Anda di halaman 1dari 22

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep ASI

1.1 Definisi ASI

ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi

baik fisik, psikologisosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon,

unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI

mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Hubertin, 2003).

ASI adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah yang memenuhi

kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan

penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat

terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih

muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang

mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf (Yahya,

2007).

1.2 Manfaat ASI

Komposisi ASI yang unik dan spesifik tidak dapat diimbangi oleh susu

formula. Pemberian ASI tidak hanya bermanfaat bagi bayi tetapi juga bagi ibu

yang menyusui.

Universitas Sumatera Utara


Manfaat ASI bagi bayi:

1. ASI merupakan sumber gizi sempurna

ASI mengandung zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk

pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi.faktor pembentukan sel-sel otak

terutama DHA dalam kadar tinggi. ASI juga mengandung whey (protein utama

dari susu yang berbentuk cair) lebih banyak dari casein (protein utama dari susu

yang berbentuk gumpalan).komposisi ini menyebabkan ASI mudah diserap oleh

bayi (Rulina, 2007).

2. ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi

Bayi sudah dibekali immunoglobulin (zat kekebalan tubuh) yang didapat

dari ibunya melalui plasenta. Tapi, segera setelah bayi lahir kadar zat ini akan

turun cepat sekali. Tubuh bayi baru memproduksi immunoglobulin dalam jumlah

yang cukup pada usia 3 - 4 bulan. Saat kadar immunoglubolin bawaan menurun,

sementara produksi sendiri belum mencukupi, bisa muncul kesenjangan

immunoglobulin pada bayi. Di sinilah ASI berperan bisa menghilangkan atau

setidaknya mengurangi kesenjangan yang mungkin timbul. ASI mengandung zat

kekebalan tubuh yang mampu melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi

bakteri, virus, dan jamur. Colostrum (cairan pertama yang mendahului ASI)

mengandung zat immunoglobulin 10 - 17 kali lebih banyak dari ASI (Cahyadi,

2007).

3. ASI eklusif meningkatkan kecerdasan dan kemandirian anak

Fakta-fakta ilmiah membuktikan, bayi dapat tumbuh lebih sehat dan

cerdas bila diberi air susu ibu (ASI) secara eksklusif pada 4 - 6 bulan pertama

Universitas Sumatera Utara


kehidupannya. Di dalam ASI terdapat beberapa nutrien untuk pertumbuhan otak

bayi di antaranya taurin, yaitu suatu bentuk zat putih telur khusus, laktosa atau

hidrat arang utama dari ASI, dan asam lemak ikatan panjang - antara lain DHA dan

AA yang merupakan asam lemak utama dari ASI.

Hasil penelitian tahun 1993 terhadap 1.000 bayi prematur membuktikan,

bayi-bayi prematur yang mendapat ASI eksklusif mempunyai IQ lebih tinggi

secara bermakna yaitu 8,3 poin lebih tinggi dibanding bayi premature yang tidak

diberi ASI. Pada penelitian Dr. Riva dkk. menunjukkan anak-anak usia 9,5 tahun

yang ketika bayi mendapat ASI eksklusif, ditemukan memiliki IQ mencapai 12,9

poin lebih tinggi dibandingkan anak-anak yang ketika bayi tidak mendapatkan ASI

(Albert, 2007)

4. ASI meningkatkan jalinan kasih sayang

Jalinan kasih sayang yang baik adalah landasan terciptanya keadaan yang

disebut secure attachment. Anak yang tumbuh dalam suasana aman akan menjadi

anak yang berkepribadian tangguh, percaya diri, mandiri, peduli lingkungan dan

pandai menempatkan diri. Bayi yang mendapat ASI secara eksklusif. akan sering

dalam dekapan ibu saat menyusu, mendengar detak jantung ibu, dan gerakan

pernapasan ibu yang telah dikenalnya dan juga akan sering merasakan situasi

seperti saat dalam kandungan: terlindung, aman dan tenteram.

Manfaat menyusui bagi ibu:

1. mengurangi resiko kanker payudara

Universitas Sumatera Utara


menyusui setidaknya sampai 6 bulan mengurangi kemungkinan ibu

menderita kanker payudara, kanker rahim, kanker indung telur. Perlindungan

terhadap kanker payudara sesuai dengan lama pemberian ASI. Ibu yang menyusui

akan terhindar dari kanker payudara sebanyak 20%-30%. Berdasarkan penelitian

dari 30 negara pada 50.000 ibu menyusui dan 97.000 tidak menyusui

kemungkinan kejadian kanker payudara lebih rendah pada ibu menyusui. Jika

menyusui lebih dari 2 tahun ibu akan lebih jarang menderita kanker payudara

sebanyak 50% (Roesli, 2007).

2. Metode KB paling aman

Kuisioner digunakan untuk memperoleh data dari para ibu di Nigeria

untuk mengetahuidampak menyusui dengan jarak kelahiran anak secara alami.

Jarak kelahiran anak lebih panjang pada ibu yang menyusui secara eklusif daripada

yang tidak (Roesli, 2007).

3. Kepraktisan dalam pemberian ASI

ASI dapat segera diberikan pada bayi, segar, siap pakai dan mudah

pemberiannya sehingga tidak terlalu merepotkan ibu (Krisna, 2007)

4. Ekonomis

Dengan memberikan ASI, ibu tidak memerlukan untuk makanan bayi

sampai berumur 4-6 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran

rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya (Soetjiningsih,

1997).

1.3 Fisiologi laktasi

Universitas Sumatera Utara


Menyusui merupakan proses yang cukup kompleks. Dengan mengetahui

bagaimana payudara menghasilkan ASI akan sangat membantu para ibu mengerti

proses kerja menyusui sehingga dapat menyusui secara eklusif (Roesli, 2007)

ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon dan refleks. Ketika

bayi mulai mengisap ASI, akan terjadi dua refleks yang akan menyebabkan ASI

keluar. Hal ini disebut dengan refleks pembentukan atau refleks prolaktin yang

dirangsang oleh hormon prolaktin dan refleks pengeluaran ASI atau disebut juga

“let down” reflexs (Roesli, 2000).

Produksi ASI merupakan hasil perangsangan payudara oleh hormon prolaktin.

Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofise anterior yang ada yang berada di

dasar otak. Bila bayi mengisap ASI maka ASI akan dikeluarkan dari gudang ASI

yang disebut sinus laktiferus. Proses pengisapan akan merangsang ujung saraf

disekitar payudara untuk membawa pesan ke kelenjar hifofise anterior untuk

memproduksi hormone prolaktin. Prolaktin kemudian akan dialirkan ke kelenjar

payudara untuk merangsang pembuatan ASI. Hal ini disebut dengan refleks

pembentukan ASI atau refleks prolaktin (Novak & Broom, 1999).

Hormon oksitosin diproduksi oleh bagian belakang kelenjar hipofisis. Hormon

tersebut dihasilkan bila ujung saraf di sekitar payudara dirangsang oleh isapan.

Oksitosin akan dialirkan melalui darah menuju ke payudara yang akan

merangsang kontraksi otot di sekeliling alveoli (pabrik ASI) dan memeras ASI

keluar dari pabrik ke gudang ASI. Hanya ASI di dalam gudang ASI yang dapat

dikeluarkan oleh bayi atau ibunya. Oksitosin dibentuk lebih cepat dibandingkan

prolaktin. Keadaan ini menyebabkan ASI di payudara akan mengalir untuk diisap.

Oksitosin sudah mulai bekerja saat ibu berkeinginan menyusui (sebelum bayi

Universitas Sumatera Utara


mengisap). Jika refleks oksitosin tidak bekerja dengan baik, maka bayi mengalami

kesulitan untuk mendapatkan ASI. Payudara seolah-olah telah berhenti

memproduksi ASI, padahal payudara tetap menghasilkan ASI namun tidak

mengalir keluar. Efek oksitosin lainnya adalah menyebabkan uterus berkontraksi

setelah melahirkan. Sehingga dapat membantu mengurangi perdarahan walaupun

kadang mengakibatkan nyeri (Badriul, 2008).

1.4. Produksi ASI

Berdasarkan waktu diproduksi ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

a. ASI stadium I (kolostrum)

Kolostrum merupakan ciran yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara

dari hari pertama sampai hari ke empat yang berbeda karakteristik fisik dan

komposisinya dengan ASI matang dengan volume 150 – 300 ml/hari. Kolostrum

berwarna kuning keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-

sel hidup. Kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang

membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera

bersih dan siap menerima ASI. Hal ini menyebabkan bayi yang mendapat ASI

pada minggu pertama sering defekasi dan feses berwarna hitam (Hubertin, 2003).

A. ASI stadium II (ASI peralihan)

ASI ini diproduksi pada hari ke empat sampai hari ke sepuluh. Komposisi

protein semakin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang semakin tinggi dan

jumlah volume ASI semakin meningkat. Hal in I merupakan pemenuhan terhadap

aktifitas bayi yang semakin aktif karena bayi sudah beradaptasi terhadap

lingkungan (Hubertin, 2003)

Universitas Sumatera Utara


B. ASI stadium III (ASI matur)

ASI yang disekresi pada hari ke sepuluh sampai seterusnya. ASI matur

merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan

bayi sampai berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan

makanan lain selain ASI. Dimulai dengan makanan yang lunak, kemudian padat,

dan makanan biasa sesuai makanan biasa (Hubertin, 2003)

Volume ASI

Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI

mulai menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak

bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dan jumlah akan terus

bertambah sehingga mencapai 400-450 ml pada waktu mencapai usia minggu

kedua. Dalam keadaan produksi ASI telah normal volume susu terbanyak yang

dapat diperoleh adalah 5 menit pertama pengisapan oleh bayi biasanya

berlangsung selama 15-25 menit (Hubertin, 2004).

Untuk mengetahui banyaknya produksi ASI beberapa kriteria sebagai

patokan untuk mengetahui jumlah ASI cukup atau tidak yaitu:

1. ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui puting.

2. Sebelum disusukan payudara terasa tegang.

3. Jika ASI cukup, setelah bayi menyusu bayi akan tertidur\tenang selama 3-

4 jam.

4. Bayi BAK 6-8 kali dalam satu hari.

5. Bayi BAB 3-4 kali sehari

6. Bayi paling sedikit menyusu 8-10 kali dalam 24 jam.

7. Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan ASI.

Universitas Sumatera Utara


8. Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai

menyusu.

9. Urin bayi biasanya kuning pucat (Soetjiningsih, 1997).

Pengukuran volume ASI dapat juga dilakukan dengan cara lain yaitu:

a. Memerah ASI dengan pompa

Cara menabung atau mengukur ASI yang paling baik dan efektif dengan

menggunakan alat pompa ASI elektrik. Harganya relatif mahal. Ada cara lain

yang lebih terjangkau yaitu piston atau pompa berbentuk suntikan. Prinsip kerja

alat ini memang seperti suntikan, hingga memiliki keunggulan, yaitu setiap

jaringan pompa mudah sekali dibersihkan dan tekanannya bisa diatur.

Pompa-pompa yang ada di Indonesia jarang berbentuk suntikan, lebih banyak

berbentuk squeeze and bulb. Bentuk squeeze and bulb tidak dianjurkan banyak

ahli ASI. Karena pompa seperti ini sulit dibersihkan bagian bulb-nya (bagian

belakang yang bentuknya menyerupai bohlam) karena terbuat dari karet hingga

tak bisa disterilisasi. Selain itu, tekanannya tak bisa diatur, hingga tak bisa sama/

rata (Rahayu, 2008).

b. Memerah ASI dengan tangan

Memerah ASI dengan tangan disebut juga dengan teknik Marmet. Dengan

pijitan dua jari sendiri, ASI bisa keluar lancar dan membutuhkan waktu sekitar

masing-masing payudara 15 menit. Cara ini sering disebut juga dengan back to

nature karna caranya sederhana dan tidak membutuhkan biaya (Rahayu, 2008)

Caranya, tempatkan tangan ibu di salah satu payudara, tepatnya di tepi areola.

Posisi ibu jari terletak berlawanan dengan jari telunjuk. Tekan tangan ke arah

dada, lalu dengan lembut tekan ibu jari dan telunjuk bersamaan. Pertahankan agar

Universitas Sumatera Utara


jari tetap di tepi areola, jangan sampai menggeser ke puting. Ulangi secara teratur

untuk memulai aliran susu. Putar perlahan jari di sekeliling payudara agar seluruh

saluran susu dapat tertekan. Ulangi pada sisi payudara lain, dan jika diperlukan,

pijat payudara di antara waktu-waktu pemerasan. Ulangi pada payudara pertama,

kemudian lakukan lagi pada payudara kedua. Letakan cangkir bermulut lebar yang

sudah disterilkan di bawah payudara yang diperas, kemudian diukur

menggunakan gelas ukur (Rahayu, 2008).

1.5. Komposisi ASI

ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5 %, oleh karena itu bayi

yang mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat tambahan air walaupun berada

ditempat yang suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai dengan saluran cerna

bayi, sedangkan susu formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal tersebut yang

dapat menyebabkan terjadinya diare pada bayi yang mendapat susu formula

a. Karbohidrat

Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah

satu sumber untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hamper dua kali

lipat dibanding laktosa yang ditemukan pada susu formula. Kadar karbohidrat

dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa

pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan). Setelah melewati masa ini maka

kadar karbohidrat ASI relatif stabil. (Badriul, 2008)

b. Protein

Universitas Sumatera Utara


Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan

protein yang terdapat dalam susu formula. Protein dalam ASI dan susu formula

terdiri dari protein whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari

protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi., sedangkan susu formula

lebih banyakmengandung protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi.

Jumlah casein yang terdapat di dalam ASI hanya 30% dibanding susu

formulayang mengandung protein ini dalam jumlah yang tinggi (80%). (Badriul,

2008).

c. Lemak

Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat

Jumlahnya. Lemak ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi yang terjadi

secara otomatis. Komposisi lemak pada 5 menit pertama isapan akan berbeda

dengan 10 menit kemudian. Kadar lemak pada hari pertama berbeda dengan hari

kedua dan akan berubah menurut perkembangan bayi dan kebutuhan energi yang

dibutuhkan bayi (Hubertin, 2004).

Selain jumlahnya yang mencukupi, jenis lamak yang ada dalam ASI

mengandung lemak rantai panjang yang merupakan lemak kebutuhan sel jaringan

otak dan sangat mudah dicerna serta mempunyai jumlah yang cukup tinggi.

Dalam bentuk Omega 3, Omega 6, DHA (Docoso Hexsaconic Acid) dan

Acachidonid acid merupakan komponen penting untuk meilinasi. Asam linoleat

ada di dalam ASI dalam jumlah yang cukup tinggi. Lemak ASI mudah dicerna

dan diserap oleh bayi karena ASI juga mengandung enzim lipase yang mencerna

lemak trigliserida menjadi digliserida, sehingga sedikit lemak yang tidak diserap

oleh sistem pencernaan bayi (Hubertin, 2004).

Universitas Sumatera Utara


d. Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relatif rendah

tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Zat besi dan kalsium di dalam ASI

merupakan mineral yang sangat stabil dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diit

ibu. Garam organik yang terdapat di dalam ASI terutama adalah kalsium, kalium,

sedangkan kadar Cu, Fe, dan Mn yang merupakan bahan untuk pembuat darah

relatif sedikit. Ca dan P yang merupakan bahan pembentuk tulang kadarnya dalam

ASI cukup (Soetjiningsih, 1997).

e. Vitamin

Vitamin K

Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai

faktor pembekuan. Kadar vitamin K di dalam ASI hanya seperempatnya kadar

dalam susu formula. Bayi yang hanya mendapat ASI berisiko untuk mengalami

perdarahan, walaupun angka kejadian perdarahan ini kecil. Oleh karena itu pada

bayi baru lahir perlu diberikan vitamin K yang umumnya dalam bentuk suntikan

(Badriul, 2008).

Vitamin D

Seperti halnya vitamin K, ASI hanya mengandung sedikit vitamin D. hal

ini tidak perlu dikuatirkan karena dengan menjemur bayi pada pagi hari maka

bayiakan mendapat tambahan vitamin D yang berasal dari sinar matahari.

Sehingga pemberian ASI eklusif ditambah dengan membiarkan bayi terpapar pada

sinar matahari pagi akan mencegah bayi menderita penyakit tulang karena

kekurangan vitamin K (Badriul, 2008).

Vitamin E

Universitas Sumatera Utara


Salah satu fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel

darah merah. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan terjadinya kekurangan

darah (anemia hemolitik). Keuntungan ASI adalah kandungan vitamin E nya

tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal (Badriul, 2008).

Vitamin A

Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk

mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. ASI

mengandung dalam jumlah tinggi tidak saja vitamin A, tetapi juga bahan bakunya

yaitu beta karoten (Badriul, 2008).

Vitamin yang larut dalam air

Hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B, asam folat,

vitamin C terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh

terhadap kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi

dalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folatmungkin rendah pada ibu

dengan gizi kurang (Badriul, 2008).

1.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi ASI

Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung dari stimulasi pada

kelenjar payudara. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan produksi

ASI antara lain:

1. Faktor makanan ibu

Dalam penelitian Arifin (2006) mengatakan ibu yang kekurangan gizi akan

mengakibatkan menurunnya jumlah ASI dan akhirnya berhenti. Hal ini

menyebabkan pada masa kehamilan jumlah pangan yang dikonsumsi ibu tidak

Universitas Sumatera Utara


memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya, yang kelak

akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai sumber energi

selama menyusui.

2. Faktor isapan bayi

Isapan mulut bayi akan menstimulus hipotalamus pada bagian hipofisis

anterior dan posterior. Hipofisis anterior menghasilkan rangsangan (rangsangan

prolaktin) untuk meningkatkan sekresi prolaktin. Prolaktin bekerja pada kelenjar

susu (alveoli) untuk memproduksi ASI. Isapan bayi tidak sempurna atau puting

susu ibu yang sangat kecil akan membuat produksi hormon oksitosin dan hormon

prolaktin akan terus menurun dan ASI akan terhenti (Hubertin, 2003)

3. Frekuensi penyusuan

Pada studi 32 ibu dengan bayi premature disimpulkan bahwa produksi ASI

akan optimal dengan pemompaan 5 kali per hari selama bulan pertama setelah

melahirkan. Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan

menunjukan bhwa frekuensi penyusuan 10 lebih kurang 3 kali per hari selama 2

minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI.

Berdasarkan hal ini direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari

pada periode awal setelah melahirkan. Penyusuan ini berkaitan dengan

kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara (Arifin, 2004).

4. Riwayat penyakit

Penyakit infeksi baik yang kronik maupun akut yang mengganggu proses

laktasi dapat mempengaruhi produksi ASI (Elly, 2007).

5. Faktor psikologis

Universitas Sumatera Utara


Gangguan psikologi pada ibu menyebabkan berkurangnya produksi dan

pengeluaran ASI. Laktasi memerlukan ketenangan, ketentraman, perasaan aman

dari ibu, kecemasan, kesedihan, dapat menyebabkan ketegangan yang

mempengaruhi saraf , pembuluh darah dansebagainya (Arifin, 2004)

Dukungan suami maupun keluarga lain dalam rumah akan sangat membantu

berhasilnya seorang ibu untuk menyusui. Perasaan ibu yang bahagia, senang,

perasaan menyayangi bayi, memeluk, mencium dan mendengar bayinya menangis

akan meningkatkan pengeluaran ASI (Hubertin, 2003).

6. Berat badan lahir

Prentice (1984) mengamati hubungan berat lahir bayi dengan volume ASI.

Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap, frekuensi, dan lama

penyusuan dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari kedua dan usia

1 bulan sangat erat berhubungan dengan kekuatan mengisap yang

mengakibatkan perbedaan inti yang besar dibanding bayi yang mendapat formula.

De Carvalho (1982) menemukan hubungan positif berat lahir bayi dengan

frekuensi dan lama menyusui selama 14 hari pertama setelah lahir. Bayi berat

lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah

dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr). Kemampuan mengisap ASI

yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah

dibanding bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon

prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI (Elly, 2007).

7. Perawatan payudara

Perawatan payudara yang dimulai dari kehamilan bulan ke 7-8 memegang

peranan penting dalam menyusui bayi. Payudara yang terawat akan memproduksi

Universitas Sumatera Utara


ASI yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi dan dengan perawatan payudara

yang baik, maka putting tidak akan lecet sewaktu diisap bayi (Soetjiningsih, 1999)

Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu

dengan mengurut selama 6 minggu terakhir masa kehamilan. Pengurutan tersebut

diharapkan apabila terdapat penyumbatan pada duktus laktiferus dapat

dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan lancar (Arifin,

2004).

8. Jenis persalinan

Pada persalinan normal proses menyusui dapat segera dilakukan setelah bayi

lahir. Biasanya ASI sudah keluar pada hari pertama persalinan (saifudin, 2001).

Sedangkan pada persalinan tindakan sectio ceasar seringkali sulit menyusui

bayinya segera setelah lahir, terutama jika ibu diberikan anestesi umum. Ibu

relatif tidak dapat bayinya di jam pertama setelah bayi lahir. Kondisi luka operasi

di bagian perut membuat proses menyusui sedikit terhambat (Sinsin, 2004).

9. Umur kehamilan saat melahirkan

Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal ini

disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu)

sangat lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif sehingga produksi ASI

lebih rendah dari pada bayi yang lahir tidak prematur. Lemahnya kemampuan

mengisap pada bayi prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan

belum sempurnanya fungsi organ (Arifin, 2004).

10. Konsumsi rokok

Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormone

prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi

Universitas Sumatera Utara


pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin

(Arifin, 2004).

11. Konsumsi Alkohol

Menurut Matheson (1989), meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi

dapat membuat ibu merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran

ASI namun disisi lain etanol dapat menghambat produksi oksitosin. Kontraksi

rahim saat penyusuan merupakan indikator produksi oksitosin. Pada dosis etanol

0,5-0,8 gr/kg berat badan ibu mengakibatkan kontraksi rahim hanya 62% dari

normal, dan dosis 0,9-1,1 gr/kg mengakibatkan kontraksi rahim 32% dari normal

(Elly, 2007).

12. Cara menyusui yang tidak tepat

Teknik menyusui yang kurang tepat, tidak dapat mengosongkan payudara

dengan benar yang akhirnya akan menurunkan produksi ASI (Hubertin, 2003).

13. Rawat gabung

Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera disusui dan

frekuensinya lebih sering. Proses ini merupakan proses fisiologis yang alami,

dimana bayi mendapatkan nutrisi alami yang paling sesuai dan baik. Untuk ibu,

dengan menyusui, maka akan timbul refleks oksitosin yang akan membantu

proses fisiologis involusi rahim. Di samping itu akan timbul refleks prolaktin yang

akan memacu proses produksi ASI (Soeningsih, 2006).

14. Pil Kontrasepsi

Universitas Sumatera Utara


Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan

dengan penurunan volume dan durasi ASI (Koetsawang, 1987 dan Lonerdal,

1986 dalam ACC/SCN, 1991), sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin

maka tidak ada dampak terhadap volume ASI (WHO Task Force on Oral

Contraceptives, 1988 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini WHO

merekomendasikan pil progestin untuk ibu menyusui yang menggunakan pil

kontrasepsi (Elly, 2007)

2. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

2.1. Definisi Inisiasi Menyusu Dini

Inisiasi Menyusu Dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah

bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia seperti

juga bayi mamalia lain yang mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri.

Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu

jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan menyusu dini ini dinamakan the

breast crawl atau merangkak mencari payudara (Roesli, 2007).

Menurut Gupta (2007) Inisiasi Menyusu Dini disebut sebagai tahap keempat

persalinan yaitu tepat setelah persalinan sampai 1 jam setelah persalinan,

meletakkan bayi baru lahir dengan menengkurapkan bayi yang sudah dikeringkan

tubuhnya namun belum dibersihkan dan tidak dibungkus di dada ibunya segera

setelah persalinan dan memastikan bayi mendapat kontak kulit dini dengan

ibunya, menemukan putting susu dan mendapatkan asupan kolostrum sebelum

ASI keluar.

Inisiasi Menyusu Dini sebenarnya telah dilaksanakan di Indonesia mengacu

pada kebijakan PP-ASI, salah satu diantaranya adalah membantu ibu menyususi

Universitas Sumatera Utara


bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan. Namun kenyataannya belum benar,

sebab bayi baru lahir biasanya sudah dibungkus sebelum diletakan di dada ibunya,

akibatnya tidak terjadi skin to skin contact, bayi bukan menyusu tetapi disusui

oleh ibunya dan memaksakan bayi untuk menyusu sebelum siap untuk disusukan

selanjutnya bayi dipisahkan dari ibunya (Elizabethtanti ,2007).

Menurut Gupta (2007) refleks menghisap bayi timbul setelah 20-30 menit

setelah lahir, sedangkan menurut Roesli (2007) bayi menunjukan kesiapan untuk

mulai menyusu setelah 30-40 menit setelah lahir. Tanda-tanda kesiapan bayi

untuk menyusu yaitu mengeluarkan suara kecil, menguap, meregang, adanya

pergerakan mulut. Selanjutnya menggerakan tangan ke mulut, timbul refleks

rooting, menggerakan kepala dan menangis sebagai isyarat menyusu dini. Dengan

indra peraba, penghidu, penglihatan, pendengaran, refleks bayi baru lahir bisa

menemukan dan menyentuh payudara tanpa bantuan. Hal ini dapat merevitalisasi

pencarian bayi terhadap payudara (Varney, 2007).

2.2. Manfaat inisiasi menyusu dini bagi bayi dan ibu :

a. Meningkatkan refleks menyusu bayi secara optimal

Menyusu pada bayi baru lahir merupakan keterpaduan antara tiga refleks

yaitu refleks mencari (Rooting refleks), refleks menghisap (Sucking refleks),

refleks menelan (Swallowing refleks) dan bernafas. Gerakan menghisap berkaitan

dengan saraf otak nervus ke-5, ke-7 dan ke-12. Gerakan menelan berkaitan

dengan nervus ke-9 dan ke-10. Gerakan tersebut salah satu upaya terpenting bagi

individu untuk mempertahankan hidupnya. Pada masa gestasi 28 minggu gerakan

ini sudah cukup sempurna, sehingga bayi dapat menerima makanan secara oral,

Universitas Sumatera Utara


namun melakukan gerakan tersebut tidak berlangsung lama. Setelah usia gestasi

32-43 minggu, mampu untuk melakukan dalam waktu yang lama (Markum,1991).

Menurut hasil penelitian Dr. Lenard bayi baru lahir setelah dikeringkan

tanpa dibersihkan terlebih dahulu, diletakan di dekat putting susu ibunya segera

setelah lahir, memiliki respon menyusu lebih baik. Apabila dilakukan tindakan

terlebih dahulu seperti ditimbang, diukur atau dimandikan, refleks menyusu akan

hilang 50%, apalagi setelah dilahirkan dilakukan tindakan dan dipisahkan, maka

refleks menyusu akan hilang 100% (Roesli, 2007). Bayi yang tidak segera diberi

kesempatan untuk menyusu refleksnya akan berkurang dengan cepat dan akan

muncul kembali dalam kadar secukupnya dalam 40 jam kemudian (Gupta, 2007).

Dengan inisiasi menyusu dini akan mencegah terlewatnya refleks menyusu dan

meningkatkan refleks menyusu secara optimal.

b. Menurunkan kejadian hipotermi

Luas permukaan tubuh bayi ± 3 kali luas permukaan tubuh orang dewasa.

Lapisan insulasi jaringan lemak di bawah kulit tipis, kecepatan kehilangan panas

pada tubuh bayi baru lahir ± 4 kali pada orang dewasa. Pada ruang bersalin

dengan suhu 20-25° celcius, suhu kulit tubuh bayi akan turun 0,3° celcius, suhu

tubuh bagian dalam turun 0,1° celcius / menit. Selama periode dini setelah bayi

lahir, biasanya berakibat kehilangan panas komulatif 2-3° celcius. Kehilangan

panas ini terjadi melalui konveksi, konduksi, radiasi dan evavorasi (Nelson, 2000)

Menurut penelitian Dr. Niels Bergman, kulit ibu berfungsi sebagai

incubator, karena kulit ibu merupakan thermoregulator bagi bayi. Suhu kulit ibu

1° celcius lebih tinggi dari ibu yang tidak bersalin. Apabila pada saat lahir bayi

mengalami hipothermi, dengan terjadi skin to skin contact secara otomatis suhu

Universitas Sumatera Utara


kulit ibu akan meningkat 2° celcius. Sebaliknya apabila bayi mengalami

hiperthermi, suhu kulit ibu akan turun 1° celcius (Roesli, 2008). Ini berarti,

dengan IMD resiko hipothermi pada bayi baru lahir yang dapat menimbulkan

kematian dapat dikurangi (www.mediasehat.com, 2008).

c. Menurunkan kejadian asfiksia

Dengan inisiasi menyusu dini, ibu dan bayi menjadi lebih tenang. Hal ini

akan membantu pernapasan dan bunyi jantung lebih stabil (WBW, 2007).

d. Menurunkan kejadian hipoglikemi

Menyusu dini membuat bayi menjadi tenang dan frekwensi menangis

kurang sehingga mengurangi pemakaian energi (WBW, 2007). Penelitian

membuktikan bahwa bayi yang melakukan IMD memiliki tingkat gula darah yang

lebih baik daripada bayi baru lahir yang dipisahkan dari ibunya (www.

mediasehat.com, 2008)

e. Meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin

Melalui sentuhan, emutan dan jilatan bayi pada putting susu ibu akan

pengeluaran hormon oksitosin yang penting. Selain itu gerakan kaki bayi pada

saat merangkak di perut ibu akan membantu melakukan massage uterus untuk

merangsang kontraksi uterus.Oksitosin akan menyebabkan uterus berkontraksi

sehingga membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi terjadinya perdarahan

post partum. Oksitosin akan merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi

tenang, rileks, euphoria, meningkatkan ambang rasa nyeri, dan mencintai bayinya.

Oksitosin merangsang pengaliran ASI dari payudara (WBW, 2007).

f. Memfasilitasi bonding attachment

Universitas Sumatera Utara


Bonding atau ikatan batin menunjukan perjalinan hubungan orang tua dan

bayi pada saat awal kelahiran. Sebagai individu, orang tua akan mengembangkan

hubungan kasih sayang dengan bayi menurut gaya dan cara mereka. Jam pertama

merupakan saat peka dimana kontak pertama akan mempermudah jalinan batin.

Sifat dan tingkah laku jalinan saling berhubungan yang tercipta antara ibu dan

bayi sering berupa sentuhan halus ibu dengan ujung jarinya pada anggota gerak

dan wajah bayi serta membelai dengan penuh kasih sayang. Sentuhan pada pipi

akan membangkitkan respon berupa gerakan memalingkan wajah ke ibu untuk

mengadakan kontak mata dan mengarah ke payudara disertai gerakan menyondol

dan menjilat putting susu selanjutnya menghisap payudara. Kontak pertama ini

harus berlangsung pada jam pertama setelah kelahirannya (Nelson, 2007). Bayi

baru lahir matanya terbuka lebih lama daripada hari-hari selanjutnya, sehingga

paling baik untuk memulai perlekatan dan kontak mata antara ibu dan bayi

(Ladewig, 2006).

2.3. Tatalaksana inisiasi menyusu dini

Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua

tangannya. Lemak putih (vernix) yang menyamankan kulit baik sebaiknya

dibiarkan. Bayi ditengkurapkan di dada atau di perut ibu. Biarkan kulit bayi

melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan

minimum satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti, jika

perlu gunakan topi bayi. Jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam

satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil

menyusu pertama. Bayi dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang, diukur, dan

dicap setelah satu jam menyusu awal. Ibu dan bayi dirawat gabung dalam satu

Universitas Sumatera Utara


kamar. Selama 24 jam ibu dan bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam

jangkauan ibu (Roesli, 2007)

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai