Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT II


TOPIK 7
MANAJEMEN PELAYANAN
KEDOKTERAN GIGI

Kelompok 2
Kelas D
Fasilitator: Lukas Kusparmanto, drg., MARS
Disusun Oleh:
1. M. Rayhan Mulyaharja (2019-11- 6. Nabila Maharani Putri Husen
101) (2019-11-106)
2. Muhasanah Ayu Nurfitria (2019-11- 7. Nabilah Khairunnisa Sudrajat
102) (2019-11-107)
3. Muniarti Yulia Tasliani (2019-11- 8. Nada Rizky Fetiastuti 
103) (2019-11-108)
4. Mutia Syaharani Irawan (2019-11- 9. Nadhira Rivazka 
104) (2019-11-109)
5. Nabila Dafa Nur Adiba (2019-11- 10. Nadila Puspita Sari 
105)  (2019-11-110)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan  kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya sehingga terbentuklah makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai Manajemen Pelayanan Kedokteran Gigi.Kami juga menyadari bahwa dalam tugas
ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. 
Akhir kata kami berharap semoga makalah Manajemen Pelayanan Kedokteran Gigi
ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Jakarta, Mei 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Manajemen Pelayanan Kedokteran Gigi
2.2 Fungsi Manajemen Pelayanan Kesehatan Gigi Berdasarkan POAC
2.3 Manajemen Praktik yang Efektif, Efisien, Rasional serta Sistem
Kendali Biaya dan Mutu
2.4 Sistem Pelayanan Kesehatan
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan Penulisan


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Manajemen Pelayanan Kedokteran Gigi

2.1.1 Pengertian

2.1.2 Ruang Lingkup

2.1.3 Unsur-Unsur Manajemen Pelayanan Kedokteran Gigi


a. Manusia (Man)
Pembangun organisasi kehesehatan seperti rumah sakit, Sumber daya manusia
merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan terlaksananya
manajemen.
b. Uang (money)
Uang atau anggaran sangat diperlukan sebagai biaya yang harus dimiliki
organisasi untuk melakukan pelayanan kesehatan, mulai dari perizinan,
pembangunan rumah sakit, peralatan, pembayaran tenaga kerja dan lain
sebagainya.
c. Bahan baku (material)
Material adalah obat-obatan yang digunakan organisasi kesehatan untuk
melakukan kegiatan pelayanan kesehatan secara efisien.
d. Mesin (machine)
Mesin adalah peralatan yang digunakan dalam pelayanan kesehatan seperti
peralatan untuk perawatan gigi, peralatan untuk persalinan, peralatan
radiologi, dan sebagainya.
e. Metode (Method)
Metode adalah cara yang ditempuh untuk melaksanakan sesuatu yang telah
dirancang dengan baik sehingga tujuan akan dapat dicapai dengan tepat sesuai
dengan perencanaan semula. Metode yang digunakan dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan dengan berpedoman pada SOP (Standar Operasional
Prosedur).
Yannasari A. MANAJEMEN KESEHATAN. [cited 2021 May 29]; Available from:
https://www.academia.edu/8755465/MANAJEMEN_KESEHATAN
2.2 Fungsi Manajemen Pelayanan Kesehatan Gigi Berdasarkan POAC
Dalam manajemen pelayanan kesehatan gigi terdapat beberapa fungsi. Fungsi- fungsi
tersebut adalah Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling. Terdapat tambahan
fungsi pada POAC menjadi POACE, yaitu dengan tambahan Evaluating. Berikut merupakan
penjelasan dari masing-masing fungsi manajemen pelayanan kesehatan gigi:

1. Fungsi perencanaan (Planning)

Fungsi terpenting dalam manajemen adalah fungsi perencanaan atau planning.


Perencanaan kesehatan merupakan sebuah proses untuk merumuskan masalah-
masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat. Dalam perencanaan kesehatan,
ditentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia dan ditetapkan tujuan program
yang paling pokok. Untuk mencapai tujuan program yang telah ditetapkan, terdapat
langkah-langkah praktis yang perlu disusun dan dilakukan. Berikut merupakan lima
langkah yang perlu dilakukan dalam proses penyusunan sebuah perencanaan dalam
manajemen kesehatan:

● Menganalisa situasi.
● Mengidentifikasi masalah dan prioritasnya.
● Menentukan tujuan program.
● Mengkaji hambatan dan kelemahan program.
● Menyusun rencana kerja operasional.

Dengan adanya perencanaan, tujuan yang ingin dicapai menjadi lebih jelas.
Selain itu, dapat diketahui struktur organisasi yang dibutuhkan, jumlah staf yang
dibutuhkan, sejauh mana efektivitas kepemimpinan dan pengarahan yang diperlukan,
serta bentuk dan standar pengawasan yang akan dilakukan.

2. Fungsi pengorganisasian (Organizing)

Organizing sangat diperlukan, gunanya agar seluruh sumber daya yang


dimiliki oleh suatu organisasi ( termasuk institusi kesehatan) dapat diatur
penggunaannya dengan efektif dan efisien, sehingga tujuan organisasi yang telah
ditetapkan dapat tercapai atau menuju goals. Dengan adanya pengorganisasian,
seorang pemimpin dapat membagi tugas secara jelas, menetapkan prosedur kerja staf,
hubungan dalam struktur organisasi, pendelegasian wewenang, dan pemanfaatan staf
serta fasilitas yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Berikut enam langkah penting
dalam pengorganisasian:

● Staf harus memahami tujuan organisasi.


● Pekerjaan dibagi dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan.
● Kegiatan pokok digolongkan dalam suatu kegiatan praktis.
● Menetapkan kewajiban yang harus dilakukan oleh staf.
● Menyediakan fasilitas pendukung yang diperlukan oleh staf
untuk melaksanakan tugasnya.
● Penugasan personal yang terampil.

3. Fungsi pelaksanaan dan pembimbingan (Actuating)

Actuating atau fungsi pelaksanaan dan pembimbingan berkaitan dengan


mobilisasi sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang telah disepakati.
Dalam fungsi ini, dibutuhkan peran kepemimpinan yang baik (leadership), serta
motivasi dan kerjasama antar staf. Fungsi ini bertujuan untuk menciptakan kerjasama
yang lebih efisien, mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf, meningkatkan
motivasi kerja, dan mengembangkan organisasi secara dinamis.

Herlambang S, Murwani A. Cara Mudah Memahami Manajemen Kesehatan


dan Rumah Sakit. Yogyakarta: Gosyen Publishing; 2012.

4. Fungsi pengawasan (Controlling)


Terdapat dua standar pengawasan (controlling), yaitu standar norma dan
standar kriteria. Standar norma adalah standar yang dibuat berdasarkan pengalaman
staf dalam melaksanakan program sejenis. Standar kriteria adalah standar yang
diterapkan untuk kegiatan pelayanan oleh staf atau petugas yang telah melaksanakan
pelatihan. Dalam pengawasan dapat dilakukan pengamatan langsung, pengaduan
masyarakat, dan laporan lisan maupun tertulis dari staf. Terdapat beberapa hal yang
perlu dikontrol dalam program perencanaan kesehatan. Hal-hal tersebut meliputi
tenaga kesehatan, pemberdayaan masyarakat, serta kesehatan dan komitmen politik.
Tenaga kesehatan adalah peranan dokter, dokter gigi, perawat, dan bidan. Tenaga
kesehatan harus mampu mengajak, memotivasi, dan memberdayakan masyarakat,
serta menjadi teladan dan pembina hidup sehat.

Mamik. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan dan Kebidanan. Surabaya:


Zifatama Publisher; 2014: 39-41, 54-61.

Gambar … : Siklus Fungsi Manajemen.

Muninjaya A. Manajemen Kesehatan. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2012.

5. Evaluasi (Evaluating)
Evaluasi program merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan untuk melihat
lebih dekat dan seksama sebuah program. Dalam evaluasi program, terdapat metode
penelitian yang memiliki sifat lebih detail. Evaluasi bertujuan untuk melihat seberapa
banyak perubahan yang dapat dilakukan program terhadap outcomes kesehatan secara
luas. Umumnya, kegiatan evaluasi meliputi pengukuran pada saat awal dan akhir
program. Berikut merupakan hal-hal yang dapat dilakukan untuk menjalankan
evaluasi:
● Mengurangi jumlah isu yang dapat diukur.
● Membentuk dua tim evaluasi yang berlawanan dan
memberikan kesempatan untuk berargumen.
● Melakukan sebuah dengar pendapat yang formal
(musyawarah).

Mamik. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan dan Kebidanan. Surabaya: Zifatama


Publisher; 2014: 39-41, 54-61.
2.3 Manajemen Praktek yang Efektif, Efisien, Rasional serta Sistem
Kendali Biaya dan Mutu
Manajemen dalam arti luas juga mempunyai pengertian sebagai perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian (P4) sumber daya organisasi untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Pengertian manajemen secara umum adalah ilmu
dan seni dalam mengatur, mengelola, dan mengkoordinasi yang bertujuan untuk melakukan
suatu tindakan guna mencapai tujuan.
Erita. Buku Materi Pembelajaran Manajemen Keperawatan. Jakarta:
Universitas Kristen Indonesia. 2019. Tersedia di:
http://repository.uki.ac.id/2715/1/BUKUMATERIPEMBELAJARANMANAJEMENK
EPERAWATAN.pdf (Diakses tanggal 29 Mei 2021).
Manajemen adalah serangkaian proses yang terdiri atas perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan kontrol (Planning, Organizing, Actuating, Controlling)
untuk mencapai sasaran/tujuan secara efektif dan efisien. Efektif berarti bahwa tujuan yang
diharapkan dapat dicapai melalui proses penyelenggaraan yang dilaksanakan dengan baik dan
benar serta bermutu, berdasarkan atas hasil analisis situasi yang didukung dengan data dan
informasi yang akurat (evidence based). Sedangkan efisien berarti bagaimana Puskesmas
memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk dapat melaksanakan upaya kesehatan sesuai
standar dengan baik dan benar, sehingga dapat mewujudkan target kinerja yang telah
ditetapkan.
Permenkes RI Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Pedoman Manajemen Puskesmas.
Penerapan manajemen merupakan upaya untuk memanfaatkan dan mengatur sumber
daya yang dimiliki oleh unit pelayanan kesehatan tersebut yang diarahkan untuk mencapai
tujuan organisasi secara efektif, efisien dan rasional. Dalam manajemen pelayanan kesehatan
tersangkut tiga kelompok manusia yaitu: kelompok manusia penyelenggara pelayanan
kesehatan (health provider), kelompok menerima jasa pelayanan kesehatan (para konsumen)
dan kelompok yang secara tidak langsung terlibat misalnya pada administrator baik di
kalangan perusahaan maupun pemerintah, serta masyarakat secara keseluruhan atau keluarga-
keluarga penderita yang justru kadang sangat berpengaruh dalam manajemen pelayanan
kesehatan.
Satrianegara MF. Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika. 2014.
Setiap rumah sakit wajib memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti
diskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit. Pelayanan kesehatan yang aman dan efektif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) pasal 17 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 69 Tahun 2014 tentang kewajiban
rumah sakit dan kewajiban pasien dilaksanakan paling sedikit sesuai dengan sasaran
keselamatan pasien rumah sakit yang meliputi:

● Ketepatan identifikasi pasien


● Komunikasi yang efektif
● Keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan
● Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
● Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
● Pengurangan risiko pasien jatuh

Satrianegara MF. Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Penerbit


Salemba Medika. 2014.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang aman dan efektif sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pelayanan kesehatan yang bermutu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
pelayanan kesehatan yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit
sebagai bagian dari tata kelola klinis yang baik. Pelayanan kesehatan yang antidiskriminasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwujudkan dengan tidak membedakan pelayanan
kepada pasien dalam memberikan pelayanan kesehatan, baik menurut ras, agama, suku,
gender, kemampuan ekonomi, orang dengan kebutuhan khusus (difable), latar belakang sosial
politik dan antar golongan.

Kewajiban Rumah Sakit dalam membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien dilaksanakan
dengan:

● Menyusun, menetapkan, melaksanakan dan mengevaluasi standar pelayanan Rumah


Sakit
● Membentuk dan menyelenggarakan komite medik dan komite keperawatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
● Melakukan audit medis dan memenuhi ketentuan akreditasi Rumah Sakit
Lowy B. Ten Fundamental Components of Dental Practice Management. Alpha Omegan.
2007;100(3):135-142.

2.3.1 Manajemen Waktu

Manajemen waktu adalah komponen penting bagi pelaksanaan pelayanan kesehatan


gigi dan mulut yang mendukung kualitas layanan. Perencanaan yang matang dan
penyusunan jadwal untuk tiap pekerjaan yang akan dilakukan.

Permenkes RI Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Pedoman Manajemen Puskesmas.

Sule ET, Kurniawan S. Pengantar Manajemen. Jakarta: Prenada Media. 2005.

Manajemen waktu yang tepat akan menghasilkan pelayanan yang efektif dan
efisien. Finkbeiner pun menyatakan bahwa dengan adanya manajemen waktu yang
adekuat dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut akan diperoleh penggunaan waktu
secara efisien. Pengertian lain manajemen waktu adalah proses perencanaan dan
pengorganisasian berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk kegiatan tertentu guna
meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan produktivitas.

Sule ET, Kurniawan S. Pengantar Manajemen. Jakarta: Prenada Media. 2005.

● Manajemen Waktu dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Khususnya


Praktik Dokter Gigi

Dalam menjalankan peran di bidang pemberian jasa layanan kesehatan gigi


dan mulut dalam hal ini praktek dokter gigi, sarana-sarana jasa layanan praktek
dokter gigi dari layanan kesehatan primer yang paling dekat dengan masyarakat,
misalnya puskesmas, klinik pribadi, klinik bersama hingga layanan tingkat rumah
sakit perlu dikelola dengan optimal, dan dalam hal ini sangat dibutuhkan suatu
sistem manajemen yang baik agar tujuan pelayanan kesehatan gigi dan mulut tercapai.

Permenkes RI No. 19 Tahun 2014 Tentang Pengguna dana Kapitas Jaminan Kesehatan
dan Dukungan Operasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.

Guna mencapai tujuan tersebut menurut Willan dalam Aditama menyatakan


perlu pengaplikasian fungsi-fungsi manajemen yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian serta pengendalian sumber daya
dalam hal ini termasuk pengaturan manajemen waktu.

Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar “Buku saku Gatekeeper Dalam Pelaksaan
SJSN” Kementrian Kesehatan RI. 2012.

Permenkes RI No. 19 Tahun 2014 Tentang Pengguna dana Kapitas Jaminan Kesehatan
dan Dukungan Operasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.

Peraturan Menteri Kesehatan pada jaminan kesehatan nasional. Peraturan


tersebut membahas, mengenai:

- Kerjasama fasilitas kesehatan dengan BPJS kesehatan


- Persyaratan, seleksi, dan kredensialing
- Pelayanan kesehatan bagi peserta BPJS kesehatan

2.3.2 Kendali Mutu

Kendali mutu dan kendali biaya di tingkat fasilitas kesehatan akan dilakukan oleh
fasilitas kesehatan dan BPJS Kesehatan. Untuk kendali mutu dan biaya oleh BPJS Kesehatan
dilakukan melalui (1) Pemenuhan standar mutu fasilitas kesehatan, (2) Pemenuhan standar
proses pelayanan kesehatan, dan (3) Pemantauan terhadap luaran kesehatan peserta. Dalam
penyelenggaraannya, BPJS Kesehatan membentuk tim kendali mutu dan biaya yang terdiri
dari unsur organisasi profesi, akademisi dan pakar klinis.

Permenkes RI No. 19 Tahun 2014 Tentang Pengguna dana Kapitas Jaminan Kesehatan
dan Dukungan Operasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.

Tim kendali mutu dan biaya dari BPJS Kesehatan akan melakukan (1) sosialisasi
kewenangan tenaga kesehatan dalam nmenjalankan praktik profesi sesuai kompetensi, (2)
utilization review dan audit medis, (3) pembinaan etika dan disiplin profesi kepada tenaga
kesehatan. Untuk kasus tertentu, tim kendali mutu dan biaya dapat meminta informasi tentang
identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan peserta
dalam bentuk salinan/fotokopi rekam medis ke fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan.

Sedangkan penyelenggaraan kendali mutu dan biaya oleh Fasilitas Kesehatan


dilakukan melalui:
1. Pengaturan kewenangan tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik profesi sesuai
kompetensi
2. Utilization review dan audit medis
3. Pembinaan etika dan disiplin profesi kepada tenaga kesehatan
4. Pemantauan dan evaluasi penggunaan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai dalam pelayanan kesehatan secara berkala yang dilaksanakan melalui
pemanfaatan sistem informasi kesehatan.

Permenkes RI No. 19 Tahun 2014 Tentang Pengguna dana Kapitas Jaminan Kesehatan
dan Dukungan Operasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.

2.4 Sistem Pelayanan Kesehatan


Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
merupakan reformasi terhadap sistem kesehatan yang telah ada. Perubahan ini dimulai dari
visi, misi, strategi, dan kerangka berpikir yang baru tentang pembangunan kesehatan atau
biasa dikenal dengan paradigma Indonesia Sehat. Banyak perubahan penting yang dilakukan
dalam penyempurnaan SKN ini, diantaranya perubahan subsistem upaya kesehatan dan
pembiayaan kesehatan (Perpres 72, 2012). Pelayanan kesehatan yang merata, yang mudah
dijangkau (equitable access to health care) dan berkualitas (assured quality) merupakan salah
satu tujuan penting yang harus dicapai supaya pembangunan kesehatan dikatakan berhasil.
Reformasi terhadap SKN ini juga bertujuan agar negara/pemerintah dapat menjamin
ketersediaan (adequacy), pemerataan (equity), efisiensi (efficiency), dan keefektifan
(effectiveness) dari pembiayaan kesehatan tersebut.
Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, di mana pelayanan
kesehatan meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat
yang dilakukan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Sistem
kesehatan nasional mengembangkan subsistem upaya kesehatan dalam penyelenggaraannya
meliputi upaya kesehatan yang mencakup kesehatan fisik, mental, intelegensia, dan sosial.
Upaya kesehatan dilakukan secara terpadu, berkesinambungan, dan paripurna (UU
Kesehatan, 2009).

Arianto G, Nantabah ZK. Analisis Pembiayaan Kesehatan Program Upaya Kesehatan


Masyarakat Di Indonesia Tahun 2013 & 2014. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan.
2020 May 6;23(1):61-9.
2.4.1 Sistem Kesehatan Nasional UKP dan UKM
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang mempunyai tugas
melaksanakan kebijakan kesehatan melalui fungsinya sebagai penyelenggara Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat
pertama untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Salah
satu karakteristik penyelenggara pelayanan kesehatan oleh puskesmas adalah
memberikan pelayanan UKM tingkat pertama yang meliputi UKM esensial dan UKM
pengembangan. UKM esensial meliputi 5 jenis pelayanan yaitu promosi kesehatan
(promkes), kesehatan lingkungan (kesling), kesehatan ibu, anak, dan keluarga
berencana (KIA-KB), gizi, dan pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit
(P2P). UKM esensial harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas untuk mendukung
pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota bidang kesehatan. Hal ini
berarti, seluruh puskesmas tanpa melihat kriterianya wajib menyelenggarakan 5 jenis
pelayanan kesehatan ini. Namun dalam pelaksanaannya tidak seluruh puskesmas
menyelenggarakan UKM esensial ini, khususnya puskesmas terpencil dan sangat
terpencil. Ketersediaan tenaga dan sarana menjadi salah satu faktor yang memegang
peran besar belum terselenggaranya UKM esensial secara optimal.

Werni S, Nurlinawati I, Rosita R. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan


Masyarakat (UKM) Esensial di Puskesmas Terpencil dan Sangat Terpencil.
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan. 2017:50-7.

Prof. Ascobat Gani mengungkapkan bahwa terdapat 7 Kabupaten/Kota di


Indonesia yang selama ini anggaran belanjanya paling banyak dipergunakan untuk
UKP (pelayanan rawat jalan, inap, dan rujukan) dibandingkan dengan UKM. Ketujuh
kabupaten/kota tersebut menghabiskan anggarannya untuk UKP sebesar 32% – 66%,
sedangkan untuk UKM sebesar 3%-12%. Upaya pelayanan yang bersifat promotif dan
preventif mendapatkan alokasi anggaran yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan
upaya kuratif. Hasil dari analisis data District Health Account (DHA) pada delapan
provinsi di Indonesia juga menghasilkan yang sama dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Prof Ascobat Gani. Menurut hasil analisis data DHA, UKM hanya
diberi 6% dari total anggaran kesehatan, sedangkan UKP (kuratif) memperoleh dana
sebesar 42%.

Arianto G, Nantabah ZK. Analisis Pembiayaan Kesehatan Program Upaya


Kesehatan Masyarakat Di Indonesia Tahun 2013 & 2014. Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan. 2020 May 6;23(1):61-9.

2.4.2 Sistem Jaminan Kesehatan Nasional / JKN


Jaminan Kesehatan Nasional (JKN): Bagian dari Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial
yang bersifat wajib berdasarkan (UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN). Program
Jaminan Kesehatan Nasional merupakan program Pemerintah yang bertujuan untuk
memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap rakyat
Indonesia agar penduduk Indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera.
Manfaat program ini diberikan dalam bentuk pelayanan kesehatan perorangan yang
komprehensif, mencakup pelayanan peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) termasuk obat
dan bahan medis dengan menggunakan teknik layanan terkendali mutu dan biaya
(managed care). Program Jaminan Kesehatan Nasional diselenggarakan berdasarkan
prinsip asuransi sosial, dan prinsip ekuitas, yaitu kesamaan dalam memperoleh
pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis yang tidak terkait dengan besaran iuran
yang telah dibayarkan. Prinsip ini diwujudkan dengan pembayaran iuran sebesar
persentase tertentu dari upah bagi yang memiliki penghasilan dan pemerintah
membayarkan iuran bagi mereka yang tidak mampu (fakir miskin).

Manfaat Program Jaminan Kesehatan Nasional bagi peserta adalah:


(1) Pelayanan Kesehatan diberikan di fasilitas kesehatan milik Pemerintah atau swasta
yang menjalin kerja sama dengan badan penyelenggara jaminan sosial;
(2) Dalam keadaan darurat, pelayanan kesehatan dapat diberikan pada fasilitas
kesehatan yang tidak menjalin kerja sama dengan badan penyelenggara jaminan
sosial;
(3) Badan penyelenggara jaminan sosial wajib memberikan kompensasi (dapat berupa
uang tunai) untuk memenuhi kebutuhan medik peserta yang berada di daerah yang
belum tersedia fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat;
(4) Layanan rawat inap di Rumah Sakit diberikan di kelas standar;
(5) Badan penyelenggara jaminan sosial menjamin obat-obatan dan bahan medis habis
pakai dengan mempertimbangkan kebutuhan medik, ketersediaan, efektivitas, dan
efisiensi dari obat atau bahan medis habis pakai sesuai ketentuan peraturan
perundangan;
(6) Dalam pengembangan pelayanan kesehatan, Badan Penyelenggara Jaminan sosial
menerapkan sistem kendali mutu, sistem kendali biaya dan sistem pembayaran untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi jaminan kesehatan srta untuk mencegah
penyalahgunaan pelayanan kesehatan;
(7) Untuk jenis pelayanan yang dapat menimbulkan penyalahgunaan pelayanan,
peserta dikenakan urun biaya.

Direktorat Penyusunan APBN, Direktorat Jenderal Anggaran, Dasar-Dasar


Praktik Penyusunan APBN Di Indonesia. Jakarta: Kementerian Keuangan
Republik Indonesia, 2013.

BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai