Anda di halaman 1dari 8

BAB 2

TINJAUNAN TEORI

BAB 3
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sehat, Sakit dan Penyakit

A. Pengertian Sehat, beberapa pengertian sehat diantaranya yaitu :


 Menurut WHO (1947), Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik,
mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
 Menurut UU No. 9 Tahun 1960 pasal 3, Sehat adalah peri kehidupan dalam
masyarakat, peri kehidupan ini harus sedemikian rupa sehingga setiap warga
negara memiliki cukup kemampuan untuk memelihara dan memajukan
kehidupan sendiri, serta kehidupan keluarga, istirahat dan menikmati
liburan pada waktunya.
 Menurut Pendel (1982), Sehat adalah perwujudan individu yang diperoleh
melalui kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain (aktualisasi).
Perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten
sedangkan penyesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan
integritas struktural.
 Menurut Pepkin’s, sehat adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis
antara bentuk dan fungsi tubuh yang dapat mengadakan penyesuaian
sehingga tubuh dapat mengatasi gangguan dari luar.
 Menurut Dunn (1959) sehat adalah suatu kejadian dimana tidak adanya
tanda-tanda dan gejala dari penyakit.
B. Pengertian Sakit, beberapa pengertian sakit diantaranya yaitu :
 Menurut Pepkin’s, sakit adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan
yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan dalam aktivitas
sehari-hari baik secara jasmani, rohani, maupun social.
 Menurut Parson, Ketidakseimbangan fungsi normal tubuh manusia
termasuk sejumlah system biologis dan kondisi penyesuaian. Sakit adalah
gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas termasuk keadaan
organisme sebagai system biologis dan penyesuaian sosialnya
 Menurut Zaidin Ali, Sakit adalah keadaan yang mengganggu keseimbangan
status kesehatan biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang
mengakibatkan gangguan fungsi tubuh, produktivitas dan kemandirian
individu baik secara keseluruhan maupun sebagian
C. Pengertian penyakit
Penyakit adalah Suatu keadaan abnormal dari tubuh atau fikiran yang
menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang
di pengaruhinya.

2.2 Ciri-ciri Sehat dan Sakit

a) Ciri-ciri Sehat
 Suhu normal 36,5℃ - 37,5℃
 Tubuhya sehat bugar dan tidak lemas
 Wajahnya berseri, tidak nyeri, emosi stabil
 Tidak ada gangguan fisik, psikis, maupun sosial
 Selalu berfikir positif dan tidak merasa ada gangguan
 Mampu melaksanakan segala aktivitas dengan semangat
b) Ciri-ciri Sakit
 Suhu abnormal >38℃
 Tubuhnya lemas, lunglai, letih, dan tidak semangat dalam melakukan segala
aktifitas
 Wajahnya pucat dan tubuh terasa nyeri
 Adanya gangguan fisik, psikis, maupun social
 Selalu berfikir bahwa dirinya sakit (sugesti dalam dirinya sendiri)

2.3 Hubungan Sehat Sakit dan Penyakit

Hubungan antara sehat sakit dan penyakit pada dasarnya merupakan keadaan sehat
sakit, yaitu :

a. Hasil interaksi seseorang dengan lingkungan.


b. Sebagai manisfestasi keberhasilan/kegagalan dalam baeradaptasi dengan
lingkungan.
c. Gangguan kesehatan.

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku sehat

Sehat sakit berada pada sesuatu dimana setiap orang bergerak sepanjang
kehidupannya.

a. Suatu sekala ukur secara relative dapat mengukur kedalam sehat atau kesehatan
seseorang
b. Kedudukannya : Dinamis, dan bersifal individual
c. Jarak dalam sekala ukur : keadaan sehat secara optimal pada suatu titik kemauan
pada titik yang lain.

2.5 Dampak Sakit dan Dampak Dirawat


 Dampak Sakit
a. Terhadap Perilaku dan Emosi Klien
Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda tergantung pada asal penyakit,
reaksi orang lain terhadap penyakit yang dideritanya, dan lain-lain. Penyakit
dengan jangka waktu yang singkat dan tidak mengancam kehidupannya akan
menimbulkan sedikit perubahan perilaku dalam fungsi klien dan keluarga.
Misalnya seorang Ayah yang mengalami demam, mungkin akan mengalami
penurunan tenaga atau kesabaran untuk menghabiskan waktunya dalam
kegiatan keluarga dan mungkin akan menjadi mudah marah, dan lebih memilih
menyendiri.
Sedangkan penyakit berat, apalagi jika mengancam kehidupannya.dapat
menimbulkan perubahan emosi dan perilaku yang lebih luas, seperti ansietas,
syok, penolakan, marah, dan menarikd diri. Bidan berperan dalam
mengembangkan koping klien dan keluarga terhadap stress, karena stressor
sendiri tidak bisa dihilangkan.
b. Terhadap Peran Keluarga
Setiap orang memiliki peran dalam kehidupannya, seperti pencari nafkah,
pengambil keputusan, seorang profesional, atau sebagai orang tua. Saat
mengalami penyakit, peran-peran klien tersebut dapat mengalami perubahan.

Perubahan tersebut mungkin tidak terlihat dan berlangsung singkat atau terlihat
secara drastis dan berlangsung lama. Individu / keluarga lebih mudah
beradaftasi dengan perubahan yang berlangsung singkat dan tidak terlihat.

Perubahan jangka pendek à klien tidak mengalami tahap penyesuaian yang


berkepanjangan. Akan tetapi pada perubahan jangka penjang à klien
memerlukan proses penyesuaian yang sama dengan ’Tahap Berduka’.

c. Terhadap Citra Tubuh

Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang terhadap penampilan


fisiknya. Beberapa penyakit dapat menimbulkan perubahan dalam penampilan
fisiknya, dan klien/keluarga akan bereaksi dengan cara yang berbeda-beda
terhadap perubahan tersebut.

Reaksi klien/keluarga terhadap perubahan gambaran tubuh itu tergantung pada:

 Jenis Perubahan
 Kapasitas adaptasi
 Kecepatan perubahan
 Dukungan yang tersedia.
d. Terhadap Konsep Diri

Konsep Diri adalah citra mental seseorang terhadap dirinya sendiri, mencakup
bagaimana mereka melihat kekuatan dan kelemahannya pada seluruh aspek
kepribadiannya. Konsep diri tidak hanya bergantung pada gambaran tubuh dan
peran yang dimilikinya tetapi juga bergantung pada aspek psikologis dan spiritual
diri.
Perubahan konsep diri akibat sakit mungkin bersifat kompleks dan kurang bisa
terobservasi dibandingkan perubahan peran. Konsep diri berperan penting dalam
hubungan seseorang dengan anggota keluarganya yang lain. Klien yang
mengalami perubahan konsep diri karena sakitnya mungkin tidak mampu lagi
memenuhi harapan keluarganya, yang akhirnya menimbulkan ketegangan dan
konflik. Akibatnya anggiota keluarga akan merubah interaksi mereka dengan
klien.

Misal: Klien tidak lagi terlibat dalam proses pengambilan keputusan dikeluarga
atau tidak akan merasa mampu memberi dukungan emosi pada anggota
keluarganya yang lain atau kepada teman-temannya à klien akan merasa
kehilangan fungsi sosialnya. Bidan seharusnya mampu mengobservasi perubahan
konsep diri klien, dengan mengembangkan rencana kebidanan yang membantu
mereka menyesuaikan diri dengan akibat dan kondisi yang dialami klien.

e. Terhadap Dinamika Keluarga\

Dinamika Keluarga meruapakan proses dimana keluarga melakukan fungsi,


mengambil keputusan, memberi dukungan kepada anggota keluarganya, dan
melakukan koping terhadap perubahan dan tantangan hidup sehari-hari. Misal:
jika salah satu orang tua sakit maka kegiatan dan pengambilan keputusan akan
tertunda sampai mereka sembuh. Jika penyakitnya berkepanjangan, seringkali
keluarga harus membuat pola fungsi yang baru sehingga bisa menimbulkan stress
emosional.

Misal: anak kecil akan mengalami rasa kehilangan yang besar jika salah satu
orang tuanya tidak mampu memberikan kasih sayang dan rasa aman pada
mereka. Atau jika anaknya sudah dewasa maka seringkali ia harus menggantikan
peran mereka sebagai mereka termasuk kalau perlu sebagai pencari nafkah.

 Dampak Dirawat
a. Privasi

Privasi dapat diartikan sebagai refleksi perasaan nyaman pada diri seseorang
dan bersifat pribadi. Bisa dikatakan, privasi adalah suatu hal yang sifatnya
pribadi. Sewaktu dirawat di rumah sakit, klien kehilangan sebagai privasinya.
Kondisi ini disebabkan oleh beberpa hal :

 Selama dirawat di rumah sakit, klien berulang kali diperiksa oleh petugas
kesehatan. Bagian tubuh yang biasanya dijaga agar tidak dilihat, tiba-tiba
dilihat fdan disentuh oleh orang lain. Hal ini tentu akan membuat klien
merasa tidak nyaman.
  Klien adalah orang yang berada dalam keadaan lemah dan bergantung
pada orang lain. Kondisi ini cendurung membuat klien  “pasrah” dan
menerima apapun tindakan petugas kesehatan kepada dirinya asal ia
cepat sembuh.
b. Gaya Hidup
Klien yang dirawat di rumah sakit sering kali mengalami perubahan pola gaya
hidup. Hal ini disebabkan oleh perubahan kondisi antara rumah sakit dengan
rumah tempat tinggal klien, juga oleh perubahan kondisi keehatan klien.
Aktivitas hidup yang klien jalani sewaktu sehat tentu berbeda dengan aktivitas
yang dialaminya selama di rumah sakit. Perubahan gaya hidup akibat
hospitalisasi inilah yang harus menjadi perhatian setiap perawat. Asuhan
kebidanan yang diberikan harus diupayakan sedemikian rupa agar dapat
menghilangkan atau setidaknya meminimalkan perubahan yang terjadi.
c. Otonomi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa individu yang sakit da dirawat di
rumah sakit berada dalam posisi ketergantungan. Artinya, ia akan pasrah
terhadap tindakan apapun yang dilakukan oleh petugas kesehatan demi
mencapai keadaan sehat. Ini meniunjukkan bahwa klien yang dirawat di rumah
sakit akan mengalami perubahan otonomi. Untuk mengatasi perubahan ini,
bidan harus selalu memberitahu klien sebelum melakukan intervensi apapun dan
melibatkan klien dalam intervensi, baik secara aktif maupun pasif.
d. Peran
Peran dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan individu
sesuai dengan status sosialnya Jika ia seorang perawat, peran yang diharapkan
adalah peran sebagi perawat bukan sebagai dokter.Selain itu, peran yang dijalani
seseorang adalah sesuai dengan status kesehatannya. Peran yang dijalani
sewaktu sehat tentu berbeda dengan peran yang dijalani saat sakit.Tidak
mengherankan jika klien yang dirawat di rumah sakit mengalami perubahan
peran. Perubahan yang terjadi tidak hanya pada diri pasien, tetapi juga pada
keluarga. Perubahan tersebut antara lain :
 Perubahan peran. Jika salah seorang anggota keluarga sakit, akan terjadi
perubahan pera dalam keluarga. Sebagai contoh, jiak ayah sakit maka peran
jepala keluarga akan digantikan oleh ibu. Tentunya perubahan peran ini
mengharuskan dilaksanakannya tugas tertentu sesuai dengan peran
tersebut.
 Masalah keuangan. Keuangan keluarga akan terpengaruh oleh hospitalisasi.
Keuangan yang sedianya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarga akhirnya digunakan untukj keperluan klien yang dirawat.
Akibatnya, keuangan ini sangat riskan, terutama pada keluarga yang miskin.
Dengan semakin mahalnya biaya kesehatan, beban keuangan keluarga
semakin bertambah.
 Kesepian. Suasana rumah akan berubah jika ada seorang anggota keluarga
yang dirawat. Keseharian keluarga yang biasanya dihiasi kegembiraan,
keceriaan, dan senda-gurau anggotaanya tiba-iba diliputi oleh kesedihan.
Suasana keluarga pun menjadi sepi karena perhatian keluarga terpusat pada
penanganan anggota keluarganya yang sedang dirawat.
 Perubahan kebiasan sosial. Keluarga merupakan unit terkecil dari
masyarakat. Karenanya, keluarga pun mempunyai kebiasaan dalam
lingkungan sosialnya. Sewaktu seha, keluarga mampu berperan serta dalam
kegiata sosial. Akan tetapi, saat salah seorang anggota keluarga sakit,
keterlibatan keluarga dalam aktivitas sosial di masyarakatpun mengalami
perubahan. 

Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak dirawat adalah sebagai
berikut :
a. Upaya meminimalkan stresor :
Upaya meminimalkan stresor dapat dilakukan dengan cara mencegah atau
mengurangi dampak perpisahan, mencegah perasaan kehilangan kontrol dan
mengurangi/ meminimalkan rasa takut terhadap pelukaan tubuh dan rasa
nyeri.
b. Untuk mencegah/meminimalkan dampak perpisahan dapat dilakukan
dengan cara:
 Melibatkan keluarga berperan aktif dalam merawat pasien dengan cara
membolehkan mereka tinggal bersama pasien selama 24 jam (rooming in).
 Jika tidak mungkin untuk rooming in, beri kesempatan keluarga untuk
melihat pasien setiap saat dengan maksud mempertahankan kontak antar
mereka.
 Modifikasi ruangan perawatan dengan cara membuat situasi ruangan
rawat perawatan seperti di rumah dengan cara membuat dekorasi ruangan.

Anda mungkin juga menyukai