Degradasi lahan merupakan hal penting yang harus menjadi perhatian pemerintah khususnya masyarakat yang secara langsung terjun dan berpartisipasi langsung dalam kegiatan pertanian. Degradasi lahan merupakan suatu masalah yang muncul akibat beberapa faktor pendorong, seperti alih fungsi lahan, penggunaan bahan kimiayang tidak susuai prosedeur dan berlebihan yang dapat kita kata sebagi ulah dari masnusia itu sendiri yang berlombo mencapai keuntungan maksimum tanpa memikirkan keberkanjutan produktivitas dan kesehatan lahannya. Di Provinsi Nusa Tenggara Barat sendiri, degaradasi lahan sudah tidak dapat terelakkan. Pengallih fungsian dari lahan dari yang semualanya hutan yang asri menajdi lahan pertnian tentunya menyebabkan degradasi lahan seperti erosi pada lahan miring dan mudahnya lapisan tanah atas terkikis karena aliran air yang deras yang disebabkan tidak adanya akar pohon sebagai penahan yang tentu akan mengurai usur hara alami tanah. Hal ini juga berdampak dengan seringnya terjadi bencana yang di akibatkan oleh pembabatan bukit dan gunung-gunung yang ada di kawasan Provinsi NTB khususnya di Pulau Sumbawa. Degradasi mengakibatkan produktivitas lahan menurun akibat kekurangan air dan unsurhara lainnnya. Huntan gundul menjadi problem karena kurangannya pengawasan dalam pengaplikasian kebijakan pemertintah di Provinsi NTB, contohnya adalah program PIJAR yang justru membuat petani berlomba-lomba membabat dan menggundulkan hutan dan bukit-bukit. Sehingga berdampak panjang pada stabilitas produktivitas lahan petani kedepannya serta dampak kritis lainnya termasuk bencana alam pada lingkuan sekitar pertanian dan pemukiaman. Oleh karena beratnya masalah ini pada jangka panjang, sehingga perlu adanya identifikasi yang berkelanjutan untuk menghindari dan mengurangi degradasi lahan yang terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana dampak degradasi lahan di provinsi NTB? b. Bagaimana upaya awal yang harus didilakukan untuk meminimalisasi degradasi lahan? 1.3 Tujuan Untuk mengetahui dampak degradasi lahan dan upaya meminimukannya. BAB II PEMBAHASAN Provinsi Nusa Tenggara barat merupakan satu dari beberapa wilayah yang menjadi harapan pangan nasional. Dengan kawasan pertanian yang luas NTB diharapakan dapat selalu ikut berperan untuk ketersediaan pangan tingkat nasional. Begitu banyak langkah dan program yang dicanangkan pemerintah dalam mendukung dan mengembangkan hal tersebut seperti PIJAR (Sapi-Jagung-Rumpu Laut) dan PAJALE (Padi jagung Kedelai). Namun yang lupat dari perhatian kita adalah degradasi lahan yang terjadi di Provinsi NTB, yang juga merupakan masalah pokok pemerintah di dalam mengembangkan pertanian Indonesia khususnya Provinsi NTB. Keadaan iklim yang berubah-ubah diikuti dengan budaya merusak da tidak bertanggung jawab dari beberapa inedividu atau golongan membuat kestabilan kondisi tanah dan pasokan air tanah serta bencana alam seperti longsor dan banjir menjadi maslah yang berat bagi masyarakat khususnnya petani. Alih fungsi lahan yang terjadi sangat besar dan dapat meneyeabkan masalah jangka panjang. Hutan yang asri bukit dan gunung yang di penuhi pepohonan yang dapat menyedaiakan dan menstabilkan pasokan air tanah ditebang dan digundulkan dan dialhfungsikan menajdi lahan pertanian. Hal ini dapat memicu terjadinya erosi, tanah longsor dan banjir yang tentunya dapat mengubah kondisi tanah dan mengurangi unsur-unsur penting pada permukaan tanah atau lapisan primer tanah yang kaya akan unsur-unsur yang baik dan dibutuhkan oleh tanaman. Degradasi ini dalam jangka panjang dapat menyebabkan lahan menajdi rusak parah dan menjadi kritis. Sehingga luas lahan yang produktiv untuk ditanami akan berkurang, dan tentunya akan berdampak pada petani dan bangsa indonesia pada umumnya. Pada tahun 2012 dari hasil identifikasi Badan Pusat statistic NTB, untuk semua lahan kritis yang ada di kabupaten/kota yang ada di Provinsi Nusa tengaara barat seperti pada table berikut.
Luas Lahan Kritis di Nusa Tenggara Barat 2012
Critical land Location in Nusa Tenggara Barat 2012
Kabupaten / Kota Luas Lahan Kritis Jumlah
Dalam kawasan Luar kawasan Regency / Authority hutan hutan (Ha) (Ha) (Ha) -1 -2 -3 -4
1. Lombok Barat 5,707.12 6,440.29 12,147.41
2. Lombok Tengah 3,484.59 4,871.47 8,356.06 3. Lombok Timur 19,778.76 6,749.51 26,528.27 4. Lombok Utara 11,130.57 3,508.32 14,638.89 5. Sumbawa Barat 12,563.55 15,970.82 28,534.37 6. Sumbawa 37,223.62 92,051.95 129,275.57 7. Dompu 24,949.49 38,891.73 63,841.22 8. Bima 66,343.24 90,849.99 157,193.23 9. Kota Bima 7.72 3,886.45 3,894.17 10. Kota Mataram 0 0 0
Jumlah / Total 181,188.66 263,220.53 444,409.19 Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Barat Source : Forestry Office of Nusa Tenggara Barat Province Data di atas menunjukkan luasnya lahan kritis di provinsi NTB sangat besar terutama di Kabupaten Sumbwa tengan total luas lahan kritis sebesar 129,275.57 Ha dan Kabupaten bima sebesar 157,193.23 Ha, yang dua wilayah ini juga didominasi oleh lahan kering. Besarnya tingkat kritis hutan di masing-masing kabupaten terbilang besar yang di kuti dengan besarnya tingkat kritis lahan di luar hutan. Total luas lahan kritis hutan sebesar 181,188.66 Ha sedangkan di luar kawasan hutan luas lahan kritis sebesar 263,220.53 Ha. Angka besar pada identifikasi tahun 2012 ini tentunya akan sangat berdampak bagi masyrakat khususnya petani, dampak yang ditimbulkan dapat berlangsung dalam jangka waktu yang panajang dan ada juga dampak yang langsung seketika dapat di rasakan dalam priode waktu yang sama. Lahan kritis ini tentunya akan berdampak pada produktivitas tanah dan kesehatan tanah dengan kandungan unsur hara alaminya. Produktivitas tanah yang menurun secara ekonomi akan berdampak kepada petani, pendapatan petani akan semakin menurun dan akan berdampak luas bagi ketersedia pangan nasional. Secara nayata dampak dari kerusakan dan kritisnya lahan ini akan memberi tekanan pada petani, mereka akan cendrung akan semakin arogan secara pisikis karena mereka butuh pendapatan yang tinggi yang secara otomatis petani akan kembali melakukan alih fungsi lahan dan melakukan pembabatan untuk membuka lahan baru yang kedepannya akan semakin memperparah kondisi lahan dan lingkungan sekitar mereka. Pemerintah harus senakin tegas dalam membuat suatu kebijakan dan harus melakukan pengawasan dalam setiap kebijakannya secara kontinu. Penyuluhan pertanian dan kepedulian lingkungan perlu dilakukan untuk memeberikan wawasan dan kesadaran kepada masyarakat untuk sama-sama menjaga kesehatan lahan untuk kesejahteraan semua pihak yang ada di dalam masyaarakt khususnys masyarakat Nusa Tenggara Barat. Untuk mencapai harapan agar tidak terjadinya degradasi lahan pemerintah dan masyarakat harus seceara bersama-sama melakuakan tindakan-tindakan yang positif untuk mnyelamatkan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat ke dapannya. Kekeringan yang terjadi dbeberapa wilayah di NTB harus terus di upayakan dan diberiakan solusi yang terbaik yang dapat berlangsung dalam jangka panjang. Karena tidak semua wilayah di NTB dapat dibuat bendungan penampung air pada musim hujan untuk digunakan dimusim kemarau. Karena struktur dan tekstur tanah berbeda antar satu wilayah. Penyuluhan mengenai penggunaan bahan kimia yang tepat (dosis,waktu dan jenis) pada lahan juga harus selalu ditingkatkan agar lahan dapat berproduksi dengan semestinya. Sehingga kedepannya luas lahan kritis di wilaya NTB dapat terus dikurangi, dan penyuluhan serta pendekatan kemasyarakatan merupakan lagkah pertama dalam managgulangi hal ini. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Degradasi lahan yang terjadi di NTB menyebabkan lahan menjadi rusak dan kritis. Unsur hara dan pasokan air tanah berkurang sehingga banyaknya terjadi kekeringan lahan yang berdampak pada menurunnya produktivitas lahan dan berdampak panjang pada persediaan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat dan petani pada khususnya dari segi ekonomi. Yang harus ditanggulangi dengan melakukan pemyuluhan dan pendekatan masyarakat pada tahap pertama dan pemerintah harus membuat kebijakan yang tegas dan control berkelanjutan padan setiap kebijakan dan aktivitas lahan pertanain secara umum. 3.2 Saran Dinas pertanian dan Dinas kehutanan harus bekerja sama secara aktif dengan perangkat desa dan masyarakat tani untuk menciptkan kesejahteraan bersama dan melakukan penyuluhan penanganan lahan kritis dan terdegradasi untuk mengembalikan kondisi lahan menjadi lebih baik.