Anda di halaman 1dari 3

Kegiatan Pascatambang melalui program Reklamasi berkelanjutan bertajuk 4E S;

Environment, Education, Economy, Energy, Society


Sebagai satu negara dengan kepulauan terbesar, hasil tambang yang terdapat di Indonesia begitu melimpah.
Pertambangan menjadi salah satu sektor andalan bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam peranannya sebagai
penyumbang devisa negara. Setelah Minyak Bumi dan Batubara, industri tambang Timah juga menjadi salah satu
komoditas idola dari dunia pertambangan di Indonesia. Aktivitas pertambangan timah semakin berkembang di
Kepulauan Bangka Belitung sejak abad ke-17. Namun, semakin banyak perusahaan pertambangan yang mengeksploitasi
tambang tersebut, maka semakin besar menyebabkan adanya ketidaksetaraan lingkungan. Apalagi jika kegiatan
penambangan tidak memperhatikan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). AMDAL merupakan kajian
mengenai dampak besar dan penting dalam proses pengambilan keputusan mengenai pemberi izin suatu kegiatan atau
usaha yang direncanakan pada lingkungan. Salah satu konsekuensi dari aktivitas penambangan adalah mengakibatkan
adanya lahan bekas tambang. Lahan bekas tambang yang ditinggalkan begitu saja tanpa adanya program reklamasi dan
pascatambang berpotensi menyebabkan dampak buruk terhadap lingkungan disekitar area penambangan bahkan dapat
menimbulkan korban jiwa, terutama di kalangan anak-anak.

Pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang (UU) Minerba yang baru No. 3 Tahun 2020 yang di mana dalam
Undang-Undang ini kegiatan reklamasi dan pascatambang menjadi lebih ketat dan efektif. Berdasarkan peraturan
tersebut jika perusahaan tidak memberikan jaminan reklamasi, maka akan dikenakan beberapa sanksi. Tingkatan hukum
tidak hanya berkisar dari peringatan tertulis hingga pencabutan Izin Usaha Pertambangan (IUP), tetapi akan ada sanksi
berat berupa denda maupun penjara bagi para penambang yang tidak melaksanakan reklamasi dan pascatambang.
Sangat sulit untuk memastikan bahwa kawasan proyek reklamasi dan pascatambang terlindungi dari kegiatan ilegal atau
melanggar hukum khususnya lokasi yang terletak di wilayah terpencil dan pertanian masyarakat. Dalam rangka
mewujudkan reklamasi pembangunan yang berkelanjutan, masyarakat lokal juga memegang peranan penting dalam
kegiatan usaha penambangan. Keterlibatan masyarakat lokal dapat memainkan peranannya baik sebagai fasilitator,
pendukung, dan kolaborator. Partisipasi masyarakat (Society Participation) harus mengedepankan dialog dan diskusi
terbuka guna meningkatkan kepercayaan antara masyarakat, pemilik IUP, dan pihak pemerintah serta mencapai
kesepakatan bersama tentang bagaimana seharusnya proses reklamasi dan pascatambang dapat berjalan dengan baik.

Solusi lain yang dapat dilakukan sebagai rencana reklamasi adalah menerapkan konsep “Energy Back to Energy”
dengan memanfaatkan lahan bekas tambang menjadi ladang pembangkit listrik berbasis energi terbarukan, yaitu
mengubah lahan bekas tambang menjadi area Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Lahan bekas pertambangan baik
yang berupa lahan kosong atau sudah berbentuk dapat dipasangi panel surya. Solusi ini tidak hanya memulihkan fungsi
lingkungan, tetapi juga bisa memberikan pasokan listrik baru. Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki potensi energi
surya yang sangat besar karena wilayahnya yang terbentang melintasi garis khatulistiwa sehingga memberi kondisi iklim
yang menguntungkan untuk pembangunan PLTS. Dengan memanfaatkan lahan bekas tambang menjadi PLTS,
diharapkan bisa menanggulangi permasalahan listrik di Indonesia di mana masih banyak daerah-daerah yang belum
terjangkau pasokan listrik yang memadai khususnya di Kepulauan Bangka Belitung.

Lubang bekas tambang juga dapat dimanfaatkan untuk memenuhi fungsi ekonomi (Economic Function) bagi
masyarakat salah satunya dengan menjadikannya sebagai objek wisata. Ada beberapa contoh pemanfaatan lahan bekas
tambang timah di berbagai negara diantaranya ada: (1) Lahan bekas tambang timah di Malaisya kini telah menjadi objek
wisata Taman Danau di Perak; (2) Tambang timah Geevor di Inggris saat ini telah menjadi museum; (3) Pulau Phuket di
Thailand dulunya juga merupakan lokasi tambang timah dan kini telah menjadi tujuan wisata di seluruh dunia. Setelah
cadangan timahnya mulai berkurang, pemerintah dan masyarakat Kota Phuket mengubah kotanya dengan asumsi
bahwa tidak serta merta bergantung pada industri pertambangan. Contoh-contoh tersebut dapat digunakan sebagai
acuan dan referensi untuk memperbaiki pengelolaan lahan bekas tambang timah di Kepulauan Bangka Belitung yang
semula tidak produktif menjadi wilayah yang berdayaguna serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Program reklamasi bertajuk edukasi (Education) dapat dijadikan sebagai sarana pembelajaran bagi masyarakat
terkhususnya generasi muda bahwa lahan bekas tambang tidak selalu menjadi kawasan yang berakhir sia-sia atau tidak
bisa dimanfaatkan untuk kegiatan yang produktif.

Dengan menggunakan metode 4E S; Environment, Education, Economy, Energy, Society sebagai bagian dari
rencana reklamasi lahan bekas tambang, perusahaan akan mendapat keuntungan secara maksimal, begitu pula
pemerintah tidak sulit dalam pengawasan dan penerapan, sedangkan masyarakat dapat mengalami peningkatan
kesejahteraan dan lingkungan kembali stabil hingga menghasilkan kegiatan produktif.
REFERENSI

https://www.google.com/amp/s/negerilaskarpelangi.com/2019/10/23/taman-bunga-matahari- pesona-wisata-
edukasi-kampung-reklamasi/amp/

Hirfan. (2016). Strategi Reklamasi Pasca Tambang. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Teknik. Vol.1

Pamungkas, Noto dan Sri Suryaningsum. (2018). Tata Kelola Wisata Bekas Lahan Tambang. Jawa
Tengah:Nugra Media

Meyana, L., Sudadi, U., & Tjahjono, B. (2015). Arahan dan Strategi Pengembangan Areal Bekas Tambang
Timah Sebagai Kawasan Pariwisata di Kabupaten Bangka. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. 5,
51_ 60.

Anda mungkin juga menyukai