Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Degradasi lahan merupakan hal penting yang harus menjadi perhatian pemerintah
khususnya masyarakat yang secara langsung terjun dan berpartisipasi langsung dalam kegiatan
pertanian. Degradasi lahan merupakan suatu masalah yang muncul akibat beberapa faktor
pendorong, seperti alih fungsi lahan, penggunaan bahan kimiayang tidak susuai prosedeur dan
berlebihan yang dapat kita kata sebagi ulah dari masnusia itu sendiri yang berlombo mencapai
keuntungan maksimum tanpa memikirkan keberkanjutan produktivitas dan kesehatan lahannya.
Di Provinsi Nusa Tenggara Barat sendiri, degaradasi lahan sudah tidak dapat terelakkan.
Pengallih fungsian dari lahan dari yang semualanya hutan yang asri menajdi lahan pertnian
tentunya menyebabkan degradasi lahan seperti erosi pada lahan miring dan mudahnya lapisan
tanah atas terkikis karena aliran air yang deras yang disebabkan tidak adanya akar pohon
sebagai penahan yang tentu akan mengurai usur hara alami tanah. Hal ini juga berdampak
dengan seringnya terjadi bencana yang di akibatkan oleh pembabatan bukit dan gunung-gunung
yang ada di kawasan Provinsi NTB khususnya di Pulau Sumbawa.
Degradasi mengakibatkan produktivitas lahan menurun akibat kekurangan air dan
unsurhara lainnnya. Huntan gundul menjadi problem karena kurangannya pengawasan dalam
pengaplikasian kebijakan pemertintah di Provinsi NTB, contohnya adalah program PIJAR yang
justru membuat petani berlomba-lomba membabat dan menggundulkan hutan dan bukit-bukit.
Sehingga berdampak panjang pada stabilitas produktivitas lahan petani kedepannya serta
dampak kritis lainnya termasuk bencana alam pada lingkuan sekitar pertanian dan pemukiaman.
Oleh karena beratnya masalah ini pada jangka panjang, sehingga perlu adanya
identifikasi yang berkelanjutan untuk menghindari dan mengurangi degradasi lahan yang terjadi
di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana dampak degradasi lahan di provinsi NTB?
b. Bagaimana upaya awal yang harus didilakukan untuk meminimalisasi degradasi lahan?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui dampak degradasi lahan dan upaya meminimukannya.
BAB II PEMBAHASAN
Provinsi Nusa Tenggara barat merupakan satu dari beberapa wilayah yang menjadi
harapan pangan nasional. Dengan kawasan pertanian yang luas NTB diharapakan dapat selalu
ikut berperan untuk ketersediaan pangan tingkat nasional. Begitu banyak langkah dan program
yang dicanangkan pemerintah dalam mendukung dan mengembangkan hal tersebut seperti
PIJAR (Sapi-Jagung-Rumpu Laut) dan PAJALE (Padi jagung Kedelai).
Namun yang lupat dari perhatian kita adalah degradasi lahan yang terjadi di Provinsi
NTB, yang juga merupakan masalah pokok pemerintah di dalam mengembangkan pertanian
Indonesia khususnya Provinsi NTB. Keadaan iklim yang berubah-ubah diikuti dengan budaya
merusak da tidak bertanggung jawab dari beberapa inedividu atau golongan membuat kestabilan
kondisi tanah dan pasokan air tanah serta bencana alam seperti longsor dan banjir menjadi
maslah yang berat bagi masyarakat khususnnya petani.
Alih fungsi lahan yang terjadi sangat besar dan dapat meneyeabkan masalah jangka
panjang. Hutan yang asri bukit dan gunung yang di penuhi pepohonan yang dapat menyedaiakan
dan menstabilkan pasokan air tanah ditebang dan digundulkan dan dialhfungsikan menajdi lahan
pertanian. Hal ini dapat memicu terjadinya erosi, tanah longsor dan banjir yang tentunya dapat
mengubah kondisi tanah dan mengurangi unsur-unsur penting pada permukaan tanah atau
lapisan primer tanah yang kaya akan unsur-unsur yang baik dan dibutuhkan oleh tanaman.
Degradasi ini dalam jangka panjang dapat menyebabkan lahan menajdi rusak parah dan
menjadi kritis. Sehingga luas lahan yang produktiv untuk ditanami akan berkurang, dan tentunya
akan berdampak pada petani dan bangsa indonesia pada umumnya. Pada tahun 2012 dari hasil
identifikasi Badan Pusat statistic NTB, untuk semua lahan kritis yang ada di kabupaten/kota
yang ada di Provinsi Nusa tengaara barat seperti pada table berikut.

Luas Lahan Kritis di Nusa Tenggara Barat 2012


Critical land Location in Nusa Tenggara Barat 2012

Kabupaten / Kota Luas Lahan Kritis Jumlah


Dalam kawasan Luar kawasan
Regency / Authority
hutan hutan
  (Ha) (Ha) (Ha)
-1 -2 -3 -4

1. Lombok Barat 5,707.12 6,440.29 12,147.41


2. Lombok Tengah 3,484.59 4,871.47 8,356.06
3. Lombok Timur 19,778.76 6,749.51 26,528.27
4. Lombok Utara 11,130.57 3,508.32 14,638.89
5. Sumbawa Barat 12,563.55 15,970.82 28,534.37
6. Sumbawa 37,223.62 92,051.95 129,275.57
7. Dompu 24,949.49 38,891.73 63,841.22
8. Bima 66,343.24 90,849.99 157,193.23
9. Kota Bima 7.72 3,886.45 3,894.17
10. Kota Mataram 0 0 0
       
Jumlah / Total 181,188.66 263,220.53 444,409.19
Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Barat
Source : Forestry Office of Nusa Tenggara Barat Province
Data di atas menunjukkan luasnya lahan kritis di provinsi NTB sangat besar terutama di
Kabupaten Sumbwa tengan total luas lahan kritis sebesar 129,275.57 Ha dan Kabupaten bima
sebesar 157,193.23 Ha, yang dua wilayah ini juga didominasi oleh lahan kering. Besarnya
tingkat kritis hutan di masing-masing kabupaten terbilang besar yang di kuti dengan besarnya
tingkat kritis lahan di luar hutan. Total luas lahan kritis hutan sebesar 181,188.66 Ha sedangkan
di luar kawasan hutan luas lahan kritis sebesar 263,220.53 Ha. Angka besar pada identifikasi
tahun 2012 ini tentunya akan sangat berdampak bagi masyrakat khususnya petani, dampak yang
ditimbulkan dapat berlangsung dalam jangka waktu yang panajang dan ada juga dampak yang
langsung seketika dapat di rasakan dalam priode waktu yang sama.
Lahan kritis ini tentunya akan berdampak pada produktivitas tanah dan kesehatan tanah
dengan kandungan unsur hara alaminya. Produktivitas tanah yang menurun secara ekonomi akan
berdampak kepada petani, pendapatan petani akan semakin menurun dan akan berdampak luas
bagi ketersedia pangan nasional. Secara nayata dampak dari kerusakan dan kritisnya lahan ini
akan memberi tekanan pada petani, mereka akan cendrung akan semakin arogan secara pisikis
karena mereka butuh pendapatan yang tinggi yang secara otomatis petani akan kembali
melakukan alih fungsi lahan dan melakukan pembabatan untuk membuka lahan baru yang
kedepannya akan semakin memperparah kondisi lahan dan lingkungan sekitar mereka.
Pemerintah harus senakin tegas dalam membuat suatu kebijakan dan harus melakukan
pengawasan dalam setiap kebijakannya secara kontinu. Penyuluhan pertanian dan kepedulian
lingkungan perlu dilakukan untuk memeberikan wawasan dan kesadaran kepada masyarakat
untuk sama-sama menjaga kesehatan lahan untuk kesejahteraan semua pihak yang ada di dalam
masyaarakt khususnys masyarakat Nusa Tenggara Barat. Untuk mencapai harapan agar tidak
terjadinya degradasi lahan pemerintah dan masyarakat harus seceara bersama-sama melakuakan
tindakan-tindakan yang positif untuk mnyelamatkan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat ke
dapannya.
Kekeringan yang terjadi dbeberapa wilayah di NTB harus terus di upayakan dan
diberiakan solusi yang terbaik yang dapat berlangsung dalam jangka panjang. Karena tidak
semua wilayah di NTB dapat dibuat bendungan penampung air pada musim hujan untuk
digunakan dimusim kemarau. Karena struktur dan tekstur tanah berbeda antar satu wilayah.
Penyuluhan mengenai penggunaan bahan kimia yang tepat (dosis,waktu dan jenis) pada lahan
juga harus selalu ditingkatkan agar lahan dapat berproduksi dengan semestinya. Sehingga
kedepannya luas lahan kritis di wilaya NTB dapat terus dikurangi, dan penyuluhan serta
pendekatan kemasyarakatan merupakan lagkah pertama dalam managgulangi hal ini.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Degradasi lahan yang terjadi di NTB menyebabkan lahan menjadi rusak dan kritis. Unsur
hara dan pasokan air tanah berkurang sehingga banyaknya terjadi kekeringan lahan yang
berdampak pada menurunnya produktivitas lahan dan berdampak panjang pada persediaan
pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat dan petani pada khususnya dari segi ekonomi.
Yang harus ditanggulangi dengan melakukan pemyuluhan dan pendekatan masyarakat pada
tahap pertama dan pemerintah harus membuat kebijakan yang tegas dan control berkelanjutan
padan setiap kebijakan dan aktivitas lahan pertanain secara umum.
3.2 Saran
Dinas pertanian dan Dinas kehutanan harus bekerja sama secara aktif dengan perangkat
desa dan masyarakat tani untuk menciptkan kesejahteraan bersama dan melakukan penyuluhan
penanganan lahan kritis dan terdegradasi untuk mengembalikan kondisi lahan menjadi lebih
baik.

Anda mungkin juga menyukai