Anda di halaman 1dari 5

RESUME ARTIKEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Disusun oleh:

Fazhrina Cahyani ( 2019135001 )

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
I. Sumber Referensi

Gusman, Irman.2012, Islam, Masyarakat Indonesia, dan Demokrasi. Seputar


Indonesia.

Ismail, Faisal.2017, Keberagaman Bukan Takdir Tuhan. Koran Sindo.


II. Subtansi

A. Islam , Masyarakat Indonesia, dan Demokrasi

Masyarakat muslim di Indonesia, yang merupakan masyarakat mayoritas


muslim terbesar di dunia, dalam menerima ide-ide demokrasi.
Mungkin bagi sebagian masyarakat Barat, Islam selalu dilihat secara dikotomis
dengan perkembangan demokrasi.Hal ini bisa kita lihat dari bagaimana masyarakat
Barat mengaitkan aksi terorisme, radikalisme, dan fundamentalisme yang
berkembang di Indonesia dengan pemikiranpemikiran Islam. Seolah-olah Islam dan
demokrasi merupakan dua hal yang bertentangan. Tentu hal tersebut tidak tepat.
Sejak 1998, berbagai langkah reformasi sistem ekonomi, politik, dan hukum
mengalami lonjakan seiring dengan semakin terbukanya pemikiran masyarakat
muslim Indonesia terhadap ide-ide demokrasi.Dalam nilai dasar Islam, kesamaan,
keadilan, kesejahteraan, keharmonisan, kerukunan, kepedulian sosial juga merupakan
bagian dari nilai-nilai demokrasi yang mendapat sambutan luas dari masyarakat.
Seorang diplomat Timur Tengah yang pernah saya temui di tahun 2001
menjuluki Indonesia sebagai negeri mukjizat. Karena dengan berbagai perbedaan
yang ada, baik suku, ras maupun agama, dengan ribuan pulau dan ratusan bahasa, di
mana masyarakat muslim merupakan masyarakat mayoritas, mereka tidak terjebak
pada ide-ide sektarian dan rasis yang memecah belah bangsa

Membumikan Islam dan Demokrasi


Pada 2010, studi Scheherazade S Rehman dan Hossein Askari yang dimuat
di jurnal George Washington University dengan judul “How Islamic are Islamic
Countries” memperlihatkan suatu hasil kajian yang sedikit mengagetkan kita. Studi
itu mengulas bagaimana sebuah negara Islam melaksanakan ajaran-ajaran yang
dikaitkan dengan perekonomian, finansial, politik, hukum, dan perilaku sosial sebuah
negara.
Islam pada dasarnya memiliki sistem nilai yang terbuka seperti peraturan
yang tegas, perekonomian yang adil, pemerintahan yang baik, penghormatan atas
HAM, kebebasan sipil,perlindungan hukum, dan keterbukaan interaksi dengan
manusia. Hasilnya, Indonesia merupakan negara dengan mayoritas populasi
beragama Islam di dunia, tetapi tidak memiliki performa yang baik dan hanya
menempati urutan ke-140 dari 208 negara yang dikaji.
Hal ini akibat dari beberapa kelemahan yang merupakan bagian dari
permasalahan umum negara berkembang seperti institusi-institusi yang tidak efisien,
kebijakan perekonomian yang buruk, tingkat korupsi yang tinggi, peraturan hukum
yang tidak berkembang, adil, dan tegas,dan lain- lain.Ini berarti demokrasi kita belum
dilaksanakan oleh masyarakat muslim Indonesia secara konsekuen dan utuh sesuai
dengan tujuan demokrasi itu sendiri. 
Hasil survei majalah Economist pada 2011 menempatkan kita pada peringkat
ke-60 dari 167 negara yang disurvei terhadap lima variabel utama, yakni pluralisme
dan pemilihan umum, fungsi pemerintahan, kebebasan sipil, budaya politik, dan
partisipasi politik.ni berarti demokrasi kita belum dilaksanakan oleh masyarakat
muslim Indonesia secara konsekuen dan utuh sesuai dengan tujuan demokrasi itu
sendiri. Hal ini tergambar jelas juga dari indeks demokrasi global yang menempatkan
Indonesia pada posisi yang masih rendah.
B. Keberagaman Bukan Takdir Tuhan

Keberagaman: Takdir Tuhan?


Menurut pengusung ide ini, keragaman suku, agama, ras, golongan, tradisi,
bahasa lokal, seni, dan budaya di Indonesia adalah takdir Tuhan. Tuhanlah yang
menakdirkan bangsa Indonesia menjadi bangsa pluralistik, yakni bangsa yang terdiri
atas berbagai etnis, suku, agama, bahasa lokal, tradisi, seni, dan budaya.Semua etnis
yang hidup di Indonesia merasa sebagai satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia.para
pendiri republik ini yang merumuskan moto nasional negara kita dengan ungkapan
formula "Bhinneka Tunggal Ika" (Berbeda-beda tetapi tetap satu jua, Unity in
Diversity).
Menurut Pak Faisal Ismail : Apakah benar keberagaman itu merupakan takdir
Tuhan?Takdir Tuhan, menurut pemahaman Pak Faisal, adalah ketentuan dan
ketetapan Tuhan setelah manusia (sekelompok manusia) melakukan proses usaha,
upaya, ikhtiar, kerja keras, dan sungguh-sungguh untuk mendapatkan atau
menghasilkan sesuatu.

Keberagaman: Sunnatullah
Sunnatullah (ketetapan atau hukum Allah) adalah ketetapan hukum Tuhan
berlaku pada makhluknya.
Menurut pemahaman pak Faisal, dalam hal takdir Tuhan, ada proses usaha,
upaya, ikhtiar, dan kerja keras manusia dengan diiringi doa kepada Tuhan untuk
meraih serta menghasilkan sesuatu yang direncanakan, ditargetkan, diinginkan,
diharapkan, didambakan, dan dicita-citakan. Takdirnya bisa berhasil, bisa juga tidak.
Terserah kepada Tuhan untuk menentukan berhasil tidaknya usaha, upaya, kerja, dan
ikhtiar manusia itu.
Jika Tuhan berkenan, manusia tentu berhasil. Jika Tuhan tidak berkenan, manusia
tentu gagal atau tidak berhasil. Dalam hal sunnatullah , ketentuan dan ketetapan
Tuhan itu sudah berlaku.
Begitu pula keberagaman etnis, suku, agama, bahasa, tradisi, seni, dan budaya
merupakan sunnatullah yang terbentuk dan tumbuh bersamaan dengan proses
terbentuknya masyarakat atau bangsa.
III. Pesan Penulis

Harapannya dari penulisan ini adalah untuk memberi tahu kepada masyarakat
Indonesia tentang Islam, Demokrasi, dan Keberagaman bukan takdir Tuhan

IV. Komentar

Diharapkan pada saat menulis arikel di perlukan langkah- langkahnya agar tidak
terjadi kesalahan pada penulisan.

V. Saran dan Rekomendasi

Artikel ini diberikan dengan tujuan agar bisa membantu masyarakat Indonesia
khususnya bagi yang sedang membutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai