Makalah Fikih Kel 6
Makalah Fikih Kel 6
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sholat Jumat,
Sholat Jamaah Dan Masbuk” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Fikih yang diampu
oleh Bapak Muhammad Ardy Zaini, M.Pd.I. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang landasan hukum, ketentuan dan tata cara
ketiganya dan keutamaan sholat berjamaah bagi pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Ardy Zaini,
M.Pd.I. selaku dosen mata kuliah Fikih yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya dan membantu sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini terimakasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................3
1.3 Tujuan.............................................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................4
PEMBAHASAN............................................................................................................4
2.1 Landasan Hukum Sholat Jumat, Sholat Jamaah dan Masbuk.........................4
2.1.1 Sholat Jumat............................................................................................4
2.1.2 Sholat Jamaah..........................................................................................5
2.1.3 Masbuk....................................................................................................8
2.2 Ketentuan dan Tata Cara Sholat Jumat, Sholat Jamaah dan Masbuk.............9
2.3 Keutamaan Sholat Jamaah............................................................................15
PENUTUP...................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan...................................................................................................16
3.2 Saran.............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Shalat dalam agama Islam menempati kedudukan yang tidak dapat ditandingi
oleh ibadah lainnya. Shalat merupakan tiang agama. Shalat adalah ibadah pertama
yang di wajibkan oleh Allah ta’ala yang perintahnya disampaikan Allah. Shalat
merupakan inti pokok ajaran agama dengan kata lain, bila shalat tidak didirikan maka
hilanglah agama secara keseluruhannya.2
Telah di ketahui bahwa sumber hukum Islam, baik Alqur’an maupun hadits
berbahasa Arab. Oleh karena itu istilah-istilah hukum dalam agama Islam, juga
1
Khairunn Rajab, Psikologi Ibadah Memakmurkan Kerajaan Ilahi di Hati Manusia,( Jakarta: Sinar
Grafika Offset, 2011), cet.1, hlm. 91-95
2
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara,2006), cet.1, hlm. 125-126
1
berasal atau menggunakan bahasa arab. “Shalat” adalah salah satu diantaranya.
Dalam bahasa Arab kata “shalat” digunakan dalam berbagai arti. Diantaranya
digunakan untuk arti “do’a” seperti firman Allah yang terdapatdalam Alqur’an Surat
(9) At-Taubat, ayat 103, diguunakan untuk arti “rahmat” dan untuk arti “mohon
ampunan” seperti yang terdapat dalam Al-Qur’an surat (33) Al-Azhab, ayat 43 dan
56.3 Dalam melaksanakan shalat alangkah lebih baiknya dengan shalat berjamaah.
Karena Rasulullah mengatakan bahwa shalat sendirian bernilai 1, sedangkan shalat
berjamaah bernilai 27 kali lipat.
Selain shalat jamaah shalat jum’at menjadi kewajiban setiap muslim. yang juga
sebagai forum silaturahim bagi umat muslim dan juga menunjukkan syiar islam
dikalanngan wilayah masing-masing, Pada hari jum’at, Allah memperlihahkan
dengan jelas kepada hamba-hamba-Nya berbagaaai amal yang utama, nikmat-nikmat
yang melimpah, dan berkah-berkah yang tak terhitung jumlahnya.
Makmum masbuk adalah salah satu istilah dalam pelaksanaan sholat berjamaah.
Makmum masbuk adalah makmum yang terlambat datang saat sholat berjamaah.
Sederhananya, makmum tersebut bergabung sholat berjemaah, namun imam sudah
memulai sholat. Untuk makmuk masbuk ada cara berbeda yang harus dilakukan.
Penting bagi umat Muslim untuk memahami tata cara menjadi makmum masbuk agar
3
Pr Pembinaan Prasarana dan Sarjana Perguruan Tinggi Agama/IAIN di Jakarta Direktorat Pembinaan
Perguruan Tinggi Agama Islam 1983, Ilmu Fiqih, hlm. 79
2
ke depannya tidak terjadi kesalahan yang membuat sholatnya menjadi tidak sah. Di
antara kesalahan yang sering adalah makmum masbuk langsung menyusul gerakan
imam tanpa melakukan takbiratul ihram terlebih dahulu. Kesalahan ini terbilang fatal
karena gerakan sholat harus dimulai dari takbiratul ihram yang merupakan bagian
dari rukun sholat.
Lantas bagaimana tata cara menjadi makmum masbuk yang benar?, dan
bagaimana tata cara sholat jamaah serta sholat jumat beserta hukum-hukumnya maka
akan dibahas satu persatu dalam makalah berikut.
1.3 Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Shalat Jum’at merupakan salah satu bentuk dari amal shaleh yang
merupakan kewajiban untuk dilaksanakan bagi setiap muslim apabila tidak ada
udzur dan memenuhi syarat untuk terselenggaranya jamaah shalat Jum’at
(Ghazali 2008:11).
4
Artinya: Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan
shalat Jum´at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka
bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntun (Al-Jumu`ah : 9-10). (Depag RI, 2005: 342).
5
Artinya: Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah
Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila
kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa).
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman (QS An-Nisa: 103).
2.1.2 Sholat Jamaah
Kata jamaah diambil dari kata al-ijtima yang berarti kumpul.4 Jamaah
berarti sejumlah orang yang dikumpulkan oleh satu tujuan.5 Shalat jamaah adalah
shalat yang dikerjakan secara bersama-sama, sedikitnya dua orang, yaitu yang
satu sebagai imam dan yang satu lagi sebagai makmum.6 Berarti dalam shalat
berjamaah ada sebuah ketergantungan shalat makmum kepada shalat imam
berdasarkan syarat-syarat tertentu. Menurut Kamus Istilah Fiqih shalat jamaah
adalah shalat yang dikerjakan secara bersama-sama, salah seorang diantaranya
sebagai imam dan yang lainnya sebagai makmum.7 Shalat berjamaah adalah
beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri
dengan salam, dengan maksud untuk beribadah kepada Allah, menurut
syaratsyarat yang sudah ditentukan dan pelaksanaannya dilakukan secara
bersama-sama, salah seorang di antaranya sebagai imam dan yang lainnya
sebagai makmum.
4
Mahir Manshur Abdurraziq, Mukjizat Shalat Berjama‟ah, terj. Abdul Majid Alimin, (Yogyakarta:
Mitra Pustaka, 2007), hlm. 66.
5
Said bin Ali bin Wahf Al-Qahthani, Lebih Berkah Dengan Sholat Berjamaah, terj. Muhammad bin
Ibrahim, (Solo: Qaula, 2008), hlm. 19.
6
Ibnu Rif‟ah Ash-shilawy, Panduan Lengkap Ibadah Shalat, (Yogyakarta: Citra Risalah, 2009), hlm.
122.
7
M. Abdul Mujieb, dkk., Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 2002), hlm. 318.
8
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, hlm. 237.
6
Artinya: “Dan apabila engkau (Muhammad) berada ditengah-tengah
mereka (sahabatmu) lalu engkau hendak melaksanakan shalat bersama-sama
mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan
menyandang senjata mereka.” (Q.S. an-Nisa 4: 102).9
Ayat di atas menjelaskan bahwa apabila berada dalam jamaah yang sama-
sama beriman dan ingin mendirikan shalat bersama mereka, maka bagilah mereka
menjadi dua golongan, kemudian hendaklah segolongan dari mereka shalat
bersamamu dan segolongan yang lain berdiri menghadapi musuh sambil menjaga
orang-orang yang sedang shalat. 10 Hal ini menunjukkan betapa shalat fardhu
adalah ibadah yang sangat besar dan penting, sehingga dalam keadaan apapun
pelaksanaannya dianjurkan secara berjamaah.
9
Kementrian Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), jil. II, hlm. 252.
10
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi Juz V, terj. Bahrun Abu Bakar, (Semarang: PT Karya
Toha Putra, 1993), hlm. 232.
7
Adapun dasar hukum shalat berjamaah dalam sunnah Rasulullah SAW
adalah berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar RA,
sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:
11
Ibnu Jauzi, Shahih Bukhori, (Kairo: Darul Hadits, 2008), hlm. 302.
12
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994), hlm. 107.
8
Jadi shalat berjamaah hukumnya adalah sunat muakkad karena sesuai
dengan pendapat yang seadil-adilnya dan lebih dekat kepada yang benar. Bagi
laki-laki shalat lima waktu berjamaah di masjid lebih baik dari pada shalat
berjamaah di rumah, kecuali shalat sunah maka di rumah lebih baik. Sedangkan
bagi perempuan shalat di rumah lebih baik karena hal itu lebih aman bagi mereka
2.1.3 Masbuk
Secara etimologi Masbuk adalah isim maf’ul dari kata “ ”سبق yang
bermakna “ terdahului/tertinggal”. Adapun secara terminologi Masbuq adalah
orang yang tertinggal sebagian raka’at atau semuanya dari imam dalam sholat
berjama’ah atau orang yang mendapati imam setelah raka’at pertama atau lebih
dalam sholat berjama’ah. (Kamus al-Muhith, Qawaid al-Fiqh dan Hasyiyah Ibnu
‘Abidin, 1/400)
Ada dua pendapat mengenai kapan seorang makmum itu disebut masbuq:
2.1.3.1 Pendapat Pertama:
Yaitu pendapat Jumhur Ulama yang menyatakan bahwa seorang
makmum disebut masbuk itu apabila ia tertinggal ruku’ bersama imam.
Jika seorang makmum mendapati imam sedang ruku’, kemudian ia ruku
bersama imam, maka ia mendapatkan satu raka’at dan tidak disebut
masbuq. Dan gugurlah kewajiban membaca surat al-Fatihah.
9
– Syarah Sunan Abu Dawud 3:145). Jumhur Ulama berkata: “Yang
dimaksud dengan raka’at disni adalah ruku’, maka yang mendapati
imam sedang ruku’ kemudian ia ruku’ maka ia mendapatkan satu
raka’at. (Al-Mu’in Al-Mubin 1 : 93, Aunul Ma’bud 3 : 145)
3. “Sesungguhnya Abu Bakrah telah datang untuk solat bersama Nabi
SAW (sedangkan) Nabi SAW dalam keadaan ruku’, kemudian ia
ruku’ sebelum sampai menuju shaf. Hal itu disampaikan kepada Nabi
SAW, maka Nabi SAW bersabda (kepadanya) : “ Semoga Allah
menambahkan kesungguhanmu, tetapi jangan kamu ulangi lagi ”.(H.R
Bukhari 2:381)
10
2.2 Ketentuan dan Tata Cara Sholat Jumat, Sholat Jamaah dan Masbuk
2.2.1 Sholat Jumat
1. Ketentuan sholat jum’at meliputi syarat wajib dan syarat sah:
Syarat wajib
a. Islam
b. Laki-laki
c. Merdeka (Bukan hamba sahay)
d. Baligh (Cukup umur)
e. Aqil (Berakal)
f. Sehat (Tidak sait)
g. Muqim (Penduduk tetap) bukan musafir
Shalat jum’at adalah hak yang wajib bagi setiap muslim kecuali empat
golongan: budak belian, wanita, anak-anak dan orang sakit (HR. Abu Dawud)13
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fikih Ibadah, (Jakarta:
13
11
d) Jumlah makmum yang shalat jum’at minimal 40 orang dari
penduduk setempat atau penduduk asli (mustauthin) yang
telah wajib jum’at.
e) Shalat jum’atnya tidak berbarengan atau didahului oleh
shalat jum’at dimasjid lain yang masih satu perkampungan,
artinya tidak boleh ada dua jum’at atau lebih dalam satu
kampung atau satu tempat yang sama.
f) Harus didahului dua khutbah.14
2. Tata cara shalat jum’at
Adapun tata cara pelaksanaan shalat jum’at, yaitu:
a. (Pada beberapa masjid) mengumandangkan adzan dzuhur
sebagai adzan pertama.
b. Khatib naik ke atas mimbar setelah tergelincirnya matahari
(waktu dzuhur) kemudian memberi salam dan duduk.
c. Muadzin mengumandangkan adzan sebagaimana halnya adzan
dzuhur. Pada beberapa masjid adalah adzan kedua.
d. Khutbah pertama: khatib berdiri untuk melaksanakan khutbah
yang dimulai dengan hamdalah dan pujian kepada Allah SWT
dan membaca shalawat kepada Rasulullah SAW kemudian
memberikan nasihat kepada para jamaah, mengingatkan mereka
dengan suara lantang, menyampaikan perintah dan larangan
Allah dan Rasul Nya, mendorong mereka untuk berbuat
kebajikan serta menakut-nakuti mereka dari berbuat keburukan
dan mengingatkan mereka dengan janji-janji kebaikan serta
ancaman-ancaman Allah SWT.
e. Khatib duduk sebentar diantara dua khutbah
f. Khutbah kedua : kahatibmemulai khutbahnya yang kedua dengan
hamdalah dan pujian kepada Nya kemudia melanjutkan
14
Abbas Arfan, Fiqih Ibadah Praktis, (Malang: Uin-Maliki Press, 2011), Hal.113.
12
khutbahnya dengan pelaksanaan yang sama dengan khutbah
pertama sampai selesai.
g. Khatib kemudia turun dari mimbar selanjutnya muadzin
melaksanakan iqamat untuk melaksanakan shalat kemudian
memimpin shalat berjamaah dua rakaat dengan mengeraskan
bacaan.
2.2.2 Sholat Jamaah
1. Ketentuan shalat berjamaah
13
menjadi Imam bagi laki-laki, tetapi dibenarkan mengimami perempuan
lainnya dan Sebaiknya yang menjadi imam bagi suatu jama’ah ialah
orang yang paling faqih di antara mereka.
15
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, fikih Ibadah, (Jakarta: Amzah,
2009), Hal. 257.
16
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 2, (Bandung: PT Alma’arif, 1979), Hal. 135.
14
Begitu pula jika makmum masbuq tiba ketika imam rukuk, maka
dia hanya wajib takbiratul ihram kemudian langsung rukuk.
b. Jika posisi makmum masbuq saling berseberangan, yaitu posisi
dimana makmum masbuq turun akan rukuk, sedangkan imam
naik akan i’tidal, maka makmum masbuq tidak mendapatkan
rakaat tersebut.
c. Walaupun makmum masbuq bisa langsung mengikuti gerakan
imam yang mana pun, namun lebih utama jika menunggu hingga
imam menyelesaikan rakaat tersebut (tentunya jika bukan rakaat
terakhir).
d. Jika makmum masbuq hanya menemui imam ketika tasyahud
akhir, maka dia tidak mendapatkan rakaat sama sekali, selain
mendapatkan keutamaan berjamaah.
e. Selama imam belum selesai mengucapkan salam maka masih
boleh untuk menjadi makmum.
2. Tata cara makmum masbuk
a. Jika makmum terlambat datang ke masjid dan imam sudah dalam
posisi rukuk, sujud atau julus (duduk tasyahud) maka ia harus
melakukan takbiratul ihram (dengan bediri) untuk mulai shalat
lalu mengucapkan takbir (Allahu Akabar) lagi untuk kemudian
mengikuti posisi imam. Jika imam masih membaca membaca
surat Al-Fatihah atau suarat pendek, maka hanya takbiratul ihram
saja.
b. Setelah imam selesai melakukan salam dan mengakhiri shalat, ia
tidak boleh melakukan salam, tetapi langsung berdiri untuk
menambah rakaat yang telah terlewat.
c. Bila ia baru bisa mengikuti 2 rakaat terkahir sholat dzuhur, ashar
dan isya’ maka ia harus menambah 2 rakaat (tanpa duduk
tasyahud) setelah iamam melakukan salam. Bila ia baru bisa
mengikuti satu rakaat terakhir shalat dzuhur, zshar dan isya’
15
maka ketika imam melakukan salam ia harus berdiri dan shalat
satu rakaat (dengan membaca Al-Fatihah dan membaca surat
pendek), duduk tasyahud, berdiri lagi untuk rakaat kedua (dengan
Al- Fatihah dan membaca surat pendek) lalu diteruskan berdiri
lagi untuk rakaat ketiga (hanya Al- Fatihah).
d. Jika ia baru bisa mengikuti rakaat ke-2 dan ke-3 shalat maghrib
maka ia harus berdiri dan menambah satu rakaat setelah imam
melakukan salam.
e. Jika ia baru bisa mengikuti satu rakaat terakhir shalat maghrib ia
harus berdiri setelah imam melakukan salam, shalat satu rakaat
lalu duduk untuk membaca tasyahud kemudia berdiri lagi untuk
melakukan rakaat ke 3 setelah itu duduk untuk tasyahud akhir dan
melakukan salam.
f. Bila makmum bergabung shalat jamah ketika posisi rukuk maka
ia dianggap telah mengikuti rakaat tersebut, jika ia bergabung
ketika imam sudah berdiri dari rukuk atau ketika sujud, ia
dianggap telah terlambat mengikuti rakaat tersebut dan harus
melakukannya lagi.
a. Pahalanya dua puluh tujuh kali lipat dari pada shalat sendirian. Rasulullah
SAW bersabda:
16
“Telah menceritakan kepada kita Abdullah bin Yusuf, ia berkata: telah
mengabarkan kepada kita Malik dari Nafi‟ dari Abdullah bin Umar
sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Shalat berjamaah itu lebih utama
daripada shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat.” (HR. Bukhari).17
b. Mendapat perlindungan dan naungan dari Allah pada hari kiamat kelak.
c. Mendapat pahala seperti haji dan umrah bagi yang mengerjakan shalat
subuh berjamaah kemudian ia duduk berdzikir kepada Allah sampai
matahari terbit.
d. Membebaskan diri seseorang dari siksa neraka dan kemunafikan. 18Seorang
yang ikhlas melaksanakan shalat berjamaah maka Allah akan
menyelamatkannya dari neraka dan di dunia dijauhkan dari mengerjakan
perbuatan orang munafik dan ia diberi taufik untuk mengerjakan perbuatan
orang-orang yang ikhlas.
17
Ibnu Jauzi, Shahih Bukhori, hlm. 302.
18
Said bin Ali bin Wahf Al-Qahthani, Lebih Berkah Dengan..., hlm. 73.
17
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Shalat Jum’at merupakan salah satu bentuk dari amal shaleh yang merupakan
kewajiban untuk dilaksanakan bagi setiap muslim apabila tidak ada udzur dan
memenuhi syarat untuk terselenggaranya jamaah shalat Jum’at. Dasar kewajiban
melaksanakan shalat Jum’at adalah sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-
Jumu’ah: 9-10.
Menurut Kamus Istilah Fiqih shalat jamaah adalah shalat yang dikerjakan
secara bersama-sama, salah seorang diantaranya sebagai imam dan yang lainnya
sebagai makmum. Legalitas shalat jamaah ditetapkan dalam al-Quran surah An-Nisa
4: 102.
Masbuq adalah orang yang tertinggal sebagian raka’at atau semuanya dari
imam dalam sholat berjama’ah atau orang yang mendapati imam setelah rakaat
pertama atau lebih dalam sholat berjamaah. Dan ditarik kesimpulan bahwa landasan
hukum menurut jumhur ulama seorang dikatakan masbuk itu apabila ia tidak sempat
ruku’ bersama imam.
1. Pahalanya dua puluh tujuh kali lipat dari pada shalat sendirian.
2. Mendapat perlindungan dan naungan dari Allah pada hari kiamat kelak.
3. Mendapat pahala seperti haji dan umrah bagi yang mengerjakan shalat
subuh berjamaah kemudian ia duduk berdzikir kepada Allah sampai
matahari terbit.
4. Membebaskan diri seseorang dari siksa neraka dan kemunafikan. Seorang
yang ikhlas melaksanakan shalat berjamaah maka Allah akan
18
menyelamatkannya dari neraka dan di dunia dijauhkan dari mengerjakan
perbuatan orang munafik dan ia diberi taufik untuk mengerjakan
perbuatan orang-orang yang ikhlas.
3.2 Saran
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan
dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki
makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan
makalah diatas.
19
20
DAFTAR PUSTAKA
21
22