Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN MAKROEKONOMI


(Dosen Pengampu : Dr. Neng Kamarni)
ANALISIS INDIKATOR MAKRO KOTA PADANG

Disusun oleh :
CEMPAKA RIZKI AMBAR SARI NIM. 2020512013
DOLLY MANTORA HAZMI NIM. 2020512015

MAGISTER ILMU EKONOMI

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2021

A. INDIKATOR EKONOMI
1. STRUKTUR EKONOMI DAERAH

Struktur ekonomi daerah dapat dilihat dari Produk Domestik Regional


Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku menurut Lapangan usaha seperti
pada tabel berikut.

Perekonomian di Kota Padang didominasi oleh sector Transportasi dan


pergudangan dengan kontribusi sebesar 17,17 persen pada tahun 2019. Hal
ini disebabkan karena Pelabuhan Teluk Bayur yang berada di Kota Padang.
Sektor yang memberi kontribusi terbesar kedua adalah sector Perdagangan
dan reparasi mobil dan sepeda motor dengan kontribusi 16,94 persen.
Sebagai Ibukota Provinsi, Kota padang adalah pusat perdagangan di
Provinsi Sumatera Barat. Kota Padang memiliki 1 unit pasar pusat (pasar
raya) dan 16 unit pasar rakyat serta beberapa pusat perbelanjaan modern.
Hal yang sangat disayangkan adalah kontribusi sector industry pengolahan
sejak tahun 2015 hingga 2019 selalu mengalami penurunan. Pada tahun
2015 sektor ini menyumbang peran sebesar 15,39 persen tatapi pada tahun

2
2019 hanya tinggal 11.74 persen. Pertumbuhan sector industry tercatat
minus pada tahun 2018 dan 2019. Butuh kajian mendalam kenapa hal ini
dapat terjadi. Nilai PDRB atas dasar harga berlaku Kota Padang pada tahun
2019 mencapai Rp.62.457 milyar. PDRB Kota Padang berkontribusi
sebanyak 25,35 persen. Sehingga kinerja perekonomian Provinsi Sumatera
Barat sangat tergantung terhadap Kota Padang.

2. PERTUMBUHAN EKONOMI

Laju pertumbuhan ekonomi Kota Padang tercatat sebesar 5,68 persen


pada tahun 2019 atau melambat dibandingkan dengan tahun 2018.
Perlambatan pertumbuhan ini terjadi di seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi
Sumatera Barat. Pertumbuhan Ekonomi Kota Padang tahun 2019 lebih baik
dibandingkan dengan Provinsi Sumatera Barat yang tumbuh hanya sebesar
5,05 persen. Sejak tahun 2015, perekonomian Kota Padang rata-rata tumbuh
sebesar 6,11 persen tiap tahunnya.

Sektor yang paling baik kinerjanya pada tahun 2019 adalah sector
informasi dan komunikasi dengan tumbuh sebesar 11,06 persen

3
dibandingkan tahun sebelumnya. Hampir seluruh sector mengalami
pertumbuhan pada tahun 2019 kecuali sector industry pengolahan yang nilai
PDRB nya lebih kecil 3,25 persen dibandingkan tahun 2018.

3. TINGKAT KEMAKMURAN EKONOMI DAERAH

Tingkat kemakmuran suatu negara dapat diukur dari GDP per


kapita negara tersebut. GDP per kapita merupakan besarnya pendapatan
rata– rata penduduk di suatu negara. Pendapatan perkapita sering digunakan
sebagai tolak ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah negara.
Pendapatan per kapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di
suatu negara. Semakin tinggi kemampuan suatu negara untuk mengelola
potensi ekonominya, maka akan semakin tinggi pula tingkat pendapatan
nasional yang akan dimiliki oleh suatu negara. Tingkat kemakmuran
ekonomi suatu negara tentunya ditopang dari kemakmuran daerahnya. Kota
Padang menuangkannya dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kota Padang, dimana tingkat kemakuran ekonomi daerah
dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita atas dasar
harga berlaku. Nilai Pendapatan per kapita Kota Padang pada tahun 2019
adalah sebesar 65,68 juta rupiah per kapita per tahun. Nilai ini jauh lebih
besar dibandingkan pendapatan per kapita Provinsi Sumatera Barat yaitu
sebesar 45,78 juta rupiah per kapita per tahun.

4. ICOR (Incremental Capital Output Ratio)

ICOR merupakan parameter ekonomi makro yang menggambarkan


rasio investasi kapital/modal terhadap hasil yang diperoleh (output) dengan
menggunakan investasi tersebut. ICOR juga bisa diartikan sebagai dampak
penambahan kapital terhadap penambahan sejumlah output (keluaran).
Semakin kecil nilai ICOR artinya investasi yang dilakukan semakin baik
dan efektif. Secara matematis, ICOR dapat ditulis sebagai berikut:
∆K I It
ICOR= = =
∆ Y ∆ Y Y t−Y t−1

4
Dimana:
It : Pembentukan Modal tetap Bruto Tahun ke-(t)
Yt : Output Tahun ke-(t)
Yt-1 : Output Tahun ke-(t-1)

NAMA CEMPAKA RIZKI AMBAR SARI


NIM 2020512013
TUGAS EKONOMI PEMBANGUNAN
06 OKTOBER 2020

Nilai ICOR Kota Padang pada tahun 2019 yaitu sebesar 5,04 yang
artinya untuk meningkatkan 1 rupiah output dibutuhkan investasi sebesar 5
rupiah. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya tetapi masih lebih
rendah dibandingkan dengan nilai ICOR Provinsi Sumatera Barat yaitu
sebesar 6,04. ICOR menandakan efektifitas investasi terhadap peningkatan
output sehingga dibutuhkan lagi perencanaan yang dan telaah yang
komperhensif dalam pelaksanaan investasi terutama investasi yang
bersumber dari dana APBD dan APBN.

5. Inflasi

Kota Padang adalah salah satu dari 90 kota di Indonesia yang


menghitung inflasi. Inflasi merupakan kenaikan tingkat Indeks Harga
Konsumen (IHK) yang mencerminkan daya beli dari uang yang dipakai
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Semakin tinggi inflasi
maka semakin rendah nilai uang dan semakin rendah daya belinya. Pada
tahun 2020, inflasi Kota Padang sebesar 2,12 persen yang artinya IHK pada
bulan Desember 2020 naik sebesar 2,12 persen dibandingkan IHK pada
bulan Desember tahun 2019. Sejak tahun 2017, inflasi di Kota Padang
cenderung stabil dan berada di antara 1,7-2,55 persen.

B. INDIKATOR KESEJAHTERAAN

5
1. Jumlah Penduduk

Berdasarkan hasi Sensus Penduduk Tahun 2020 jumlah penduduk di


Kota Padang adalah sebanyak 909.040 jiwa. Jumlah ini adalah yang
tertinggi diantara Kabupaten/Kota di Sumatera Barat. Sebesar 16,42 persen
penduduk Sumatera Barat tinggal di Kota Padang. Peningkatan jumlah
penduduk tiap tahun dengan fungsi Kota Padang sebagai ibukota Propinsi
Sumatera Barat dan ditetapkannya Kota Padang sebagai kota inti
Metropolitan Palapa yang menuntut Kota Padang lebih berorientasi pada
pemenuhan ruang-ruang kota dengan fasilitas maupun sarana prasarana
berupa kawasan terbangun yang berisi bangunan fisik. Kondisi ini
mengakibatkan rentannya terjadi alih fungsi lahan yang dapat
menyebabkan kurangnya kemampuan lahan dalam menghasilkan pangan,
sementara permintaan akan kebutuhan pangan semakin meningkat.

2. Kemiskinan

6
Pada tahun 2020 masih terdapat penduduk miskin di Kota Padang
sebanyak 41,17 ribu jiwa. Kota Padang merupakan Kabupaten/Kota dengan
jumlah penduduk miskin terbanyak di Provinsi Sumatera Barat. Tetapi dari
segi persentase, jumlah penduduk miskin di Kota Padang hanya sebesar 4,4
persen dari total penduduk Kota Padang yang merupakan nomor tiga
terendah di Sumatera Barat setelah Sawahlunto, dan Solok.

Persentase Penduduk Miskin di Kota Padang, Provinsi Sumatera


Barat dan Indonesia, 2016-2020
12

10

0
2016 2017 2018 2019 2020

Kota Padang Provinsi Sumatera Barat Indonesia

Untuk mengurangi angka kemiskinan tersebut perlu pengintegrasian


Program penanggulangan kemiskinan, termasuk hal pendataan yang
bertujuan agar program tepat sasaran dan implementasinya dalam program
pembangunan daerah. Program pembanangunan daerah saat ini belum
menyentuh semua lapisan masyarakat. Penanggulangan Kemiskinan
merupakan salah satu isu strategis Kota Padang yaitu “Meningkatnya
kualitas lingkungan hidup dan sanitasi.Pembangunan Ekonomi Inklusif
berbasis pertumbuhan ekonomi berkualitas, pemberdayaan masyarakat dan
penanggulangan kemiskinan”.

3. Pengangguran

7
Tingkat partisipasi angkatan kerja mengalami kenaikan dalam 5 tahun
2015-2019 yaitu dari 58,92 % menjadi 61,45%, begitupula dengan jumlah
pencari kerja yang ditempatkan mengalami kenaikan sebesar 68.000 orang
dari tahun 2014 dengan tahun 2018. Sedangkan Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) Kota Padang mengalami penurunan yang cukup signifikan
dari tahun 2015 sebanyak 14%, menjadi 8,76% pada tahun 2019. Meskipun
demikian, Kota Padang merupakan daerah dengan angka TPT paling tinggi
di Sumatera Barat.Volume perekonomian di kota padang yang paling besar
di Provinsi Sumatera Barat ternyata masih belum dapat menyerap tanaga
kerja dengan maksimal.

4. Gini Ratio

Ketimpangan pendapatan masih cukup tinggi di Kota Padang


dibandingkan daerah lain di Provinsi Sumatera Barat. Hal ini terlihat dari
indeks gini Kota Padang lebih tinggi dibandingkan Provinsi Sumatera Barat.
Pada tahun 2019, indeks gini Kota Padang yaitu 0,312 sementara untuk
secara keseluruhan di Provinsi Sumatera Barat sebesar 0,306. Tapi indeks
gini pada tahun 2019 sudah lebih baik dibandingkan pada tahun 2018 yaitu
sebesar 0,344.

5. IPM

IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam


upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). IPM
dibentuk oleh tiga dimensi dasar yaitu Umur pajang dan hidup sehat yang
diwakili oleh Angka Harapan Hidup (AHH), dimensi pengetahuan yang
diwakili oleh Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-Rata Lama Sekolah
(RLS) serta dimensi standar hidup layak yang diwakili oleh pengeluaran per
kapita. Angka IPM Kota Padang merupakan yang tertinggi di Provinsi
Sumatera Barat. IPM Kota Padang sejak tahun 2015 sudah termasuk dalam
kategori sangat tinggi atau bernilai diatas 80. Pada tahun 2020 IPM Kota
Padang bernilai 82,82, turun sedikit dibandingkan dengan tahun 2019. Hal
ini disebabkan karena terjadinya penurunan pengeluaran per kapita.

8
Penurunan pengeluaran per kapita bisa jadi disebabkan oleh pandemic
Covid-19.

Dimensi umur panjang dan sehat diwakili oleh indikator angka harapan
hidup (AHH). Pada tahun 2019 AHH Kota Padang adalah sebesar 73,65
yang artinya bayi yang baru lahir di Kota Padang rata-rata akan memiliki
usia hingga 73-74 tahun. Jumlah fasilitas kesehatan yang berkualitas adalah
salah satu factor yang dapat menigkatkan nilai AHH. Banyaknya fasilitas
Kesehatan yang memadai dan aksessibilitasnya yang mudah akan
mempercepat penanganan permasalahan Kesehatan.

Kualitas Pendidikan masyarakat Kota Padang sudah sangat baik. Hal ini
diperlihatkan oleh indikator rata-rata lama sekolah pada tahun 2020 sebesar
11,58 tahun. Artinya, rata-rata masyarakat Kota Padang yang berumur 25
tahun atau lebih bersekolah selama 11-12 tahun atau menempuh Pendidikan
hingga kelas 3 SMA atau menamatkannya. Angka ini hamper setara dengan
rata-rata lama sekolah di negara Singapur. Harapan lama sekolah (HLS) di
Kota Padang juga sudah sangat tinggi, yaitu selama 16,52 tahun. Artinya
anak usia 7 tahun yang baru bersekolah memiliki peluang untuk menempuh
Pendidikan selama 16-17 tahun atau sampai jenjang Pendidikan Sarjana

9
atau menamatkannya. Angka HLS di Kota Padang bahkan lebih tinggi jika
dibandingkan dengan HLS di Amerika Serikat dan Jepang.

Pengeluaran per kapita Kota Padang pada tahun 2020 sebesar 14,48
jura rupiah per orang per tahun. Angka ini lebih rendah dibandingkan tahun
2019 yaitu sebesar 14,72 juta rupiah per orang per tahun. Penurunan ini
diakibatkan pandemic Covid-19 sehingga berdampak buruk pada
perekonomian dan mengakibatkan rendahnya daya beli masyarakat.

10

Anda mungkin juga menyukai