Anda di halaman 1dari 7

MISKONSEPSI SISWA DITINJAU

DARI GAYA BELAJAR

Disusun Oleh:

AMAR

2017-84-202-001

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUSAMUS

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

` Dalam proses pembelajaran matematika ada berbagai berbagai macam konsep yang

tersusun secara sistematis artinya konsep ini disusun secara berurutan sehingga konsep

sebelumnya yang sederhana akan digunakan untuk mempelajari konsep selanjutnya yang

lebih kompleks. Pemahaman konsep matematika yang benar adalah hal mutlak yang harus

dimiliki siswa. Tidak hanya benar saja, siswa dituntut untuk memahami secara tepat terakit

konsep-konsep matematika, karena ia harus mengantisipasi masalah-masalah yang akan

dihadapi pada soal dimasa yang akan dating.

materi pembelajaran matematika dapat tercapai apabila para pengajar dapat memberikan

pengajaran yang optimal dan sesuai dengan cara belajar siswa. Akan tetapi, dalam praktiknya

pembelajaran di sekolah tidak selalu benar dan berjalan tanpa hambatan. Hambatan tersebut

ditandai dengan konsepsi murid tentang suatu konsep yang berbeda dengan konsepsi para

ilmuwan. Konsepsi siswa mungkin saja berbeda dengan konsep sebenarnya yang

dikembangkan oleh para ahli, sehingga dapat dikatakan siswa mengalami salah paham

(miskonsepsi). Miskonsepsi juga dapat disebabkan oleh siswa, guru, buku teks, konteks, dan

metode mengajar. Berbagai miskonsepsi yang terjadi dalam pembelajaran matematika dapat

melemahkan semangat siswa dalam belajar matematika, siswa menganggap matematika sulit,

tidak prospektif, dan membutuhkan waktu lama untuk memahaminya. Miskonsepsi yang

sering dilakukan siswa tidak boleh dibiarkan terlalu lama karena akan mengakibatkan hasil

belajar siswa menjadi kurang baik.


penguasaan materi pokok yang kurang baik ini dikarenakan penguasaan konsep para

siswa yang kurang baik serta banyak siswa yang salah dalam memahami konsep. Hal ini

ditunjukkan salah satunya pada saat siswa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru, Siswa

salah dalam memahami konsep pada soal matematika.

Nurul Karimah juga mengemukakan bahwa salah satu penyebab kegagalan dalam

pembelajaran matematika adalah siswa tidak paham konsep matematika atau siswa salah

dalam memahami konsep matematika (miskonsepsi). Kebanyakan kesalahan konsep yang

dialami siswa dibawa dari jenjang pendidikan sebelumnya, sehingga mengakibatkan

kesalahan konsep yang berkesinambungan pada jenjang pendidikan yang lebih lanjut.

Banyak murid atau mahasiswa gagal atau tidak memberi hasil yang baik dalam

pelajarannya karena mereka tidak mengetahui cara-cara belajar yang efisien dan efektif,

mereka kebanyakan hanya

mencoba menghafal pelajaran dan memasukan ilmu tanpa ada penyaringan terlebih

dahulu, sehingga tidak paham benar konsep urutannya.

Padahal matematika bukan materi untuk dihafal, melainkan memerlukan penalaran dan

pemahaman yang lebih. Akibatnya jika diberi tes atau evaluasi, siswa mengalami kesulitan

dalam menyelesaikan soal, walaupun bentuk soal tersebut hampir sama dengan soal yang

pernah dipelajarinya.

Seperti telah diketahui, matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai

karakteristik tertentu bila dibandingkan dengan disiplin-disiplin ilmu lainnya. Secara

sederhana dapat dikatakan bahwa matematika itu berkenaan dengan ide-ide atau konsep-

konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dengan penalaran yang bersifat deduktif, yaitu

kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran
sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat

konsisten.

Konsep serta pengetahuan seseorang terus menerus dibangun kembali dan berkembang

seiring dengan bertambahnya pengalaman orang tersebut (Suparno, 1997). Seperti

pernyataan tersebut, siswa haruslah memiliki dasar untuk membangun pengetahuan

berikutnya, yaitu suatu konsep yang telah dimiliki sebelumnya secara tepat. Apabila siswa

tidak mampu memahami salah satu konsep dengan baik, tentu saja akan berpengaruh pada

konsep selanjutnya yang berkaitan.

Departemen Pendidikan Nasional Indonesia dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006

menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran matematika di SD, SMP, SMA, dan SMK adalah

agar siswa memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan

antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan

tepat dalam pemecahan masalah. Ini ditetapkan dengan harapan bahwa penanaman konsep

dapat dibangun terus- menerus dari jenjang dasar sampai menengah atas.

Berbagai karakteristik yang dimiliki oleh siswa mempengaruhi siswa dalam pemahaman

konsep suatu materi pokok. Salah satu karakteristik siswa tersebut adalah gaya belajar siswa.

Gaya belajar merupakan cara yang cenderung dipilih sesorang untuk menerima informasi

dari lingkungan dan memproses suatu informasi. Setiap siswa pasti memiliki gaya belajarnya

masing–masing.

Gaya belajar berpengaruh kepada cara belajar siswa, yang mana akan menentukan cara

belajar yang lebih efektif. Tentu saja dengan cara belajar yang lebih efektif dapat membantu

menangkap dan mengerti suatu materi pelajaran. Mengenali gaya belajar sendiri, belum tentu

membuat seseorang menjadi lebih pandai, tetapi menjadi tahu bagaimana memanfaatkan
kemampuan belajar secara maksimal, sehingga hasil dalam pemahaman suatu materi dapat

lebih optimal (Joko Susilo,2006).

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan mengenai konsepsi sangatlah menarik bagi

penulis, sehingga ingin mengkaji lebih lanjut mengenai miskonsepsi. miskonsepsi yang

dialami siswa kelas VIII SMP NEGERI BUTI MERAUKE dengan tinjauan gaya belajar

yang dimiliki oleh siswa. Dengan mengetahui kesalahan siswa dalam memahami konsep

yang lebih sederhana dan melakukan perbaikan maka akan memperkecil kemungkinan siswa

mengalami kesalahan dalam memahami konsep yang lebih kompleks.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat di identifikasi permasalah-permasalahan sebagai

berikut:

1. penguasaan materi pokok yang kurang baik ini dikarenakan penguasaan konsep para

siswa yang kurang baik.

2. banyak siswa yang salah dalam memahami konsep

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah yang dimaksud dalam penelitian ini agar penelitian yang dilakukan

lebih berfokus pada objek penelitian dan mempertimbangkan juga keterbatasan penelitian

dari segi pengetahuan, pengalaman, waktu dan biaya. Peneliti dibatasi pada hal-hal sebagai

berikut:

1. Penelitian ini dilakukan mengenai miskonsepsi yang terjadi pada siswa

2. Penelitian ini ditinjau dari salah satu karakateristik siswa yaitu gaya belajar siswa yang

meliputi gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik.


D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah tersebut maka permasalahan dapat

dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah karakter miskonsepsi yang terjadi pada siswa kelas VIII SMP NEGERI BUTI

MERAUKE dalam gaya belajar yang dimiliki siswa?

2. Apakah penyebab miskonsepsi yang terjadi pada siswa kelas VIII SMP NEGERI BUTI

MERAUKE fungsi ditinjau dari gaya belajar yang dimiliki siswa?

E. Tujuan Penelitia

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan karakter

miskonsepsi dan mengetahui penyebab miskonsepsi yang ditinjau dari gaya belajar siswa

kelas VIII SMP NEGERI BUTI MERAUKE.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini ditunjukan untuk

1. Manfaat bagi siswa

Manfaat bagi para siswa adalah untuk meningkatkan aktivitas dan juga meningkatkan

hasil belajar, khususnya bagi siswa kelas VIII SMP NEGERI BUTI MERAUKE Manfaat

bagi guru

2. Manfaat bagi para guru

sebagai masukan dalam memilih dan menentukan metode pembelajaran sebagai upaya

peningkatan aktivitas dan hasil belajar matematika.

3. Manfaat bagi sekolah


Penelitian ini diharapakan dapat memberi informasi mengenai penyebab miskonsepsi

pada siswa yang menjadi sibjek dalam penelitian ini sebagai sarana evaluasi perencanaan

pembelajaran selanjutnya.

4. Manfaat bagi peniliti

Manfaat bagi peneliti adalah dapat menjadi rekomendasi agar penelitian miskonsepsi

dalam pembeljaran matematika dilakukan terhadap kemampuan komunikasi matematis

atau pokok bahasan lain.

Anda mungkin juga menyukai