Disusun oleh :
CEMPAKA RIZKI AMBAR SARI NIM. 2020512013
DOLLY MANTORA HAZMI NIM. 2020512015
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
A. INDIKATOR EKONOMI
1. STRUKTUR EKONOMI DAERAH
2
2019 hanya tinggal 11.74 persen. Pertumbuhan sector industry tercatat
minus pada tahun 2018 dan 2019. Butuh kajian mendalam kenapa hal ini
dapat terjadi. Nilai PDRB atas dasar harga berlaku Kota Padang pada tahun
2019 mencapai Rp.62.457 milyar. PDRB Kota Padang berkontribusi
sebanyak 25,35 persen. Sehingga kinerja perekonomian Provinsi Sumatera
Barat sangat tergantung terhadap Kota Padang.
2. PERTUMBUHAN EKONOMI
Sektor yang paling baik kinerjanya pada tahun 2019 adalah sector
informasi dan komunikasi dengan tumbuh sebesar 11,06 persen
3
dibandingkan tahun sebelumnya. Hampir seluruh sector mengalami
pertumbuhan pada tahun 2019 kecuali sector industry pengolahan yang nilai
PDRB nya lebih kecil 3,25 persen dibandingkan tahun 2018.
4
Dimana:
It : Pembentukan Modal tetap Bruto Tahun ke-(t)
Yt : Output Tahun ke-(t)
Yt-1 : Output Tahun ke-(t-1)
Nilai ICOR Kota Padang pada tahun 2019 yaitu sebesar 5,04 yang
artinya untuk meningkatkan 1 rupiah output dibutuhkan investasi sebesar 5
rupiah. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya tetapi masih lebih
rendah dibandingkan dengan nilai ICOR Provinsi Sumatera Barat yaitu
sebesar 6,04. ICOR menandakan efektifitas investasi terhadap peningkatan
output sehingga dibutuhkan lagi perencanaan yang dan telaah yang
komperhensif dalam pelaksanaan investasi terutama investasi yang
bersumber dari dana APBD dan APBN.
5. Inflasi
B. INDIKATOR KESEJAHTERAAN
5
1. Jumlah Penduduk
2. Kemiskinan
6
Pada tahun 2020 masih terdapat penduduk miskin di Kota Padang
sebanyak 41,17 ribu jiwa. Kota Padang merupakan Kabupaten/Kota dengan
jumlah penduduk miskin terbanyak di Provinsi Sumatera Barat. Tetapi dari
segi persentase, jumlah penduduk miskin di Kota Padang hanya sebesar 4,4
persen dari total penduduk Kota Padang yang merupakan nomor tiga
terendah di Sumatera Barat setelah Sawahlunto, dan Solok.
10
0
2016 2017 2018 2019 2020
3. Pengangguran
7
Tingkat partisipasi angkatan kerja mengalami kenaikan dalam 5 tahun
2015-2019 yaitu dari 58,92 % menjadi 61,45%, begitupula dengan jumlah
pencari kerja yang ditempatkan mengalami kenaikan sebesar 68.000 orang
dari tahun 2014 dengan tahun 2018. Sedangkan Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) Kota Padang mengalami penurunan yang cukup signifikan
dari tahun 2015 sebanyak 14%, menjadi 8,76% pada tahun 2019. Meskipun
demikian, Kota Padang merupakan daerah dengan angka TPT paling tinggi
di Sumatera Barat.Volume perekonomian di kota padang yang paling besar
di Provinsi Sumatera Barat ternyata masih belum dapat menyerap tanaga
kerja dengan maksimal.
4. Gini Ratio
5. IPM
8
Penurunan pengeluaran per kapita bisa jadi disebabkan oleh pandemic
Covid-19.
Dimensi umur panjang dan sehat diwakili oleh indikator angka harapan
hidup (AHH). Pada tahun 2019 AHH Kota Padang adalah sebesar 73,65
yang artinya bayi yang baru lahir di Kota Padang rata-rata akan memiliki
usia hingga 73-74 tahun. Jumlah fasilitas kesehatan yang berkualitas adalah
salah satu factor yang dapat menigkatkan nilai AHH. Banyaknya fasilitas
Kesehatan yang memadai dan aksessibilitasnya yang mudah akan
mempercepat penanganan permasalahan Kesehatan.
Kualitas Pendidikan masyarakat Kota Padang sudah sangat baik. Hal ini
diperlihatkan oleh indikator rata-rata lama sekolah pada tahun 2020 sebesar
11,58 tahun. Artinya, rata-rata masyarakat Kota Padang yang berumur 25
tahun atau lebih bersekolah selama 11-12 tahun atau menempuh Pendidikan
hingga kelas 3 SMA atau menamatkannya. Angka ini hamper setara dengan
rata-rata lama sekolah di negara Singapur. Harapan lama sekolah (HLS) di
Kota Padang juga sudah sangat tinggi, yaitu selama 16,52 tahun. Artinya
anak usia 7 tahun yang baru bersekolah memiliki peluang untuk menempuh
Pendidikan selama 16-17 tahun atau sampai jenjang Pendidikan Sarjana
9
atau menamatkannya. Angka HLS di Kota Padang bahkan lebih tinggi jika
dibandingkan dengan HLS di Amerika Serikat dan Jepang.
Pengeluaran per kapita Kota Padang pada tahun 2020 sebesar 14,48
jura rupiah per orang per tahun. Angka ini lebih rendah dibandingkan tahun
2019 yaitu sebesar 14,72 juta rupiah per orang per tahun. Penurunan ini
diakibatkan pandemic Covid-19 sehingga berdampak buruk pada
perekonomian dan mengakibatkan rendahnya daya beli masyarakat.
10