Anda di halaman 1dari 14

PERSAMAAN NILAI MUTLAK

1. SUBHIMPUNAN

Bila A menyatakan suatu himpunan dan x suatu unsurnya, kita akan tuliskan
dengan xA,untuk menyingkat pernyataan x suatu unsur di A, atau x anggota A,
atau x termuat di A, atau A memuat x. Bila x suatu unsur tetapi bukan di A kita
tuliskan dengan xA. Bila A dan B suatu himpunan sehingga xA mengakibatkan
xB (yaitu, setiap unsur di A juga unsur di B), maka kita katakan A termuat di B,
atau B memuat A atau A suatu subhimpunan dari B, dan dituliskandengan A B
atau B A.Bila A B dan terdapat unsur di B yang bukan anggota A kita katakan
A subhim- punan sejati dari B.

Definisi

Dua himpunan A dan B dikatakan samabila keduanya memuat unsur- unsur yang
sama. Bila himpunan A dan B sama, kita tuliskan dengan A =B. Untuk
membuktikan bahwa A = B, kita harus menunjukkan bahwa A B danB A.Suatu
himpunan dapat dituliskan dengan mendaftar anggota-anggotanya, atau dengan
menyatakan sifat keanggotaan himpunan tersebut. Kata “sifat keanggotaan”
memang menimbulkan keraguan. Tetapi bila P menyatakan sifat keanggotaan
(yang tak bias artinya) suatu himpunan, kita akan tuliskandengan {xP(x).

sedemikian sehinga) P”. Bila dirasa perlu untuk menyatakan himpunan semua x
yang memenuhi P. Notasi tersebut kita bacade- ngan “himpunan semua x yang
memenuhi (atau menyatakan lebih khusus unsur-unsur mana yang memenuhi P,
kita dapat juga menuliskannyadenga{ xSP(x)}, untuk menyatakan sub himpunan
S yang memenuhi P.

Beberapa himpunan tertentu akan digunakan dalam bukti ini, dan kita akan
menuliskannya dengan penulisan standar sebagai berikut :
Himpunan semua bilangan asli, N ={1,2,3,...}

Himpunan semua bilangan bulat, Z ={0,1,-1,2,-2,...}


Himpunan semua bilangan rasional, Q = {m/nm,nZ, n0}

Himpunan semua bilangan real,R.

Contoh:
a. ng-kadang formula dapat pula digunakan untuk menyingkat penulisan
himpunan. Sebagai contoh himpunan bilangan genap positif sering
dituliskandengan {2x xN}, daripada {yNy = 2x, xN}.
b. Himpunan {x Nx2-3x+2=0}, menyatakan himpunan semua bilangan asli
yang memenuhi x2- 3x + 2 = 0. Karena yang memenuhi hanya x = 1 dan x =
2, maka himpunan tersebut dapat pula kita tuliskan dengan{1,2}.

2. Sifat Aljabar Bilangan Real

Pertama akan diberikan daftar sifat penjumlahan dan perkaliannya. Daftar ini
mendasari semua untuk mewujudkan sifat dasar aljabar R dalam arti sifat-sifat
yang lain dapat dibuktikan sebagai teorema. Dalam aljabar abstrak sistem
bilangan real merupakan lapangan/medan terhadap penjumlahan dan perkalian.
Sifat-sifat yang akan disajikan pada berikut ini dikenal dengan “Aksioma medan”.
Yang dimaksud operasi biner pada himpunan F adalah suatu fungsi B dengan
domain FF dan range di F. Jadi, operasi biner memasangkan setiap pasangan
berurut (a,b) dari unsur-unsur di F dengan tepat sebuah unsur B(a,b) di F. Tetapi,
disamping menggunakan notasi B(a,b), kita akan lebih sering menggunakan notasi
konvensional a+b dan a.b (atau hanya ab) untuk membicarakan sifat penjumlahan
dan perkalian.

Sifat-sifat aljabar R. Pada himpunan bilangan real R terdapat dua operasi biner,
dituliskan dengan “+” dan “.” dan secara berturut-turut disebut penjumlahan dan
perkalian. Kedua operasi ini memenuhi sifat-sifat berikut :
(A1). a + b = b + a untuk semua a,bdi R (sifat komutatif penjumlahan);
(A2). (a + b) + c = a + (b + c) untuk semua a,b,cdi R (sifat assosiatif
penjumlahan);
(A3). Terdapat unsur 0 di R sehingga 0 + a = a dan a + 0 = a untuk semua a di R
(eksistensi unsur nol);
(A4). Untuk setiap a di R terdapat unsur -a di R, sehingga a + (-a) = 0 dan (-a) +
a = 0 (eksistensi negatif dari unsur); (M1). a.b = b.a untuk semua a,bdi R
(sifat komutatif perkalian); (M2). (a.b) .c = a .(b.c) untuk semua a,b,cdi R
(sifat asosiatif perkalian); (M3). Terdapat unsur 1 di R yang berbeda dari 0,
sehingga 1.a = a dan a.1 = a untuk semua a di R (eksistensi unsur satuan);
(M4). Untuk setiap a 0 di R terdapat unsur 1/a di R sehingga a.1/a = 1
dan (1/a).a = 1 (eksistensi balikan); (D). a .(b+c) = (a.b) + (a.c) dan (b+c)
.a = (b.a) + (c.a) untuk semua a,b,cdi R (sifat distributif perkalian terhadap
penjumlahan);

1.2.1 Teorema
a) Jika Z, a ∈ R dengan Z+ a=a, maka Z=0
b) Jika a, b ∈ R, b≠ 0 dan memenuhi a , b=0 , maka a=1
c) Jika a ∈ R, maka a,0=0

1.2.1 Teorema
1
a) Jika a≠ 0 dan b ∈ R, sehingga a, b=1, maka b=
a
b) Jika a, b ¿ 0 , maka berlakua=0 atau b=0
Dari Buku “Introduction To Real Analysis Karangan Robert G. Bartle dan Donald
R. Sherbet yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Drs. Jafar., M.Si”,
terdapat beberapa teorema:

2.1.2 Teorema
(a). Bila z dan a unsur di R sehingga z + a = a, maka z = 0.
(b). Bila u dan b 0 unsur R sehingga u.b = b, maka u = 1.
Bukti :
(a). Dari hipotesis kita mempunyai z + a = a. Kita tambahkan unsur -a (yang
eksistensinya
dijamin pada (A4)) pada kedua ruas dan diperoleh
(z + a) + (-a) = a + (-a)
Bila kita berturut-turut menggunakan (A2), (A4) dan (A3) pada ruas kiri, kita
Peroleh
(z + a) + (-a) = z + (a + (-a)) = z + 0 = z;
bila kita menggunakan (A4) pada ruas kanan
a + (-a) = 0.
Dari sini kita simpulkan bahwa z = 0.

2.1.3 Teorema.
(a). Bila a dan b unsur di R sehinga a + b = 0, maka b = -a.
(b). Bila a 0 dan b unsur di R sehingga a.b = 1, maka b = 1/a.
Bukti :
(a). Bila a + b = 0, maka kita tambahkan -a pada kedua ruas dan diperoleh
(-a) + (a + b) = (-a) +0.
Bila kita berturut-turut menggunakan (A2), (A4) dan (A3) pada ruas kiri, kita
peroleh (-a) + (a + b) = ((-a) + a) + b = 0 + b = b; bila kita menggunakan (A3)
pada ruas kanan kita dapatkan (-a) + 0 = -a. Dari sini kita simpulkan bahwa b =a.

2.1.4 Teorema.
Misalkan a,b sebarang unsur di R. Maka :
(a). persamaan a + x = b mempunyai solusi tunggal x = (-a) + b;
(b). bila a 0, persamaan a .x = b mempunyai solusi tunggal x = (1/a) .b.
Bukti :
Dengan menggunakan (A2), (A4) dan (A3), kita peroleh
a + ((-a) + b) = (a + (-a)) + b = 0 + b = b, yang mengakibatkan x = (-a) + b
merupakan solusi dari persamaan a + x = b. Untuk menunjukkan bahwa ini
merupakan satu-satunya solusi, andaikan x1 sebarang solusi dari persamaan
tersebut, maka a + x1 = b, dan bila kita tambahkan kedua ruas dengan -a, kita
peroleh (-a) + (a + x1) = (-a) + b.
Bila sekarang kita gunakan (A2), (A4) dan (A3) pada ruas kiri, kita peroleh
(-a) + (a + x1) = (-a + a) + x1 = 0 + x1 = x1. Dari sini kita simpulkan bahwa x1 = (-
a) + b.

2.1.5 Teorema.
Bila a sebarang unsur di R, maka :
(a). a . 0 = 0 (b). (-1) .a = -a
(c). -(-a) = a (d). (-1) .(-1) = 1
Bukti :
(a). Dari (M3) kita ketahui bahwa a . 1 = a. Maka dengan menambahkan a .0 dan
mengunakan (D) dan (A3) kita peroleh
a + a .0 = a .1 + a .0
= a. (1 + 0) = a .1 = a.
Jadi, dengan teorema 2.1.2(a) kita peroleh bahwa a .0 = 0.
(b). Kita gunakan (D), digabung dengan (M3), (A4) dan bagian (a), untuk
memperoleh
a + (-1) .a = 1 .a + (-1) .a = 0 .a = 0
Jadi, dari teorema 2.1.3(a) kita peroleh (-1) .a = - a.
(c). Dengan (A4) kita mempunyai (-a) + a = 0. Jadi dari teorema 2.1.3 (a)
diperoleh bahwaa = - (-a).
(d). Dalam bagian (b) substitusikan a = -1. Maka (-1) .(-1) = -(-1). Dari sini, kita
menggunakan (c) dengan a = 1.
Kita simpulkan deduksi formal kita dari sifat medan (bilangan real) dengan
menutupnya dengan hasil-hasil berikut.

2.1.6 Teorema.
Misalkan a,b,cunsur-unsur di R.
(a). Bila a 0, maka 1/a 0 dan 1/(1/a) = a
(b). Bila a .b = a .cdan a 0, maka b = c
(c). Bila a .b = 0, maka paling tidak satu dari a = 0 atau b = 0 benar.
Bukti :
(a). Bila a 0, maka terdapat 1/a. Andaikan 1/a = 0, maka 1 = a . (1/a) = a .0 = 0,
kontradiksi dengan (M3). Jadi 1/a 0 dan karena (1/a) .a = 1,
Teorema 2.1.3(b) mengakibatkan 1/(1/a) = a.
(b). Bila kita kalikan kedua ruas persamaan a .b = a .cdengan 1/a dan
menggunakan sifat asosiatif (M2), kita peroleh ((1/a) .a) . b = ((1/a) .a) . c. Jadi 1
.b = 1.c yang berarti juga b = c
(c). Hal ini cukup dengan mengasumsikan a 0 dan memperoleh b = 0.
(Mengapa?) Karena a .b = 0 = a .0, kita gunakan bagian (b) terhadap persamaan
a .b = a .0 yang menghasilkan b = 0, bila a 0.

3. Sifat Urutan Dalam R

Sifat urutan R mengikuti gagasan positivitas dan ketaksamaan antara dua bilangan
real. Seperti halnya pada struktur aljabar sistem bilangan real, di sini kita
utamakan beberapa sifat dasar sehingga sifat yang lain dapat diturunkan. Cara
paling sederhana yaitu dengan mengidentifikasi sub himpunan tertentu dari R
dengan menggunakan gagasan “positivitas”.

2.2.1 Sifat Urutan dari R. Terdapat sub himpunan tak kosong P dari R, yang
disebuthimpunan bilangan real positif, yang memenuhi sifat-sifat berikut :
i. Bila a,b di P, maka a + b di P
ii. Bila a,b di P, maka a.b di P
iii. Bila a di R, maka tepat satu dari yang berikut dipenuhi aÎ P, a = 0, -a Î P
Dua sifat yang pertama kesesuaian urutan dengan operasi penjumlahan dan
perkalian. Kondisi (iii) biasa disebut “Sifat Trikotomi”, karena hal ini membagi R
menjadi tiga daripada unsur yang berbeda. Hal ini menyatakan bahwa himpunan
{-a|a Î P} bilangan real negatif tidak mempunyai unsur sekutu di P, dan lebih dari
itu, R gabungan tiga himpunan yang saling lepas.

2.2.2 Definisi.
Bila a ÎP, kita katakan a bilangan real positif (atau positif kuat) dan kita tulis a >
0. Bila aÎP È{0} kita katakan a bilangan real tak negatif dan ditulis a ≥ 0. Bila
-aÎP, kita katakan a bilangan real negatif (atau negatif kuat) dan kita tulis a < 0.
Bila -aÎ P È {0} kita katakan a bilangan real tak positif dan ditulis a ≤ 0.
Sekarang kita perkenalkan gagasan tentang ketaksamaan antara unsur-unsur R
dalam himpunan bilangan positif P.

2.2.3 Definisi
Misalkan a,bdi R.
(i). Bila a - b Î P, maka kita tulis a > b atau b < a.
(ii). Bila a - bÎ PÈ{0} maka kita tulis a ≥ b atau b ≤ a.
Untuk kemudahan penulisan, kita akan menggunakan a < b < c, bila a < b dan
b < c dipenuhi. Secara sama, bila a ≤ b dan b ≤ c benar, kita akan menuliskannya
dengan a ≤ b ≤ c . Juga, bila a ≤ b dan b < d benar, dituliskan dengan a ≤ b < d
dan seterusnya.

Sifat Urutan
Sekarang akan kita perkenalkan beberapa sifat dasar relasi urutan pada R. Ini
merupakan aturan ketaksamaan yang biasa kita kenal dan akan sering kita gunakan
pada pembahasan selanjutnya.

2.2.4Teorema. Misalkan a,b,c di R.


(a). Bila a > b dan b > c, maka a > c
(b). Tepat satu yang berikut benar :a > b, a = b dan a < b
(c). Bila a ≥ b dan b ≥ a, maka a = b
Bukti :
a) Bila a - b Î P dan b - c Î P, maka 2.2.1(i) mengakibatkan bahwa (a - b) + (b - c) =
a - c unsur di P. Dari sini a >c.
b) Dengan sifat trikotomi 2.2.1(iii), tepat satu dari yang berikut benar :a - b Î P, a - b
= 0, -(a - b) = b - a Î P.
c) Bila a ≠ b, maka a - b ≠ 0, jadi menurut bagian (b) kita hanya mempunyai a - b
ÎP atau b - a ÎP yaitu a > b atau b > a. Yang masing-masing kontradiksi dengan
d) satu dari hipotesis kita. Karena itu a = b.
Adalah hal yang wajar bila kita berharap bilangan Adalah hal yang wajar bila kita
berharap bilangan asli merupakan bilangan positif. Kita akan tunjukkan
bagaimana sifat ini diturunkan dari sifat dasar yang diberikan dalam 2.2.1.
Kuncinya adalah bahwa kuadrat dari bilangan real tak nol positif.

2.2.5 Teorema.
(a). Bila a ÎR dan a ≠ 0, maka a2> 0
(b). 1 > 0
(c). Bila nÎN, maka n > 0
Bukti :
a. Dengan sifat trikotomi bila a ≠ 0, maka aÎ P atau -aÎ P. Bila a Î P., maka dengan
2.2.1(ii), kita mempunyai a2 = a.a Î P. Secara sama bila -aÎP, maka 2.2.1 (ii), kita
mempunyai (-a).(-a)ÎP. Dari 2.1.5(b) dan 2.1.5(d) kita mempunyai (-a).(-a) = ((-
1)a) ((-1)a) = (-1)(-1).a2 = a2, jadi a2Î P. Kita simpulkan bahwa bila a ≠ 0, maka a2
> 0.
b. Karena 1 = (1)2, (a) mengakibatkan 1 > 0.
c. Kita gunakan induksi matematika, validitas untuk n = 1 dijamin oleh (b). Bila
pernyataan k > 0, dengan k bilangan asli, maka k ÎP. Karena 1 Î P, maka k + 1
ÎP, menurut 2.2.1(i) . Dari sini pernyataan n > 0 untuk semua nÎN benar.
Sifat berikut berhubungan dengan urutan di R terhadap penjumlahan dan
perkalian.Sifat-sifat ini menyajikan beberapa alat yang memungkinkan kita
bekerja denganketaksamaan.

2.2.6 Teorema. Bila a di R sehingga 0 ≤ a < ε untuk setiap ε positif, maka a = 0.


Bukti :
Andaikan a >0. Menurut teorema jikabÎ R dan b> 0, maka 0 <1/2 b < b maka
diperoleh 0 <1/2 a < a Sekarang tetapkan ε0 =1/2 a, maka 0 < ε0 < a. Hal ini
kontradiksi dengan hipotesis bahwa 0 < ε0 untuk setiap ε positif. Jadi a = 0.

2.2.7 Teorema. Bila ab > 0, maka


(i). a > 0 dan b > 0 atau
(ii).a < 0 dan b < 0
Bukti :
Pertama kita catat bahwa ab > 0 mengakibatkan a ¹ 0 dan b ¹ 0 (karena bila a = 0
dan b = 0, maka hasil kalinya 0). Dari sifat trikotomi, a > 0 atau a < 0. Bila a >0,
maka 1/a > 0 menurut 2.2.6(d) dan karenanya
b = 1.b = ((1/a)a) b = (1/a) (ab) > 0
Secara sama, bila a < 0, maka 1/a < 0, sehingga b = (1/a) (ab) < 0.

2.2.8 Teorema Akibat.Bila ab <0, maka


(i). a < 0 dan b > 0 atau
(ii). a > 0 dan b < 0

2.2.9 Ketaksamaan Bernoulli


Jika x > -1, maa (1 +x)n≥ 1 + nx, ∀ n ÎN.
Contoh -Contoh Ketaksamaan
a. Tentukan himpunan A dari semua bilangan real x yang memenuhi 2x = 3 6.
Kita catat bahwa x A 2x + 3 6 2x 3 x 3/2. Karenanya, A =
{x R x 3/2}.
b. Tentukan himpunan B = {x R x2 + x > 2} Kita ingat kembali bahwa
teorema 2.2.11 dapat digunakan. Tuliskan bahwa x B x + x - 2 > 0
2

(x - 1) (x + 2) > 0. Karenanya, kita mempunyai (i).x - 1 > 0 dan x + 2 > 0,


atau (ii).x - 1 < 0 dan x + 2 < 0.Dalam kasus (i).kita mempunyai x > 1 dan
x > -2, yang dipenuhi jika dan hanya jika x > 1. Dalam kasus (ii) kita
mempunyai x < 1 dan x < -2, yang dipenuhi jika dan hanya jika x < -2.
Jadi B = {x R x > 1}{x R x < -2}.
c. Tentukan himpunan C = {x R (2x + 1)/(x + 2) < 1}. Kita catat bahwa x
C (2x + 1)/(x + 2) - 1 < 0 (x - 1)/(x + 2) < 0. Karenanya, kita
mempunyai (i).x - 1 < 0 dan x + 2 > 0, atau (ii).x - 1 > 0 dan x + 2 < 0
(Mengapa?). Dalam kasus (i)kita harus mempunyai x < 1 dan x > -2, yang
dipenuhi, jika dan hanya jika -2 < x < 1, sedangkan dalam kasus (ii), kita
harus mempunyai x > 1 dan x < -2, yang tidak akan pernah dipenuhi.

4. Nilai Mutlak

Bila a R dan a 0, maka tepat satu dari bilangan aatau -a positif. Nilai mutlak
dari a 0 didefinisikan sebagai bilangan yang positif dari keduanya.Nilai mutlak
dari 0 didefinisikan 0.

2.3.1 Definisi. Bila a R, nilai mutlak a, dituliskan dengan a, didefinisikan
dengan:
a . b ila a>0
{
|a|= 0 , b ila a=0
−a , b ila a<0
Sebagai contoh |3| = 3 dan |-2|=2. Dari defenisi ini kita dapat melihat bahwa |a| ≥ 0,
untuk semua a ∈ R. Juga |a| = a bila a ≥ 0, dan |a| = -a bila a<0

Contoh 2.1
|2| = 2 dan | -6,5| = 6,5
Defenisi di atas berkaitan dengan sifat trikotomi bilangan real. Tetapi, untuk
kepentingan praktis, karena sifat dari bilangan 0 (yaitu, -0=0), defenisi di atas bisa
juga ditulis dalam bentuk

|x|= {−xx , x≥0


, x <0
Atau

|x|= {−xx , ,x>0x≤0


Dari defenisi terlihat bahwa |x| >0, ∀ ÎRdan |x| = 0 jika dan hanya jika x = 0.
Demikian juga | - x| = |x| untuk setiap x ÎR karena
a. Jika x >0 maka -x <0 sehingga |x| = x dan | - x| = -(-x) = x
b. Jika x = 0 maka -x = 0 sehingga |x| = 0 = | -x|
c. Jika x <0 maka -x >0 sehingga |x| = -x dan | - x| = -x
Penjelasan di atas bisa juga disajikan dalam bentuk tabel seperti berikut:

x -x |x| |-x|

>0 <0 x -(-x) = x


0 0 0 0
<0 >0 -x -x

Selanjutnya, sebuah bilangan real maksimum bernilai sama dengan nilai


mutlaknya dan minimum bernilai sama dengan negatif nilai mutlaknya

−|x|≤x≤|x| . Secara tabel, penjelasannya adalah


x |x| |-x| Kesimpulan
>0 x; x >0 -x; -x <0 -|x|< x = |x|
0 0 0 -|x|= x = |x
<0 -x; -x >0 x; x <0 -|x|= x <|x|
-|x|≤ x ≤ |x|
Gambar 2.1: Grafik fungsi f(x) = |x|dan f(x) = |x - 2|
Secara geometri, |x|, yang bisa ditulis atau sama dengan |x - 0|, berarti jarak
titik x dengan 0. Demikian juga, |x - a| bermakna jarak x dengan titik a. Bisa
dipahami jika gra¯k fungsi nilai mutlak menunjukkan perubahan naik secara
linear seiring menjauhnya titik dari titik yang menjadi patokan (lihat Gambar 2.1)
Teorema A
A. Akan dibuktikan |ab| = |a||b|
Bukti:
Pertama, jika a = 0 atau b = 0, maka |a|= 0 atau |b| = 0 dan ab = 0.
Akibatnya, |ab| = 0 = |a||b|.
Selan|utnya kita amati empat kasus
1) Jika a, b >0, maka |a| = a, |b| = b, dan ab >0.
Akibatnya, |ab| = ab = |a||b|.
2) Jika a, b <0, maka |a| = -a, |b| = -b, dan ab >0.
Akibatnya, |ab| = ab = (-a)(-b) = |a||b|.
3) Jika a >0, b <0, maka |a| = a, |b| = -b, dan ab <0.
Akibatnya, |ab| = -(ab) = a(-b) = |a||b|.
4) Jika a <0, b >0, maka |a| = -a, |b| = b, dan ab <0.
Akibatnya, |ab| = -(ab) = (-a)b = |a||b|.
Jadi, |ab| = |a||b|Terbukti

TEOREMA B
|a|2 = a2ntuk setiap a ∈ R
Bukti :
Karena a 2 ≥ 0, maka a 2=|a2|=|a a|=|a||a|=¿ a∨¿2 ¿ Maka, |a|2 = a2Terbukti

TEOREMA C
Jika c ≥ 0 , maka|a|≤ c jika dan hanya jika−c ≤ a ≤c
Bukti :
|a|≤c →−c ≤ a≤ c
Diketahui, |a|≤c, untuk a ≥ 0 ,maka diperoleh
|a|=a≤ c sehinga menghasilkan0 ≤ a ≤ c.
Untuk a ≤ 0 ,maka diperoleh |a|=−a ≤c sehinga menghasilkan−c ≤ a ≤0.
Dengan menggabungkan hasil dari kedua kasus di atas, maka diperoleh −c ≤ a≤ c
Sebaliknya, −c ≤ a≤ c →|a|≤ c
Diketahui, −c ≤ a≤ c, ini berarti −c ≤ a dan a ≤ c, dengan kata lain −a ≤ c dan a ≤ c
atau dapat ditulis|a|≤c Terbukti

TEOREMA D
−¿|a| ≤ a ≤ |a| untuk setiap a ∈ R
Bukti :
Karena |a| = |a|, maka menurut definisi |a| ≤ |a| atau |a| ≥ |a|. oleh karena itu, akan
dibuktikan kedalam dua kasus berikut:
Kasus I
Karena |a| ≤ |a|, maka a≤ |a| dan -a≤ |a| atau a≥ - |a| yang berarti −¿|a| ≤ a ≤ |a|
Kasus II
Karena |a| ≥ |a|, maka |a| ≥a dan |a| ≤ -a atau -|a| ≤a yang berarti −¿|a| ≤ a ≤ |a|

Tugas Pembuktian
a) Akan dibuktikan ||a|-|b|| ≤ |a-b|
Bukti:
Tulis a = a - b + b. Dengan menggunakan ketaksamaan segitiga berlaku:
|a| = |(a - b) + b| ≤ |a-b| + |b|. Kemudian, kurangi kedua ruas dengan |b| dan
diperoleh |a| - |b| ≤ |a-b|. Dengan cara yang sama, dari |b| = |(b -a) + a| ≤ |b-a| + |a|
diperoleh -|b - a| = |a| - |b|, selanjutnya gabungkan kedua ketaksamaan, dan
diperoleh : -|a-b| ≤ |a| - |b| ≤ |a-b|.Berdasarkan sifat sebelumya dapat diklaim ||a|-|
b|| ≤ |a-b| Terbukti

b) ¿ a−b∨≤∨a∨+¿ b∨¿
Bukti
1. Perhatikan bahwa dengan menggunakan ketidaksamaan segitiga ,
|a|=|a−b+b|≤|a−b|+|b|
|a|−|b|≤∨a−b∨¿
Demikian juga,
|b|=|b−a+a|≤|b−a|+|a|
|b|−|a|≤∨b−a∨¿
−|a−b|=−|−( b−a )|=−|b−a|≤−(|b|−|a|)=|a|−|b|
2. Dengan menggunakan ketidaksamaan segitiga diperoleh
|a−b|=|a+(−b)|≤|a|+|−b|=|a|+|b|

Anda mungkin juga menyukai