Anda di halaman 1dari 61

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sebuah proses kegiatan yang disengaja untuk

menimbulkan suatu hasil yang diinginkan sesuai tujuan yang diharapkan. Secara

garis besar pendidikan sangat penting dalam kehidupan, baik kehidupan itu

sendiri, keluarga, masyarakat, maupun kehidupan negara dan bangsa. Purwanto

(2008:35) menyatakan bahwa “ Tujuan pendidikan adalah perubahan perilaku

yang diinginkan terjadi setelah siswa belajar ’’. dalam undang-undang RI

nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, tercantum pengertian

pendidikan sebagai berikut “ Pendidikan adalah usaha sadar dan tercantum untuk

mengujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, penggendalian diri, keperibadian, kecerdasan,

akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan negara’’.

Menurut Omer Hamalik (2013:3) menyatakan bahwa “ Pendidikan adalah suatu

proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan

diri sebaikmungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian menimbulkan

perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi dalam

kehidupan masyarakat”.

Pendidikan dimulai di keluarga atas anak yang belum mandiri, kemudian di

perluas di lingkungan tetangga atau teman-teman di sekitar, lembaga

persekolahan, persekolahan formal dan lain-lain. Minat belajar terhadap proses

1
2

belajar siswa akan membuahkan hasil belajar yang maksimal. Perubahan perilaku

yang disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang

diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas tujuan

pengajaran yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui perubahan atau hasil belajar

yang maksimal siswa dapat dilihat dari aspek kognitif, aktif, psikomotorik anak

tersebut.

Dalam proses belajar mengajar, ada faktor yang mempengaruhi

pencapaian nilai hasil belajar anak atau siswa, baik berasal dari diri siswa

(internal) maupun dari lingkungan luar (eksternal). Faktor internal terkait dengan

disiplin, respon, dan motivasi siswa. Sementara itu faktor eksternal adalah

lingkungan belajar, kreatifitas pemilihan media belajar oleh pendidik, serta

metode pembelajaran. Faktor-faktor tersebut yang mempengaruhi satu sama lain

dan merupakan satu kesatuan yang mendasari hasil belajar siswa.

Untuk meningkatkan kemampuan siswa guru harus pandai memilih dengan

tepat metode, media, model, dan strategi pembelajaran dimasa mendatang agar

siswa bukan hanya mendapat nilai yang lebih baik tetapi juga dapat memahami

dan memberikan pengalaman pembelajaran pada orang lain, tetapi pada

kenyataanya dalam proses belajar mengajar masih banyak yang tidak mampu dan

kesulitan menggunakan metode yang tepat, efektif dan kreatif dalam pelajaran

sains.

Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan berupa fakta-fakta, atau

prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan pendidikan


3

sains, diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari

sendiri dan alam sekitar, serta mengembangkan lebih lanjut dalam kehidupan

sehari-hari. Proses pembelajaran menekankan pada pembelajaran pengalaman

langsung untuk mengembangkan kompetensi agar memahami alam sekitar secara

ilmiah.

Upaya meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar, guru harus

menciptakan kegiatan pembelajaran yang dapat membangun kognitif, efektif, dan

psikomotorik siswa. Dalam hal ini diperlukan kecermatan guru untuk memilih

metode yang tepat yang akan diterapkan dalam pembelajaran. Sehingga dengan

menggunakan metode pembelajaran secara efektif siswa akan menjadi lebih cepat

mengingat, memperoleh informasi lebih akurat, dan dapat menerima serta

memahami konsep dasar dengan baik serta meningkatnya hasil belajar siswa.

Berdasarkan dari informasi melalui wawancara dengan guru kelas III SD N

050701 Hinai Tahun Ajaran 2017/2018 dapat disimpulkan bahwa pemahaman

siswa dalam belajar sains terutama dalam pokok bahasan gerak benda masih

kurang maksimum. Guru dalam menerapkan pembelajaran lebih menekankan pada

model pembelajaran yang mengaktifkan guru, guru kurang variatif dalam

menggunakan metode pembelajaran yaitu pada saat memberikan materi hanya

berupa ceramah, keaktifan siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dalam

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) masih belum optimal, sehingga siswa kurang

termotivasi untuk belajar dan siswa kurang menguasai materi yang diajarkan. Hal

ini dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa tidak sesuai dengan standar
4

ketuntasan belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari tabel rata-rata sains yang

diberikan guru kelas III SD Negeri 050701 Hinai

Tabel 1.1 Rata-rata Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas III SDN 026793 Negeri
050701 Hinai Tahun Ajaran 2017/2018
KKM Jumlah Siswa Persentase (%)
70 20 40%
70 15 60%
Jumlah 35 100%
Sumber: SDN Negeri 050701 Hinai

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat nilai rata-rata yang diperoleh siswa

tidak mencapai ketuntasan minimum (KKM) yang ditentukan yaitu 70. Dari 35

siswa yang tuntas hanya 60% dan yang tidak tuntas 40%. Dari fakta tabel tersebut

dapat diketahui bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam belajar sains. Hasil

belajar siswa yang kurang maksimal dalam pelajaran sains merupakan salah satu

masalah yang perlu diperhatikan guru. Oleh karena itu guru harus dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dan membantu siswa berfikir kreatif. Masalah

tersebut perlu dilakukan upaya perbaikan hasil belajar siswa, salah satunya adalah

memilih metode yang sesuaidengan materi yang disampaikan, sehingga siswa

dapat memahami mata pelajaran dengan baik. Faktor-faktor penyebab rendahnya

hasil belajar siswa dikarenakan kurangnyaminat siswa dalam belajar sains, guru

kurang kreatif dalam menggunakan metode pembelajaran, hasil evaluasi siwa

belum mencapai KKM yang sudah ada. Solusi yang akandilakukan guru agar nilai

hasil belajar siswa tidak rendsah ialah dengan upaya dalam menerapkan metode

demonstrasi dalam pembelajaran sains, dan mempersiapkan media pembelajaran.

Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan

atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu
5

yang sedang di pelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai

dengan penjelasan lisan, Djamarah (2013:90) menyatakan bahwa “ Dengan

menggunakan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran

akan berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan beik dan

sempurna, dan juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan pada apa yang

diperlihatkan guru selama pelajaran berlangsung”. Adapun penggunaan metode

demonstrasi mempunyai tujuan agar siswa mampu memahami tentang cara

melakukan kegiatan pembelajaran atau proses terjadinya, sehingga siswa lebih

aktif untuk mengetahui materi pelajaran dan mendapatkan pengalaman langsung.

Berdasarkan keseluruhan uraian di atas maka peneliti tertarikuntuk

melakukan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian secara langsung dalam

pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sains Dengan

Menggunakan Metode Demonstrasi Di Kelas III SD N 050701 Hinai Tahun

Ajaran 2017/2018”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di identifikasi beberapa

masalah dalam penelitian ini antara lain:

1. Kurangnya minat siswa dalam pelajaran sains.

2. Guru kurang kreatif dalam menggunakan metode pembelajaran.

3. Hasil evaluasi siswa belum mencapai KKM yang sudah ada.

C. Batasan Masalah
6

Berdasakan identifikasi masalah diatas, maka penelitian ini dibatasi pada

‘’Penggunaan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Pada Mata Pelajaran Sains Dengan Pokok bahasan gerak benda di kelas III SDN

Negeri 050701 Hinai Tahun Ajaran 2017/2018’’.

D. Rumusan Masalah

Setelah mengidentifikasi dan menganalisis masalah diatas, penulis dapat

merumuskan masalah melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dituangkan

dalam rencana perbaikan pembelajaran.

Adapun rumusan masalah tersebut adalah:

1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode

demonstrasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran

Sains Dengan pokok bahasan gerak benda di kelas III Negeri 050701 Hinai

Tahun Ajaran 2017/2018?

2. Apakah hasil belajar siswa dapat meningkat setelah menggunakan Metode

Demonstrasi Pada Mata Pelajaran Sains Dengan Pokok Bahasan Gerak

Benda Di Kelas III SDN Negeri 050701 Hinai Tahun Ajaran 2017/2018.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai melalui

kegiatan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode

demonstrasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

sains dengan pokok bahasan gerak benda di kelas III SDN Negeri 050701

Hinai Tahun Ajaran 2017/2018.


7

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan

metode demonstrasi pada mata pelajaran sains dengan pokok bahasan gerak

benda di kelas III Negeri 050701 Hinai Tahun Ajaran 2017/2018.

F. Manfaat Penelitian

Setelah tercapai tujuan penelitian di atas diharapkan hasil penelitian ini

memiliki beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam meningkatkan hasil belajar

sains dan meningkatkan kualitas pendidikan.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai jalan peningkatan

hasil belajar siswa.

3. Sebagai sarana untuk memperluas pengetahuan serta menambah

kompetensi bagi peneliti sebagai calon pendidik.

4. Sebagai bahan penelitian yang relevan untuk penelitian berikutnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8

A. Kerangka Teoritis

1. Pengertian belajar

Belajar merupakan kegiatan paling pokok dalam proses belajar mengajar

manusia, Kegiatan belajar dilakukan oleh siswa secara individu untuk dapat

mengubah tingkah laku, sikap yang diharapkan, dan siswa juga akan dapat

berkembang menjadi mandiri, apabila siswa giat belajar. Menurut Purwanto

(2011,185) menyatakan bahwa “ Belajar merupakan proses dalam diri individu

yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam

perilakunya”. Kemudian Oemar Hamalik (2013,52) menyatakan bahwa “ Belajar

adalah modifikasi atau memperkuat tingkah laku melalui pengalaman dan

latihan”. Selanjutnya Slameto (2010:2) menyatakan bahwa “Belajar ialah suatu

proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas tentang pengertian belajar maka

penulis dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan baik

pengetahuan, sikap maupun keterampilan yang dilakukan secara sadar dari

interaksinya dengan lingkungannya. Disamping itu, sebagai seorang guru juga

harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar agar guru tersebut

dapat berhasil. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, belajar adalah

suatu proses yang ditandai dengan perubahan baik pengetahuan, pengalaman,


8
sikap, ketrampilan, kebiasaan, maupun tingkah laku pada individu itu sendiri.

2. Pengertian Mengajar
9

Mengajar merupakan suatu komponen dari kompetensi guru yang dimana

guru harus dapat menguasai serta terampil dalam melaksanakan mengajar.

Didalam mengajar guru harus dapat mendidik siswa dan memberikan motivasi

untuk membangkitkan semangat untuk lebih giat lagi dalam proses belajar dan

merubah tingkah lakunya. Menurut Alvin W. Howard dalam Slameto (2010:32)

menyatakan bahwa "Mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong,

membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan

skill, attitude, ideals (cita-cita), appreciations (penghargaan) dan knowledge".

Kemudian menurut Gagne dalam Wina Sanjaya (2011:102) menyatakan bahwa

“Mengajar atau teaching merupakan bagian dari pembelajaran (instruction),

dimana peran guru ditekankan kepada bagaimana merancang atau

mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau

dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu”. Selanjutnya menurut John R.

Pancella, dalam Slameto (2010:33) menyatakan bahwa “Mengajar adalah sebagai

berikut: mengajar dapat dilukiskan sebagai membuat keputusan (decision making)

dalam interaksi, dan hasil keputusan guru adalah jawaban siswa atau sekelompok

siswa kepada siapa guru berinteraksi”. Berdasarkan uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu proses kegiatan dimana guru

mentransfer pengetahuandan kebudayaan kepada siswa atau membimbing siswa

agar mengalami proses belajar.

3. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, terjadi

interaksi antara guru, siswa dimana keduanya terjadi komunikasi yang terarah
10

pada suatu target yang telah ditetapkan. Menurut Purwanto (2011,185)

menyatakan bahwa “Pembelajaran adalah pengorganisasian sumber daya, fasilitas

dan lingkungan untuk mengusahakan kegiatan belajar siswa”. Selanjutnya

Menurut Oemar Hamalik (2013:57) menyatakan bahwa “Pembelajaran adalah

suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsure-unsur manusiawi, material,

fasilitas, pelengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan

pembelajaran”. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

adalah suatu komunikasi dua arah yaitu antara pendidik (guru) dengan yang

dididik (siswa), dimana dalam kegiatan pembelajaran tersebut guru

mempersiapkan bahan ajar dan rencana pelaksanaan pembelajaran, agar

tercapainya tujuan pembelajaran.

4. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui

sebarapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah di ajarkan. Menurut

Purwanto (2011,44) menyatakan bahwa "hasil belajar dapat dijelaskan dengan

memahami dua kata yang membentuknya yaitu “hasil” dan “ belajar”. Pengertian

hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu

aktivitas atau proses yang mengakibatkan brubahnya input secara fungsional”.

Selanjutnya Menurut Winkel dalam Purwanto (2011:45) menyatakan bahwa

“Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam

sikap dan tingkah lakunya”. Untuk mencapai hasil yang baik, maka guru sebagai

pemberi kegiatan perlu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar siswa, baik dalam diri siswa (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).
11

Dalam proses belajar-mengajar, hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai siswa

penting diketahui oleh guru, agar guru dapat merancang/mendesain pengajaran

secara tepat dan penuh arti.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar

adalah segenap perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri siswa maupun

kelompok yaitu tentang penambahan dan penguasan ilmu pengetahuan yang

berupa perbuatan atau tingkah laku yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

5. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar

seseorang. Faktor yang mempengaruhi tersebut bisa datang dari dalam diri

maupun dari luar orang tersebut.

Menurut Slameto (2013:54) Ada dua faktor yang mempengaruhi


keberhasilan belajar, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. 1). Faktor Intern
yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor intern
meliputi: a) faktor jasmaniah antara lain kesehatan dan cacat tubuh, b) faktor
psikologis antara lain inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan, kesiapan dan kelelahan 2) faktor eksternal yaitu faktor yang
ada di luar individu. Faktor ekstern meliputi : a) faktor keluarga antara lain
cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah,
keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang
kebudayaan, b) faktor sekolah antara lain metode mengajar, kurikulum,
relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, displin sekolah, alat
pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode
belajar, tugas rumah, c) faktor masyarakat antara lain kegiatan siswa dalam
masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat dan media massa.

6. Metode Pembelajaran

Untuk mendorong keberhasilan guru dalam mengajar perlu menggunakan

metode. Setiap metode pembelajaran yang digunakan harus berhubungan dengan


12

tujuan belajar yang dicapai. Tujuannya untuk mendidik siswa agar sanggup

memecahkan masalah dalam belajarnya. Menurut Wina Sanjaya (2011:147)

menyatakan bahwa “Metode adalah cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar

tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal”. Selanjutnya menurut

Djamarah (2013:46) menyatakan bahwa “Metode adalah suatu cara yang

dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Kemudian Menurut

Nana Sudjana (2009:22) menyatakan bahwa “ Metode dan alat adalah cara atau

teknik yang digunakan dalam mencapai tujuan”. Maka dapat disimpulkan bahwa

metode belajar adalah suatu cara atau upaya yang digunakan oleh para pendidik

untuk mewujudkan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan pembelajaran agar

tujuan yang ingin dicapai dapat tercapai secara optimal.

7. Metode Demonstrasi

Semua metode pengajaran dapat mewakili pencapaian tujuan pendidikan.

Pemakaiannya ditentukan oleh tujuan dan isi materi yang akan di ajarkan. Dalam

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, metode demonstrasi sering digunakan

karena materi-materi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sebagaian

besar menggunakan media yang harus didemonstrasikan.

Dengan batasan, metode demonstrasi ini menunjukkan adanya tuntutan

kepada guru untuk merencanakan penerapannya, memperjelas demonstrasi secara

visual dan menyediakan peralatan yang diperlukan. Salah satu tujuan penerapan

metode demonstrasi ini adalah mengajar siswa tentang suatu tindakan, proses,

atau prosedur, keterampilan-keterampilan fisik/motorik. Menurut Wina Sanjaya


13

(2011:152) menyatakan bahwa “Metode demonstrasi adalah metode pennyajian

pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang

suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar

tiruan”. Selanjutnya menurut Djamarah (2013:90) menyatakan bahwa “Metode

demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau

mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang

sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan

penjelasan lisan”. Kemudian menurut Roestiyah (2012:83) menyatakan bahwa

“metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana seseorang instruktur/ atau tim

guru menunjukkan, memperhatikan, sesuatu proses pembelajaran”.

Berdasarkan dari pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan metode

demonstrasi adalah metode mengajar dengan menggunakan alat peragaan untuk

memperjelas suatu pemahaman. Dengan metode demonstrasi ini guru mengajak

siswa untuk lebih aktif lagi dalam proses belajar mengajar. Dengan proses

pembelajaran yang menarik dan menyenangkan menjadikan informasi yang

masuk ke pikiran siswa lebih bertahan lama untuk diingat karena secara langsung

melakukannya. Metode demonstrasi sering digunakan karena merupakan metode

yang sangat baik dan efektif dalam menolong siswa mencari jawaban atas

pertanyaan yang sifatnya pemahaman.

8. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Demonstrasi

Menurut Wina Sanjaya (2011;125) langkah-langkah menggunakan


metode demonstrasi yaitu:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan:
14

a. Rumuskan tujuan yang akan dicapi oleh siswa setelah proses


demonstrasi berakhir. Tujuan ini meliputi beberapa aspek seperti
aspek pengetahuan, sikap, atau keterampilan tertentu.
b. Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan
dilakukan.garis-garis besar langkah demonstrasi diperlukan sebagai
panduan untuk menghindari kegagalan.
c. Lakukan uji coba demonstrasi. Uji coba meliputi segala peralatan
yang di perlukan.
2. Tahap Pelaksanaan
1) Langkah pembukaan
Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus di
perhatikan, di antaranya:
a. Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat
memperhatikan dengan jelas apa yang di demonstrasikan.
b. Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.
c. Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa,
misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap
penting dari pelaksanaan demonstrasi.
2) Langkah pelaksanaan demonstrasi
a. Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang
siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan
yang mengandung teka-teki sehingga mendorong sisiswa untuk
tertarik memperhatikan demonstrasi.
b. Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari
suasana yang menegangkan.
c. Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi
dengan memperhatikan reaksi seluruh siswa.
d. Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan
lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses
demonstrasi itu.
3) Langkah mengakhiri demonstrasi
Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu
diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya
dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan
pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakahsiswa
memehami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan
tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi
bersama tentang jalanya proses demonstrasi itu untuk perbaikan
selanjutnya.

9. Kebaikan dan Kelemahan Metode Demonstrasi

Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk

mendukung keberhasilan mencapai tujuan yang telah di tetapkan.


15

Menurut Wina Sanjaya (2011:152) menyatakan kelebihan dan kelemahan


metode demonstrasi:
1. Kelebihan demonstrasi adalah:
a. Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat
dihindari, sebab siswa disuruh langsung memperhatikan bahan
pelajaran yang dijelaskan.
b. Proses pembelajarn akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya
mendengar tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
c. Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki
kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan.
d. Membandingkan antara teori dan kenyataan.
2. Kekurangan metode demonstrasi adalah:
a. Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang,
sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal
sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak aktif lagi.
b. Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan dan tempat
yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan
pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.
c. Demonstrasi memerlukan kemampuan dari keterampilan guru
yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih
professional. Disamping itu demonstrasi juga memerlukan
kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses
pembelajaran siswa.

10. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Demonstrasi

Ada berbagai cara yang dapat dilakukan mengatasi kelemahan metode

demonstrasi yakni:

1. Tentukan terlebih dahulu hasil yang ingin dicapai dalam jam

pertemuan itu.

2. Guru harus mengarahkan demontrasi itu sedemikian rupa sehingga

murid-murid memperoleh pengertian dan gambaran alat-alat

demontrasi yang akan dilaksanakan.

3. Pilih dan kumpulkan alat-alat demonstrasi yang akan dilaksanakan.

4. Usahakan agar seluruh murid dapat mengikuti pelaksanaan

demonstrasi itu sehingga memperoleh pengertian yang sama.


16

5. Sedapat mungkin bahan pelajaran yang didemonstrasikan adalah hal-

hal yang bersifat praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.

6. Berikan pengertian yang sejelas-jelasnya tentang landasan teori yang

akan didemonstrasikan.

11. Penelitian Tindakan Kelas

1) Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas merupakan tindakan perbaikan guru secara

reflektif dapat menganalisis, mensintensis terhadap apa yang telah dilakukan

dikelas. Dalam hal ini berarti dengn melakukan PTK, mendidik dapat

memperbaiki praktik-praktik pembelajaran sehingga menjadi lebih efektif.

Menurut Arikunto (2012:104) menyatakan bahwa “ PTK merupakan suatu

penelitian yang akar permasalahannya muncul dikelas, dan dirasakan langsung

oleh guru yang bersangkutan sehingga sulit dibenarkan jika ada anggapan bahwa

permasalahan dalam penelitian tindakan kelas diperoleh dari persepsi atau

lamunan seorang peneliti”. Kemudian menurut Sukardi (2013:17) menyatakan

bahwa “ Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian yang lebih dekat dengan

penelitian kualitatif naturalistic secara kolaboratif, dimana penelitian ini lebih baik

dilakukan dua orang atau lebih”. Selanjutnya Arikunto (2012:2-3) menyatakan

bahwa “Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan

pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa dalam

waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula”.

2) Tujuan PTk
Menurut Sukardi (2013:21) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas
mempunyai tujuan penting sebagai berikut:
17

1. Salah satu cara strategi guna memperbaiki layanan, maupun hasil


kerja dalam suatu lembaga pendidikan.
2. Mengembangkan rencana tindakan guna meningkatkan apa yang
telah dilakukan oleh seorang guru.
3. Mewujudkan proses penelitian yang mempunyai manfaat ganda,
yaitu bagi peneliti memperoleh informasi yang berkaitan dengan
permasalahan hendak dipecahkan, dan pihak subjek yang diteliti
mendapatkan manfaat langsung dari tindakan nyata yang diberikan.
4. Tercapainya konteks pembelajaran dari pihak yang terlibat dalam
kegiatan penelitian, yaitu peneliti dan para subjek yang diteliti.
5. Timbulnya budaya meneliti yang terkait dengan prinsip sambil tetap
bekerja, dapat melakukan penelitian dibidang yang ditekuninya.
6. Diperolehnya pengalaman nyata yang berkaitan erat dengan usaha
peningkatan kualitas secara professional maupun akademik.
3) Manfaaat PTK
Banyak manfaat yang dapat diraih dengan dilakukannya penelitian tindakan
kelas.PTK memerlukan berbagai kondisi agar dapat berlangsung dengan baik dan
melembaga. Kondisi tersebut atara lain dukungan dari semua personal disekolah.
PTK bermanfaat bagi guru, siswa, dan sekolah.
1. Manfaat PTK bagi guru adalah sebagai berikut:
a. Membantu guru memperbaiki pembelajaran
b. Membantu guru berkembang secara professional
c. Meningkatkan rasa percaya diri
d. Membantu guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan.
e. Manfaat PTK bagi pembelajaran/siswa adalah untuk meningkatkan
proses dan hasil belajar.
f. Manfaat PTK bagi sekolah adalah membantu sekolah untuk
berkembang karena adanya peningkatan/kemajuan pada diri guru
dan pendidikan sekolah tersebut.
2. Langkah-langkah PTK
a. Merencanakan perbaikan,
b. Melaksanakan tindakan,
c. Mengamati, dan
d. Melakukan refleksi.

12. Materi Pembelajaran

1) Pengertian Sains (Ilmu Pengetahuan Alam)

Rosa Kemala (2006) menyatakan bahwa “Sains atau ilmu pengetahuan

alam merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk
18

menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses

penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan IPA disekolah dasar

diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri

dan alam sekitar”. IPA adalah suatu singkatan dari kata “Ilmu Pengetahuan Alam”

merupakan terjemahan dari kata “Natural Science” secara singkat sering disebut

“Science”.Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkutpaut

dengan alam, sedangkan Science artinya ilmu pengetahuan.Jadi Ilmu Pengetahuan

Alam (IPA) secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam atau ilmu yang

mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. IPA adalah ilmu yang telah

diuji kebenarannya melalui metode ilmiah. Dengan kata lain, metode ilmiah

merupakan ciri khusus yang menjadi identitas IPA. Pengenalan IPA melalui

metodologi atau cara memperoleh pengetahuan itu. IPA adalah penyelidikan yang

terorganisir untuk mencari pola keteraturan dalam alam. Oleh karena itu, Ilmu

Pengetahuan Alam sebagai produk tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya sebagai

proses. Produk IPA adalah fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-

hukum, dan teori-teori.

IPA untuk anak Sekolah Dasar harus dimodifikasi agar anak didik dapat

mempelajarinya.Ide-ide dan konsep-konsep harus disederhanakan sesuai dengan

tingkatan perkembangan kognitifnya supaya mudah dipahami.

Dari uraian di atas dapat di pahami bahwa pembelajaran IPA merupakan interaksi

antara siswa dengan lingkungan kehidupannya.Di dalam pembelajaran IPA

ditekankan agar berorientasi pada siswa.Peran guru hanya sebagai fasilitator,


19

untuk itu guru berkewajiban menyediakan sarana agar siswa dapat memahami dan

mengamati objek IPA secara langsung sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.

http://save4your.blogspot.com/2011/06/pengertian-ilmu-pengetahuan-alam-
dan.html

2) Berbagai macam gerak benda

Gerak benda adalah suatu benda yang berpindah ketempat lain. Dalam

kehidupan sehari-hari, kita sering melakukan kegiatan, seperti menarik benda,

mengangkat benda ataupun mendorong benda. Benda dapat bergerak karena

adanya gaya pada benda itu. Gaya dapat berupa tarikan atau dorongan. Gerak

benda dapat dipengaruhi oleh ukuran benda tersebut, bentuk permukaan benda,

dan kekasaran permukaan benda. Untuk lebih mengetahui gerak benda dan

macam-macam gerak benda dapat dilihat dari uraian sebagai berikut:

a. Gerak Menggelinding

Kelereng atau bola akan bergerak menggelinding di atas lantai. Kemudian

lambat laun akan berhenti, keadaan tersebut dapat terjadi karena adanya pengaruh

gaya yang menahan gerak kelereng atau bola tersebut.

Gambar 2.1 gerak menggelinding


Sumber: http://harfumim.blogspot.com/2015/02
20

b. Gerak Jatuh

Benda yang jatuh berarti melakukan gerak turun ke bawah. Tenyata setiap

benda yang dilemparkan ke atas akan jatuh ke bawah hal ini terjadi karena bumi

mempunyai kekuatan untuk menarik benda yang disebut gaya gravitasi bumi.

Gambar 2.2 gerak jatuh


Sumber: http://harfumim.blogspot.com/2015/02

c. Gerak Memantul

Benda yang dapat memantul biasanya memiliki sifat lentur. Bola tenis,

kerikil, dan karet penghapus, juga bisa memantul. Akan tetapi gerak benda-benda

tersebut berbeda.

Gambar 2.3 Gerak Memantul


21

Sumber: http://harfumim.blogspot.com/2015/02
d. Gerak Berputar

Pada gerak berputar, kedudukuan suatu titik pada benda akan berubah

contoh roda sepeda berputar.

Gambar 2.4 gerak Berputar


Sumber: http://harfumim.blogspot.com/2015/02
e. Gerak Mengalir

Gerak mengalir yang mudah diamati adalah air. Air mengalir dari tempat

yang tinggi ke tempat yang rendah.

Gambar 2.5 Gerak Mengalir


Sumber: http://harfumim.blogspot.com/2015/02

3) Faktor Yang Mempengaruhi Gerak Benda


22

Gerak suatu benda dapat di pengaruhi oleh berat ringannya benda, bentuk

benda, dan kekerasan permukaan benda.

a. Berat-ringan Benda

Berat ringan benda dapat dilihat/ dibandingkan dua buah benda yang

ukurannya berbeda. Misalnya daun dan batu.

Gambar 2.6 Berat Ringan Benda


Sumber: http://harfumim.blogspot.com/2015/02
b. Bentuk Benda

Benda memiliki bentuk yang bermacam-macam. Kelereng bergerak lebih

cepat dinadingkan dadu. Kelereng berbentuk bulat sedangkan permukaan dadu

berbentuk segi empat. Benda yang berbentuk lingkaran ternyata lebih cepat

bergerak dibandingkan benda segi empat. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar

dibawah:

Gambar 2.7 Bentuk Benda


Sumber: http://harfumim.blogspot.com/2015/02

c. Kekasaran Permukaan Benda


23

Selain berat ringan benda dan bentuk benda, kekasaran benda juda dapat

mempengaruhi gerak suatu benda. Makin kasar permukaan benda, makin besar

gesekan yang terjadi antara dua permukaan yang saling bersentuhan. Untuk

memperkecil terjadinya gesekan dilakukan dengan cara menghaluskan permukaan

kedua benda itu atau melicinkan permukaan dengan menggunakan pelumas (Oli,

lilin, atau vaselin).

B. Kerangka berfikir

Belajar sains merupakan cara mencari tahu tentang alam sekitar secara

sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-

prisip, proses penemuan dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan sains diarahkan

untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk

memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Dengan

demikian melibatkan intelektual (kognitif) siswa secara optimal dalam pelajaran

sains, maka diperlukakan suatu metode yang untuk dapat mengaktifkan dan

melibatkan siswa secara langsung dalam belajar, termasuk materi pokok Gerak

Benda.

Metode demonstrasi merupakan cara penyajian materi pelajaran yang

dianggap sesuai dalam pembelajaran sains, dengan menggunakan atau

mempertunjukkan kepada siswa suatu proses , situasi atau benda tertentu yang

sedang dipelajari baik sebenarnya atau ditiru. Dengan menggunakan metode

demonstrasi pada materi pokok Gerak Benda, maka proses penerimaan siswa

terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, siswa dapat lebih mudah

memahami materi yang diajarkan dari demonstrasi yang diperlihatkan sehingga


24

dapat membentuk pengertian dengan baik dan sempurna yang pada akhirnya

mendapat pengalaman belajar yang bermakna. Siswa dapat mengamati dan

memperhatikan apa yang diperhatikan selama pelajaran berlangsung dan ikut

menyusun rancangan kegiatan sehingga siswa berperan aktif dalam proses

pembelajaran.

Proses dan hasil diperagaakn menjadi bahan ajar utama dalam kegiatan

pembelajaran. Bahan ajar tidak hanya dipertunjukan oleh pendidik, melainkan

juga oleh peserta didik yang berperan aktif dalam melakukan proses sampai

diketahui sejauh mana hasilnya. Dengan demikian peserta didik akan memiliki

pengalaman belajar langsung setelah diberi kesempatan oleh pendidik untuk

melakukannya dan melihat atau merasakan hasilnya.

Dengan menggunakan metode demonstrasi pada mata pelajaran ilmu

pengetahuan alam diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, jika

penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran betul-betul dapat diterapkan

sesuai dengan langkah-langkah yang ditetapkan. Selain itu sikap dapat

menentukan prestasi belajar siswa memuaskan atau tidak. Sikap yang dimaksud

adalah minat, keterbukaan pikiran, prasangka dan kesetiaan. Sikap yang positif

terhadap mata pelajaran mata pelajaran merangsang cepatnya berlangsung

kegiatan belajar. Sikap berarti memperoleh kesadaran untuk menerima atau

menolak suatu objek sebagai sesuatu yang berguna. Sikap merupakan sesuatu

yang sangat rumit yang mengandung komponen yaitu aspek kognitif, afektif dan

fisikomotor.

C. Hipotesis Tindakan
25

Hipotesis tindakan penelitian ini adalah “Dengan menggunakan metode

demonstrasi dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa pada mata pelajaran Sains

pada materi pokok gerak benda di kelas III SD N 050701 Hinai T.A 2017/2018.

D. Defenisi Operasional

Adapun defenisi oprasional dalam penelitian ini adalah:

1. Belajar adalah suatu proses yang di tandai dengan adanya perubahan

pada diri seseorang baik kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2. Mengajar adalah suatu proses menolong para siswa untuk memperoleh

pengetahuan, keterampilan, sikap, serta ide dan apresiasi yang

menjurus pada perubahan tingkah laku, dan pertumbuhan siswa.

3. Hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri

seseorang yang dapat di lihat dalam pengetahuan, sikap, dan

keterampilan.

4. Metode pembelajaran adalah suatu cara atau upaya yang digunakan

oleh para pendidik untuk mewujudkan rencana yang sudah disusun

dalam kegiatan pembelajaran agar tujuan yang ingin dicapai secara

optimal.

5. Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan

pemperagakan dan mempertujukkan kepada siswa tentang suatu

proses, situasi, atau benda tertentu.

6. Sains (ilmu pengetahuan alam) adalah suatu ilmu yang mempelajari

tentang alam sekitar beserta isinya.


26

7. Ptk (Penelitian tindakan kelas) merupakan tindakan perbaikan guru

secara reflektif dapat menganalisis, mensintensis terhadap apa yang

telah dilakukan dikelas.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD N 050701 Hinai pada semester 2 Tahun

Ajaran 2017/2018. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap. Alasan

memilih lokasi ini karena penelitian yang sejenis ini belum pernah

dilaksanakan di SD N 050701 Hinai Tahun Ajaran 2017/2018.

B. Subjek dan Objek Penelitian


27

Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas III SD

Negeri Negeri 050701 Hinai. Objek dalam penelitian ini adalah meningkatkan

hasil belajar siswa dengan menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran

sains pada pokok bahasan gerak benda di kelas III SD Negeri Negeri 050701

Hinai Tahun Ajaran 2017/2018.

C. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan

kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah

tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara

bersama.

D. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas dengan

model yang dikemukakan oleh Arikunto (2012:16) yang setiap siklusnya terdiri

dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi, Berikut ini akan

dikemukakan desain penelitian tindakan kelas:

Perencanaan
27

Refleksi Siklus 1
Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan
28

Refleksi Siklus 2 pelaksanaan

Pengamatan

?
Gambar 3.1 Model kemmis dan tagart (Arikunto, 2010:16)

E. Prosedur penelitian

Sesuai dengan jenis penelitian, meka prosedur penelitian tergantung pada

hasil belajar siswa yang dicapai, jika siklus pertama hasil belajar tidak sesuai yang

diharapkan, maka dilakukan siklus berikutnya tetapi jika dalam satu siklus hasil

belajar sudah meningkat maka tidak perlu dilakukan siklus berikutnya. Prosedur

penelitian memiliki empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan

refleksi.

Siklus 1

1. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan adalah:

a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan materi yang

akan dibahas.

b. Mempersiapkan sumber, bahan dan alat pembelajaran yang dibutuhkan.


29

c. Menyusun lembar kerja siswa dan bahan ajar yang akan dikerjakan oleh

siswa berdasarkan kompetensi dasar.

d. Menyediakan kartu soal dan jawaban, alat dan bahan yang digunakan

pada saat melakukan metode demonstrasi.

e. Mempersiapkan aspek yang dinilai dalam lembar observasi untuk siswa

dan guru, guru mengamati pelaksanaan pembelajaran.

f. Menyusun tes untuk hasil belajar sisiwa selama proses pembelajaran.

2. Pelaksanaan.

Kegiatan yang di laksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan tindakan

sesuai dengan yang telah direncanakan, berupa proses pembelajaran sesuai dengan

rencana pelaksanaan pembelajaran. Tahap pelaksanaan tindakan sebagai berikut:

a. Kegiatan awal

1. Member salam, melakukan berdoa bersama, untuk memulai

pelajaran, memberikan apersepsi dan motibasi belajar pada siswa.

2. Mempersiapkan alat pembelajaran sesuai dengan metode

demonstrasi.

b. Kegiatan inti.

1. Guru menjelaskan mengenai materi gerak benda.

2. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok setiap kelompok

terdiri dari 4-5 orang.

3. Membagi buku bahan ajar dan lembar kerja siswa (LKS) yang akan

dikerjakan sisiwa selama proses pembelajaran.

4. Guru menyampaikan pokok bahasan materi tentang gerak benda.


30

5. Guru melakukan Tanya jawab kepada siswa hal yang belum

dipahami.

6. Guru mengajak siswa secara berkelompok mendemonstrasikan gerak

benda dan menuliskan hasil yang diperoleh.

7. Guru menunjuk seseorang anggota kelompok untuk melaporkan

hasil yang diperoleh.

8. Guru dan siswa memeriksa jawaban perwakilan anggota kelompok.

9. Guru membagikan soal tes yang akan dikerjakan oleh siswa.

c. Kegiatan akhir

1. Setelah pembelajaran selesai giri mengadakan Tanya jawab kepada

siswa mengenai pelajaran yang belum mengerti tentang gerak benda.

2. Mebuat kesimpulan akhir tentang pelajaran yang baru dilaksanakan.

3. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki

nilai tertinggi dan siswa yang belum mendapatkan nilai maksimal

agar tetap berdemangat untuk berjuang mendapatkan nilai yang

bagus.

4. Guru dan siswa berdoa bersama untuk mengakhiri pelajaran.

3. Observasi

Pengamatan pada proses pembelajaran sains di kelas untuk mengetahui

sejauh mana pelaksanaan tindakan yang menggunakan metode demonstrasi dapat

menghasilkan perubahan sesuai dengan hasil yang diharapkan. peneliti mengamati

kemampuan siswa dengan lembar observasi yang disediakan dan aktivitas guru

dalam proses pembelajaran.


31

4. Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan untuk melihat kesesuaian yang dicapai dengan

yang diinginkan dalam pembelajaran sains. Pada tahap ini mencakup analisis nilai

dan penyimpulan terhadap hasil pengamatan yang dilakukan untuk peneliti. Hasil

analisis data telah dilakukan untuk memperlihatkan keberhasilan kegagalan dari

tindakan yang telah dilaksanakan. Apabila hasil yang diharapkan belum tercapai

maka dilakukan siklus selanjutnya.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Lembar Observasi

Dalam pengumpulan data selama proses pembelajaran berlagsung, dibantu

juga oleh observasi yaitu guru kelas III di sekolah tersebut. Adapun manfaat

obsevasi dalam kegiatan ini adalah untuk memperoleh informasi didalam kegiatan

belajar mengajar.

Untuk mengumpulkan data digunakan lembar observasi kegiatan guru dan

siswa. Adapun kisi-kisi lembar observasi guru dan siswa seperti di bawah ini:

Tabel III.I kisi-kisi lembar observasi untuk aktivitas guru

No Aspek yang diamati Jumlah


pernyataan
1 Persiapan guru dalam pembelajaran 2
2 Penyampaian materi pelajaran 3
3 Keterampilan guru menggunakan metode pembelajaran 3
4 Keterampilan guru menutup pelajaran 2
Jumlah 10

Tabel III.2 kisi-kisi lembar observasi untuk aktivitas siswa

No Aspek yang diamati Jumlah


32

pernyataan
1 Persiapan belajar 1
2 Aktivitas selama pembelajaran 3
3 Keterampilan mengerjakan soal 2
Jumlah 9

2. Tes
Webster Collegiate dalam Purwanto (2011:64) menyatakan bahwa “Tes

adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau atau alat lain yang digunakan

untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat

yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Tes yang diberikan berupa tes tertulis

yang berbentuk esay sebanyak 6 soal.

Tes yang diberikan sesuai dengan indikator yang hendak dicapai dan

instrumen dalam penelitian ini adalah evaluasi belajar dan aspek kognitifnya

hanya dibatasi pada aspek Pengetahuan (C1) dan Pemahaman (C2). Seperti yang

ditunjukan pada tabel 3.3 berikut :

Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal

NO Kompetensi Indikator Tujuan Jenjang juml


Dasar Pembelajaran Kognitif ah
C1 C2
1 Menyimpul 1. Mengidentifikas 1. Sisa dapat 1 1 3
kan hasil i berbagai gerak Mengidentifikasi
pengamatan benda. berbagai gerak
bahwa 2. Mengidentifikas benda.
gerak benda i hal yang 2. Sisw dapat
dipengaruhi mempengaruhi Mengidentifikasi
oleh bentuk gerak benda. hal yang
dan ukuran mempengaruhi
gerak benda.
2 1. Membuat daftar 1. Siswa mampu 2 1 2
kegunaan gerak Membuat daftar
benda. kegunaan gerak
2. Menerapkan benda.
gerak benda 2. Siswa mampu
33

untuk berbagai Menerapkan


keperluan. gerak benda
untuk berbagai
keperluan.
Total 3 2 5

Keterangan:

C1= Pengetahuan

C2= Pemahaman

G. Teknik Analisis Data

Pada peneliitian ini analisis data yang dilakukan yaitu untuk mengetahui

pelaksanaan pembelajaran dan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa

adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran

Untuk menghitung persentase pelaksanaan pembelajaran pada guru

digunakan rumus dalam piet A. Sahartien (2013:61) Sebagai Berikut:

HP =

Dengan Kriteria penilaian dalam piet A. Sahartien (2013:61) sebagai berikut:

A = 81-100% ......................................Baik Sekali

B = 61-80%...........................................Baik

C = 41-60%...........................................Cukup

D = 21-40%..........................................Kurang

E = 0-20%.............................................Sangat Kurang

Untuk menghitung prestasi pelaksanaan pembelajaran pada siswa digunakan

rumus Asep Jihat dan Abdul Haris (2012:130) sebagai berikut:


34

Nilai Siswa X 100

Dengan criteria pencapaian siswa menurut Asep Jihad dan Abdul Haris

(2012:131) sebagai berikut:

Tabel 3.4 Kriteria Pelaksanaan Pembelajaran Siswa


Nilai Kriteria
10-29 Sangat kurang
30-49 Kurang
50-69 Cukup
70-89 Baik
90-100 Sangat baik
(Asep Jihad dan Abdul Haris 2012:131)

2. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar dapat dilihat dari ketuntasan belajar siswa secara individual,

klasikal, dan mencari nilai rata-rata:

a. Ketuntasan Individual

Untuk menenetukan ketuntasan belajar siswa (individual) dapat dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

KB =   x 100%

Keterangan: KB = ketuntasan belajar (Trianto, 2011:241)

                 T   = jumlah skor yang diperoleh siswa

                Tt  = jumlah skor total


35

Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proporsi

jawaban benar siswa ≥ 70%.

b. Ketuntasan Klasikal

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal

digunakan rumus sebagai berikiut:

f
P x 100%
N (Zainal Aqib,dkk 2011:41)

Keterrangan

P = Persentase ketuntasan belajar

F = Jumlah siswa yang tuntas belajar

N = Jumlah seluruh siswa

Menurut Depdikbud dalam Trianto (2011:241) “Suatu kelas dikatakan tuntas

belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat siswa yang

telah tuntas belajarnya”.

c. Mencari Nilai Rata- Rata

Dalam mencari peningkatan hasil belajar siswa, digunakan rumus rata-

rata yaitu:

= (Sudjana,2009:70)

Keterangan : Rata-rata
36

f : Frekuensi

x : Nilai tengah

 : Jumlah

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian siklus I


1. Pelaksanaan pembelajaran siklus I

Dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan Observasi atau

pengamatan oleh guru pamong di SD N 050701 Hinai dengan menggunakan

metode demonstrasi dengan pokok bahasan gerak benda mulai dari awal
37

pelaksanaan tindakan sampai dengan selesainya tindakan berupa pengajaran.

Adapun hasil observasi proses pembelajaran yang dilakukan pada siklus I yang

digambarkan pada tabel 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1 Kegiatan Guru pada Siklus I


Penilaian
No Aspek yang diobservasi
1 Mengadakan apersepsi 61
2 Mengemukakan materi dan tujuan pembelajaran 61
3 Memberikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana dan jelas 55
4 Penguasaan kelas 56
5 Menguraikan metode pembelajaran sesuai dengan scenario pembelajaran 55
6 Memberi latihan yang praktis yang mengaktifkan semua siswa 62
Penggunaan alokasi waktu sesuai dengan rencana pelaksanaan
7 55
pembelajaran (RPP)
8 Memotivasi siswa untuk aktif bertanya dan memberi jawaban 57
9 Membuat rangkuman sesuai dengan metode yang diterapkan 62
10 Mengadakan evaluasi 61
Jumlah 585

Dengan rumus :

Jumlah hasil observasi


HP = Jumlah butir pengamatan

585
HP =
10

= 58,5 % (cukup)
37
Hasil dan observasi kegiatan peneliti dianalisis dengan pedoman kriteria

Piet A. Sahertian (2007: 60) adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2 Kriteria Penilaian Dalam Pelaksanaan Pembelajaran


Aktivitas Guru
Kriteria Penilaian Keterangan
A = 81 – 100% Baik Sekali
B = 61 – 80% Baik
C = 41 – 60% Cukup
D = 21 – 40% Kurang
E = 0 – 20% Sangat Kurang
38

Dari tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa setiap aspek yang diamati untuk

kegiatan guru pada siklus I memperoleh jumlah sebanyak 585 dengan persentase

58,5 % disesuaikan dengan kriteria penilaian hasil observasi dalam kegiatan guru

menunjukkan kategori cukup.

Selanjutnya untuk mengetahui keaktifan siswa dalam proses belajar

mengajar dapat dilihat melalui lembar observasi kegiatan siswa pada tabel 4.2

sebagai berikut :

Tabel 4.3 kegiatan siswa pada siklus I

No Aspek yang diobservasi Penilaian


1 Mempersiapkan alat-alat pelajaran 4
2 Kesiapan diri untuk mengikuti pelajaran 4
3 Memperhatikan penjelasan guru 3
4 Mencatat penjelasan guru 2
5 Mengajukan pertanyaan kepada guru 3
6 menjawab pertanyaan guru 4
7 Aktivitas yang baik dalam menyelesaikan soal 2
8 Ketenangan kelas saat belajar 2
9 Kebersihan dan kerapian lembar test 4
Jumlah 28

Dengan rumus :

Skor perolehan
Nilai Siswa = x 100
Skor maksimum

28
Nilai Siswa = x 100
45

= 62,2 (cukup)

Hasil data observasi kegiatan peneliti dianalisis dengan pedoman kriteria

sebagai berikut : Asep Jihad dan Abdul Haris, (2012:130)

Tabel 4.4 Kriteria Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran Aktivitas Siswa


Kriteria Penilaian Keterangan
39

10 – 29 Sangat Kurang
30 – 49 Kurang
50 – 69 Cukup
70 – 89 Baik
90 – 100 Baik Sekali
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa setiap aspek yang diamati untuk

kegiatan siswa pada siklus I mempeoleh jumlah sebanyak 28 dengan persentase

62,2 yang mana 62,2 sesuai dengan kriteria penilaian hasil observasi dalam

kegiatan siswa menunjukkan kategori cukup.

2. ketuntasan hasil belajar siswa

a. hasil belajar siswa secara individual

Berdasarkan hasil belajar siswa yang telah diperoleh pada penelitian

tindakan kelas siklus I, maka dapat diperoleh ketuntasan yaitu ketuntasan belajar

siswa secara individu yang diuraikan pada tabel 4.5 di bawah ini:

Tabel 4.5 Persentase Ketuntasan Siswa Secara Individual pada Siklus I


No Nilai yang diperoleh Skor ketuntasan
No Nama Siswa
Induk 1 2 3 4 5
1. 1429 Nia rachmawati 20 10 20 10 10 70 Tuntas
2. 1499 Agus darmawansyah 10 20 20 10 10 70 Tuntas
3. 1500 Azwar rezkyraandhana 20 10 10 10 7 57 Tidak Tuntas
4. 1501 Bayu hadi pratama 10 20 10 10 7 57 Tidak Tuntas
5. 1503 Dea try ananda 12 10 20 20 10 72 Tuntas
6. 1505 Dita agustina 10 20 10 10 5 55 Tidak Tuntas
7. 1506 Doni herdiansyah 20 10 8 5 5 48 Tidak Tuntas
8. 1507 Ego prasetia 20 20 20 10 9 79 Tuntas
9. 1508 Hidayati 20 20 20 10 4 74 Tuntas
10 1511 Mega lestari 20 20 20 10 74 Tuntas
4
.
11 1512 M. fahri 10 10 5 5 35 Tidak Tuntas
5
.
12 1513 Muhamad ridwan prasetia 20 10 20 10 70 Tuntas
10
.
13 1514 Muhamad teza afian 20 20 20 20 93 Tuntas
13
.
40

14 1515 Munifatul zahra 20 20 20 10 76 Tuntas


6
.
15 1516 Nayla anindya fitri 10 10 10 10 50 Tidak Tuntas
10
.
16 1517 Naysa amalia 20 20 20 10 74 Tuntas
4
.
17 1518 Nurhusana anisa 10 10 10 5 40 Tidak Tuntas
5
.
18 1519 Nurul agustina 10 12 20 10 72 Tuntas
20
.
19 1521 Rico khoitul aftan 12 10 20 10 72 Tuntas
20
.
20 1522 Rivaldo 20 20 20 12 82 Tuntas
10
.
21 1523 Riski maulana 20 20 6 10 76 Tuntas
20
.
22 1524 Sindi indah azahra 20 20 20 10 80 Tuntas
10
.
23 1525 Yuri frisya prasojo 10 20 5 5 45 Tidak Tuntas
5
.
24 1526 Yuda youanda 20 10 12 10 62 1Tidak Tuntas
10
.
25 1528 M. dwi ibnu rafli 20 12 20 10 72 Tuntas
10
.
26 1537 Aina aqilah 20 10 20 5 60 Tidak Tuntas
5
.
27 1540 Maulana hilmanyah 20 20 20 10 90 Tuntas
20
.
28 1541 Aqila syahila 10 20 20 7 77 Tuntas
20
.
29 1543 Anelia anjani 20 20 20 5 85 Tuntas
20
.
30 1544 Abenia tabita 20 20 20 10 80 Tuntas
10
.

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa siswa yang tuntas

sebanyak 20 siswa dan 10 siswa yang tidak tuntas belajar dan jumlah keseluruhan
41

siswa yang ada sebanyak 30 siswa pada materi gerak benda untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah ini:

Siklus I
25

20
20

15

10
10

0
siswa yang tuntas siswa yang belum
tuntas

Gambar 4.1 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Scara Individual Pada Siklus I

b. Hasil Belajar Siswa Secara Klasikal

Tabel 4.6 Deskripsi ketntasan belajar siswa secara klasikal


Keterangan Siklus I
Nilai Presentase
Siswa yang tuntas 20 66,7%
Siswa yang tidak tuntas 10 33,3%
Jumlah 30 100%

Setelah hasil ketuntasan belajar siswa dirangkum secara individu, maka

selanjutnya data dari tabel tersebut dirangkumkan secara klasikal seperti dalam

gambar 4.2 di bawah ini:


42

80,00%
70,00% 66,70%
60,00%
50,00%
40,00% 33,30%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
Siswa yang tuntas Siswa yang tidak tuntas
Gambar 4.2 Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Secara Klasikal Siklus I

Dengan rumus:

P=
 Siswa yang tuntas × 100%
 Siswa
20
= × 100%
30

= 66,70% (Siswa yang tuntas)

P=
 Siswa yang tidak tuntas × 100%
 Siswa
10
= × 100%
30

= 33,30% (Siswa yang tidak tuntas) (Zainal Aqib,dkk 2010:41)

Dari tabel 4.4 dapat diperoleh bahwa 66,70 % siswa yang tuntas belajar

dan 33,30% siswa yang belum tuntas belajar. Dari hasil yang diperoleh, siswa

belum dapat dikatakan tuntas secara klasikal, karena suatu kelas dikatakan tuntas

belajar jika dalam kelas tersebut terdapat 85% siswa tuntas belajar.
43

C. Rata-rata Hasil Belajar Siklus I

Dari hasil diatas, maka dapat diperoleh rata-rata hasil belajar siswa sebagai

berikut :

a. Range ( R )

R = Skor tertinggi- skor terendah

= 93-35

= 58

b. Jumlah kelas ( K )

K= 1+(3,3) log n

= 1+(3,3) log 30

= 1+(3,3) 1,477

= 1 + 4,874

= 5,8741 dibulatkan menjadi 6

c. Panjang kelas interval ( P )

P=

P = 9,66 dibulatkan menjadi 10

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I


Nilai fi xi f i xi

35 – 44 2 39,5 79
45 – 54 3 49,5 148,5
55 – 64 5 59,5 297,5
65 – 74 10 69,5 695
44

75 – 84 7 79,5 556,5
85 – 94 3 89,5 268,5
Jumlah 30 - 2045

Dari tabel 4.5 maka dapat di hitung nilai rata-rata siswa pada siklus I

dengan menggunakan rumus :

X
 Fi . Xi
 Fi
2045
=
30

= 68,16

10

34,5 44,5 54,5 64,5 74,5 84,5 94,5 Nilai


Grafik 4.1 Distribusi Frekuensi hasil belajar siklus I

3. Refleski siklus I
45

Dari hasil yang diperoleh pada penelitian tindakan kelas (PTK) siklus I,

nampak perubahan pola belajar siswa akibat perlakuan pembelajaran dengan

menggunakan metode demonstrasi. Sebelum diterapkannya pembelajaran dengan

menggunakan metode demonstrasi terlihat hasil belajar siswa dalam gerak benda

tergolong rendah, namun setelah diterapkannya pembelajaran dengan

menggunakan metode demonstrasi hasil belajar siswa mengalami peningkatan.

Walaupun sudah terdapat perubahan terhadap suasana pembelajaran tetapi masih

ditemukan kendala-kendala yang menyebabkan kurang optimalnya pencapaian

hasil belajar siswa, seperti memperhatikan penjelasan guru, mencatat penjelasan

guru, mengajukan pertanyaan kepada guru, aktivitas yang baik dalam

menyelesaikan soal, dan ketenangan kelas saat belajar, dan kekurangan guru

diantaranya seperti guru kurang mampu memberikan penjelasan dengan bahasa

yang sederhana dan jelas, penguasaan kelas, menguraikan metode pembelajaran

sesuai dengan scenario pembelajaran, penggunaan alokasi waktu sesuai dengan

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), kurang mampu memotivasi siswa untuk

aktif bertanya dan memberi jawaban.

Berdasarkan hasil lembar pengamatan pelaksanaan pembelajaran aktivitas

guru nilai yang diperoleh adalah 58,5% dan termasuk kategori cukup sedangkan

hasil lembar pengamatan pelaksanaan pembelajaran aktivitas siswa nilai yang

diperoleh adalah 62,2% dan termasuk kategori cukup. Dalam hasil pengamatan

terhadap nilai tes memperlihatkan nilai rata-rata siswa adalah 68,2 dengan nilai

tertinggi 93 dan terrendah 35. Ada 20 (66,6%) siswa yang telah mencapai nilai

KKM dan 10 (33,3%) siswa yang memiliki nilai di bawah KKM. Berdasarkan
46

persentasi ketuntasan belajar tersebut belum mencapai ketuntasan klasikal, karena

suatu kelas dikatakan tuntas belajar secara klasikal jika dalam kelas tersebut

terdapat 85% siswa yang tuntas belajar. Berdasarkan perolehan hasil belajar siswa

yang masih rendah dan belum mencapai ketuntasan belajar, maka tindakan perlu

dilanjutkan pada siklus kedua.

B. Deskripsi hasil penelitian siklus II


1. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

Setelah melihat kenyataan bahwa dalam proses pembelajaran IPA dalam

materi gerak benda dengan menggunakan metode demonstrasi di SD N 050701

Hinai di kelas III SD pada siklus I hasil nilai belajar siswa kurang maksimal.

Sehingga hasil belajar siswa juga belum mencapai tujuan yang diharapkan, maka

peneliti melakukan siklus II. Hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK)

pada siklus II dapat dilihat dari lembar observasi guru pada tabel 4.8 sebagai

berikut :

Tabel 4.8 Kegiatan Guru Pada Siklus II


No Aspek yang diobservasi Penilaian
1 Keterampilan membuka pembelajaran 72
2 Menyampaikan apersepsi 72
Menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran secara
3 70
sistematis
Memberikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana
4 72
dan jelas
5 Penguasaan kelas 70
6 Volume dan nada berbicara 72
Melakukan proses pembelajaran secara sistematis sesuai
7 73
dengan urutan RPP dan metode pembelajaran
8 Penggunaan metode pada proses pemebelajaran 77
9 Mengadakan evaluasi 72
10 Cara menutup KBM 73
Jumlah 723
47

Dengan rumus :

Jumlah hasil observasi


HP = Jumlah butir pengamatan

723
HP =
10

= 72,3 % (baik)

Hasil dan observasi kegiatan peneliti dianalisis dengan pedoman kriteria

Piet A. Sahertian (2007: 60) adalah sebagai berikut :

Tabel 4.9 Kriteria Penilaian Dalam Pelaksanaan Pembelajaran


Aktivitas Guru

Kriteria Penilaian Keterangan


A = 81 – 100% Baik Sekali
B = 61 – 80% Baik
C = 41 – 60% Cukup
D = 21 – 40% Kurang
E = 0 – 20% Sangat Kurang

Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa setiap aspek yang diamati untuk
kegiatan guru pada siklus II memperoleh jumlah sebanayk 723 dengan persentase
72,3%, maka 72,3% disesuaikan dengan kriteria penilaian hasil observasi dalam
kegiatan siswa menunjukkan kategori baik.
Selanjutnya untuk mengetahui keaktifan siswa dalam proses belajar
mengajar dapat dilihat melalui lembar observasi kegiatan siswa pada tabel 4.10
sebagai berikut :
Tabel 4.10 Kegiatan Siswa Pada Siklus II

No Aspek yang diobservasi Nilai


1 Mempersiapkan bahan-bahan pelajaran 5
2 Mempersiapkan diri untuk mengikuti proses pembelajaran 4
3 Mendengarkan penjelasan guru 4
4 Memperhatikan dan mencatat penjelasan guru 3
5 Keaktifan dengan teman sebangku dan teman kelompok 4
48

6 Keberanian memberikan pendapat 4


7 Kemampuan menjawab pertanyaan guru 3
8 Kesenangan belajar 4
9 Aktivitas yang baik dalam menyelesaikan soal 4
Jumlah 35

Dengan rumus :

Skor perolehan
Nilai Siswa = x 100
Skor maksimal

35
Nilai Siswa = x 100
45

= 77,7 (Baik)

Hasil data observasi kegiatan peneliti dianalisis dengan pedoman kriteria

sebagai berikut : Asep Jihad dan Abdul Haris, (2012:130)

Tabel 4.11 Kriteria Penilaian Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Aktivitas


Siswa
Kriteria Penilaian Keterangan
10 – 20 Sangat Kurang
30 – 49 Kurang
50 – 69 Cukup
70 – 89 Baik
90 – 100 Baik Sekali

Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa setiap aspek yang diamati untuk

kegiatan siswa pada siklus II mempeoleh jumlah sebanyak 35 dengan persentase

77,7 yang mana 77,7 sesuai dengan kriteria penilaian hasil observasi dalam

kegiatan siswa menunjukkan kategori baik.

2. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

a. Hasil Belajar Siswa Secara Individual


49

Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh pada penelitian tindakan kelas

siklus II, maka diperoleh ketuntasan belajar secara individu yang diuraikan pada

tabel 4.12 sebagai berikut :

Tabel 4.12 Persentase Ketuntasan Siswa Secara Individual pada Siklus II

No Nilai yang diperoleh ketuntasan


No Nama Siswa Skor
induk 1 2 3 4 5
1. 1429 Nia rachmawati 10 20 20 10 10 70 Tuntas
2. 1499 Agus darmawansyah 20 10 10 10 20 70 Tuntas
3. 1500 Azwar rezkyraandhana 10 20 10 20 10 70 Tuntas
4. 1501 Bayu hadi pratama 20 20 10 20 10 80 Tuntas
5. 1503 Dea try ananda 20 20 20 10 15 85 Tuntas
6. 1505 Dita agustina 10 20 8 5 5 48 Tidak Tuntas
7. 1506 Doni herdiansyah 10 20 20 10 10 70 Tuntas
8. 1507 Ego prasetia 20 10 20 10 10 70 Tuntas
9. 1508 Hidayati 15 10 20 20 10 75 Tuntas
10. 1511 Mega lestari 20 15 10 20 10 75 Tuntas
11. 1512 M. fahri 17 10 10 10 10 57 Tidak Tuntas
12. 1513 Muhamad ridwan prasetia 20 20 10 10 14 74 Tuntas
13. 1514 Muhamad teza afian 20 20 20 10 10 80 Tuntas
14. 1515 Munifatul zahra 20 10 20 10 17 77 Tuntas
15. 1516 Nayla anindya fitri 10 10 10 17 10 57 Tidak Tuntas
16. 1517 Naysa amalia 20 20 10 10 18 78 Tuntas
17. 1518 Nurhusana anisa 10 20 10 10 10 60 Tidak Tuntas
18. 1519 Nurul agustina 20 20 20 15 10 85 Tuntas
19. 1521 Rico khoitul aftan 20 10 20 10 15 75 Tuntas
20. 1522 Rivaldo 20 20 20 20 12 92 Tuntas
21. 1523 Riski maulana 20 20 20 12 20 92 Tuntas
22. 1524 Sindi indah azahra 20 20 10 18 10 78 Tuntas
23. 1525 Yuri frisya prasojo 20 20 20 20 10 90 Tuntas
24. 1526 Yuda youanda 20 10 20 15 10 75 Tuntas
25. 1528 M. dwi ibnu rafli 17 20 20 10 10 77 Tuntas
26. 1537 Aina aqilah 20 20 20 10 14 84 Tuntas
27. 1540 Maulana hilmanyah 20 20 18 10 10 78 Tuntas
28. 1541 Aqila syahila 20 20 20 14 10 84 Tuntas
29. 1543 Anelia anjani 20 10 20 20 10 87 Tuntas
30. 1544 Abenia tabita 20 20 20 20 15 95 Tuntas
50

Berdasarkan tabel 4.12 di atas dapat dilihat bahwa siswa yang tuntas

sebanyak 26 siswa dan 4 siswa yang tidak tuntas belajar dan jumlah keseluruhan

siswa yang ada sebanyak 30 siswa pada materi gerak benda untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada gambar 4.3 sebagai berikut:

Siklus II
30
26
25

20

15

10

5 4

0
siswa yang tuntas siswa yang belum
tuntas

Gambar 4.3 ketuntasan hasil belajar siswa secara individual pada siklus II

B. Hasil Belajar Siswa Secara Klasikal

Tabel 4.13 Deskripsi ketntasan belajar siswa secara klasikal


Ketuntasan klasikal Siklus II
Nilai presentase
Siswa yang tuntas 26 86,70%
Siswa yang tidak tuntas 4 13,30%
Jumlah 30 100%

Setelah dirangkum dari hasil ketuntasan belajar siswa secara individual, maka

selanjutnya data dari tabel tersebut dirangkum dan diperoleh hasil belajar siswa

secara klasikal dalam gambar 4.4 sebagai berikut :


51

Gambar 4.4 Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Secara Klasikal Siklus II

Dengan rumus :

P=
 Siswa yang tuntas × 100%
 Siswa
26
= × 100%
30

= 86,70% (Siswa yang tuntas)

P=
 Siswa yang tuntas × 100%
 Siswa
4
= × 100%
30

= 13,30% (Siswa yang tidak tuntas) (Zainal Aqib,dkk 2010:41)

Dapat diperoleh bahwa 86,7% siswa yang tuntas belajar dan 13,30% siswa

yang belum tuntas belajar. Dari hasil yang diperoleh, siswa dapat dikatakan tuntas

secara klasikal, karena suatu kelas dikatakan tuntas belajar jika dalam kelas

tersebut terdapat 85% siswa tuntas belajar.


52

C. Rata-rata Hasil Belajar Siklus I

Dari hasil di atas, maka dapat diperoleh rata-rata hasil belajar siswa

sebagai berikut :

a. Range (jarak) = skor tetinggi- skor terrendah

= 95 – 48

= 47

b. Banyak Kelas Interval :

K = 1+ 3,33 Log 30

= 1+ 3,33 1,477

= 1 + 4,874

= 5,8471

=6

c. Panjang Kelas Interval

Panjang Kelas Interval = R


k

= 47
6

= 7,8

=8

d. Tabel Distribusi Frekuensi Nilai

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa pada Siklus II


Nilai fi xi f i . xi
48 – 55 1 51,5 51,5
56 – 63 3 59,5 178,5
64 – 71 5 67,5 337,5
53

72 – 79 10 75,5 755
80 – 87 7 83,5 584,5
88 – 95 4 91,5 366
Jumlah 30 - 2273
Dengan rumus:

X
 Fi . Xi
 Fi
2273
=
30

=75,76

10

47,5 55,5 63,5 71,5 79,5 87,5 95,5


Grafik 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siklus II

3. Refleksi Siklus II

Dari hasil pengamatan dan analisis data diatas, dapat dikatakan bahwa

pada siklus II persentase ketuntasan klasikal semakin meningkat dan telah tuntas
54

secara klasikal karena siswa yang tuntas hasil belajarnya sudah mencapai 85%,

yaitu 86,7%. Pembelajaran yang dilaksanakan peneliti sudah optimal dalam

menerapkan metode demonstrasi sesuai dengan tahap-tahapnya, diketahui dari

hasil ketuntasan belajar siswa dan dari lembar observasi yang diisi oleh

pengamatan sendiri sebagai observer yaitu guru kelas III yang telah berkatagori

baik. Dengan demikian, pembelajaran pada siklus II berjalan dengan baik dan

telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal dan juga rata-rata hasil belajar

siswa telah meningkat dan telah mencapai KKM yang ditentukan sekolah,

sehingga tidak perlu melanjutkan tindakan ke siklus selanjutnya.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan

dengan materi yang dipelajari. Pada penelitian ini, diketahui nilai KKM yang

berlaku di sekolah adalah 70. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tindakan

melalui pembelajaran dengan menggunakan media gambar pada siklus I rata-rata

hasil belajar siswa adalah 68,2 dengan jumlah siswa yang tuntas 20 orang siswa

dan yang tidak tuntas adalah 10 orang yakni belum memenuhi KKM yang

ditetapkan di sekolah maka penelitian dilanjutkan ke siklus II berdasarkan hasil

refleksi pada siklus I peneliti akan lebih memperbaiki cara mengajar di siklus

berikutnya. Pada siklus II, nilai rata-rata hasil belajar siswa semakin meningkat

dari siklus sebelumnya yakni 75,76 dengan jumlah yang tuntas 26 orang dan yang

tidak tuntas sebanyak 4 orang.


55

Berdasarkan hasil refleksi siklus I dan II yang telah dilakukan oleh

peneliti, maka terjadi perubahan peningkatan hasil belajar siswa yang terlihat

selama penelitian. Secara garis besarnya disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.15 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I dan II

Penilaian Siklus I Penilaian Siklus II


585 723
58,5% 72,3%
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil perbandingan observasi guru

dalam pembelajaran siklus I dan siklus II. Pada siklus I mendapat nilai 58,5%

dengan katagori cukup dan siklus II mendapat nilai 72,3% dengan katagori baik.

Secara matematis selisih hasil observasi guru pada siklus I dan II adalah 23,58%.

Tabel 4.16 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I dan II

Penilaian Siklus I Penilaian Siklus II


28 35
62,2 77,7
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa peneliti sudah menerapkan

media gambar dengan baik, pada siklus I aktivitas siswa adalah 62,2 dengan

katagori cukup menjadi 77,7 pada siklus II dengan penilaian baik, Secara

matematis selisih hasil observasi siswa pada siklus I dan II adalah 24,91.

Untuk mengetahui perubahan pelaksanaan pembelajaran guru dan siswa

dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada diagram berikut.

Hasil observasi aktivitas guru


56

100,0%
90,0%
80,0% 72,3%
70,0% 58,5%
60,0%
50,0%
40,0%
30,0%
20,0%
10,0%
0,0%
Aktivitas guru Aktivitas guru
siklus I siklus II

Gambar 4.5 Peningkatan Hasil Observasi Aktivitas Guru

Hasil observasi aktivitas siswa

100
90
77,7
80
70 62,2
60
50
40
30
20
10
0
Aktivitas siswa Aktivitas siswa
siklus I siklus II
Gambar 4.6 Peningkatan Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Berdasarkan hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II,

dapat dikatakan bahwa peneliti sudah mengupayakan perbaikan proses

pembelajaran di dalam kelas sehingga terlihat adanya perubahan hasil belajar

siswa. dengan peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I dan II, maka tidak

perlu dilakukan siklus berikutnya.


57

Dari data tersebut, disajikan nilai, rata-rata serta ketuntasan belajar siswa

mulai dari siklus I dan siklus II. Sehingga berdasarkan data di atas terbukti bahwa

dengan menggunakan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar

siswa. Dengan demikian pembelajaran sains di kelas III materi gerak benda

dengan menggunakan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa

dan ketuntasaan belajar siswa akan semakin memuaskan.

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran dengan

menggunakan metode demonstrasi digambarkan seperti gambar di bawah ini:

100
90
80 75,76
68,2
70
60
Siswa yang tuntas
50
Siswa yang tidak tuntas
40
30 26 Rata-rata
20
20
10
10 4
0
Siklus I Siklus II

Gambar 4.7 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I dan Siklus II

Tingkat keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan metode

demonstrasi dapat digambarkan seperti grafik dibawah ini.


58

Gambar 4.8 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dari Siklus I dan II

Pada saat siklus I sebanyak 20 orang siswa dengan persentase 66,7% siswa

yang tuntas dan sebanyak 10 orang siswa dengan persentase 33,3% tidak tuntas

dengan rata-rata 68,2. Sebagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan hasil

belajar siswa adalah dengan melakukan kegiatan pembelajaran dengan

memperhatikan kelemahan-kelemahan yang dialami di siklus I. Dari hasil

tindakan pada siklus II diperoleh bahwa pada siklus II terdapat sebanyak 26 orang

siswa yang tuntas dengan persentase 86,7% dan 4 orang siswa tidak tuntas dengan

persentase 13,3% dengan rata-rata 75,76 secara sistematis selisih hasil nilai rata-

rata pada siklus I dan II adalah 11,08%. Artinya hasil belajar siswa telah tercapai

sesuai dengan kriteria ketuntasan dan tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Dengan demikian hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini

adalah menerima hipotesis yang menyatakan bahwa “Penggunaan metode

demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran sains

materi gerak benda di kelas III SD N 050701 Hinai Tahun Ajaran 2017/2018”.

BAB V
59

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil analisis data dalam penelitian tentang penerapan metode

demonstrasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi gerak benda di

kelas III SD Negeri 026793 Tahun Ajaran 2017/2018, dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi di kelas

III SD N 050701 Hinai untuk mata pelajaran sains dalam Materi gerak benda

di kelas III SD N 050701 Hinai Tahun Ajaran 2017/2018 telah tecapai dengan

kategori baik.

2. Hasil belajar siswa dengan menggunakan metode demonstrasi untuk mata

pelajaran SAINS dalam Materi gerak benda di kelas III SD N 050701 Hinai

Tahun Ajaran Pelajaran 2017/2018 telah meningkat dengan nilai rata-rata 68,2

pada siklus I meningkat menjadi 75,76 pada siklus II atau meningkat menjadi

11,08%

B. Saran

Dari simpulan dalam penelitian maka disarankan:

1. Dalam melaksanakan proses pembelajaran hendaknya guru dapat menerapkan

metode demonstrasi sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran untuk

mencapai tujuan pembelajaran.

2. Hendaknya setiap guru tidak pernah bosan memperbaiki setiap kelemahan

dalam melaksanakan proses pembelajaran.

59
60

3. Kepada siswa diharapkan lebih membangun pola interaksi dan kerjasama yang

baik dengan menggunakan metode demonstrasi.

4. Bagi peneliti untuk dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan serta

pemahaman mengenai penggunaan metode pembelajaran khususnya pada

mata pelajaran sains.


61

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal.Dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung. Yrama Widya

A,PietSahertiam. 2013. Konsepdasardanteknik supervise


pendidikandalamrangkapembangunansumberdayamanusia, Jakarta:
RinekaCipta.
Arikunto, 2010. Prosedur Pendidikan. Jakarta. RinekaCipta

Arikunto, 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara

Bahri, Syaiful, 2013. StrategiBelajarMengajar. Jakarta. RinekaCipta

Djamarah, 2013.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta

Hamalik, Oemar, 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksara

Kemala Rosa, 2006. Jelajah IPA. Jakarta. Yudhistira. Ghalia Indonesia

Purwanto, 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta. Pustaka Belajar

Slameto, 2013. Belajar dan Faktor-faktor yang memperngaruhi. Jakarta. Asdi


Mahasatya
Sanjaya, wina, 2011.StrategiPembelajaranBerorientasiStandar Proses Pendidikan,
Jakarta:Kencana Indah.
Sudjana Nana, 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung. Remaja
Rosdakarya
Sukardi, 2013.MetodePenelitianPendidikanTindakanKelas. Jakarta. BumiAksara
http://save4your.blogspot.com/2011/06/pengertian-ilmu-pengetahuan-alam-
dan.html
http://harfumim.blogspot.com/2015/02

61

Anda mungkin juga menyukai