AGROFORESTRI DUSUN
TIM PENGUSUL :
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL 1
HALAMAN PENGESAHAN 2
DAFTAR ISI 3
RINGKASAN 4
I. PENDAHULUAN 5
II. TINJAUAN PUSTAKA 7
2.1 Biomassa Hutan dan Pengukuran Karbon 7
2.2 Inventore Hutan dan Parameter Pohon 10
2.3 Sistem Agroforestri Dusun 14
III METODE PENELITIAN 15
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 15
3.2 Alat dan Bahan Penelitian 15
3.3 Variabel Penelitian 16
3.4 Pengumpulan dan Analisis Data 16
3.4.1. Prosedur Pengambilan Pohon Sampel di Lapangan 16
3.4.2. Pengukuran Biomassa 18
3.4.3. Persamaan Allometrik 20
3.5. Diagram Alir Penelitian 22
IV BIAYA DAN JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN 23
4.1 Anggaran Biaya 23
4.2 Jadwal Peneltian 23
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian
Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas
Lampiran 3. Biodata Tim Peneliti
Lampiran 4. Surat Pernyataan Penelitian/Pelaksana
RINGKASAN
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Emisi GRK dari sektor pertanian, kehutanan, dan penggunaan lahan lainnya
(land use, land-use change and forestry, LULUCF) berkontribusi secara signifikan
yaitu sekitar 17% terhadap total emisi GRK secara global. Untuk meningkatkan potensi
sosial ekonomi masyarakat dalam pengelolaan hutan secara berkelanjutan termasuk di
dalamnya upaya mitigasi untuk mengurangi emisi menjadi sangat penting bagi
4
Indonesia melalui skema REDD+ (Reducing Emission from Deforestation and Forest
Degradation Plus).
REDD+ merupakan pendekatan kebijakan dan insentif positif pada isu-isu yang
berkenaan dengan pengurangan emisi yang berasal dari penurunan kerusakan hutan dan
tutupan hutan di negara berkembang, peran konservasi, pengelolaan hutan secara lestari
serta peningkatan cadangan karbon hutan di negara berkembang. Pemerintah Indonesia
terus mendorong diakuinya REDD+ sebagai mekanisme internasional untuk
memberikan insentif yang bersifat positif bagi negara yang berhasil mengurangi emisi
dari deforestasi dan degradasi hutan.. Selain REDD+, aktivitas pengurangan emisi dari
LULUCF juga diprogramkan dalam Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas
Rumah Kaca (RAN-GRK) yang diatur oleh Perpres 61/2001, yang selanjutnya akan
dijabarkan menjadi Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-
GRK). Berdasarkan RAN-GRK, penurunan emisi GRK dari sektor LULUCF
ditargetkan sekitar 80% dari target total penurunan emisi atau sekitar 23% dari total
emisi Indonesia pada tahun 2020.
Maluku, salah satu Propinsi kepulauan di Indonesia sebagian besar (80%) dari
luas daratannya berupa hutan yang antara lain pengelolaannya oleh masyarakat dengan
pola agroforestri dusun. Agroforestri dusun merupakan suatu sistem pola tanam berbasis
pohon dapat mempertahankan cadangan karbon (C-stock) karena adanya akumulasi C
yang cukup tinggi dalam biomasa pepohonan. Selain dari pada itu sistem ini dapat
mengurangi emisi gas bila dibandingkan dengan sistem pertanian monokultur.
Untuk mendukung aktifitas pengurangan emisi maka melalui program Rencana
Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) perlu dilakukan
pengukuran cadangan karbon pada berbagai tipe lahan, salah satu diantaranya yaitu
lahan yang dikelolah oleh masyarakat dengan pola agroforestri dusun. Berdasarkan latar
belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang seberapa besar kandungan
biomassa pada lahan agroforestri yang dikembangkan oleh masyarakat dengan cara
membangun suatu persamaan allometrik biomassa pada organ pohon untuk menduga
produksi biomassa pada komponen vegetasi atau tegakan hutan yang terdapat di lahan
agroforestri dusun.
5
B. Rumusan Masalah
Masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui besarnya kandungan Biomassa dan karbon pada tipe lahan
Agroforestri dusun di Maluku.
3.
Model persamaan Alometrik Biomassa tanaman dan Karbon pada tipe lahan
agroforestri dusun adalah merupakan pengetahuan praktis bagi petani hutan atau
stakeholder tentang manfaat hutan sebagai penyimpan karbon, cara pengukuran dan
penghitungannya dalam rangka untuk meningkatkan potensi sosial ekonomi masyarakat
dalam pengelolaan hutan secara berkelanjutan termasuk di dalamnya upaya mitigasi
untuk mengurangi emisi melalui skema REDD+ (Reducing Emission from
Deforestation and Forest Degradation Plus).
6
c) Keterangan lain. Elemen-elemen di luar hutan dan kawasan hutan yang ikut
menentukan atau memengaruhi nilai dan kualitas hutan juga perlu dicatat dalam
inventore hutan, seperti iklim, aksesibilitas, industri dan perdagangan, tata guna
lahan serta keadaan sosial ekonomi masyarakat.
Pemanfaatan sampling dalam inventarisasi hutan mempunyai keuntungan
sebagai berikut (Simon, 1993):
1. Pekerjaan dapat lebih cepat diselesaikan
2. Biaya yang dikeluarkan relatif lebih murah
3. Mempermudah penarikan kesimpulan dan mempertinggi kecermatan
4. Waktu yang dibutuhkan relatif lebih sedikit.
Inventore hutan dilakukan dengan mengukur parameter pohon, seperti diameter
setinggi dada, tinggi dan jumlah pohon per hektar. Dengan 3 macam parameter tersebut,
maka volume tegakan per hektar dapat dihitung (Simon, 1993).
2.2.1 Volume Kayu
volume pohon yang masih berdiri adalah dengan menggunakan rumus penaksiran
(Simon, 1993).
Volume batang pohon merupakan hasil penjumlahan dari volume bagian-bagian
tersebut (West, 2009). Adapun rumus-rumus yang lazim digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Rumus Smallian:
2. Rumus Hubber:
3. Rumus Newton:
Keterangan:
Vs : Volume seksi batang (m3)
gl : Luas bidang dasar pangkal kayu bulat (m2)
gm : Luas bidang dasar tengah kayu bulat (m2)
gu : Luas bidang dasar ujung kayu bulat (m2)
L : Panjang seksi kayu bulat (m)
dl : Diameter pangkal seksi batang (m)
dm : Diameter tengah seksi batang (m)
du : Diameter ujung seksi batang (m)
tempat tetap pada ketinggian pohon. Untuk menyatakan hal ini kemudian orang
menentukan patokan tempat pengukuran diameter yang lazim disebut diameter setinggi
dada (dbh) atau kira-kira setinggi 1,3 m dari permukaan tanah (Simon, 2007).
Pengukuran diameter batang biasanya dilakukan setinggi dada karena di samping
mudah dalam pelaksanaannya, juga berpengaruh baik terhadap perhitungan luas bidang
dasar (Lbds) dan volume tegakan.
Setelah diameter, tinggi pohon merupakan parameter lain yang mempunyai arti
penting dalam penaksiran hasil hutan. Bersama diameter, tinggi pohon diperlukan untuk
menaksir volume dan riap.
Dalam inventore hutan biasanya dikenal beberapa macam tinggi pohon, yaitu:
1. Tinggi total, yaitu tinggi dari pangkal pohon di permukaan tanah sampai puncak
pohon.
2. Tinggi batang bebas cabang, yaitu tinggi pohon dari pangkal batang di
permukaan tanah sampai cabang pertama untuk jenis daun lebar atau crown
point untuk jenis conifer yang membentuk tajuk.
3. Tinggi batang komersial, yaitu tinggi batang pada saat inventore laku dijual
dalam perdagangan (Simon, 2007)
Selain parameter tinggi pohon dan diameter, faktor bentuk juga diperlukan
sebagai penghubung antara volume suatu silinder dengan volume batang atau pohon.
Bentuk batang berkaitan dengan perubahan diameter batang karena perubahan tinggi
pengukuran. Karena perbedaan diameter pada berbagai macam ketinggian ini, maka
secara umum ada 3 macam bentuk batang, yaitu :
1. Pada pangkal, berbentuk neiloid.
2. Pada bagian tengah, berbentuk silindris atau paraboloid
3. Pada ujung pohon, berbentuk konus. (Simon, 2007)
Di negeri Rumahkay, terdapat dua bentuk dusun yaitu: (1) dusun yang di bangun
oleh masyarakat (2) dusun yang berbentuk hutan alam (dusun damar, dusun sagu, dusun
cengkih, dsb). Dusun yang di bangun oleh masyarakat Rumahkay saat ini, proses
pembentukannya melalui 4 fase, yaitu fase ladang, fase aong (bekas kebun campuran
yang ditinggalkan), fase dusun baru (dusun yang belum memberikan hasil) dan fase
dusun (dusun yang sudah memberikan hasil).
empat fase terbentuknya suatu dusun dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Fase
ladang; fase ini dikenal dengan fase dimana kegiatan berladang di mulai. Fase ini
ditandai dengan kegiatan pembersihan melalui penebangan dan pembakaran. Pada fase
ini, masyarakat mulai melakukan penanaman dengan sistem mengkombinasikan
tanaman umur pendek seperti : kacang tanah, jagung, ubi jalar, ubi talas, terung, cabe,
ubi kayu dan pisang guna pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari dan
tanaman umur panjang seperti : cengkeh, pala, durian, coklat, kelapa, mangga, langsat,
cempedak dan lainnya sebagai kebutuhan hidup masyarakat pada jangka waktu yang
panjang. Kemudian ladang dibiarkan atau di tinggalkan setelah tanahnya sudah tidak
subur atau tidak bisa digarap lagi sekitar 3-4 tahun. 2). Fase aong; fase ini merupakan
fase lanjutan dari proses ladang yang ditinggalkan sejak 3 – 4 tahun. Pada fase ini tidak
ditemukan lagi tanaman umur pendek seperti : kacang tanah, jagung, ubi jalar, ubi talas,
terung, cabe, ubi kayu dan pisang. Ciri utama fase ini adalah ladang di dominasi oleh
vegetasi tanaman umur panjang sampai berbentuk vegetasi hutan sekunder. 3). Fase
dusun baru; bekas lahan yang telah ditinggalkan dan di dominasi oleh tanaman umur
panjang membentuk dusun baru dengan dengan ciri utama tanaman-tanaman umur
panjangnya telah mencapai tingkat pohon dan tiang. Pada fase ini dusun belum
14
memberikan hasil atau berproduksi, oleh karena itu masyarakat negeri rumahkay
menyebutkan fase ini sebagai dusun baru. 4). Fase dusun; fase ini di cirikan dengan
dominasi tanaman umur panjang (cengkih, pala, dan buah-buahan) yang telah berbentuk
pohon-pohonan serta telah berproduksi dengan baik. Tanaman pangan mulai ditanam
pada batas-batas luar dari dusun dan pada lahan-lahan kosong yang tembus sinar
matahari sehingga terbentuk suatu kawasan yang didalamnya terdapat tanaman umur
panjang berupa pohon-pohonan dan tanaman pangan.
Hairiyah dan Rahayu (2007) menyatakan bahwa tanaman berumur panjang yang
tumbuh di hutan maupun di kebun campuran (agroforestry) merupakan tempat
penimbunan atau penyimpanan C (rosot C = C sink) yang jauh lebih besar dari pada
tanaman semusim. Oleh karena itu, hutan alami dengan keragaman jenis pepohonan
berumur panjang dan seresah yang banyak merupakan gudang penyimpan C tertinggi
(baik di atas maupun di dalam tanah). Lebih lanjut dikatakan bahwa bila hutan diubah
fungsinya menjadi lahan-lahan pertanian atau perkebunan atau ladang penggembalaan
maka jumlah C tersimpan akan merosot. Penyimpanan C suatu lahan menjadi lebih
besar bila kondisi kesuburan tanahnya baik, atau dengan kata lain jumlah C tersimpan
di atas tanah (biomassa tanaman) ditentukan oleh besarnya jumlah C tersimpan di dalam
tanah (bahan organik tanah).
Penelitian ini direncanakan akan dilakukan pada Tipe lahan agroforestri dusun di
Kampung Malaumkarta Distrik Makbon Kabupaten Sorong. Pemilihan lokasi dilakukan
15
secara sengaja dengan pertimbangan bahwa lokasi merupakan salah satu desa yang
dinyatakan siap oleh PEMDA Sorong dalam rangka persiapan program REDD+ di
Papua Barat, lokasi merupakan salah satu desa yang memelihara kelestariannya dalam
mengelolah sumberdaya hutan dengan sistem agroforestri dusun. Obyek yang dikaji
pada penelitian ini adalah organ tanaman (akar, batang, cabang/ranting dan daun).
Pengukuran pohon-pohon sampel dilakukan pada bulan Januari - April 2014. Analisis
biomassa dilakukan di Laboratorium Ilmu-Ilmu Dasar UNIDAR setelah pengukuran
pohon-pohon sampel selesai yakni pada bulan Mei – Agustus 2014.
BBt
17
Keterangan :
Data yang telah diperoleh seperti diameter setinggi dada (DBH), tinggi pohon,
volume pohon, biomassa organ pohon dan total biomassa pohon, selanjutnya dicari
korelasi dan regresinya.
Dalam mencari korelasi dan regresinya dilakukan dengan metode dan analisis
regresi yang dikembangkan menjadi persamaan regresi. Secara umum persamaan
regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Y = aXb
Keterangan :
Y = Variabel bergantung (dependent variable), berupa total biomassa pohon
X = Variabel bebas (independent variable), berupa diameter setinggi dada (DBH) atau
DBH kuadrat dikalikan tinggi pohon (DBH2H)
a,b = Konstanta
METODE PENELITIAN
Penentuan
kandungan
biomassa
Pengovenan
Biomassa
Pelaporan
Penentuan Persamaan
alometrik
Pengolahan Data
Persiapan
M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10
DAFTAR PUSTAKA
20
Brown, S.,A.J.R. Gillespie and A.E. Lugo. 1989. Biomass Estimation Method for
Tropical Forest with Aplication to Forest Inventory Data. Forest Science 35(4):
881-902
FAO. 1987. Manual Inventore Hutan (diterjemahkan oleh H. Simon). UI Press. Jakarta.
Nurhidayati, Arief, W., Pramudya., Giorgio, B.I., Josi, C., Lili,H., Bernadinus, S., dan
Mumu, M. 2010. Hukum Perubahan Iklim. Huma, Jakarta.
Perum Perhutani. 1997. Pedoman Pembagian Batang Kayu Bundar Rimba. PHT 51-Seri
Produksi 96. Jakarta.
Purwanto, R.H. 2010. Bahan Ajar Produksi Hutan, Program Pascasarjana, Fakultas
Kehutanan UGM, Yogyakarta.
Purwanto , R.H. 2009. Bahan Ajar Inventore Biomassa Hutan, Program Pascasarjana,
Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Santoso, S. 2001. SPSS Versi 10: Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Penerbit
PT. Elex Media Komputindo. Kelompok Gramedia, Jakarta.
Sutaryo, D. 2009. Penghitungan Biomassa. Sebuah Pengantar untuk Studi Karbon dan
Perdagangan Karbon. Wetlands International Indonesia Programme, Bogor.
1. Honor
Waktu
Honor/Jam
Honor (jam/min Minggu Honor per Tahun
(Rp)
ggu)
Harga Harga
Material Justifiksi Pemakaian Kuantitas Satuan Peralatan
(Rp) Penunjang (Rp)
observasi perusahaan
Handy Cam dan dokumentasi 1 3.000.000 3.000.000
500.00
Printer cetak lembar data 1 500.000 0
200.00
Cartridge warna 1 200.000 0
browse literatur yg
Samsung Tab relevan 1 2.500.000 2.500.000
150.00
Flash disk 8 Gb data store 1 150.000 0
Harga Harga
Material Justifiksi Pemakaian Kuantitas Satuan Peralatan
(Rp) Penunjang (Rp)
200.00
Kertas A4 susun draft laporan 4 50.000 0
cetak lembar data dan 150.00
Refill inkjet draft laporan 3 50.000 0
komunikasi selama 200.00
Isi ulang pulsa kegiatan penelitian 2 100.000 0
browse literatur yg 400.00
Langganan internet relevan 4 100.000 0
4. Perjalanan
Harga Harga
Material Justifiksi Pemakaian Kuantitas Satuan Peralatan
(Rp) Penunjang (Rp)
(jam/minggu
)
Persiapan,
Ilmu pengumpulan data,
1 Syarif Ohorella 1216117801 Pengelolaan 48 pengolahan data,
Hutan analisis data dan
pelaporan
Persiapan,
Ilmu pengumpulan data,
2 Fitriyanti Kaliky 1213087801 Perencanaan 40 pengolahan data,
Hutan analisis data dan
pelaporan
1. KETUA PENELITI
25
a. Keterangan Diri
c. Riwayat Pendidikan
d. Pengalaman Penelitian
e. Pengalaman Workshop
2. ANGGOTA PENELITI
a. Keterangan Diri
c. Riwayat Pendidikan :
No Pendidikan/Jenjang Tempat Tahun
d. Pengalaman Penelitian :
e. Pengalaman Seminar :
1. Seminar Nasional "Menyibak Misteri dibalik Carbon Trade”
2. Seminar Internasional “ Land Conservation in Challenging Climate”
28