, individu sehat dan keluarga
(rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat. Masyarakat diharapkan
mengubah perilaku hidup mereka yang tidak bersih dan tidak sehat menjadi
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Akan tetapi disadari bahwa mengubah
perilaku bukanlah sesuatu yang mudah. Perubahan perilaku pasien, individu sehat
dan keluarga (rumah tangga) akan sulit dicapai jika tidak didukung oleh sistem
nilai dan norma sosial serta norma hukum yang dapat diciptakan atau
xv
dikembangkan oleh para pemuka masyarakat, baik pemuka informal maupun
pemuka formal.
xvi
- Berfokus pada pasien
Klien mempunyai nilai, keyakinan, kemampuan kognitif dan gaya belajar yang
unik, yang dapat berpengaruh terhadap pembelajaran. Klien dianjurkan untuk
mengekspresikan perasaan dan pengalamannya kepada perawat, sehingga perawat
lebih mengerti tentang keunikan klien dan dalam memberikan pelayanan dapat
memenuhi kebutuhan klien secara individual
- Bersifat menyeluruh dan utuh (holistic)
Dalam memberikan promosi Kesehatan harus dipertimbangkan klien secara
keseluruhan, tidak hanya berfokus pada muatan spesifik.
- Negosiasi
Perawat/petugas Kesehatan dan klien bersama-sama menentukan apa yang telah
diketahui dan apa yang penting untuk diketahui. jika sudah ditentukan, buat
perencanaan yang dikembangkan berdasarkan masukan tersebut.
- Interaktif
Kegiatan dalam promosi kesehatan adalah suatu proses dinamis dan interaktif
yang melibatkan partisipasi perawat/ petugas kesehatan dan klien.
5. MEDIA
Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan
pesaninformasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran dapat
meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya
ke arah positif terhadap Kesehatan.
Media dalam health promotion dilihat dari keeffektifannya dimulai dari yang
paling terrendah adalah membaca yaitu meembaca (10%) dilanjutkan dengan
mendengarkan (20%), melihat gambar, video dan demonstrasi (30%), lalu terlibat
dalam diskusi (50%), lewat presentasi (70%) dan yang paling besar ada pada bermain
peran, melakukan simulasi, melakukan hal nyata yaitu sebanyak 90%. Tingkat
keterlibatan dimulai dari yang paling rendah sampai paling besar yaitu Verbal,
visual, terlibat dan berbuat.
6. RUANG LINGKUP HEALTH PROMOTION PADA USIA TOODLER DAN
PRESCHOOL
PADA USIA TOODLER
Periode penting dalam tumbuh kembang adalah pada usia dibawah lima
tahun (balita). Menurut Minick (1991), Soetjiningsih (1995) dan Depkes
(2007), masa balita merupakan masa kritis dari tumbuh kembang, karena
merupakan hal mendasar yang akan mempengaruhi dan menentukan tumbuh
kembang selanjutnya.
Pada umumnya kekurangan gizi terjadi pada balita, karena pada umur
tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat dan termasuk kelompok
xvii
yang rentan gizi, karena pada masa itu merupakan masa peralihan antara saat
disapih dan mulai mengikuti pola makan orang dewasa (Adisasmito, 2007).
Kurangnya pengetahuan tentang gizi dan kesehatan pada orang tua,
khususnya ibu merupakan salah satu penyebab terjadinya kekurangan gizi
pada balita. Keadaan sosial ekonomi dan kebudayaan banyak mempengaruhi
pola makan di daerah pedesaan. Terdapat pantangan makan pada balita
misalnya anak kecil tidak diberikan ikan karena dapat menyebabkan
cacingan, kacang kacangan juga tidak diberikan karena dapat menyebabkan
sakit perut atau kembung (Baliwati,2008).
Adanya promosi kesehatan diharapkan kepada orang tua, sedapat
mungkin memenuhi kebutuhan anak, mengusahakan pertumbuhan dan
perkembangan yang baik, juga memenuhi kebutuhan organis (makanan
bergizi, kebutuhan psikis (perhatian dan kasih sayang) dan kebutuhan
intelektual.
Promosi kesehatan kepada balita dapat dilakukan melalui penyuluhan
dengan metode ceramah yaitu salah satu cara menerangkan atau menjelaskan
suatu ide, pengertian atau peran secara lisan kepada sekelompok pendengar
yang disertai diskusi dan tanya jawab, sehingga ibu memahami apa yang
diberikan dan disampaikan.
Selain melakukan promosi kesehatan di posyandu, Kunjungan rumah
perlu dilakukan oleh petugas kesehatan sebagai tindak lanjut dan upaya
promosi kesehatan didalam gedung puskesmas yang telah dilakukan kepada
pasien/keluarga. Terutama pasien/keluarga yang memiliki masalah kesehatan
yang cukup berat dan atau mereka yang sepakat untuk melaksanakan
langkah-langkah lanjut dirumah tangganya (Kementrian Kesehatan RI, 2007).
PADA USIA PRE SCHOOL
Anak usia prasekolah banyak mengalami permasalahan kesehatan yang
sangat menentukan kualitas anak dikemudian hari. Masalah kesehatan
tersebut meliputi kesehatan umum, gangguan perkembangan, gangguan
perilaku, dan gangguan belajar. Permasalahan kesehatan tersebut pada
umumnya akan menghambat pencapaian prestasi pada peserta didik
disekolah (Dermawan, 2012). Pada anak usia prasekolah, anak sering
menggunakan fungsi biologisnya untuk menemukan berbagai hal yang ada
dalam dunianya. Dimana anak lebih suka bermain dengan segala sesuatu
yang dekat dengan dirinya, seperti menggunakan untuk meletakan sesuatu
barang dimulutnya, makan dan membuang sekretnya sendiri (Wong, 2009).
Perilaku yang kurang sehat dapat berdampak pada tingginya kejadian
infeksi pada anak usia prasekolah karena memudahkan penyebaran penyakit
xviii
infeksi melalui tangan. Bibit penyakit akan mudah masuk kedalam tubuh
melalui tangan yang akan mengakibatkan timbulnya penyakit seperti diare,
cacingan, TB, infeksi tangan dan mulut, dan ISPA (Depkes, 2011).
Membiasakan anak untuk hidup bersih dan sehat memang tidak mudah,
diperlukan kesabaran dan ketelatenan,. Untuk itu, kebiasaan hidup bersih
dan sehat perlu diajarkan sedini mungkin. Hal ini perlu dilakukan agar anak-
anak terbiasa dengan kebiasaaan hidup bersih dan sehat, sehingga nantinya
akan terbawa sampai dewasa bahkan akan diajarkan kembali pada keturunan
mereka (Rahman, 2014).
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), pelaksanaan
bidang pengembangan pembiasaan perilaku di Taman Kanak-kanak dapat
dilakukan dengan cara kegiatan rutin, kegiatan spontan, kegiatan teladan,
kegiatan terprogram. Pengembangan perilaku mencuci tangan disampaikan
oleh pihak sekolah melalui kegiatan rutin setiap harinya ketika waktu
istirahat/makan/bermain dengan pembiasaan perilaku mencuci tangan,
terutama sebelum dan sesudah makan.
Pendidikan kesehatan pada anak usia empat sampai dengan enam tahun
diperlukan metode yang memungkinkan anak dapat belajar secara nyata.
Promosi kesehatan dapat dilakukan di sekolah dengan menggunakan
berbagai media. Ada beberapa metode pembelajaran untuk anak pra
sekolah, diantaranya bercerita, demonstrasi, bercakap cakap, pemberian
tugas, bermain peran, karyawisata, eksperimen, bernyanyi, dan
pembelajaran terpadu ( Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2014).
C. ANTICIPATORY GUIDANCE DAN HEALTH PROMOTION DI MASA
PANDEMI COVID 19
1. Coronavirus Disease 2019(COVID-19)
- Coronavirus Disease 2019(COVID-19) adalah penyakit saluran napas yang
disebabkan oleh virus corona jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia.
- Covid-19 pertama kali ditemukan di Wuhan, China pada akhir tahun 2019 dan
dikenal dengan nama Novel Corona Virus 2019 atau SARS Coronavirus 2.
- COVID-19 dapat mengenai siapa saja, tanpa memandang usia, status sosial
ekonomi dan sebagainya.
- Tanda dan gejala COVID-19 pada anak sulit dibedakan dari penyakit saluran
pernapasan akibat penyebab lainnya. Gejala dapat berupa batuk pilek seperti
penyakit common cold atau selesma, dengan atau tanpa demam, yang
umumnya bersifat ringan dan akan sembuh sendiri. Penyakit saluran
pernafasan menjadi berbahaya apabila menyerang paru-paru, yaitu menjadi radang
xix
paru atau yang disebut pneumonia. Gejala pneumonia adalah demam, batuk, dan
kesulitan bernafas yang ditandai dengan nafas cepat dan sesak nafas.
xx
Selama masa tanggap darurat pandemic COVID-19, tunda
membawa anak ke fasilitas kesehatan Jika balita anda mengalami gejala
berikut ini, berikan minum air putih yang cukup, dan segera berkonsultasi ke
fasilitas kesehatan terdekat:
- Sakit tenggorokan
- Batuk/pilek
xxi
- Ada atau tidaknya ruang atau rumah di mana isolasi mandiri dapat
dilakukan oleh anak, termasuk ada atau tidaknya rumah lain di mana anak
dapat tinggal
- Ada atau tidaknya orang tua atau pengasuh lain yang dapat mengasuh anak
Pada anak, dapat terjadi beberapa kondisi berikut:
Anak yang menjadi ODP atau PDP dengan gejala ringan tidak
memiliki orang tua atau pengasuh yang bertanggung jawab dan
memiliki kapasitas untuk mengasuh anak, ATAU tidak memiliki
tempat tinggal.
Anak yang memiliki orang dewasa (orang tua/pengasuh/wali) yang
menjalani pemeriksaan medis ditetapkan sebagai PDP harus
menjalani perawatan dalam isolasi, DAN merupakan orang tua
tunggal/pengasuh tunggal.
Dalam 2 kondisi di atas, orang tua/pengasuh/wali menghubungi Dinas
Sosial untuk membahas dukungan ke keluarga dan/atau pengaturan
pengasuhan sementara
Anak PDP dan harus menjalani prosedur perawatan dalam isolasi,
orang tua/pengasuh/ wali harus diberikan edukasi bagaimana cara
isolasi/karantina anak di rumah, yaitu sebagai berikut:
a) Anak dan orangtua/ pengasuh menggunakan kamar terpisah dari
anggota keluarga lain
b) Jika tidak memungkinkan kamar terpisah, maka seluruh anggota
keluarga menerapkan prinsip pencegahan infeksi dan jaga jarak
dengan tetap menerap-kan lingkungan ramah anak
c) Batasi jumlah orang yang mengasuh langsung orangtua dan
pengasuh memakai masker
d) Lakukan kebersihan tangan sesering mungkin hindari pemakaian
bersama alat makan, alat mandi, handuk, pakaian dan barang-
barang lainnya.
e) Hindari kontak fisik yang berisiko penularan seperti mencium
f) Buang popok sekali pakai atau bekas buang air besar pasien di
kamar mandi atau bungkus rapat dengan kantong plastik lalu buang
di tempat sampah
g) Lakukan hal-hal yang dapat meningkatan imunitas diri pada
pasien/orang tua/pengasuh, yaitu sebagai berikut:
Konsumsi gizi seimbang
Aktifitas fisik/senam ringan
Istirahat cukup
xxii
Suplemen vitamin
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kelompok dua mengambil kesimpulan secara umum dan dikaitkan juga dimasa
pandemic COVID-19 dengan topik Anticipatory Guidance and Helath Promotion Aspect
pada Perkembangan Usia Toodler dan Pre School pembahasan dalam penyususnan
makalah kelompok kami secara umum yaitu kehadiran anak bagi orang tua merupakan
suatu tantangan sehubungan dengan masalah dependensi/ketergantungan, disiplin,
meningkatkan mobilitas dan keamanan bagi anak. Oang tua sering keliru dalam
memberlakukan anak karena ketidaktahuan mereka akan cara membimbing dan
mengasuh yang benar. Apabila hal ini terus berlanjut, maka pertumbuhan anak dapat
terhambat misalnya kedua orang tua lebih banyak beraktifitas di luar rumah dan tingginya
mobilitas di masyarakat.
Masa Pandemi COVID-19 mempengaruhi pengasuhan dan perlindungan anak
karena sejumlah kerentanan yang harus menjadi perhatian dari pihak berwenang.
Perhatian utama terkait keadaan atau status kesehatan, diberikan pada Anak tanpa Gejala
(OTG), Anak dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Anak dalam Pengawasan (PDP).
B. Saran
1. Bagi Kelompok
Menambah wawasan dan sebagai sarana untuk menerapkan ilmu dalam bidang
keperawatan tentang asuhan keperawatan pada Anak dengan Asma.
2. Bagi Institusi
Hasil laporan diharapkan dapat menambah literatur perpustakaan dalam bidang
keperawatan anak baik itu secara umum maupun yang berkaitan dimasa pandemic
COVID-19 seperti yang negeri alami saat ini.
3. Bagi Pembaca
Semoga bisa bermanfaat dan bisa mengaplikasikan dalam menangani khasus
Anticipatory Guidance and Helath Promotion Aspect pada Perkembangan Usia
Toodler dan Pre School baik secara umum maupun yang berkaitan dimasa pandem
COVID-19 yang sedang dialami saat ini.
xxiii
DAFTARPUSTAKA
Nursalam. 2003. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak untuk Perawat dan Bidan.
xxiv
Skripsi. Purwokerto : Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.www.eprint.umpo.ac.id
xxv