Segala puji dan syukur sudah sepantasnya kita panjatkan kepada Allah subhaanahu
wa ta’ala, dengan qudrah-Nya, irodah-Nya juga rahmat yang masih diberikan kepada kita.
Mulai dari panjang umur, sehat dan kesempatan untuk belajar dikampus yang kita cintai
bersama dosen-dosen yang baik. Semoga apa yang dilakukan oleh kita semua menjadi amal
sholih juga menjadi amal jariyah bagi kita. Aamiin
Sholawat serta salam selalu senantiasa terlimpah pada junjunan kita Nabi Muhammad
Shalallahu ‘alaihi Wasallam, kepada keluarganya, sahabatnya juga mudah-mudahan
sholawat serta salam juga terlimpah pada kita yang senantiasa berusaha meniru jejak
langkahnya. Aamiin juga mudah-mudahan kita mampu meneladani setiap langkahnya dan
kita mendapatkan syafaatnya kelak di hari kiamat. Aamiin.
Tentunya beresnya makalah ini tidak serta merta merupakan hasil jerih payah dan
kerja keras pemikiran dan pengalaman mendapatkan ilmu semata, tetapi disana ada rahmat
Allah yang telah memberikan akal kepada kami.
Terimakasih pula kami sampaikan kepada guru-guru kami yang telah memberikan
sedikit ilmunya khususnya dosen kami tercinta Ustad Yusuf Tajri, S.Pd.I., M.Ag. yang telah
menyampaikan materinya dengan penuh kasih sayang dan perhatian. Kami berharap makalah
ini bermanfaat kepada kami dalam rangka menunjang proses pembelajaran ini .Aamiin.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………..i
DAFTAR ISI…………………………………………………………….ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………. ……………….
B. Rumusan Masalah ………………………………………………..
C. Tujuan Penulisan ……………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian A………………………llah memberi kefahaman, Allah memberi
balasan dan semanagat mencari ilmu.
B. Hadits Allah memberi kefahaman, Allah memberi balasan , dan hadits semanagt
mencari ilmu. …………………………………………….
C. isi kandungan hadits …………………………………
D. kedudukan hadits
BAB III KESIMPULAN
A. Kesimpulan .................................................................…………
B. Daftar Pustaka ………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
2
Ilmu pengetahuan adalah sebaik-baik sesuatu yang disukai,sepenting-penting sesuatu
yang dicari dan merupakan sesuatu yang paling bermanfaat, dari pada selainnya. Kemuliaan
akan didapat bagi pemiliknya dan keutamaan akan diperoleh oleh orang yang memburunya.
Memburu ilmu bisa didapatkan dimana saja baik lembaga formal ataupun non formal,
contoh non formal adalah seperti kegitan di majlis ilmu. Sebagai pedoman Umat Islam, Al-
Qur’an di dalamnya terdapat pedoman atau petunjuk bagi kehidupan kita sehari-hari, baik
ibadah madho ataupun bermuamalat seperti sopan santun bermajlis.
Akan tetapi, dalam mencari ilmu perlunya ditanamkan jiwa semangat, karena semangat
untuk menuntut ilmu juga merupakan suatu pendorong yang kuat dalam penguasaan ilmu. Ali
bin Abi Thalib Raddiallahu ‘anhu berkata : “Sesungguhnya yang disebut orang ‘alim adalah
orang yang beramal dengan ilmunya dan ilmunya sesuai dengan amalannya. “ Kita sebagai
seorang muslim harus memiliki cita-cita untuk meraih sesuatu yang bermanfaat. Kita juga
tidak boleh berbangga dengan apa yang ada pada kita, yang hal itu dapat membuat kita malas
menuntut ilmu.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian hadits Allah memberi kefahaman, hadits balasan dari Allah dan hadits
semangat mencari ilmu?
2. Apa hadits yang menjelaskan tentang Allah memberi kefahaman, balasan dari Allah,
dan semangat mencari ilmu?
3. Bagaimana kedudukan hadits Allah memberi kefahaman, hadits Allah memeri balasan
dan hadits semangat mencari ilmu?
4. Apa isi kandungan hadits tersebut?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Agar pengertian Allah memberi kefahaman, Allah memberi balasan, dan semangat
mencari ilmu.
2. Agar mengetahui hadits yang berkaitan tentang Allah memberi kefahaman, Allah
memberi balasan, dan semangat mencari ilmu.
3. Agar mengetahui kedudukan hadits tersebut.
4. Agar mengetahui isi kandungan hadits tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
“Haddatsanaa Sa’id bin ‘Ufair ia berkata, haddatsanaa Ibnu Wahhab dari Yunus dari Ibnu
Syihaab ia berkata, Humaid bin Abdur Rokhman berkata, aku mendengar Muawiyah r.a
3
berkhutbah dan berkata : ‘aku mendengar Nabi saw bersabda’ : “Barangsiapa yang Allah swt
kehendaki kebaikan, maka akan dipahamkan agamanya. Aku hanyalah pembagi, sedangkan
Allah swt yang memberi. Senantiasa umat ini tegak diatas perintah Allah swt, tidak akan
membahayakan orang-orang yang menyelisihi mereka, sampai datang perintah Allah swt".
Hadits yang mulia ini menunjukkan agungnya kedudukan ilmu agama dan keutamaan yang
besar bagi orang yang mempelajarinya, sehingga Imam an-Nawawi dalam kitabnya
Riyadhush Shalihin [2], pada pembahasan “Keutamaan Ilmu” mencantumkan hadits ini
sebagai hadits yang pertama.
Imam an-Nawawi berkata: “Hadits ini menunjukkan keutamaan ilmu (agama) dan
keutamaan mempelajarinya, serta anjuran untuk menuntut ilmu.” Imam Ibnu Hajar
al-‘Asqalaani berkata: “Dalam hadits ini erdapat keterangan yang jelas tentang keutamaan
orang-orang yang berilmu di atas semua manusia, dan keutamaan mempelajari ilmu agama di
atas ilmu-ilmu lainnya.”
Yang dimaksud dengan ilmu, yang telah diterangkan di dalam dalil-dalil tentang
keutamaan, pahala, dan ketinggian derajat orang-orang yang menuntutnya serta merupakan
warisan para Nabi; adalah ilmu syariat, baik yang berkenaan dengan akidah (keyakinan)
maupun amal (praktek ibadah). Inilah ilmu yang penuntut dan orang yang mempelajari dan
mengajarkannya terpuji di sisi Allah.
Bukan ilmu yang berkaitan dengan dunia, seperti ilmu perhitungan, ilmu teknologi dan
yang sejenisnya. Dan menuntut ilmu merupakan jihad fi sabilillah dan setara dengannya,
sebagaimana diterangkan dalam kitabullah. Hal itu disebabkan; orang yang tidak berilmu
(tidak mengetahui) tidak mungkin baginya untuk beramal ibadah sesuai dengan apa yang
dimaksud dalam syariat. Seperti yang tercantum dalam QS At-Taubah ayat 122.
2. Mutiara hikmah yang dapat kita petik dari hadits ini adalah:
Ilmu yang disebutkan keutamaannya dan dipuji oleh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya
adalah ilmu agama.
Salah satu ciri utama orang yang akan mendapatkan taufik dan kebaikan dari Allah
Ta’ala adalah dengan orang tersebut berusaha mempelajari dan memahami petunjuk
Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam agama Islam.
Orang yang tidak memiliki keinginan untuk mempelajari ilmu agama akan terhalangi
untuk mendapatkan kebaikan dari Allah Ta’ala.
Yang dimaksud dengan pemahaman agama dalam hadits ini adalah ilmu/pengetahuan
tentang hukum-hukum agama yang mewariskan amalan shaleh, karena ilmu yang
tidak dibarengi dengan amalan shaleh bukanlah merupakan ciri kebaikan.
Memahami petunjuk Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan
benar merupakan penuntun bagi manusia untuk mencapai derajat takwa kepada Allah
Ta’ala.
4
Pemahaman yang benar tentang agama Islam hanyalah bersumber dari Allah semata,
oleh karena itu hendaknya seorang muslim disamping giat menuntut ilmu, selalu
berdoa dan meminta pertolongan kepada Allah Ta’ala agar dianugerahkan
pemahaman yang benar dalam agama.
3. Kedudukan hadits
Hadits ini shahih. Dikeluarkan oleh al-Bukhari (71) dan Muslim (1037, 98).
ب أَ ْخبَ َرهُ ع َْن أَبِي ٍ ِق ْب ِن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن أَبِي طَ ْل َحةَ أَ َّن أَبَا ُم َّرةَ َموْ لَى َعقِي ِل ب ِْن أَبِي طَال َ ك ع َْن إِ ْس َحا ٌ ِال َح َّدثَنِي َمال َ ََح َّدثَنَا إِ ْس َما ِعي ُل ق
َ
َان إِلى ْ ْ َ َ َ َ ُ َ اَلَ ْ َ ْ َّ ْ ُ
ِ صلى ُ َعل ْي ِه َو َسل َم بَ ْين َما ه َو َجالِسٌ فِي ال َم ْس ِج ِد َوالناسُ َم َعهُ إِذ أقبَ َل ث ثة نف ٍر فأقبَ َل اثن َ َّ َ هَّللا َّ َ ِ َواقِ ٍد اللَّ ْيثِ ِّي أَ َّن َرسُو َل
هَّللا
َ َ َ َّ
صلى ُ َعلَ ْي ِه َو َسل َم فَأ َّما أ َح ُدهُ َما فَ َرأى فُرْ َجةً فِي هَّللا َّ هَّللا
َ ِ ُول ِ اح ٌد قَا َل فَ َوقَفَا َعلَى َرس ِ َب َو َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسل َم َو َذه
َّ َ ِ َرسُو ِل هَّللا
ال أَاَل أُ ْخبِ ُر ُك ْم َ َصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق َ ِ ث فَأ َ ْدبَ َر َذا ِهبًا فَلَ َّما فَ َر َغ َرسُو ُل هَّللاُ ِس َخ ْلفَهُ ْم َوأَ َّما الثَّال َ َس فِيهَا َوأَ َّما اآْل َخ ُر فَ َجل َ َْال َح ْلقَ ِة فَ َجل
ُض ُ َع ْنه هَّللا َ
َ ض فَأ ْع َر َ َ َ َ
َ ع َْن النَّفَ ِر الثَّاَل ثَ ِة أ َّما أ َح ُدهُ ْم فَأ َوى إِلَى ِ فَآ َواهُ ُ َوأ َّما ا خَ ُر فَا ْستَحْ يَا فَا ْستَحْ يَا ُ ِم ْنهُ َوأ َّما ا خَ ُر فَأ ْع َر
آْل هَّللا آْل هَّللا هَّللا َ َ
Hadits ini mengandung anjuran untuk beretika dalam majlis ilmu dan mengisi tempat
yang kosong dalam majlis tersebut, sebagaiman anjuran untuk mengisi shaf (barisan) yang
kosong dalam shalat yang telah diterangkan dalam hadist lain.dalam hal ini seorang
dibolehkan untuk lewat didepan orang lain selama tidak menganggunya. Akan tetapi jika ia
khawatir akan mengganggunya, maka dianjurkan untuk duduk paling belakang seperti yang
dilakukan oleh orang kedua dalam hadits ini. Hadits ini juga mengandung pujian bagi orang
yang rela berdasarkan untuk mencari kebaikan atau pahala.
5
“Maka Allah pun malu kepadanya,” artinya Allah tidak akan memberinya rahmat, tetapi juga
tidak akan menyiksanya. “Maka Allah pun berpaling darinya,” atau Allah murka kepadanya,
yaitu kepada orang yang meninggalkan majlis bukan karena suatu halangan jika ia adalah
seorang muslim, atau mungkin ia adalah orang munafik sehinggaNabi mengungkapkan
kejelekannya, atau mungkin perkataan Nabi …….. adalah sebagai pemberitahuan atau doa.
Hadits ini dilihat dari sanad-nya adalah dha’if (lemah). Namun hadits ini memiliki
syaahid (penguat) yakni di hadits riwayat Imam Bukhari dalam Shahih-nya juga no. 454, dari
jalur Abdullah bin Yusuf. Para Ulama menyebutkan bahwa ia (Abdullah bin Yusuf) tsiqah
dan hafidz . Allahu’alam…………….
Mencari atau menuntut ilmu dalam pandangan Islam, merupakan suatu kewajiban.
Sebab, dengan ilmulah seseorang akan bisa mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak
baik, mana yang harus dikerjakan dan mana yang tidak harus dikerjakan. Seseorang yang
bekerja atas ilmu atau pengetahuan yang dimiliki, pasti berbeda dengan seseorang yang
bekerja tanpa ilmu atau pengetahuan.
Ilmu adalah perkara yang sangat penting dalam kehidupan. Kehidupan yang kita jalani
butuh kepada ilmu. Ketika manusia hidup di dunia dia butuh pengetahuan dan ilmu tentang
hakikat kehidupan dia di dunia. Maka dari itulah, kemuliaan seseorang terletak pada ilmu
yang dia miliki. Di dalam Al-Qur’an dan hadits, banyak sekali anjuran untuk menuntut ilmu
Allah. Dalam pemahasan ini, penulis brmaksud menjelaskan bahwa mencari ilmu harus
memiliki jiwa semangat yang tinggi. Sebagaimana yang telah Rasul sabdakan:
73 – َْس ْبن َ ْت قَي ُ الز ْه ِرىُّ قَا َل َس ِمع ُّ ُال َح َّدثَنَا ُس ْفيَانُ قَا َل َح َّدثَنِى إِ ْس َما ِعي ُل بْنُ أَبِى خَ الِ ٍد َعلَى َغي ِْر َما َح َّدثَنَاه
َ ََح َّدثَنَا ْال ُح َم ْي ِدىُّ ق
ًْت َع ْب َد هَّللا ِ ْبنَ َم ْسعُو ٍد قَا َل قَا َل النَّبِ ُّى – صلى هللا عليه وسلم – « الَ َح َس َد إِالَّ فِى ْاثنَتَي ِْن َر ُج ٌل آتَاهُ هَّللا ُ َماال ُ از ٍم قَا َل َس ِمعِ أَبِى َح
ِّ ْ َ َ ْ ْ هَّللا
ِ ف ْه َو يَق، َو َر ُج ٌل آتَاهُ ُ ال ِحك َمة، ق
ضى بِهَا َويُ َعل ُمهَا ْ
ِّ » فَ ُسلِّطَ َعلى هَل َكتِ ِه فِى ال َح
َ َ
6
Hadits ini diriwayatkan dengan berbagai lafadz yang saling menjelaskan satu sama
lainnya, misalnya Imam Bukhori dalam Shahihnya no. 5026 :
يت ِم ْث َل َما أُوتِ َىُ ِال لَ ْيتَنِى أُوت ِ َالَ َح َس َد إِالَّ فِى ْاثنَتَ ْي ِن َر ُج ٌل َعلَّ َمهُ هَّللا ُ ْالقُرْ آنَ فَهُ َو يَ ْتلُوهُ آنَا َء اللَّ ْي ِل َوآنَا َء النَّه
َ َار فَ َس ِم َعهُ َجا ٌر لَهُ فَق
ْ
ت ِمث َل َما ْ ُ ْ
ُ يت ِمث َل َما أوتِ َى فُالَ ٌن فَ َع ِمل ُ
ُ ِق فَقَا َل َر ُج ٌل لَ ْيتَنِى أوت ِّ َو َر ُج ٌل آتَاهُ هَّللا ُ َماالً فَ ْه َو يُ ْهلِ ُكهُ فِى ْال َح، ت ِم ْث َل َما يَ ْع َم ُل ُ فُالَ ٌن فَ َع ِم ْل
يَ ْع َم ُل
“Tidak ada hasad kecuali kepada 2 orang yaitu seorang yang Allah ajarkan Al-Qur’an
lalu ia membacanya siang dan malam, lalu tetangganya mendengarnya dan berkata,
seandainya aku diberikan seperti yang diberikan kepada orang tersebut, pasti aku akan
berbuat seperti yang ia lakukan. Dan seorang yang Allah berikan kepadanya harta lalu ia
menghabiskannya dijalan kebenaran, lalu seseorang berkata, seandainya aku diberikan harta
seperti yang diberikan kepada orang itu, pasti aku akan berbuat seperti yang ia lakukan”.
2. kandungan/penjelasan hadits
1. Hasad pada asalnya tercela, namun jika hasad untuk memotivasi diri agar bisa meniru
kebaikan orang lain yang diistilahkan dengan Ghibthoh maka ini adalah terpuji. Nabi
pernah bersabda :
إِ َّن ِم ْن ِعبَا ِد هَّللا ِ ألُنَاسًا َما هُ ْم بِأ َ ْنبِيَا َء َوالَ ُشهَدَا َء يَ ْغبِطُهُ ُم األَ ْنبِيَا ُء َوال ُّشهَدَا ُء يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة بِ َم َكانِ ِه ْم ِمنَ هَّللا ِ تَ َعالَى
“Sesungguhnya diantara hamba Allah ada beberapa orang yang mereka itu bukan para
Nabi dan juga para Syuhada, namun para Nabi dan para Syuhada meng-ghibthoh-i mereka
pada hari kiamat, karena kedudukannya disisi Allah ” (HR. Abu Dawud dishahihkan oleh
Imam Al-Albani).
2. Hadits ini menunjukkan bahwa harta yang dimiliki seseorang tidak berguna nanti pada hari
kiamat kecuali harta yang diinfakan dijalan Allah . Allah berfirman :
َ ِلَ ْن تُ ْغنِ َي َع ْنهُ ْم أَ ْم َوالُهُ ْم َواَل أَوْ اَل ُدهُ ْم ِمنَ هَّللا ِ َش ْيئًا أُولَئ
ِ َّك أَصْ َحابُ الن
ار هُ ْم فِيهَا خَ الِدُون
“Harta benda dan anak-anak mereka tiada berguna sedikitpun (untuk menolong) mereka dari
azab Allah. Mereka itulah penghuni neraka, dan mereka kekal di dalamnya” (QS. Al
Mujaadilah (58) : 17).
3. Hadits ini menunjukkan keutamaan niat yang baik, karena sekalipun seseorang tidak
memiliki ilmu dan harta, namun ia berkeinginan seandainya Allah memberikan karunia
ilmu dan harta kepadanya, niscaya ia akan melakukan kebajikan seperti orang yang diberikan
ilmu dan harta, maka ia akan mendapatkan ganjaran seperti orang yang dighibthohinya.
4. kedudukan hadits
Hadits ini adalah hadits, shohih diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya
no. 1933
7
o Jangan pernah menyerah
o Asah terus kreativitas
o Jangan cepat puas
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Artinya: "Saya mendengar Nabi, semoga doa dan damai Allah besertanya, mengatakan:
"Siapa pun yang menginginkan kebaikan baginya akan menjadikannya lebih baik dalam
8
agama, tetapi saya bersumpah kepada Tuhan, dan Tuhan akan memberi, dan bangsa ini tidak
akan ada, apakah ia berdiri atau tidak."
Hadits ini menunjukkan keutamaan ilmu (agama) dan keutamaan mempelajarinya, serta
anjuran untuk menuntut ilmu. Keutamaan Orang yang berilmu dan mempelajari ilmu agama
di atas ilmu lainnya.
2. hadits balasan dari Allah
Hadits ini mengandung anjuran untuk beretika dalam majlis ilmu dan mengisi tempat yang
kosong dalam majlis tersebut, sebagaiman anjuran untuk mengisi shaf (barisan) yang kosong
dalam shalat yang telah diterangkan dalam hadist lain.dalam hal ini seorang dibolehkan untuk
lewat didepan orang lain selama tidak menganggunya. Akan tetapi jika ia khawatir akan
mengganggunya, maka dianjurkan untuk duduk paling belakang seperti yang dilakukan oleh
orang kedua dalam hadits ini. Hadits ini juga mengandung pujian bagi orang yang rela
berdasarkan untuk mencari kebaikan atau pahala.
Dibolehkannya seseorang memiliki sifat hasad dalam menuntut ilmu. Sifat hasad adalah sifat
tercela yang sama sekali tidak boleh dimiliki oleh seorang hamba. Hasad berasal dari bahasa
arab yaitu hasad-yahsudu/yahsidu yang artinya iri, dengki. Hasad yang diperbolehkan adalah,
hasad seseorang yang iri terhadap ilmu agama yang dimiliki orang lain.
9
DAFTAR PUSTAKA
https://shareoneayat.com/hadits-darimi-569
https://muslimah.or.id/8278-membakar-semangat-menuntut-ilmu-syari-bag-1-ilmu-dan-
keutamaan-menuntut-ilmu.html
https://muslim.or.id/27492-standar-kebaikan-seseorang-di-sisi-allah.html
https://ikhwahmedia.wordpress.com/2012/12/27/syaroh-bukhori-kitab-ilmu-bab-13-
barangsiapa-yang-allah-menghendakinya-kebaikan/
10