Anda di halaman 1dari 28

INVENTARISASI BIOMASSA KOMPONEN VEGETASI PADA TIPE LAHAN

AGROFORESTRI DUSUN

TIM PENGUSUL :

SYARIF OHORELLA,S.Hut. M.Si (KETUA)


NIDN: 1216117801
FITRIYANTI KALIKY, S.Hut. M.Sc (ANGGOTA)
NIDN: 1213087801

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DARUSSALAM AMBON
SEPTEMBER 2019
2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1
HALAMAN PENGESAHAN 2
DAFTAR ISI 3
RINGKASAN 4
I. PENDAHULUAN 5
II. TINJAUAN PUSTAKA 7
2.1 Biomassa Hutan dan Pengukuran Karbon 7
2.2 Inventore Hutan dan Parameter Pohon 10
2.3 Sistem Agroforestri Dusun 14
III METODE PENELITIAN 15
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 15
3.2 Alat dan Bahan Penelitian 15
3.3 Variabel Penelitian 16
3.4 Pengumpulan dan Analisis Data 16
3.4.1. Prosedur Pengambilan Pohon Sampel di Lapangan 16
3.4.2. Pengukuran Biomassa 18
3.4.3. Persamaan Allometrik 20
3.5. Diagram Alir Penelitian 22
IV BIAYA DAN JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN 23
4.1 Anggaran Biaya 23
4.2 Jadwal Peneltian 23
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian
Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas
Lampiran 3. Biodata Tim Peneliti
Lampiran 4. Surat Pernyataan Penelitian/Pelaksana

RINGKASAN

Untuk mendukung aktifitas pengurangan emisi maka melalui program Rencana


Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) perlu dilakukan
pengukuran cadangan karbon pada berbagai tipe lahan, salah satu diantaranya yaitu
lahan yang dikelolah oleh masyarakat dengan pola agroforestri dusun. Penelitian
tentang seberapa besar kandungan biomassa pada lahan agroforestri yang
dikembangkan oleh masyarakat dengan cara membangun suatu persamaan allometrik
biomassa pada organ pohon untuk menduga produksi biomassa pada komponen
vegetasi atau tegakan hutan yang terdapat di lahan agroforestri dusun. Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan persamaan allometrik untuk menduga biomassa dengan
parameter diameter setinggi dada (dbh) dan volume dalam rangka membantu
pemerintah daerah mempersiapkan agenda akademik terkait Program REDD++ di
3

maluku serta pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang karbon kehutanan.


Pengumpulan data dilakukan dengan metode destruktif sampling dengan pemilihan
pohon sampel secara Stratifield Random Sampling dan dipilih masing-masing sampel
per pohon per jenis berdasarkan diameter setinggi dada (dbh) dan volume pohon pada
tipe lahan agroforestri dusun di desa Liang kecamatan Salahutu kabupaten Maluku
Tengah.

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Emisi GRK dari sektor pertanian, kehutanan, dan penggunaan lahan lainnya
(land use, land-use change and forestry, LULUCF) berkontribusi secara signifikan
yaitu sekitar 17% terhadap total emisi GRK secara global. Untuk meningkatkan potensi
sosial ekonomi masyarakat dalam pengelolaan hutan secara berkelanjutan termasuk di
dalamnya upaya mitigasi untuk mengurangi emisi menjadi sangat penting bagi
4

Indonesia melalui skema REDD+ (Reducing Emission from Deforestation and Forest
Degradation Plus).

REDD+ merupakan pendekatan kebijakan dan insentif positif pada isu-isu yang
berkenaan dengan pengurangan emisi yang berasal dari penurunan kerusakan hutan dan
tutupan hutan di negara berkembang, peran konservasi, pengelolaan hutan secara lestari
serta peningkatan cadangan karbon hutan di negara berkembang. Pemerintah Indonesia
terus mendorong diakuinya REDD+ sebagai mekanisme internasional untuk
memberikan insentif yang bersifat positif bagi negara yang berhasil mengurangi emisi
dari deforestasi dan degradasi hutan.. Selain REDD+, aktivitas pengurangan emisi dari
LULUCF juga diprogramkan dalam Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas
Rumah Kaca (RAN-GRK) yang diatur oleh Perpres 61/2001, yang selanjutnya akan
dijabarkan menjadi Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-
GRK). Berdasarkan RAN-GRK, penurunan emisi GRK dari sektor LULUCF
ditargetkan sekitar 80% dari target total penurunan emisi atau sekitar 23% dari total
emisi Indonesia pada tahun 2020.

Maluku, salah satu Propinsi kepulauan di Indonesia sebagian besar (80%) dari
luas daratannya berupa hutan yang antara lain pengelolaannya oleh masyarakat dengan
pola agroforestri dusun. Agroforestri dusun merupakan suatu sistem pola tanam berbasis
pohon dapat mempertahankan cadangan karbon (C-stock) karena adanya akumulasi C
yang cukup tinggi dalam biomasa pepohonan. Selain dari pada itu sistem ini dapat
mengurangi emisi gas bila dibandingkan dengan sistem pertanian monokultur.
Untuk mendukung aktifitas pengurangan emisi maka melalui program Rencana
Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) perlu dilakukan
pengukuran cadangan karbon pada berbagai tipe lahan, salah satu diantaranya yaitu
lahan yang dikelolah oleh masyarakat dengan pola agroforestri dusun. Berdasarkan latar
belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang seberapa besar kandungan
biomassa pada lahan agroforestri yang dikembangkan oleh masyarakat dengan cara
membangun suatu persamaan allometrik biomassa pada organ pohon untuk menduga
produksi biomassa pada komponen vegetasi atau tegakan hutan yang terdapat di lahan
agroforestri dusun.
5

Penelitian ini didasarkan pada konsep kuantifikasi karbon yang di kembangkan


oleh Brown (1989) yang menyatakan bahwa jika rata-rata 50 % kandungan biomassa
tanaman adalah karbon, maka perlu di bangun persamaan allometrik biomassa tanaman
untuk mengkuantifikasi besarnya kandungan karbon pada tipe lahan agroforestri dusun
dalam rangka untuk mendukung program RAD-GRK di Papua Barat.

B. Rumusan Masalah
Masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana cara mengkuantifikasi kandungan karbon secara sederhana pada


tipe lahan agroforestri dusun oleh petani hutan di Papua Barat.

2. Bagaimana model Alometrik Biomassa yang handal dengan tingkat akurasi


yang tinggi dalam menduga biomassa pada tipe lahan Agrofrestri dusun di
Papua Barat.

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui besarnya kandungan Biomassa dan karbon pada tipe lahan
Agroforestri dusun di Maluku.

2. Mengetahui model persamaan Allometrik Biomassa tanaman pada tipe lahan


Agroforestri dusun di maluku.

3.

D. Luaran yang akan di capai

Model persamaan Alometrik Biomassa tanaman dan Karbon pada tipe lahan
agroforestri dusun adalah merupakan pengetahuan praktis bagi petani hutan atau
stakeholder tentang manfaat hutan sebagai penyimpan karbon, cara pengukuran dan
penghitungannya dalam rangka untuk meningkatkan potensi sosial ekonomi masyarakat
dalam pengelolaan hutan secara berkelanjutan termasuk di dalamnya upaya mitigasi
untuk mengurangi emisi melalui skema REDD+ (Reducing Emission from
Deforestation and Forest Degradation Plus).
6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biomassa Hutan dan Pengukuran Karbon

Biomassa hutan berperan penting dalam siklus biogeokimia terutama dalam


siklus karbon. Dari keseluruhan karbon hutan, sekitar 50% di antaranya tersimpan
dalam vegetasi hutan. Sebagai konsekuensi jika terjadi kerusakan hutan, kebakaran,
pembalakan dan sebagainya akan menambah jumlah karbon di atmosfer (Sutaryo,2009).
7

Fang (2001) menyatakan bahwa informasi mengenai biomassa hutan


dapat digunakan sebagai:
 Kuantifikasi gambaran ekosistem dan menunjukkan sumberdaya biomassa yang
tersedia.
 Mengukur jumlah unsur hara (nutrien) di dalam ekosistem, sehingga
menjelaskan siklus nutrien.
 Menunjukkan pengikatan energi di dalam ekosistem hutan.
 Menyediakan perkiraan isi karbon di dalam hutan
 Mengukur riap dalam hasil hutan, pertumbuhan dan produktifitas.
 Penilaian perubahan dalam struktur hutan

2.1.1. Metode Penghitungan Biomassa


Terdapat 4 cara untuk menghitung biomassa yaitu (i) sampling dengan
pemanenan (Destructive sampling) secara in situ; (ii) sampling tanpa pemanenan (Non-
destructive sampling) dengan data pendataan hutan secara in situ; (iii) pendugaan
melalui penginderaan jauh; dan (iv) pembuatan model. Untuk masing-masing metode
tersebut, persamaan allometrik digunakan untuk mengekstrapolasi cuplikan data ke area
yang lebih luas. Penggunaan persamaan allometrik standar yang telah dipublikasikan
sering dilakukan, tetapi karena koefisien allometrik ini bervariasi untuk setiap lokasi
dan spesies, penggunaan standar ini dapat mengakibatkan galat (eror) yang signifikan
dalam mengestimasikan biomassa suatu vegetasi (Heiskanen, 2006 dalam Sutaryo,
2009).
a. Sampling dengan pemanenan
Metode ini dilaksanakan dengan memanen seluruh bagian tumbuhan termasuk
akarnya, mengeringkannya dan menimbang berat biomassanya. Pengukuran dengan
metode ini untuk mengukur biomassa hutan dapat dilakukan dengan mengulang
beberapa area cuplikan atau melakukan ekstrapolasi untuk area yang lebih luas dengan
menggunakan persamaan allometrik. Meskipun metode ini terhitung akurat untuk
menghitung biomassa pada cakupan area kecil, metode ini terhitung mahal dan sangat
memakan waktu.
b. Sampling tanpa pemanenan
8

Metode ini merupakan cara sampling dengan melakukan pengukuran tanpa


melakukan pemanenan. Metode ini antara lain dilakukan dengan mengukur tinggi atau
diameter pohon dan menggunakan persamaan allometrik untuk mengekstrapolasi
biomassa.
c. Pendugaan dengan penginderaan jauh
Penggunaan teknologi penginderaan jauh umumnya tidak dianjurkan terutama
untuk proyek-proyek dengan skala kecil. Kendala yang umumnya adalah karena
teknologi ini relatif mahal dan secara teknis membutuhkan keahlian tertentu yang
mungkin tidak dimiliki oleh pelaksana proyek. Metode ini juga kurang efektif pada
daerah aliran sungai, pedesaan atau wanatani (agroforestry) yang berupa mosaik dari
berbagai penggunaan lahan dengan persil berukuran kecil (beberapa hektar saja).
d. Pembuatan model
Model digunakan untuk menghitung estimasi biomassa dengan frekuensi dan
intensitas pengamatan insitu atau penginderaan jauh yang terbatas. Umumnya, model
empiris ini didasarkan pada jaringan dari sampel plot yang diukur berulang, yang
mempunyai estimasi biomassa yang sudah menyatu atau melalui persamaan allometrik
yang mengonversi volume menjadi biomassa. (Australian Greenhouse Office, 1999
dalam Sutaryo, 2009).

2.1.2. Estimasi Biomassa Hutan/Pohon

Terdapat dua pendekatan untuk mengestimasikan biomassa di atas permukaan


dari suatu pohon/hutan. Dua pendekatan tersebut adalah pendekatan langsung dengan
membuat persamaan allometrik dan pendekatan tidak langsung dengan mengggunakan
"Biomass Expansion Factor”. Meskipun terdapat keuntungan dan kekurangan dari
masing-masing pendekatan, tetapi harus diperhatikan bahwa pendekatan tidak langsung
didasarkan pada faktor yang dikembangkan pada tingkat tegakan dari hutan dengan
kanopi yang tertutup (rapat) dan tidak dapat digunakan untuk membuat estimasi dari
pohon secara individu (IPCC, 2003).
1. Persamaan Allometrik

Menurut Huxley (1931) dalam Purwanto (2009), persamaan allometrik merupakan


hubungan eksponensial atau logaritmik yang mencirikan pertumbuhan harmonis dengan
9

perubahan secara proporsional. Dalam studi biomassa hutan/pohon persamaan


allometrik digunakan untuk mengetahui hubungan antara ukuran pohon (diameter atau
tinggi) dengan berat (kering) pohon secara keseluruhan.
Hubungan allometrik antar dua organ tanaman oleh Kittredge (1944) dalam
Purwanto (2009) secara sederhana dapat dinyatakan dalam hubungan sebagai berikut :
Y=aXb
Keterangan :
Y : Variabel bergantung (dependent variables), dalam hal ini dapat berupa kandungan
biomassa atau kandungan karbon tanaman ).
X : Variabel bebas (independent variables) dalam hal ini dapat berupa diameter
batang, tinggi pohon dan dimensi-dimensi lainnya.
a, b : konstanta

2.2 Inventore Hutan dan Parameter Pohon

Inventore hutan diperlukan untuk mengetahui kekayaan yang terkandung di


dalam suatu hutan pada saat tertentu. Hutan sebagai asosiasi masyarakat tumbuh-
tumbuhan dengan dominasi pohon-pohonan selalu mengalami perubahan setiap waktu.
Oleh karena itu jumlah kekayaan yang terkandung di dalam hutan juga selalu berubah
(Simon, 2007).
Lebih lanjut dikatakan bahwa nilai kekayaan suatu hutan tidak hanya
dipengaruhi oleh keadaan hutan yang ada pada waktu inventore serta taksiran perubahan
yang akan terjadi, tetapi juga ditentukan oleh faktor-faktor lain di luarnya. Semua itu
merupakan elemen-elemen yang akan dicatat dalam suatu inventore hutan. Secara garis
besar elemen-elemen tersebut dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu :
a) Keadaan hutannya sendiri. Informasi tentang kelompok ini meliputi luas areal,
jenis dan komposisi, persebaran diameter pohon, keadaan pertumbuhan,
kerapatan atau kepadatan bidang dasar, sistem permudaan, kualitas tegakan dan
keadaan tumbuhan bawah.
b) Keadaan lahan hutan. Informasi tentang keadaan lahan hutan yang perlu dicatat
dalam inventore hutan misalnya topografi, jenis dan sifat-sifat tanah, keadaan
berbatu, air tanah dan sebagainya
10

c) Keterangan lain. Elemen-elemen di luar hutan dan kawasan hutan yang ikut
menentukan atau memengaruhi nilai dan kualitas hutan juga perlu dicatat dalam
inventore hutan, seperti iklim, aksesibilitas, industri dan perdagangan, tata guna
lahan serta keadaan sosial ekonomi masyarakat.
Pemanfaatan sampling dalam inventarisasi hutan mempunyai keuntungan
sebagai berikut (Simon, 1993):
1. Pekerjaan dapat lebih cepat diselesaikan
2. Biaya yang dikeluarkan relatif lebih murah
3. Mempermudah penarikan kesimpulan dan mempertinggi kecermatan
4. Waktu yang dibutuhkan relatif lebih sedikit.
Inventore hutan dilakukan dengan mengukur parameter pohon, seperti diameter
setinggi dada, tinggi dan jumlah pohon per hektar. Dengan 3 macam parameter tersebut,
maka volume tegakan per hektar dapat dihitung (Simon, 1993).
2.2.1 Volume Kayu

Di dunia Kehutanan dikenal beberapa istilah untuk menyatakan volume kayu,


misalnya volume kayu batang (Vst), volume kayu tebal (Vdk) dan volume kayu pohon
(Vbm). Berdasarkan tabel normal hutan tanaman jati di Jawa dikenal ada 3 macam
sortimen kayu (Simon, 2007), yaitu :
1. Volume kayu batang (Vst), yaitu volume kayu di atas tunggak sampai
permulaan tajuk. Bagian pohon yang menyusun volume kayu ini adalah
batang pokok sampai percabangan pertama.
2. Volume kayu tebal (Vdk), yaitu volume kayu di atas tunggak sampai
diameter dengan kulit sebesar 7 cm. Di sini tercakup batang pokok dan
cabang-cabang besar.
3. Volume kayu pohon (Vbm), yaitu volume kayu yang terdapat di seluruh
pohon, mulai dari volume tunggak sampai ujung pohon termasuk ranting.
Cara penentuan volume yang cermat bagi batang pohon yang memiliki bentuk
yang tidak teratur adalah dengan menggunakan alat Xylometer, yaitu dengan cara
memasukan batang pohon ke dalam bak air dan menghitung kenaikan permukaan air
yang kemudian dihitung volumenya. Cara ini tentu saja tidak dapat dipakai untuk
mengukur volume pohon yang masih berdiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui
11

volume pohon yang masih berdiri adalah dengan menggunakan rumus penaksiran
(Simon, 1993).
Volume batang pohon merupakan hasil penjumlahan dari volume bagian-bagian
tersebut (West, 2009). Adapun rumus-rumus yang lazim digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Rumus Smallian:

2. Rumus Hubber:

3. Rumus Newton:

Keterangan:
Vs : Volume seksi batang (m3)
gl : Luas bidang dasar pangkal kayu bulat (m2)
gm : Luas bidang dasar tengah kayu bulat (m2)
gu : Luas bidang dasar ujung kayu bulat (m2)
L : Panjang seksi kayu bulat (m)
dl : Diameter pangkal seksi batang (m)
dm : Diameter tengah seksi batang (m)
du : Diameter ujung seksi batang (m)

1.2.2 Diameter Pohon


Pengukuran diameter pohon pada prinsipnya adalah mengasumsikan bahwa
keliling pohon merupakan lingkaran dan pengukuran dapat dilakukan pada tempat-
12

tempat tetap pada ketinggian pohon. Untuk menyatakan hal ini kemudian orang
menentukan patokan tempat pengukuran diameter yang lazim disebut diameter setinggi
dada (dbh) atau kira-kira setinggi 1,3 m dari permukaan tanah (Simon, 2007).
Pengukuran diameter batang biasanya dilakukan setinggi dada karena di samping
mudah dalam pelaksanaannya, juga berpengaruh baik terhadap perhitungan luas bidang
dasar (Lbds) dan volume tegakan.

1.2.3 Tinggi Pohon

Setelah diameter, tinggi pohon merupakan parameter lain yang mempunyai arti
penting dalam penaksiran hasil hutan. Bersama diameter, tinggi pohon diperlukan untuk
menaksir volume dan riap.
Dalam inventore hutan biasanya dikenal beberapa macam tinggi pohon, yaitu:
1. Tinggi total, yaitu tinggi dari pangkal pohon di permukaan tanah sampai puncak
pohon.
2. Tinggi batang bebas cabang, yaitu tinggi pohon dari pangkal batang di
permukaan tanah sampai cabang pertama untuk jenis daun lebar atau crown
point untuk jenis conifer yang membentuk tajuk.
3. Tinggi batang komersial, yaitu tinggi batang pada saat inventore laku dijual
dalam perdagangan (Simon, 2007)
Selain parameter tinggi pohon dan diameter, faktor bentuk juga diperlukan
sebagai penghubung antara volume suatu silinder dengan volume batang atau pohon.
Bentuk batang berkaitan dengan perubahan diameter batang karena perubahan tinggi
pengukuran. Karena perbedaan diameter pada berbagai macam ketinggian ini, maka
secara umum ada 3 macam bentuk batang, yaitu :
1. Pada pangkal, berbentuk neiloid.
2. Pada bagian tengah, berbentuk silindris atau paraboloid
3. Pada ujung pohon, berbentuk konus. (Simon, 2007)

2.3 Sistem Agroforestri Dusun


Agroforestri merupakan sebuah istilah baru yang diberikan kepada sistem
pertanian yang sudah lama dipraktekkan. Bermacam-macam definisi telah
13

dikembangkan oleh peneliti agroforestri, sesuai dengan sifat dari masing-masing


komponen penyusun sistem tersebut di tempat aslinya.
Praktek pengelolaan hutan yang telah membudaya seperti itu, bagi masyarakat
Maluku dan masyarakat Rumahkay, dikenal dengan istilah dusun. Dusun telah dikenal
oleh masyarakat Maluku sejak nenek moyang mereka, ini terbukti dari penggunaan
istilah dusun pada jenis-jenis sumber daya alam tertentu seperti antara lain dusun sagu,
dusun damar, dusun meranti yang merupakan warisan masa lalu.

Di negeri Rumahkay, terdapat dua bentuk dusun yaitu: (1) dusun yang di bangun
oleh masyarakat (2) dusun yang berbentuk hutan alam (dusun damar, dusun sagu, dusun
cengkih, dsb). Dusun yang di bangun oleh masyarakat Rumahkay saat ini, proses
pembentukannya melalui 4 fase, yaitu fase ladang, fase aong (bekas kebun campuran
yang ditinggalkan), fase dusun baru (dusun yang belum memberikan hasil) dan fase
dusun (dusun yang sudah memberikan hasil).

empat fase terbentuknya suatu dusun dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Fase
ladang; fase ini dikenal dengan fase dimana kegiatan berladang di mulai. Fase ini
ditandai dengan kegiatan pembersihan melalui penebangan dan pembakaran. Pada fase
ini, masyarakat mulai melakukan penanaman dengan sistem mengkombinasikan
tanaman umur pendek seperti : kacang tanah, jagung, ubi jalar, ubi talas, terung, cabe,
ubi kayu dan pisang guna pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari dan
tanaman umur panjang seperti : cengkeh, pala, durian, coklat, kelapa, mangga, langsat,
cempedak dan lainnya sebagai kebutuhan hidup masyarakat pada jangka waktu yang
panjang. Kemudian ladang dibiarkan atau di tinggalkan setelah tanahnya sudah tidak
subur atau tidak bisa digarap lagi sekitar 3-4 tahun. 2). Fase aong; fase ini merupakan
fase lanjutan dari proses ladang yang ditinggalkan sejak 3 – 4 tahun. Pada fase ini tidak
ditemukan lagi tanaman umur pendek seperti : kacang tanah, jagung, ubi jalar, ubi talas,
terung, cabe, ubi kayu dan pisang. Ciri utama fase ini adalah ladang di dominasi oleh
vegetasi tanaman umur panjang sampai berbentuk vegetasi hutan sekunder. 3). Fase
dusun baru; bekas lahan yang telah ditinggalkan dan di dominasi oleh tanaman umur
panjang membentuk dusun baru dengan dengan ciri utama tanaman-tanaman umur
panjangnya telah mencapai tingkat pohon dan tiang. Pada fase ini dusun belum
14

memberikan hasil atau berproduksi, oleh karena itu masyarakat negeri rumahkay
menyebutkan fase ini sebagai dusun baru. 4). Fase dusun; fase ini di cirikan dengan
dominasi tanaman umur panjang (cengkih, pala, dan buah-buahan) yang telah berbentuk
pohon-pohonan serta telah berproduksi dengan baik. Tanaman pangan mulai ditanam
pada batas-batas luar dari dusun dan pada lahan-lahan kosong yang tembus sinar
matahari sehingga terbentuk suatu kawasan yang didalamnya terdapat tanaman umur
panjang berupa pohon-pohonan dan tanaman pangan.

Hairiyah dan Rahayu (2007) menyatakan bahwa tanaman berumur panjang yang
tumbuh di hutan maupun di kebun campuran (agroforestry) merupakan tempat
penimbunan atau penyimpanan C (rosot C = C sink) yang jauh lebih besar dari pada
tanaman semusim. Oleh karena itu, hutan alami dengan keragaman jenis pepohonan
berumur panjang dan seresah yang banyak merupakan gudang penyimpan C tertinggi
(baik di atas maupun di dalam tanah). Lebih lanjut dikatakan bahwa bila hutan diubah
fungsinya menjadi lahan-lahan pertanian atau perkebunan atau ladang penggembalaan
maka jumlah C tersimpan akan merosot. Penyimpanan C suatu lahan menjadi lebih
besar bila kondisi kesuburan tanahnya baik, atau dengan kata lain jumlah C tersimpan
di atas tanah (biomassa tanaman) ditentukan oleh besarnya jumlah C tersimpan di dalam
tanah (bahan organik tanah).

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilakukan pada Tipe lahan agroforestri dusun di
Kampung Malaumkarta Distrik Makbon Kabupaten Sorong. Pemilihan lokasi dilakukan
15

secara sengaja dengan pertimbangan bahwa lokasi merupakan salah satu desa yang
dinyatakan siap oleh PEMDA Sorong dalam rangka persiapan program REDD+ di
Papua Barat, lokasi merupakan salah satu desa yang memelihara kelestariannya dalam
mengelolah sumberdaya hutan dengan sistem agroforestri dusun. Obyek yang dikaji
pada penelitian ini adalah organ tanaman (akar, batang, cabang/ranting dan daun).
Pengukuran pohon-pohon sampel dilakukan pada bulan Januari - April 2014. Analisis
biomassa dilakukan di Laboratorium Ilmu-Ilmu Dasar UNIDAR setelah pengukuran
pohon-pohon sampel selesai yakni pada bulan Mei – Agustus 2014.

3.2. Alat dan Bahan Penelitian


Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
- Alat tulis untuk merekapitulasi data
- Phi band untuk mengukur diameter pohon
- Hagameter untuk mengukur tinggi pohon
- Pita ukur atau meteran untuk membantu dalam pembuatan plot sampel serta untuk
mengukur panjang pohon rebah.
- Gergaji tangan untuk memotong batang, cabang dan akar
- Parang untuk memotong ranting dan akar berukuran kecil.
- Cangkul dan linggis untuk menggali akar pohon.
- Karung plastik untuk wadah sampel
- Timbangan berkapasitas 35 kg untuk mengukur berat basah organ pohon
- Timbangan digital (ketelitian 0,01 g dan 0,0001 g) untuk mengukur berat sampel
biomassa.
- Kaliper untuk mengukur dimensi (panjang, lebar dan tebal) sampel
- Oven listrik untuk mengeringkan sampel
- Software Microsoft Office 2007 dan SPSS 18 digunakan untuk mengolah data.

3.3. Variabel penelitian


- Diameter batang setinggi dada (diameter batang pada ketinggian 1,3 m dari
permukaan tanah/diameter breast high)
- Tinggi pohon total
16

- Faktor bentuk (form factor)


- Volume pohon berdiri
- Volume sortimen
- Berat basah tiap-tiap organ pohon di atas permukaan tanah (batang, cabang/ranting
dan daun),
- Berat basah organ pohon di dalam tanah (akar)
- Berat basah sampel organ tanaman (akar, batang, cabang/ranting dan daun)
- Berat kering sampel organ tanaman (akar, batang, cabang/ranting dan daun)
- Biomassa organ pohon di atas permukaan tanah (batang, cabang/ranting dan daun)
- Biomassa organ pohon di dalam tanah (akar)
- Root to Shoot Ratio (R/S)

3.4. Pengumpulan dan Analisis Data

3.4.1 Pemilihan dan Penebangan Pohon Sampel


Pemilihan pohon sampel dilakukan secara purposive pada setiap jenis pohon
yang terdapat di lahan agroforestri dusun. Pohon sampel yang terpilih sebelum ditebang
dilakukan pengukuran tinggi pohon, dbh dan diameter pangkalnya (collar). Selanjutnya
ditebang, dikelompokkan organ–organ tanaman (batang, cabang/ranting, daun dan akar)
untuk diukur kandungan biomassanya.

3.4.2. Pengukuran Biomassa di Atas Permukaan dan di Dalam Tanah

Kandungan biomassa sampel organ pohon di atas permukaan tanah (batang,


cabang/ranting dan daun) dan di dalam tanah (akar) ditimbang dan diukur berat basah
dan berat kering tanur. Berat basah diperoleh dengan menimbang sampel sebelum
dimasukkan ke dalam oven. Sedangkan berat kering tanur diperoleh dengan cara
pengovenan pada suhu 103 ± 2° C untuk sampel batang,cabang/ranting dan akar
sedangkan untuk daun dilakukan pengovenan pada suhu 80±2 o C sampai tercapai berat
kering konstan atau berat kering tanur
Tiap bagian organ batang, cabang, daun maupun akar dihitung kandungan
biomassanya dengan menggunakan rumus berikut :

BBt
17

Keterangan :

BO = Biomassa organ; biomassa daun , biomassa cabang, biomassa batang dan


biomassa akar.
BK = Berat kering konstan sampel (g).
BB = Berat basah sampel (g)
BBt = Berat basah per bagian pohon; berat basah daun, berat basah cabang, berat
basah akar dan berat basah batang

Biomassa total untuk setiap individu pohon diperoleh dengan menjumlahkan


biomassa di atas permukaan tanah dan biomassa di dalam tanah, dengan rumus : Btot
= Babg + Ba
Keterangan: Btot = Biomassa total individu pohon
Babg = Biomassa di atas permukaan tanah
Ba = Biomassa di dalam tanah

3.4.3. Persamaan Allometrik

Data yang telah diperoleh seperti diameter setinggi dada (DBH), tinggi pohon,
volume pohon, biomassa organ pohon dan total biomassa pohon, selanjutnya dicari
korelasi dan regresinya.
Dalam mencari korelasi dan regresinya dilakukan dengan metode dan analisis
regresi yang dikembangkan menjadi persamaan regresi. Secara umum persamaan
regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Y = aXb
Keterangan :
Y = Variabel bergantung (dependent variable), berupa total biomassa pohon
X = Variabel bebas (independent variable), berupa diameter setinggi dada (DBH) atau
DBH kuadrat dikalikan tinggi pohon (DBH2H)
a,b = Konstanta

3.5 Diagram Alir Penelitian

Untuk memperjelas langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada diagram alir


di bawah ini.
18

METODE PENELITIAN

Pengukuran dan pengambilan


sampel pohon

Pemisahan organ tanaman

Akar Batang Cabang/r Daun


anting

Penentuan
kandungan
biomassa

Pengovenan

Biomassa

Biomass Expansion Factor (BEF) dan


Root to Shoot Ratio (R/S)

BAB IV. BIAYA DAN JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

4.1 Anggaran Biaya

No NAMA KEGIATAN PERKIRAAN BIAYA KET.


19

1. Gaji dan Upah Rp. 3.040.000.- 22% dari Total


Anggaran

2. Bahan habis pakai dan Rp. 7.300.000.- 45% dari Total


Peralatan Penelitian Anggaran

3. Biaya Perjalanan Rp. 2.580.000.- 15% dari Total


Anggaran

4. Biaya lain ( Publikasi, Rp. 1.075.000.- 18% dari Total


Seminar, Laporan dan lain- Anggaran
lain )

Total Rp. 15.000.000.-

4.2 Jadwal Penelitian

Pelaporan    

Analisis Biomasa dan


karbon    

Penentuan Persamaan
alometrik    

Pengolahan Data      

Identifikasi sampel untuk


uji laboratorium      

Pengukuran sampel dan


Pengumpulan Data
lapangan        

Persiapan  

M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10

DAFTAR PUSTAKA
20

Brown, S.,A.J.R. Gillespie and A.E. Lugo. 1989. Biomass Estimation Method for
Tropical Forest with Aplication to Forest Inventory Data. Forest Science 35(4):
881-902

Brown, S.1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forests: a


Primer. (FAO Forestry Paper - 134). FAO, Rome.

FAO. 1987. Manual Inventore Hutan (diterjemahkan oleh H. Simon). UI Press. Jakarta.

Hairiah, K dan Rahayu, S. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai Macam


Penggunaan Lahan. World Agroforestry Centre. ICRAF Southeast Asia
Regional Office. Bogor

Nurhidayati, Arief, W., Pramudya., Giorgio, B.I., Josi, C., Lili,H., Bernadinus, S., dan
Mumu, M. 2010. Hukum Perubahan Iklim. Huma, Jakarta.

Perum Perhutani. 1997. Pedoman Pembagian Batang Kayu Bundar Rimba. PHT 51-Seri
Produksi 96. Jakarta.

Purwanto, R.H. 2010. Bahan Ajar Produksi Hutan, Program Pascasarjana, Fakultas
Kehutanan UGM, Yogyakarta.

Purwanto , R.H. 2009. Bahan Ajar Inventore Biomassa Hutan, Program Pascasarjana,
Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.

Santoso, S. 2001. SPSS Versi 10: Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Penerbit
PT. Elex Media Komputindo. Kelompok Gramedia, Jakarta.

Sulaiman, W. 2004. Analisis Regresi Menggunakan SPSS. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Simon, H. 2007. Metode Inventore Hutan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Susanta, G dan Hari, S. 2008. Akankah Indonesia Tenggelam Akibat Pemanasan


Global?. Penebar Swadaya, Jakarta

Sutaryo, D. 2009. Penghitungan Biomassa. Sebuah Pengantar untuk Studi Karbon dan
Perdagangan Karbon. Wetlands International Indonesia Programme, Bogor.

Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian


21
22

1. Honor        
Waktu
Honor/Jam
Honor (jam/min Minggu Honor per Tahun
(Rp)
ggu)

Ketua 16.000 6 20 1.920.000

Anggota 14.000 4 20 1.120.000


Sub Total (Rp) 3.040.000
2. Peralatan Penunjang        

Harga Harga
Material Justifiksi Pemakaian Kuantitas Satuan Peralatan
(Rp) Penunjang (Rp)

observasi perusahaan
Handy Cam dan dokumentasi 1 3.000.000 3.000.000
500.00
Printer cetak lembar data 1 500.000 0
200.00
Cartridge warna   1 200.000 0
browse literatur yg
Samsung Tab relevan 1 2.500.000 2.500.000
150.00
Flash disk 8 Gb data store 1 150.000 0

Sub Total (Rp) 6.350.000

3. Bahan Habis Pakai        

Harga Harga
Material Justifiksi Pemakaian Kuantitas Satuan Peralatan
(Rp) Penunjang (Rp)

200.00
Kertas A4 susun draft laporan 4 50.000 0
cetak lembar data dan 150.00
Refill inkjet draft laporan 3 50.000 0
komunikasi selama 200.00
Isi ulang pulsa kegiatan penelitian 2 100.000 0
browse literatur yg 400.00
Langganan internet relevan 4 100.000 0

Sub Total (Rp) 950.000


       
23

4. Perjalanan

Harga Harga
Material Justifiksi Pemakaian Kuantitas Satuan Peralatan
(Rp) Penunjang (Rp)

Perjalanan dari dan ke 300.00


desa Liang observasi, penebangan 6 50.000 0
Perjalanan dari dan ke pembagian sampel 600.00
desa Liang berdasarkan ukuran 6 100.000 0
Perjalanan dari dan ke pengukuran pohon- 360.00
desa Liang pohon sampel 6 60.000 0
Perjalanan dari dan ke pengangkutan sampel
desa Liang dari lokasi ke lab 2 200.000 1.000.000
perjalanan dari dan ke 200.00
laboratorium pengujian sampel 2 100.000 0
Perjalanan dari dan ke pembelian peralatan 120.00
kota ambon ATK 3 40.000 0

Sub Total (Rp) 2.580.000


5. Lain-lain        
Harga
Harga
Peralatan
Material Justifiksi Pemakaian Kuantitas Satuan
Penunjang
(Rp)
(Rp)
900.00
Publikasi Jurnal   3 300.000 0
Sewa Mobil untuk
pengangkutan Sampel
dari lokasi ke Lab 2 500.000 1.000.000
Penyusunan Laporan      
75.00
- Jilid hard cover   5 15.000 0
100.00
- Foto copy Perbanyakan laporan 5 20.000 0
Sub Total (Rp) 1.075.000
Total (Rp) 15.000.000

Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Peneliti Dan Pembagian Tugas

No Nama NIDN Bidang Alokasi Uraian Tugas


Ilmu Waktu
24

(jam/minggu
)

Persiapan,
Ilmu pengumpulan data,
1 Syarif Ohorella 1216117801 Pengelolaan 48 pengolahan data,
Hutan analisis data dan
pelaporan

Persiapan,
Ilmu pengumpulan data,
2 Fitriyanti Kaliky 1213087801 Perencanaan 40 pengolahan data,
Hutan analisis data dan
pelaporan

Lampiran 3. Biodata Tim Peneliti

1. KETUA PENELITI
25

a. Keterangan Diri

Nama : Syarif Ohorella, S.Hut. M.Si


NIDN : 1216117801
Tempat dan Tanggal lahir : Tulehu, 16-11-1978
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan Tertinggi : Sekolah Pascasarjana (S2)
Pangkat dan Golongan Ruang : Penata / IIIc
Jabatan Fungsional : Lektor
Alamat : Tulehu Jl. Sahuriun No. 35
Kamp. Baru
No.Hp : 081322455878
Alamat E-mail : agrohut@gmail.com

b. Mata Kuliah yang diampu

Mata kuliah yang diampu :


1. Pengantar Ilmu Kehutanan
2. Agroforestri
3. Manajemen Hutan
4. Perencanaan Hutan
5. Hutan Kemasyarakatan
6. Kebijakan & PerUU Kehutanan
7. Metode Penelitian & Penulisan Karya Ilmiah
8. Hidrologi Hutan

c. Riwayat Pendidikan

No Pendidikan/Jenjang Tempat Tahun

1 Sarjana Strata Satu (S1) Makassar/UNHAS 2003


2 Sarjana Strata Dua (S2) Bogor/IPB 2010

d. Pengalaman Penelitian

2010 – 2011 : Estimasi Biomassa dan Karbon Tegakan Sengon


(Paraserianthes falcataria (L.)Nielsen) pada Lahan
Agroforestri’
2011-2012 : Komposisi Jenis Dan Pola Penyebaran Tumbuhan Bawah
Pada Komunitas Lahan Agroforestri Dusun Yang Dikelola
Petani Di Desa Liang
2013 Estimasi kandungan Biomassa dan karbon Tanaman Pala
pada Lahan Agroforestri dusun (PDP DP2M Dikti 2013/
Terbit jurnal AGROHUT Faperta Unidar 2013)
26

e. Pengalaman Workshop

2010 : Workshop National Carbon Accounting System


2013 : Pengembangan Kapasitas Kelembagaan KPH dalam
Penanganan Perubahan Iklim dan Implementasi REDD+ di
Kabupaten Maluku Tengah

2. ANGGOTA PENELITI
a. Keterangan Diri

Nama : Fitriyanti Kaliky, S.Hut. M.Sc


NIDN : 1213087801
Tempat dan Tanggal lahir : Luhu, 13-08-1978
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan Tertinggi : Sekolah Pascasarjana (S2)
Pangkat dan Golongan Ruang : Penata Muda Tk I/IIIa
Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
Alamat : Asrama Polda Perigi Lima Blok B Lt II.
No. 4 Waehaong - Ambon
No.Hp : 081343074934
Alamat E-mail : fitriyantikaliky@yahoo.co.id

b. Mata Kuliah Yang Diampuh :


1. Perencanaan Hutan
2. Inventarisasi Hutan
3. Ekonomi Sumber Daya Hutan
4. Pemanenan Hasil Hutan

c. Riwayat Pendidikan :
No Pendidikan/Jenjang Tempat Tahun

1 Sarjana Strata Satu (S1) Samarinda/Unmul 2002


2 Sarjana Strata Dua (S2) Jogjakarta/UGM 2012

d. Pengalaman Penelitian :

2010 – 2011 : Pengukuran Stock Karbon pada Kelas Perusahaan Jati


Melalui Penyusunan Persamaan Allometrik di Kawasan
27

Hutan Perum Perhutani


2011 – 2012 : Analisis Biomassa dan Karbon Tanaman Mahoni
(Swietenia macrophylla King) serta Hubungannya
dengan Potensi Kayu di KPH Randublatung Perum
Perhutani Unit I Jawa Tengah
2013 : Estimasi kandungan Biomassa dan karbon Tanaman
Pala pada Lahan Agroforestri dusun

e. Pengalaman Seminar :
1. Seminar Nasional "Menyibak Misteri dibalik Carbon Trade”
2. Seminar Internasional “ Land Conservation in Challenging Climate”
28

Anda mungkin juga menyukai