Anda di halaman 1dari 37

Mekanika Bahan

Bab III DEFORMASI BALOK

Suatu struktur atau komponen struktur, seperti balok, kolom, pelat, apabila diberi beban
akan memberikan respons berupa:
1. Gaya-gaya dalam (internal forces)
2. Deformasi (deformation)

Gaya-gaya dalam (internal forces); yaitu:


Gaya-gaya yang terdapat pada suatu potongan melintang atau penampang balok
yang berfungsi untuk menyeimbangkan gaya-gaya luar (external forces) dari
badan bebas (freebody) yang dihasilkan dari potongan balok tersebut.

Jenis gaya-gaya dalam ada 4 (lihat gbr 3.1, untuk kasus 3 dimensi, lambang
vektor gaya berupa 1 kepala panah dan vektor momen berupa 2 kepala panah):
a. Gaya Normal / Normal Force atau Gaya Aksial (Nx), yaitu:
Gaya yang arah vektornya tegak lurus penampang

b. Gaya Geser / Shear Force atau Gaya Lintang (Vy , Vz), yaitu:
Gaya yang arah vektornya sejajar penampang

c. Momen Lentur / Bending Moment (My , Mz), yaitu:


Momen yang arah vektornya sejajar penampang

d. Momen Torsi / Torque atau Momen Puntir / Twisting Moment (Tx), yaitu:
Momen yang arah vektornya tegak lurus penampang

Gbr. 3.1 Jenis-Jenis Gaya-Gaya Dalam

Dr.Ruddy Kurniawan II - 1
Mekanika Bahan

Gbr. 3.2 Aturan Tangan Kanan Untuk Sumbu Kartseius Positif dan Arah Putaran Vektor Momen

Gaya-gaya dalam tersebut akan menghasilkan:


 Tegangan Normal / Normal Stress , dihasilkan dari:
o Gaya normal murni, atau
o Kombinasi gaya normal dengan momen lentur
 Tegangan Lentur / Flexural Stress, dihasilkan dari:
Momen lentur murni
 Tegangan Geser / Shear Stress, dihasilkan dari:
o Gaya geser murni, atau
o Momen puntir murni, atau
o Kombinasi gaya geser dengan momen puntir
Gaya-gaya dalam seringkali disebut juga sebagai resultan tegangan.

Deformasi (deformation), yaitu:


Perubahan bentuk balok.

Akibat beban yang bekerja, titik-titik pada balok selain di lokasi perletakan atau
tumpuan akan berpindah ke posisi yang baru sehingga menghasilkan deformasi.

Jenis deformasi ada 4 (lihat gbr 3.3):


a. Deformasi Aksial / Axial Deformation
b. Deformasi Geser / Shearing Deformation
c. Deformasi Lentur / Flexural Deformation
d. Deformasi Torsi / Torsional Deformation

Deformasi Aksial Deformasi Geser

Dr.Ruddy Kurniawan II - 2
Mekanika Bahan

Deformasi Lentur Deformasi Torsi

Gbr. 3.3 Jenis-Jenis Deformasi

Gbr. 3.3 Jenis-Jenis Deformasi

Deformasi-deformasi tersebut akan menghasilkan:


 Regangan Normal / Normal Strain, atau Regangan Aksial / Axial Strain,
dihasilkan dari:
o Deformasi aksial, atau
o Deformasi lentur, atau
o Kombinasi deformasi aksial dan lentur
 Regangan Geser / Shear Strain, dihasilkan dari:
o Deformasi geser, atau
o Deformasi puntir, atau
o Kombinasi deformasi geser dengan puntir

Gabungan efek kumulatif dari deformasi-deformasi pada balok atau komponen struktur
akan menghasilkan perpindahan / displacement. Umumnya kasus-kasus di bidang
structural engineering diklasifikasikan sebagai kasus perpindahan kecil / small
displacements, hanya sebagian kecil yang termasuk kategori perpindahan besar / large
displacements.

Dr.Ruddy Kurniawan II - 3
Mekanika Bahan

Jenis perpindahan / displacement ada 2:


1. Perpindahan Translasi ()
2. Perpindahan Rotasi ()

Untuk kasus 3 D, lambang vektor perpindahan translasi berupa 1 kepala panah dan
vektor perpindahan rotasi berupa 2 kepala panah. Jadi gambar 3.1 dapat digunakan
untuk menggambarkan vektor perpindahan dengan mengganti notasi Nx, Vy dan Vz
masing-masing dengan x, y dan x untuk perpindahan translasi, dan Tx, My dan Mz
masing-masing dengan x, y dan z untuk perpindahan rotasi.

Pada kasus balok, arah beban umumnya vertikal dan tegak lurus sumbu balok (sumbu y
pada gbr 3.4), sehingga dari 6 vektor gaya-gaya dalam pada gbr 3.1, hanya 2 vektor
gaya-gaya dalam yang akan timbul, yaitu gaya geser Vy dan momen lentur Mz. Hal yang
sama juga terjadi pada perpindahan, dari 6 vektor perpindahan, hanya 2 vektor
perpindahan yang akan timbul, yaitu perpindahan translasi y (disebut sebagai lendutan
atau defleksi/ deflection) dan perpindahan rotasi z (disebut sebagai putaran sudut).

q
A C B x
z A B
C
garis elastis balok

Gbr. 3.4 Perpindahan Balok akibat Beban

Balok pada gbr 3.4 mengalami gaya dalam momen positif, dimana serat atas akan
memendek akibat regangan normal tekan dan serat bawah akan memanjang akibat
regangan normal tarik. Serat balok yang dianggap tidak berubah panjangnya atau
bernilai konstan adalah serat pada garis atau sumbu berat penampang, karena tegangan
lentur bernilai nol di sumbu berat tersebut.

Lendutan suatu titik (misal C pada gbr 3.4) merupakan jarak dari sumbu berat balok
sebelum deformasi ke sumbu berat balok setelah deformasi pada titik tersebut (gbr 3.5).

Putaran sudut suatu titik (misal A atau B pada gbr 3.4) merupakan putaran dari sumbu
berat balok sebelum deformasi ke garis singgung sumbu berat balok setelah deformasi
pada titik tersebut (gbr 3.5).

Garis yang menunjukkan bentuk perpindahan balok disebut dengan garis atau kurva
elastis balok.

Dr.Ruddy Kurniawan II - 4
Mekanika Bahan

Undeformed beam

A C
A C

Deformed beam

Gbr. 3.5 Penentuan Lendutan dan Putaran Sudut Balok

Asumsi-asumsi yang digunakan untuk analisis deformasi balok adalah:


 Material bersifat homogen, isotropis dan elastis linier (mengikuti hukum
Hooke).
 Modulus elastisitas material untuk tegangan tarik dan tekan sama besar.
 Penampang balok sebelum diberi beban (undeformaed shape) tegak lurus sumbu
balok, setelah berdeformasi tetap tegak lurus sumbu balok (azas Bernoulli-
Navier)

Pada umumnya,balok-balok dibawah pembebanan tertentu akan mengalami satu jenis


deformasi yg lebih dominan dibanding jenis deformasi yang lain. Jenis deformasi yang
dominan tersebut tergantung pada geometri balok, yaitu tinggi penampang dan bentang
bersih balok. Bentang bersih diartikan sebagai panjang balok dari pinggir-pinggir
tumpuan. Untuk balok dengan kategori balok langsing (slender beams), yaitu balok
dengan bentang bersihnya lebih dari 4 kali tinggi balok ( L > 4h), maka deformasi yang
dominan terjadi adalah deformasi lentur. Sedangkan untuk balok dengan kategori balok
tinggi (deep beams), yaitu balok dengan L  4h, maka akan didominasi oleh deformasi
geser saat diberi beban.

Apabila tidak disebutkan lain, maka balok yang dimaksud dalam bidang struktur adalah
kategori balok langsing (sering disebut juga dengan balok lentur, atau balok saja),
sehingga persamaan deformasi balok diturunkan dari persamaan bidang momen lentur
(deformasi aksial, geser dan torsi diabaikan).

3.1. Metode Double Integrasi

Persamaan diferensial deformasi balok lentur untuk sistem sumbu koordinat


sebagaimana gbr 3.4 adalah :

d4y q
 q = beban merata
dx4 EI

Dr.Ruddy Kurniawan II - 5
Mekanika Bahan

d3y L
 x L = gaya geser / lintang
dx3 EI

d2y Mx
   x  kurvatur (kelengkungan) M = momen lentur
dx2 EI

dy Mx
dx
 x 
EI 
dx  putaran sudut

M

y   x   x dx   EIx dx2  lendutan
Persamaan diferensial balok disusun untuk setiap perubahan:
 Persamaan bidang momen (M)
 Kekakuan (EI)

Oleh karena integrasi persamaan diferensial balok diatas termasuk integrasi tak tentu,
maka untuk setiap interval integrasi akan menghasilkan konstanta integrasi (C).
Konstanta integrasi tersebut ditentukan dari syarat batas konstruksi / boundary
conditions (gbr 3.6).

A B
x

Sendi A B
Rol
 =0  =0
 #0  #0

A B
x
B
B
Jepit
 =0 Bebas
 =0  #0
 #0

Gbr. 3.6 Kondisi Batas Perletakan

Dr.Ruddy Kurniawan II - 6
Mekanika Bahan

CONTOH-CONTOH SOAL
Soal 1
Tentukan lendutan maksimum dan putaran sudut di perletakan kiri kanan balok
sederhana berikut dengan Metode Double Integrasi:

A B
EI
L

Solusi
Titik awal sumbu koordinat x y z diambil pada titik A

y Garis elastis
q

A B x
A maks B
z
z  (+)
L

VA = 1/2 qL VB = 1/2 qL

Persamaan diferensial deformasi balok:


d2y
EI  M x  V A x  qx 1 x  1 qLx  1 qx 2
dx 2 2 2 2

dy
EI  EI x  M x dx  1 qLx 2  1 qx3  C1

dx 4 6


EIy  EI x   x dx    M x dx dx  121 qLx 3  241 qx 4  C1x  C2
Terdapat 2 bilangan tidak diketahui, yaitu C1 dan C2 , sehingga harus ada 2 syarat batas
konstruksi (boundary conditions), yaitu:

 x = 0 ; A = 0 (lendutan di A = 0 karena tumpuan sendi)


0  1 qL 03  1 q 0 4  C1 0  C2  C2 = 0
12 24

 x = L ; B = 0 (lendutan di B = 0 karena tumpuan rol)

Dr.Ruddy Kurniawan III - 7


Mekanika Bahan

0  1 qLL3  1 qL4  C1L  0  C1   1 qL3


12 24 24

Substitusi nilai C1 dan C2 ke persamaan diferensial deformasi balok diatas, sehingga


diperoleh persamaan putaran sudut dan lendutan balok sebagai berikut:

EI x  1 qLx 2  1 qx3  1 qL3


4 6 24

EI x  1 qLx 3  1 qx 4  1 qL3 x


12 24 24

Lendutan maksimum terjadi pada saat:


d
EI x  EI x  0
dx

0  1 qLx 2  1 qx 3  1 qL3  x  1 L
4 6 24 2

3
2  4
EI maks  1 qL 1 L  1 q 1 L  1 qL3 1 L
12 24
2  24 2

5 qL4
 maks   (ke bawah)
384 EI

Oleh karena sumbu y (+) arah ke atas, maka lendutan () menunjukkan arah
lendutan ke bawah.

Putaran sudut di tumpuan A:


x = 0 ; EI A  1 qL02  1 q03  1 qL3
4 6 24

1 qL3
EI A   24 (berlawanan jarum jam)

Oleh karena sumbu z (+) arah ke luar bidang kertas, yaitu arah berlawanan jarum
jam, maka putaran sudut () menunjukkan putaran sudut di A searah jarum jam.

Putaran sudut di tumpuan B:


x = L ; EI B  1 qLL2  1 qL3  1 qL3
4 6 24

EI B   1 qL3 (searah jarum jam)


24

Dr.Ruddy Kurniawan III - 8


Mekanika Bahan

Soal 2
Tentukan lendutan maksimum dan putaran sudut di titik B balok kantilever berikut
dengan Metode Double Integrasi:

A EI B
L

Solusi
Titik awal sumbu koordinat x y z diambil pada titik B

y
q
z
MA
= 1/2 qL2 A x B B
B  (+)

Garis elastis
VA = qL
L

Persamaan diferensial deformasi balok:


d2y
EI  M x  qx 1 x   1 qx 2
dx 2 2 2

dy
EI  EI x  M x dx   1 qx3  C1

dx 6


EIy  EI x   x dx    M x dx dx   241 qx 4  C1x  C2
Terdapat 2 bilangan tidak diketahui, yaitu C1 dan C2 , sehingga harus ada 2 syarat batas
konstruksi (boundary conditions), yaitu:

 x = L ; A = 0 (putaran sudut di A = 0 karena tumpuan jepit)


0   1 qL3  C1  C1  1 qL3
6 6

Dr.Ruddy Kurniawan III - 9


Mekanika Bahan

 x = L ; A = 0 (lendutan di A = 0 karena tumpuan jepit)

0   1 qL4  1 qL3 L  C2  C 2   1 qL4


24 6 8

Substitusi nilai C1 dan C2 ke persamaan diferensial deformasi balok diatas, sehingga


diperoleh persamaan putaran sudut dan lendutan balok sebagai berikut:

EI x   1 qx3  1 qL3


6 6

EI x   1 qx 4  1 qL3 x  1 qL4


24 6 8

Putaran sudut di B
x=0 ; EI B   1 q03  1 qL3
6 6

qL3
B  
6 EI

Lendutan di B:
x=0 ; EI B   1 q0 4  1 qL3 0  1 qL4
24 6 8

qL4
B  
8EI

Dr.Ruddy Kurniawan III - 10


Mekanika Bahan

Soal 3
Tentukan lendutan di C dan putaran sudut di A,B dan C balok sederhana berikut:

A C B
EI
a b
L

Solusi
Titik awal sumbu koordinat x y z diambil pada titik A

y Garis elastis
P

A C B x
A C B
z
z  (+)
a b

VA = Pb/L VB = Pa/L
L

Persamaan diferensial deformasi balok:


 0xa

d2y Pb
EI  M x  VA x  x
dx 2 L

dy Pb 2
EI
dx 
 EI x  M x dx 
2L
x  C1

Pb

EIy  EI x   x dx    M x dx dx  6L x3  C1x  C2
 axL

d2y Pb
EI  M x  V A x  P x  a   x  P x  a 
dx 2 L

dy Pb 2 1
EI 
 EI x  M x dx  x  P x  a 2  C3
dx 2L 2

Dr.Ruddy Kurniawan III - 11


Mekanika Bahan

Pb
 M x dx dx  6L x3  16 Px  a 
3

EIy  EI x   x dx   C3 x  C4

Terdapat 4 bilangan tidak diketahui, yaitu C1  C4 , sehingga harus ada 4 syarat batas
konstruksi (boundary conditions), yaitu:

 x = 0 ; A = 0 (lendutan di A = 0 karena tumpuan sendi)

Pb 3
0 0  C1 0  C2  C2 = 0
6L

 x = a ; C kiri = C kanan
(putaran sudut di kiri dan kanan C sama besar dan arahnya)

Pb 2 Pb 2 1
a  C1  a  Pa  a 2  C3  C1 = C3
2L 2L 2

 x = a ; C kiri = C kanan
(lendutan di kiri dan kanan C sama besar dan arahnya)

Pb 3 Pb 3 1
a  C1a  C2  a  Pa  a 3  C3a  C4
6L 6L 6

Pb 3 Pb 3
a  C1a  C2  a  0  C1a  C4  C4 = C2 = 0
6L 6L

 x = L ; B = 0 (lendutan di B = 0 karena tumpuan rol)

Pb 3 1
0 L  PL  a 3  C3 L  C4
6L 6

0  16 PbL2  16 Pb3  C3 L  0

C3  
Pb 2 2
6L

L b 
Pb Pab
C3   L  b L  b  C3   L  b  C1
6L 6L

Substitusi nilai C1  C4 ke persamaan diferensial deformasi balok diatas, sehingga


diperoleh persamaan putaran sudut dan lendutan balok sebagai berikut:

Dr.Ruddy Kurniawan III - 12


Mekanika Bahan

 0xa

Pb 2 Pab
EI x  x  L  b 
2L 6L

Pb 3 Pab
EI x  x   L  b x
6L 6L

 axL

Pb 2 P Pab
EI x  x   x  a 2  L  b 
2L 2 6L

Pb 3 P Pab
EI x  x   x  a 3  L  b x
6L 6 6L

Putaran sudut di A
Pb 2 Pab
x = 0 ; EI A  0  L  b 
2L 6L

Pab
A   L  b 
6 EIL

Putaran sudut di B
Pb 2 P Pab
x = L ; EI B  L  L  a 2  L  b 
2L 2 6L
EI B 
6L

Pb 2
3L  3Lb  aL  ab 
EI B 
Pb
6L
  
3 a 2  2ab  b 2  3a  b b  aa  b  ab

EI B 
6L

Pb 2
3a  6ab  3b 2  3ab  3b 2  a 2  ab  ab 
EI B 
6L

Pb 2
2a  ab 
Pab
EI B  2a  b
6L

Pab
B   L  a 
6 EIL

Dr.Ruddy Kurniawan III - 13


Mekanika Bahan

Putaran sudut di C
Pb 2 Pab
x = a ; EIC  a  L  b 
2L 6L
Pab
EIC  3a  L  b
6L
Pab
EIC  3a  (a  b)  b 
6L

Pab
C   a  b
3EIL

Lendutan di C, yaitu saat x = a


Pb 3 Pab
x = a ; EI C  a  L  ba
6L 6L
Pa 2b
EI C    a  L  b 
6L

Pa 2b 2
C  
3EIL

Untuk beban terpusat P di tengah bentang (a = b = 1/2 L):

y Garis elastis
P

A C B x
A maks B
z
1/2 L 1/2 L

VA = 1/2 P VB = 1/2 P
L

Putaran sudut di A

Pab
A   L  b 
6 EIL

Dr.Ruddy Kurniawan III - 14


Mekanika Bahan

PLL  1 
A    L  L
24EIL  2 
PL2
A  
16 EI

Putaran sudut di B

Pab
B   L  a 
6 EIL

PLL  1 
B    L  L
24EIL  2 

PL2
B  
16 EI

Putaran sudut di C

Pab
C   a  b 
3EIL

PLL  L L 
C     
12 EIL  2 2 

C  0

Lendutan = 0 menunjukkan di titik C merupakan lendutan maksimum.

Lendutan di C
PL2 L2
C  
48EIL

PL3
C  
48EI

Dr.Ruddy Kurniawan III - 15


Mekanika Bahan

3.2. Metode Conjugate Beam


Konsep dasar dari Metode Conjugate Beam (CB) dalam menentukan perpindahan real
beam (RB) adalah:
Bidang momen (M) yang terjadi pada real beam (balok yang sebenarnya) dibagi
dengan kekakuan balok (EI), dianggap sebagai beban pada conjugate beam
(balok fiktif). Gaya-gaya dalam momen dan lintang yang terjadi di CB akibat
beban M/EI masing-masing menunjukkan lendutan dan putaran sudut di RB
tersebut.

Prosedur penentuan lendutan dan putaran sudut balok dengan metode Conjugate Beam
(CB):
1. Gambarkan bidang momen balok (real beam) dan tentukan nilai-nilai
ekstrimnya.

2. Bagi bidang momen dengan kekakuan balok (M/EI).

3. Buat balok Conjugate dengan cara mengganti perletakan real beam, yaitu:
Jepit Bebas
Sendi / Rol di ujung batang Sendi / Rol di ujung batang
Sendi / Rol di tengah batang Pin

Contoh:

Real Beam Conjugate Beam

A B A' B'

A B A' B'

B B'
A C A' C'

B A' B' C'


A C

4. Bidang M/EI dijadikan sebagai beban pada balok Conjugate, dengan aturan:
M (+) arah beban ke bawah
M () arah beban ke atas

Dr.Ruddy Kurniawan I II - 16
Mekanika Bahan

5. Dengan menggunakan beban M/EI pada conjugate beam, maka besarnya


perpindahan pada real beam ditentukan dengan cara:
Putaran sudut () pada real beam = Lintang pada conjugate beam
Lendutan () pada real beam = Momen pada conjugate beam

6. Ketentuan arah perpindahan:

 pada real beam jika L (+) pada conjugate beam

 pada real beam jika M (+) pada conjugate beam

Konsep Metode Conjugate Beam secara skematik

A B C Real Beam (RB)


EI EI
, 

()
Bidang Momen (M)
(+)

M/EI
Beban (M/EI)

B'
A' C' Conjugate Beam (CB)
L, M

(RB) = L (CB)
(RB) = M (CB)

Dr.Ruddy Kurniawan I II - 17
Mekanika Bahan

CONTOH-CONTOH SOAL
Soal 1
Tentukan lendutan maksimum dan putaran sudut di perletakan kiri kanan balok
sederhana berikut dengan Metode Conjugate Beam:

A B
EI
L

Solusi

Bidang momen balok simple beam akibat beban merata adalah sbb:

A B Real Beam
EI
L
VA = 1/2qL VB = 1/2qL

Bidang Momen
Mx 1 qL2 (+) Real Beam
8
Parabola
derajat 2
qL2
8 EI
Bidang Momen dibagi
EI menjadi beban pada
A B Conjugate Beam

L
VA ' V B'

Diketahui luas bidang dibawah kurva parabola derajat 2 berikut:

Luas bidang : A  2 ah
3
h
Titik berat bidang : j  5a
8
5/8 a
a

Dr.Ruddy Kurniawan I II - 18
Mekanika Bahan

Putaran sudut di A:
A = Gaya lintang di titik A pada balok conjugate
2  1  qL2 
 A  LA '  V A '    L  
3  2  8EI  

qL3
A  
24 EI

Putaran sudut di B:
B = Gaya lintang di titik B pada balok conjugate
2  1  qL2 
 B  LB '  VB '    L  
3  2  8EI   

qL3
B  
24 EI

Lendutan maksimum balok:


Lendutan maksimum terjadi pada saat:
d
EI x  EI x  0
dx

Harus ditentukan persamaan putaran sudut pada jarak x dari titik A, yaitu:
x = Gaya lintang di titik x pada balok conjugate

Berarti harus ditentukan dulu persamaan bidang momen pada Real Beam:
M x  V A x  1 qx 2
2
M x  1 qLx  1 qx 2
2 2

Rx'
Mx/EI Bidang M/EI yang
menjadi beban pada
A Conjugate Beam
Mx'

x Lx'
VA '

Dr.Ruddy Kurniawan I II - 19
Mekanika Bahan

qL3 2 M
 x  Lx '  V A ' Rx '   x x
24 EI 3 EI
qL3 2  qLx qx 2 
 x  Lx '   x 
24EI 3  2 EI 2 EI 

x 
q
24EI

L3  8Lx 2  8 x3 
x  0  L3  8Lx2  8 x3  0
x = 1/2 L  Lendutan maksimum terjadi pada x = 1/2 L

maks = lendutan pada x = 1/2 L = momen pada balok conjugate di x = 1/2 L

R'
5/16 L qL2
8EI Bidang M/EI yang
menjadi beban pada
A Conjugate Beam
M C'

1/2 L LC'
VA'

 
 maks  M 'x 1 / 2 L  VA ' 12 L  R' 83 12 L 
qL3  1  2  1  qL2  3 
 L 
 maks   L    L 
24 EI  2  3  2  8 EI  16 

qL4 qL4
 maks  
48 EI 128 EI

5qL4
 maks 
384 EI

Dr.Ruddy Kurniawan I II - 20
Mekanika Bahan

Soal 2
Tentukan lendutan maksimum dan putaran sudut di titik B balok kantilever berikut
dengan Metode Double Integrasi:

A EI B
L

Solusi

Gmabar bidang Momen / EI

MA
= 1/2 qL2 A B B
B

Garis elastis
VA = qL
L

qL2
() Bidang Momen
2 Real Beam

R'
qL2
2 EI MB' Bidang M/EI
Conugate Beam
A B
3/4 L
VB '

Diketahui luas bidang dibawah kurva parabola derajat 2 berikut:

Luas bidang : A  1 ah
3
h
Titik berat bidang : j 3 a
4
3/4 a
a

Dr.Ruddy Kurniawan I II - 21
Mekanika Bahan

Putaran sudut di B:
B = Gaya lintang di titik B pada balok conjugate
1  qL2 
 B  LB '  VB '   L 
3  2 EI 

qL3
B  
6 EI

Lendutan atau defleksi di B:


B = Momen di titik B pada balok conjugate
1  qL2  3
 B  M B '  L  L
3  2 EI  4

qL3
B  
8 EI

Dr.Ruddy Kurniawan I II - 22
Mekanika Bahan

Soal 3
Tentukan lendutan di C dan putaran sudut di A,B dan C balok sederhana berikut:

A C B
EI
a b
L

Solusi
Bidang Momen/EI balok adalah sbb
Garis elastis
P

A C B
A C B

a b

VA = Pb/L VB = Pa/L
L

Bidang Momen
(+) Pab Real Beam
L

Pab
R1 ' EIL R2'

Bidang M/EI
A B Conjugate Beam
C
a b
VA' VB '
L

Resultan beban segitiga M/EI pada balok Conjugate Beam (CB):


1 Pab Pa 2b
R1 '  a 
2 EIL 2 EIL

1 Pab Pab 2
R2 '  b 
2 EIL 2 EIL

Dr.Ruddy Kurniawan I II - 23
Mekanika Bahan

Reaksi perletakan di balok CB akibat beban segitiga M/EI:


MB ' = 0 ;  3

(V A ' ) L  R1 ' 1 a  b  R2 ' 2 b  0
3


 Pa 2b  1
  2
(V A ' ) L    a  b   Pab  2 b  0
 2EIL  3  2 EIL  3
   

(V A ' ) L  
 6 EIL

 Pab  2
 a  3ab  2b 2  0


 Pab 
(V A ' ) L   a  b a  2b   0
 6 EIL 
 Pab 
(V A ' ) L    L L  b   0
 6 EIL 
diperoleh:
 Pab 
VA '   L  b 
 6 EIL 

Dengan cara yang sama untuk MB ' = 0 , diperoleh:


 Pab 
VB '    L  a 
 6 EIL 

Putaran sudut di A:
A = Gaya lintang di titik A pada balok conjugate
 Pab 
 A  LA '  VA '   L  b 
 6 EIL 

 Pab 
 A   L  b 
 6 EIL 

Putaran sudut di B:
B = Gaya lintang di titik B pada balok conjugate
 Pab 
 B  LB '  VB '   L  a 
 6 EIL 

 Pab 
 B   L  a 
 6 EIL 

Putaran sudut di C:
C = Gaya lintang di titik C pada balok conjugate

Dr.Ruddy Kurniawan I II - 24
Mekanika Bahan

 Pab  Pa 2b
C  LC '  VA ' R1'   L  b 
 6 EIL  2EIL
 Pab 
C   L  b  3a 
 6EIL 
 Pab 
C   a  b  b  3a 
 6 EIL 

 Pab 
C   a  b 
 3EIL 

Lendutan atau defleksi di C:


C = Momen di titik C pada balok conjugate
 C  M C '  V A 'a  R1 ' 13 a

 Pab   Pa 2b  1
C   L  b a    a

 6 EIL   2 EIL  3
 Pa 2b 
C   L  b  a 
 6 EIL 
 
 Pa 2b 
C   a  b  b  a 
 6 EIL 
 

Pa 2b 2
C 
3EIL

Untuk beban terpusat P di tengah bentang (a = b = 1/2 L):

Garis elastis
P

A C B
A maks B

1/2 L 1/2 L

VA = 1/2 P VB = 1/2 P
L

Dr.Ruddy Kurniawan I II - 25
Mekanika Bahan

Putaran sudut di A

Pab
A  L  b 
6EIL

PLL  1 
A   L  L
24EIL  2 

PL2
A 
16EI

Putaran sudut di B

Pab
B   L  a 
6 EIL

PLL  1 
B    L  L
24EIL  2 

PL2
B  
16EI

Putaran sudut di C

Pab
C   a  b 
3EIL

PLL  L L 
C     
12 EIL  2 2 

C  0

Lendutan = 0 menunjukkan di titik C merupakan lendutan maksimum.

Lendutan di C
Pa 2b 2
C 
3EIL

Dr.Ruddy Kurniawan I II - 26
Mekanika Bahan

C 
2  2 
2
P 1L 1L
2

3EIL

PL3
C 
48EI

Resume perpindahan/displacement (lendutan/translation dan putaran sudut/rotation)


untuk berbagai jenis perletakan balok dan pembebanannya banyak terdapat di buku-
buku teks Mekanika Teknik, diantaranya seperti yang terlihat pada tabel berikut:

Dr.Ruddy Kurniawan I II - 27
Mekanika Bahan

Dr.Ruddy Kurniawan I II - 28
Mekanika Bahan

Contoh Soal untuk Kasus Balok dengan Pembebanan Kompleks

Tentukan besarnya lendutan dan putaran sudut dititik A serta putaran sudut dititik B
(dalam EI). Selesaikan dengan metoda Double Integrasi dan Conjugate Beam.

10 kN

5 kN/m
2 kN.m
C
A EI EI
B
20 kN
1m 4m

Solusi

METODA DOUBLE INTEGRASI

Reaksi Perletakan
Mc = 0  VB = ¼ (5  5  5 / 2 + 2 – 20  5) = – 8,875 kN

V = 0  VC = 5  5 + 10 – 20 + 8,875 = 23,875 kN

Persamaan diferensial deformasi balok :


 Bagian A – B ( 0 x1  1 )
d2y
EI  M x  20 x  2  5 x 2
2 2
dx

dy
EI  EI . x  10 x 2  2 x  5 x 3  C1
dx 6

EI . y  EI . x  10 x 3  x 2  5 x 4  C1 x  C 2
3 24

 Bagian C – B ( 0 x2  4 )
d2y
EI  M x  23,875 x  10 x  5 x 2  13,875 x  5 x 2
2 2 2
dx
dy 13,875 2 5 3
EI  EI . x  x  x  C3
dx 2 6
13,875 3
EI . y  EI . x  x  5 x 4  C3 x  C 4
6 24

Dr.Ruddy Kurniawan I II - 29
Mekanika Bahan

Syarat Batas Konstruksi (Boundary Conditions):


 x2 = 0   = 0
13,875
EI . x  EI .0   03  5  0 4  C3  0  C 4  C4 = 0
6 24

 x2 = 4   = 0
13,875
EI . x  EI .0   4 3  5  4 4  C3  4  C 4  C3 = – 23,667
6 24

 B kiri = – B kanan
13,875
10  12  2  1  5  13  C1     4 2  5  4 3  23,667  0
6  2 6 
 C1 = – 41,1667

 x1 = 1   = 0
EI . x  EI  0  10  13  12  5 14  41,166  1  C 2  C2 = 39,041
3 24

Substitusikan nilai-nilai C1  C4 ke persamaan diferensial deformasi balok sebelumnya,


sehingga diperoleh persamaan deformasi balok berikut:

 Segmen A – B
EI . x  10 x 2  2 x  5 x 3  41,1667
6

EI . x  10 x 3  x 2  5 x 4  41,1667 x  39,041
3 24

 Segmen C – B
13,875 2 5 3
EI . x  x  x  23,667
2 6

13,875 3
EI . x  x  5 x 4  23,667 x
6 24

Substitusikan koordinat x dilokasi yang ingin diketahui lendutan dan putaran sudutnya.
Lendutan di titik A (x1 = 0) :
39,04
EI . A  10  0 3  0 2  5  0 4  41,1667  0  39,041  A 
3 24 EI

Putaran Sudut di titik A (x1 = 0) :


41,17
EI . A  10  0 2  2  0  5  0 3  41,1667  A  
6 EI

Putaran Sudut di titik B (x1 = 1) :


34
EI . B  10  12  2  1  5  13  41,1667  B  
6 EI

Dr.Ruddy Kurniawan I II - 30
Mekanika Bahan

METODA CONJUGATE BEAM

Penyelesaian dengan Metoda Conjugate beam dapat dilakukan dengan membuat Bidang
Momen dari kiri ke kanan. Untuk itu, hanya diperlukan perhitungan reaksi perletakan
di B.

Reaksi Perletakan Mc = 0  VB = ¼ (5  5  5 / 2 + 2 – 20  5) = 8,88 kN

10 kN
x
5 kN/m
Real 2 kN.m
Beam
A B C
EI EI
20 kN
VB
1m 4m

5×1× ×1 2,5 5×5× ×5 62,5


Bid. M akibat = =
q = 5 kN/m

Bid. M akibat
P = 20 kN 20 × 5 100
=
20 × 1 20
=

Bid. M akibat 2
M = 2 kN.m

Bid. M akibat ×4 35,5


VB = 8,88 kN =
A'
MA' B'
C'
Balok
Conjugate
1m 4m
VA' VC'

Aturan dalam metoda Conjugate Beam:


 Lendutan di A (A) di real beam = Momen di A (MA) di conjugate beam
 Putaran sudut di A (A) di real beam = Lintang di A (LA) di conjugate beam
 Putaran sudut di B (B) di real beam = Lintang di B (LB) di conjugate beam

Dr.Ruddy Kurniawan I II - 31
Mekanika Bahan

Dari pengetahuan statika (mekanika rekayasa I) dapat diketahui pada balok conjugate:
 Momen di A (MA) = reaksi perletakan MA
 Lintang di A (LA) = reaksi perletakan VA
 Lintang di B (LB)

Menentukan reaksi perletakan di A pada balok conjugate:

 MC' = 0
,
×5− + × ×4× ×4 + 2× × ×5 − × ×5× ×5 +
1 62,5 1
× ×5× ×5 = 0
3 4

,
5 − = ………….(a)

 MB' kiri = 0
×1− + 2×1× ×1 − × 20 × 1 × × 1 + × 2,5 × 1 × × 1 = 0

,
− = …………..(b)

Dari persamaan (a) dan (b) diperoleh reaksi perletakan di A:


EI. VA' = 41,17 dan EI. MA' = 39,04
Menentukan gaya lintang (gaya geser) di B pada balok conjugate:
,
= + ×1 − × ×1 + × ×1 =

Jadi diperoleh lendutan A, putaran sudut A dan putaran sudut B pada balok real beam :
,
A = MA' =

,
A = LA' = VA' =

B = LB' =

METODA CONJUGATE BEAM

Penyelesaian dengan Metoda Conjugate beam dapat juga dilakukan dengan membuat
Bidang Momen dari kanan ke kiri. Untuk itu, diperlukan perhitungan reaksi perletakan
B dan C.

Reaksi Perletakan Mc = 0  VB = ¼ (5  5  5 / 2 + 2 – 20  5) = 8,875 kN

Dr.Ruddy Kurniawan I II - 32
Mekanika Bahan

V = 0  VC = 5  5 + 10 – 20 + 8,875 = 23,875 kN
x

10 kN
5 kN/m
2 kN.m Real
C Beam
A EI EI
B
20 kN
VB
VC
1m 4m

5×5× ×5 62,5 5×4× ×4 20


= =
Bid. M akibat
q = 5 kN/m

Bid. M akibat
( − 10) × 5 69,375 Vc =23,88 kN
= dan P = 20 kN
( − 10) × 4 55,5
=

×1 8,875 Bid. M akibat


= VB = 8,88 kN

A'
MA' B' Balok
C' Conjugate

1m 4m
VA' VC'

Dr.Ruddy Kurniawan I II - 33
Mekanika Bahan

3.3. Metode Energi - Beban Satu Satuan

Dr.Ruddy Kurniawan I II - 34
Mekanika Bahan

Contoh Soal
Soal 1
Tentukan lendutan maksimum dan putaran sudut di perletakan kiri kanan balok
sederhana berikut dengan Metode Beban Satu Satuan:

A B
EI
L

Solusi
Untuk menentukan lendutan di tengah bentang, letakkan beban terpusat P = 1 satuan di
tengah bentang

x1 x2 x1 x2
q P=1

A C B
A B
EI
L 1/2 L 1/2 L

VA = 1/2 VB = 1/2
VA = 1/2 qL VB = 1/2 qL L

Struktur (I) Struktur (II)

Untuk memudahkan penyelesaian, persamaan bidang momen dibuat dari kiri (AC) dan
kanan (BC) balok.

Persamaan Bidang Momen Struktur (I):


0  x1  1/2 L
M x1  V A x1  1 qx12  1 qLx1  1 qx12
2 2 2

0  x2  1/2 L
M x 2  VB x2  1 qx2 2  1 qLx 2  1 qx2 2
2 2 2

Persamaan Bidang Momen Struktur (II):


0  x1  1/2 L
m x1  V A ' x1  1 x1
2

Dr.Ruddy Kurniawan I II - 35
Mekanika Bahan

0  x2  1/2 L
m x 2  VB ' x2  1 x2
2

Lendutan tengah bentang balok:


1 1
2L 2L
EI C   M x1mx1dx1   M x2mx2dx2
0 0

1 1
2L 2L

  
1 qLx  1 qx 2 1 x dx 
 12 qLx2  12 qx2 12 x2 dx2
2
EI C  1 2 1 2 1 1
2
0 0
Oleh karena batas atas dan bawah kedua integrasi sama, maka:

1
2L
EI C  2  12 qLx  12 qx 2 12 x dx
0

1
2L
1
2L
q q  x3 x 4  q  L3 L4 
EI C   Lx 2  x 3dx   L    
2  2 3 4  2  24 64 
0 0

5qL4
C 
384 EI

Nilai (+) menunjukkan arah lendutan sesuai dengan arah beban satu satuan yang
diberikan, yaitu arah ke bawah

Untuk menentukan putaran sudut di A, letakkan momen m = 1 satuan di titik A tersebut.

x x
q
m=1
B A B
A
EI
L

V'A = 1/L V'B = 1/L


VA = 1/2 qL VB = 1/2 qL L

Struktur (I) Struktur (II)

Dr.Ruddy Kurniawan I II - 36
Mekanika Bahan

Persamaan bidang momen sepanjang bentang sama, yaitu:

Persamaan Bidang Momen Struktur (I):


0x L
M x  V A x  1 qx 2  1 qLx  1 qx 2
2 2 2

Persamaan Bidang Momen Struktur (II):


0x L
m x  V A ' x  1   1 x  1
L

Putaran sudut balok:


L


EI A  M x m x dx
0

L
EI A   12 qLx  12 qx 2  1L x  1dx
0

L L

 Lx  x 2  x  L dx  2 L   2 Lx 2  L2 x  x3 dx


q q
EI A 
2L
0 0

EI A 
q
2L 3

 2 Lx3  1 L2 x 2  1 x 4
2 4
L
0

qL3
A 
24 EI

Nilai (+) menunjukkan arah putaran sudut sesuai dengan arah momen satu
satuan yang diberikan, yaitu searah jarum jam

Dr.Ruddy Kurniawan I II - 37

Anda mungkin juga menyukai