3.1 PENGKAJIAN
1. Biodata
Umur/usia perlu ditanyakan karena adanya hubungan dengan proses
penyembuhan luka atau regenerasi sel.Sedangkan ras dan suku bangsa perlu dikaji
karena kulit yang tampak normal pada ras dan kebangsaan tertentu kadang tampak
abnormal pada klien dengan ras dan kebangsaan lain, menurut Smeltzer &
Brenda (2001). Pekerjaan dan hobi klien juga ditanyakan untuk mengetahui
apakah klien banyak duduk atau sedikit beraktivitas sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah yang menyebabkan suplai oksigen berkurang, sel- sel tidak
mendapat cukup zat makanan dan sampah hasil sisa metabolisme tertumpuk.
Akhirnya sel-sel matai, kulit pecah dan terjadilah lubang yang dangkal dan luka
dekubitus pada permukaan, menurut Carpenito (1998).
2. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien sehingga ia mencari
pertolongan. Keluhan yang diungkapkan klien pada umumnya yaitu adanya rasa
nyeri. Lokasi luka biasanya terdapat pada daerah - daerah yang menonjol,
misalnya pada daerah belakang kepala, daerah bokong, tumit, bahu, dan daerah
pangkal paha yang mengalami ischemia sehingga terjadi ulkus decubitus, menurut
Bouwhuizen (1998).
5. Riwayat Pengobatan
Apakah klien pernah dan sedang menggunakan obat- obatan seperti: DM,
alergi, hipertensi (CVA) . Yang perlu dikaji perawat yaitu:
a. Kapan pengobatan seperti: DM, alergi, hipertensi (CVA) dimulai.
b. Dosis dan frekuensi obat seperti: DM, alergi, hipertensi (CVA).
c. Waktu berakhirnya minum obat seperti: DM, alergi, hipertensi (CVA).
6. Riwayat Diet
Yang dikaji yaitu berat badan, tinggi badan, pertumbuhan badan dan makanan
yang dikonsumsi sehari- hari. Nutrisi yang kurang adekuat menyebabkan kulit
mudah terkena lesi dan proses penyembuhan luka yang lama.
9. Pengkajian Psikososial
Kemungkinan hasil pemeriksaan psikososial yang tampak pada klien yaitu:
a. Perasaan depresi
b. Frustasi
c. Ansietas/kecemasan
d. Keputusasaan
e. Gangguan konsep diri
3) Telinga
Catat bentuk gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan serumen.
Pada penderita yang bet rest dengan posisi miring maka, kemungkinan akan
terjadi ulkus didaerah daun telinga.
d. Pemeriksaan Dada Dan Thorax
Inspeksi bentuk thorax dan ekspansi paru, auskultasi irama pernafasan, vokal
premitus, adanya suara tambahan, perkusi thorax untuk mencari ketidaknormalan
pada daerah thorax.
e. Abdomen
Bising usus mengalami penurunan karena immobilisasi, ada masa karena
konstipasi, dan perkusi abdomen hypersonor jika dispensi abdomen atau tegang.
f. Urogenital
Inspeksi adanya kelainan pada perinium. Biasanya klien dengan ulkus dan
paraplegi terpasang kateter untuk buang air kecil.
g. Muskuloskeletal
Adanya fraktur pada tulang akan menyebabkan klien bet rest dalam waktu lama.
h. Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran dikaji dengan sistem GCS. Nilainya bisa menurun bila terjadi
nyeri hebat (syok neurogenik) dan panas atau demam tinggi, mual muntah, dan
kaku kuduk. Jika nyeri akut, awitan mendadak, intensitas ringan sampai berat,
durasi singkat (dari beberapa detik sampai 6 bulan), respon otonom konsisten
dengan respon stres simpatis, frekuensi jantung meningkat, volume sekuncup
meningkat, tekanan darah meningkat, dilatasi pupil meningkat, tegangan otot
meningkat, motilitas gastrointesntinal menurun, aliran saliva menurun (mulut
kering). Jika nyeri kronis, awitan terus menerus atau intermiten, intensitas ringan
sampai berat, durasi lama (6 bulan atau lebih), respon otonom tidak terdapat
respon otonom.
12. Pengkajian Fisik Kulit
Inspeksi kulit: pengkajian kulit melibatkan seluruh area kulit termasuk
membran mukosa, kulit kepala, rambut dan kuku. Tampilan kulit yang perlu dikaji
yaitu warna, suhu, kelembaban, kekeringan, tekstur kulit (kasar atau halus), lesi,
vaskularitas.
1. Yang harus diperhatikan oleh perawat yaitu: warna, aliran darah, suhu badan,
turgor kulit.
Lesi yang dibagi dua yaitu :
a. Lesi primer, yang terjadi karena adanya perubahan pada salah satu komponen
kulit
b. Lesi sekunder adalah lesi yang muncul setelah adanya lesi primer.
Gambaran lesi yang harus diperhatikan oleh perawat yaitu warna, bentuk, lokasi,
ukuran.
2. Edema: selama inspeksi kulit, perawat mencatat lokasi, distribusi dan warna dari
daerah edema.
3. Kelembaban
lingkungan kering atau lembab.
d. Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan volume cairan dalam
waktu lama.
Tujuan= perfusi jaringan kembali baik
Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi:
1) Klien dapat memperlihatkan penurunan tanda dan gejala kerusakan jaringan
2) Klien dapat mempertahankan sirkulasi perifer seperti yang ditunjukkan oleh
berkurangnya ulkus,oedem, dan warna ekstremitas yang baik
3) Klien dapat mengatakan rasa nyerinya berkurang
4) Klien mengurang penggunaan obat-obatan penghilang rasa nyeri
5) Klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan.
Intervensi dan Rasional=
1) Instruksikan program latihan atau ROM aktif/ pasif pada ekstremitas setiap 2 jam
sebagaimana yang diperlukan
R/= Latihan dapat meningkatkan sirkulasi yang adekuat dan pembentukan darah
kolateral
2) Jaga ketinggian kaki atau sedikit lebih rendah dari pada jantung
R/= Gaya gravitasi meningkatkan sirkulasi arteri dan menurunkan rasa nyeri
3) Awasi tanda - tanda vital, perhatikan kekuatan dan kesamaan nadi perifer
R/= Indikator umum status sirkulasi keadekuatan perfusi Kaji warna kulit dan suhu
pada daerah yang immobilisasi.
4) Kolaborasi pemberian cairan intra vena sesuai indikasi
R/= Perubahan warna kulit dan penurunan suhu mengindikasikan adanya gangguan
sirkulasi yang bisa mengakibatkan nekrosis jaringan
5) Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh Hb/Ht
R/= Indikator hipovolemia/ dehidrasi yang dapat mengganggu perfusi jaringan.
e. Koping keluarga tak efektif yang berhubungan dengan luka kronis,
perubahan body image.
Tujuan= koping keluarga efektif
Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi:
1) Keluarga mampu mengungkapkan perasaannya tentang perubahan penampilan
pada klien
2) Keluarga dapat mengekspresikan perasaan cemasnya, kedukaan dan adanya
sesuatu yang hilang pada klien
3) Keluarga mampu beradaptasi sesuai dengan keadaan klien
4) Keluarga memberi support yang tinggi pada klien dalam menjalani hidup
selanjutnya
Intervensi dan Rasional=
1) Bina hubungan saling percaya
R/= Menimbulkan kepercayaan pada perawat sehingga mempermudah melakukan
komunikasi untuk tindakan selanjutnya.
2) Berikan kesempatan kelurga dan klien untuk mengungkapkan perasaannya saat
ini dengan memvalidasi dan mengobservasi perasaan keluarga dan klien
R/= Membantu mengurangi beban pikiran klien dan keluarga karena perasaanya
tersalurkan dan perawat mengetahui penyebab masalahnya.
3) Berikan informasi yang diperlukan klien dan keluarga tentang proses terjadinya
ulkus
R/= Membantu mengurangi ketakutan dan kecemasan klien dan keluarga
4) Libatkan klien dan keluarga dalam rencana perawatan yang lebih lanjut
R/= Menjadikan klien dan keluarga bagian dari rencana keperawatan dan membantu
klien menerima kenyataan yang ada
5) Anjurkan keluarga untuk selalu memberi reinforcement positif dan support
mental pada klien
R/= Dukungan keluarga sangat membantu dalam meningkatkan kepercayaan diri klien
6) Tunjukkan sikap menerima terhadap perubahan
R/= Memberikan rasa percaya diri pada klien dan membantu menghilangkan perasan
negatifnya.
f. Gangguan body image yang berhubungan dengan hilangnya lapisan kulit.
Tujuan= body image tidak terjadi.
Hasil yang diharapkan :
1) Mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping terhadap persepsi diri
negative.
2) Menyatakan penerimaan diri.
3) Mengakui diri sebagai orang yang berguna.
4) Bertanggung jawab pada diri sendiri.
Intervensi dan rasional :
1) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
R/= mengekpresikan perasaan pasien untuk mengontrol situasi
2) Hindari membuat penilaian moral tentang pola hidup
R/= penilaian dari orang lain akan merusak harga diri lebih lanjut.
3) Diskusikan efek penyakit pada faktor ekonomi pasien/orang terdekat
R/= masalah finansial dapat terjadi karena kehilangan peran pasien pada
keluarga/penyembuhan lama.
4) Anjurkan pasien memakai pakaian yang berwarna merah terang, biru/hitam
R/= meningkatkan penampilan
BAB 4
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Sudjatmiko (2007: 95) definisi dekubitus adalah nekrosis atau ulserasi akibat
tekanan yang lama, biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imobilisasi.
Faktor-faktor yang menyebabkan ulkus dekubitus berasal dari faktor umum,
pediaktrik, gerontolgi, dan transkultural. Manifestasi klinik terbagi empat stadium
yaitu stadium satu: eritema dan kulit masih utuh, stadium kedua: partial thickness,
stadium ketiga: full thickness, dan stadium keempat: melewati fasia mengenai
otot, tulang, otot, dan persendian. Penanganan dekubitus sesuai stadium , namun
secara umum penenganannya adalah mengubah posisi 2 jam, atasi semua etiologi,
debdridement, antibiotik, drainase, dan ditutup dengan flap dan graf, dan diet
TKTP, meningkatkan konsumsi air, viatmin, dan mineral.
4.2 SARAN
1. Hilangkan tekanan: pasien terlentang berubah posisi setiap 2 jam, pasien duduk
diangkat setiap 10 menit selama lebih dari 10 detik.
2. Minimalkan maserasi dengan sering mengganti pakaian dan sprei.
3. Minimalkan sobekan dengan cara penempatan posisi yang nyaman dan sesuai.
4. Minimalkan friksi dengan cara pemindahan yang berhati-hati.
5. Mengobati infeksi.
6. Memperbaiki nutrisi, usahakan optimal.
7. Hentikan rokok.
8. Kendalikan gula darah pada pasien diabetes melitus.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
Ulkus dekubitus merupakan nekrosis jaringan local yang cenderung terjadi
ketika jaringan lunak tertekan di antara tonjolan tulang dengan permukaan
eksternal dalam jangka waktu lama (National Pressure Ulcer Advisory Panel
[NPUAP], 1989a, 1989b).
Sebuah definisi baru telah diajukan di Konferensi Nasional NPUAP ke-4
(1995a). Margolis (1995) menyebutkan “definisi terbaik dekubitus adalah
kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari tekanan eksternal
yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak sembuh dengan urutan dan
waktu biasa. Selanjutnya, gangguan ini terjadi pada individu yang berada di atas
kursi atau di atas tempat tidur , sering kali pada inkontinensia dan malnutrisi
ataupun individu yang mengalami kesulitan makan sendiri, serta mengalami
gangguan tingkat kesadaran.”
Dekubitus sering disebut ulkus dermal / ulkus dekubitus atau luka tekan
terjadi akibat tekanan yang sama pada suatu bagian tubuh yang mengganggu
sirkulasi (Harnawatiaj, 2008).
Dekubitus adalah Kerusakan lokal dari kulit dan jaringan dibawah kulit yang
disebabkan penekanan yang terlalu lama pada area tersebut (Ratna Kalijana, 2008)
Ulkus decubitus adalah suatu daerah yang mati jaringan disebabkan karena
kurangnya aliran darah didaerah yang bersangkutan. Decubitus berasal dari
bahasa latin yang artinya berbaring. Berbaring tidak selalu menyebabkan
terjadinya luka baring. Karena itu sebagian orang lebih menyukai istilah luka
tekan ( pressure sore) karena tekananlah yang merupakan penyebab utama
terjadinya ulkus decubitus(Wolf. Weitzel & Fuerst (1989: 354) dalam Dasar –
dasar Ilmu Keperawatan)
2. ETIOLOGI
Luka Dekubitus disebabkan oleh kombinasi dari faktor ekstrinsik dan intrinsik
pada pasien.
a. Faktor Ekstrinsik
Tekanan : kulit dan jaringan dibawahnya tertekan antara tulang dengan permukaan
keras lainnya, seperti tempat tidur dan meja operasi. Tekanan ringan dalam waktu
yang lama sama bahayanya dengan tekanan besar dalam waktu singkat. Terjadi
gangguan mikrosirkulasi lokal kemudian menyebabkan hipoksi dan nekrosis.
tekanan antar muka ( interface pressure). Tekanan antar muka adalah kekuatan per
unit area antara tubuh dengan permukaan matras. Apabila tekanan antar muka
lebih besar daripada tekanan kapiler rata rata, maka pembuluh darah kapiler akan
mudah kolap, daerah tersebut menjadi lebih mudah untuk terjadinya iskemia dan
nekrotik. Tekanan kapiler rata rata adalah sekitar 32 mmHg.
Gesekan dan pergeseran : gesekan berulang akan menyebabkan abrasi sehingga
integritas jaringan rusak. Kulit mengalami regangan, lapisan kulit bergeser terjadi
gangguan mikrosirkulasi lokal.
Kelembaban : akan menyebabkan maserasi, biasanya akibat inkontinensia, drain
dan keringat. Jaringan yang mengalami maserasi akan mudah mengalami erosi.
Selain itu kelembapan juga mengakibatkan kulit mudah terkena pergesekan
(friction) dan perobekan jaringan (shear). Inkontinensia alvi lebih signifikan
dalam perkembangan luka tekan daripada inkontinensia urin karena adanya
bakteri dan enzim pada feses dapat merusak permukaan kulit.
Kebersihan tempat tidur, alat-alat tenun yang kusut dan kotor, atau peralatan medik
yang menyebabkan klien terfiksasi pada suatu sikap tertentu juga memudahkan
terjadinya dekubitus.
3. PATHOFISIOLOGI
Tiga elemen yang mendasar terjadi dekubitus yaitu :
1. Intensitas tekanan dan tekanan yang menutup kapiler (Landis,1930)
2. Durasi dan besarnya tekanan (Koziak,1959)
3. Toleransi jaringan (Husain, 1953;Trumble, 1930)
4. PATWAY
5. MANIFESTASI KLINIK
Terjadi pada pasien-pasien paraplegia, quadriplegia, spina bifida,
multipel
sklerosis dan imobilisasi lama di rumah sakit. Selain itu, factor lain perlu
diketahui dari riwayat penderita meliputi onset, durasi, riwayat pengobatan
sebelumnya, perawatan luka, riwayat operasi sebelumnya, status gizi dan
perubahan berat badan, riwayat alergi, konsumsi alkohol, merokok serta keadaan
sosial ekonomi penderita. Anamnesa sistem termasuk di dalamnya antara lain
demam, keringat malam, spasme (kaku), kelumpuhan, bau, nyeri (Arwaniku,
2007). Menurut NPUAP ( National Pressure Ulcer Advisory Panel ).
Stadium 3 : Ulserasi meluas sampai ke lapisan lemak subkulit dan otot sudah
mulai terganggu dengan adanya edema dan inflamasi, infeksi akan hilang struktur
fibril. Kerusakan seluruh lapisan kulit sampai subkutis, tidak melewati fascia.
Biasanya sembuh dalam 3-8 minggu.
Tanda dan Gejala : Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan
atau nekrosis dari jaringn subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai pada
fascia. Luka terlihat seperti lubang yang dalam.
Stadium 4 : Ulserasi dan nekrosis meluas mengenai fasia,otot serta sendi. Dapat
sembuh dalam 3-6 bulan.
Tanda dan Gejala :
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap dengan kerusakan yang luas, nekrosis
jaringan, kerusakan pada otot, tulang atau tendon. Adanya lubang yang dalam
serta saluran sinus juga termasuk dalam stadium IV dari luka tekan.
7. PENATALAKSANAAN
4. Menurunkan dan mengatasi infeksi, perlu pemeriksaan kultur dan tes resistensi.
Antibiotika sistemik dapat diberikan bila penderita mengalami sepsis, selulitis.
Ulkus yang terinfeksi hams dibersihkan beberapa kali sehari dengan larutan
antiseptik seperti larutan H202 3%, povidon iodin 1%, seng sulfat 0,5%. Radiasi
ultraviolet (terutama UVB) mempunyai efek bakterisidal.
5. Merangsang dan membantu pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi. Hal
ini dapat dicapai dengan pemberian antara lain :
Bahan-bahan topikal misalnya : salep asam salisilat 2%, preparat seng (Zn 0, Zn
SO
Oksigen hiperbarik; selain mempunyai efek bakteriostatik terhadap sejumlah
bakteri, juga mempunyai efek proliferati epitel, menambah jaringan granulasi dan
memperbaiki keadaan vaskular.
Radiasi infra merah, short wave diathermy, dan pengurutan dapat membantu
penyembuhan ulkus karena adanya efek peningkatan vaskularisasi.
Terapi ultrasonik; sampai saat ini masih terus diselidiki manfaatnya terhadap
terapi ulkus dekubitus
6. Tindakan bedah selain untuk pembersihan ulkus juga diperlukan untuk
mempercepat penyembuhan dan penutupan ulkus, terutama ulkus dekubitus
stadium III & IV dan karenanya sering dilakukan tandur kulit ataupun
myocutaneous flap.
10. PENCEGAHAN
Pencegahan ulkus dekubitus adalah hal yang utama karena pengobatan ulkus
dekubitus membutuhkan waktu dan biaya yang besar. Tindakan pencegahan dapat
dibagi menjadi :
a. Umum :
Pendidikan kesehatan tentang ulkus dekubitus bagi staf medis, penderita dan
keluarganya.
Pemeliharaan keadaan umum dan higiene penderita.
b. Khusus :
Mengurangi/menghindari tekanan luaryang berlebihan pada daerah tubuh tertentu
dengan cara : perubahan posisi tiap 2 jam di tempat tidur sepanjang 24 jam.
melakukan push up secara teratur pada waktu duduk di kursi roda. pemakaian
berbagai jenis tempat tidur, matras, bantal anti dekubitus seperti circolectric bed,
tilt bed, air-matras; gel flotation pads, sheepskin dan lain-lain.
Pemeriksaan dan perawatan kulit dilakukan dua kali sehari (pagi dan sore), tetapi
dapat lebih sering pada daerah yang potensial terjadi ulkus dekubitus.
Pemeriksaan kulit dapat dilakukan sendiri, dengan bantuan penderita lain ataupun
keluarganya. Perawatan kulit termasuk pembersihan dengan sabun lunak dan
menjaga kulit tetap bersih dari keringat, urin dan feces. Bila perlu dapat diberikan
bedak, losio yang mengandung alkohol dan emolien.
Dimana sudah terjadi ulkus yang dangkal; Perawatan luka harus memperhatikan
syarat-syarat aseptik dan antiseptik. Daerah bersangkutan digesek dengan es dan
dihembus dengan udara hangat bergantian untuk meransang sirkulasi. Dapat
diberikan salep topikal, mungkin juga untuk meransang tumbuhnya jaringan
muda/granulasi, Penggantian balut dan salep ini jangan terlalu sering karena
malahan dapat merusakkan pertumbuhan jaringan yang diharapkan.
Dengan ulkus yang sudah dalam, menggaung sampai pada bungkus otot dan
sering sudah ada infeksi; Usahakan luka selalu bersih dan eksudat disusahakan
dapat mengalir keluar. Balut jangan terlalu tebal dan sebaliknya transparan
sehingga permeabel untuk masukknya udara/oksigen dan penguapan. Kelembaban
luka dijaga tetap basah, karena akan mempermudah regenarasi sel-sel kulit. Jika
luka kotor dapat dicuci dengan larutan NaCl fisiologis. Antibiotik sistemik
mungkin diperlukan.
4) Dekubitus derajat IV
Dengan perluasan ulkus sampai pada dasar tulang dan sering pula diserta jaringan
nekrotik; Semua langkah-langkah diatas tetap dikerjakan dan jaringan nekrotik
yang adal harus dibersihkan, sebab akan menghalangi pertumbuhgan
jaringan/epitelisasi.
Beberapa preparat enzim coba diberikan untuk usaha ini, dengan tujuan
mengurangi perdarahan, dibanding tindakan bedah yang juga merupakan alternatif
lain. Setelah jaringan nekrotik dibuang danluka bersih, penyembuhan luka secara
alami dapat diharapkan.
Beberapa usaha mempercepat adalah antara lain dengan memberikan oksigenisasi
pada daerah luka, Tindakan dengan ultrasono untuk membuka sumbatan-
sumbatan pembuluh darah dan sampai pada transplantasi kulit setempat.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Umur/usia perlu ditanyakan karena adanya hubungan dengan proses
penyembuhan luka atau regenerasi sel.Sedangkan ras dan suku bangsa perlu dikaji
karena kulit yang tampak normal pada ras dan kebangsaan tertentu kadang tampak
abnormal pada klien dengan ras dan kebangsaan lain (Smeltzer & Brenda, 2001).
Pekerjaan dan hobi klien juga ditanyakan untuk mengetahui apakah klien banyak
duduk atau sedikit beraktivitas sehingga terjadi penekanan pembuluh darah yang
menyebabkan suplai oksigen berkurang, sel- sel tidak mendapat cukup zat
makanan dan sampah hasil sisa metabolisme tertumpuk. Akhirnya sel-sel matai,
kulit pecah dan terjadilah lubang yang dangkal dan luka dekubitus pada
permukaan( Carpenito , L.J , 1998 ).
Abdomen
Bentuk perut datar atau flat, bising usus mengalami penurunan karena
inmobilisasi, ada masa karena konstipasi, dan perkusi abdomen hypersonor jika
dispensi abdomen atau tegang.
Urogenital
Inspeksi adanya kelainan pada perinium. Biasanya klien dengan ulkus dan
paraplegi terpasang kateter untuk buang air kecil.
Muskuloskeletal
Adanya fraktur pada tulang akan menyebabkan klien bet rest dalam waktu lama,
sehingga terjadi penurunan kekuatan otot.
1) Kerusakan Integritas Kulit Yang Berhubungan Dengan Kerusakan Mekanis Dari
Jaringan Sekunder Akibat Tekanan, Pencukuran Dan Gesekan.
2) Nyeri Yang Berhubungan Dengan Trauma Kulit, Infeksi Kulit Dan Perawatan
Luka.
3) Resiko Terhadap Infeksi Yang Berhubungan Pemajangan Ulkus Decubitus
Terhadap Feses/Drainase Urine.
4) Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Yang Berhubungan
Dengan Anoreksia Sekunder Terhadap Ketidak Cukupan Masukan Oral.
5) Kerusakan Mobilitas Fisik Yang Bergubungan Dengan Pembatasan Gerakan
Yang Diharuskan, Status Yang Tak Dikondisikan, Kehilangan Kontrol Motorik
Atau Perubahan Status Mental
6) Koping keluarga tak efektif yang berhubungan dengan luka kronis, perubahan
body image.
3. INTERVENSI DIAGNOSA KEPERAWATAN
2) Nyeri Yang Berhubungan Dengan Trauma Kulit, Infeksi Kulit Dan
Perawatan Luka.
Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi:
Rasa nyeri berkurang
Klien dapat beradaptasi terhadap nyeri
Intervensi Keperawatan
Tutup luka sesegera mungkin.
Tinggikan ekstremitas yang terdapat luka secara periodik.
Beri tempat tidur yang dapat diubah ketinggiannya.
Ubah posisi dengan sering dan ROM secara pasif maupun aktif sesuai
indikasi.
Perhatikan lokasi nyeri dan intensitas.
Berikan tindakan kenyamanan seperti pijatan pada area yang tidak sakit,
perut, posisi dengan sering.
Dorong penggunaan tehnik manajemen stress.
Tingkatkan periode tidur tanpa gangguan.
Kolaborasi: Berikan analgesik sesuai indikasi.
Rasional
Suhu berubah dan gesekan udara dapat menyebabkan nyeri hebat pada
pemajanan ujung kulit.
Unutk menurunkan pembentukan edema, menurunkan ketidaknyamanan.
Peninggian linen dari luka membantu menurunkan nyeri.
Menurunkan kekakuan sendi
Perubahan lokasi/intensitas nyeri mengindikasikan terjadinya komplikasi.
Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan relaksasi dan meningkatkan rasa
kontrol.
Kekurangan tidur meningkatkan persepsi nyeri.
Untuk mengurangi rasa nyeri yang ada
Rasional
Respon jaringan terhadap infiltrasi patogen dengan peningkatan aliran darah dan
aliran limfe(edema, merah, bengkak)
Patogen yang bersirkulasi merangsang hipotalamus untuk menaikkan suhu tubuh
Mencegah terjadinya infeksi silang dari lingkungan luka ke dalam luka
Mencegah terjadinya invasi kuman dan kontaminasi bakteri.
Nutrisi dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan mengganti jaringan yang rusak
dan mempercepat proses penyembuhan.
Sesuatu yang kotor merupakan media yang baik bagi kuman.
Peningkatan leukosit dan LED merupakan indikasi terjadinya infeksi.
Rasional
Nutrisi yang asekuat akan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit
Meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan status uremik atau
menurunnya peristaltik
Memberikan tindakan kontrol terhadap pembatasan diet klien dan meningkatkan
nafsu makan klien
Perawatan mulut membantu meningkatkan nafsu makan klien
Terjadinya perubahan berat badan menunjukkan ketidak seimbangan cairan
Immobilitas dapat menurunkan bising usus, Menentukan kalori dan kebutuhan
nutrisi,Menghilangkan mual dan muntah sehingga masukan oral meningkat,
Penurunan jumlah albumin dapat menghambat proses penyembuhan luka
6) Koping keluarga tak efektif yang berhubungan dengan luka kronis,
perubahan body image.
Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi:
Keluarga mampu mengungkapkan perasaannya tentang perubahan penampilan
pada klien
Keluarga dapat mengekspresikan perasaan cemasnya, kedukaan dan adanya
sesuatu yang hilang pada klien
Keluarga mampu beradaptasi sesuai dengan keadaan klien
Keluarga memberi support yang tinggi pada klien dalam menjalani hidup
selanjutnya.
BAB IV
TINJAUAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 58 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : islam
Pekerjaan : Buruh.
Pendidikan : SMP
Suku : jawa
Alamat : jl.Kapten Sumarsono, Medan
No. RM : 025184
Diagnosa medis : Tetanus
Tanggal medik : 1 Maret 2013
D. GENOGRAM
Wolf. Weitzel & Fuerst (1989: 354) dalam Dasar – dasar Ilmu
Keperawatan, mengartikan ulkus
decubitus adalah suatu daerah yang mati jaringan disebabkan karena kurangnya
aliran darah didaerah yang
bersangkutan. Decubitus berasal dari bahasa latin yang artinya berbaring.
Berbaring tidak selalu menyebabkan
terjadinya luka baring. Karena itu sebagian orang lebih menyukai istilah luka
tekan ( pressure sore) karena tekananlah
yang merupakan penyebab utama terjadinya ulkus decubitus.
B. SARAN
Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang Askep pada Ulkus
Dekubitus ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan
dan praktik keperawatan. Dan juga dengan makalah ini dapat menjadi acuan untuk
tindakan proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA