- Teorema Keterbagian
- Definisi 1.3 : Bilangan bulat positif d disebut FPB dari dan jika
dan hanya jika:
(i). | dan |
= + , dengan 0 ≤ <
= 1 + 1, dengan 0 ≤ 1 <
= 1 2 + 2, dengan 0 ≤ 2 < 1
−2 = −1 + , dengan 0 ≤ < −1
−1 = + 1. Diperoleh
( , ) = Teorema 1. 9 :
Jika dan relatif prima maka ada bilangan bulat dan sehingga
+ =1.
Teorema 1.10 :
Jika | dan ( , ) = 1, maka |
Teorema 1. 11 :
Jika | dan | dengan ( , ) = maka |
3. Bilangan Prima
Kongruensi Modulo
Definisi 2.1 :
Teorema 2.2:
Sifat Refleksif : ≡ ( )
≡ ( ), maka:
(1) + ≡ + ( )
(2) – ≡ – ( )
(3) ≡ ( )
Teorema 2.4
(1) + ≡ + ( )
(2) − ≡ − ( )
(3) ≡ ( )
Teorema 2.5
Teorema 2.6
Jika ≡ ( ) maka ≡ ( ).
Teorema 2.7
Teorema 2.8
( ) = 0 + 1 −1 + 2 −2 + ⋯ + −1 +
Teorema 2.9
Teorema 2.11
Misalkan ( , ) =
Teorema 2.12
Misalkan ( , ) = 1
Teorema 2.13
Teorema 2.14
Sistem Residu
(a) ( , ) = 1, 1 ≤ <
Definisi 2.4 :
ak a a a ... a
k 1
1 2 3 n
a. 1 n
k 1
b b
b. c f (k) = c f (k )
k a k a
b b b
c. f k gk = f (k ) + g(k)
k a k a k a
m1 n n
n n p
e. f (k) f (k p)
k m k m p
2. Barisan dan Deret
a. Barisan dan Deret Aritmatika
1) Barisan Aritmatika
Barisan aritmatika adalah barisan bilangan yang
mempunyai beda atau selisih yang tetap antara dua suku
barisan yang berurutan.
2) Rumus Suku Ke-n Barisan Aritmatika
Pada barisan aritmetika dengan bentuk umum 1, 2, 3,…
dengan 1 adalah suku pertama, 2 adalah suku ke-2, 3
adalah suku ke-3 dan seterusnya. Selisih antara dua suku
berurutan disebut juga beda dan diberi notasi , sehingga
= 2− 1 = 3− 2 = 4− 3 = ⋯ = − n-1. Misalkan suku pertama
1 dinamakan dan beda antara 2 suku berurutan adalah ,
3) Deret Aritmatika
Bentuk Umum Rumus jumlah n suku pertama deret
aritmatika adalah:
S n 1 n (a un )
2
Atau
S n 1 n 2a n
Jika ditulis
2 dalam bentuk Notasi Sigma, jumlah n suku
1 b
pertama deret aritmatika dinyatakan sebagai :
n n
3) Deret Geometri
Rumus umum jumlah suku deret geometri dapat ditentukan
sebagai berikut:
S n = u1 + u 2 + u3 + u 4 + … + u n
...........
= a + ar + ar2 + ar3 + … + arn-1 (1)
Masing-masing ruas pada persamaan (1) dikalikan dengan
sehingga didapat
.........
rSn = ar + ar2 + ar3 + ar4 + … + arn (2)
Kurangkan persamaan (1) dengan persamaan (2), diperoleh:
Sn – rSn = a – arn
(1 r) a(1 r n
Sn ) a(r n 1)
a1 r n
Sn , dengan r 1
1 r Atau S n r
1
4. Barisan Fibonacci
Barisan Fibonacci adalah barisan rekursif (pemanggilan ulang /
pengulangan) yang ditemukan oleh seorang matematikawan
berkebangsaan Italia yang bernama Leonardo da Pisa. Barisan ini
berbentuk sebagai berikut:
0,1,1,2,3,5,8,13,21,34,55,89,144,233,377,610,987,1597,2584,4181,
6765,10946,…
0 = 0,
1 = 1,
2 = 1,
3 = 1+ 2 = 2,
4 = 2 + 3 = 3,
5 = 3 + 4 = 8,….
Jika diperhatikan, bahwa suku ke-n merupakan penjumlahan dua
suku sebelumnya untuk n > 2. Jadi barisan ini didefinisikan secara
rekursif sebagai berikut.
0, jika n 0
F 1, jika n 1
n
F F , untuk lainnya
n1 n2
5. Golden Ratio
Golden ratio atau rasio emas ( = 1,618205 …) merupakan suatu
nilai rasio (ratio number ) konvergen yang diperoleh apabila suku-
suku di atas dua belas pada barisan fibonacci dibagi dengan satu
suku sebelumnya. Dalam barisan Fibonacci, F12 bernilai 89, F13
bernilai 144, F14 bernilai 233, dan F15 bernilai 377. Apabila
dilakukan perhitungan dengan cara membagi suatu suku dalam deret
Fibonacci dengan suku sebelumnya, maka akan diperoleh suatu
bilangan yang menuju ke arah Golden Ratio atau Rasio Emas (φ =
1.618). Pehitungannya sebagai berikut:
F13 144
1,6179775
F12 89
F14 233
1,6180556
F13 144
F15 377
1,6180258
F14 233
⋮
dst
Adapun contoh golden ratio ada pada tubuh manusia yang dapat
dilihat pada tangan manusia, diyakini bahwa perbandingan panjang
antara ujung tangan ke siku dengan siku kepangkal tangan
menghasilkan ratio. Begitu juga dengan rasio pembagian atas panjang
pangkal telapak tangan ke siku dengan ujung telapak tangan ke
pangkal telapak tangan, perbandingan antara panjang tangan manusia
dengan panjang dari siku ke pangkal tangan turut menghasilkan
golden ratio.
KB 4 Induksi Matematika
Induksi Matematika berawal pada akhir abad ke-19 yang dipelopori oleh
dua orang matematikawan yaitu R. Dedekind dan G. Peano. Dedikind
mengembangkan sekumpulan aksioma yang menggambarkan bilangan
bulat positif. Peano memperbaiki aksioma tersebut dan memberikannya
interpretasi logis. Keseluruhan aksioma tersebut dinamakan Postulat
Peano. Postulat ini ditemukan sekitar tahun 1890 sebagai rumusan
formula konsep bilangan asli.
Postulat Peano
1 adalah anggota Ν.
Setiap anggota ∈Ν mempunyai pengikut ( )∈Ν.
Dua bilangan di Ν yang berbeda mempunyai pengikut yang berbeda.
1 bukan pengikut bilangan ∈Ν yang manapun.
Jika subhimpunan ⊆Ν memuat 1 dan pengikut dari setiap bilangan di
, maka =Ν.
Induksi Matematika merupakan teknik pembuktian yang baku dalam
matematika dan merupakan salah satu metoda/alat yang digunakan untuk
membuktikan suatu pernyataan matematika, khususnya pernyataan-
pernytaan yang berkaitan dengan bilangan asli atau bilangan bulat positif.
Melalui Induksi Matematika ini kita dapat mengurangi langkah-langkah
pembuktian bahwa semua bilangan bulat termasuk ke dalam suatu
himpunan kebenaran dengan hanya sejumlah langkah terbatas.
1. Prinsip Induksi Matematika
Misalkan { } adalah suatu barisan proposisi (pernyataan) yang
memenuhi kedua persyaratan ini:
a. adalah benar (biasanya adalah 1).
b. Kebenaran mengimplikasikan kebenaran +1 ≥ .
Maka, adalah benar untuk setiap bilangan bulat ≥ .
Kita tidak membuktikan prinsip ini, seringkali prinsip ini diterima
sebagai sebuah aksioma. Bagaimanapun juga, jika domino pertama
jatuh dan jika masing-masing domino menjatuhkan domino
berikutnya, maka seluruh barisan domino akan jatuh. Yang akan
diterangkan di sini adalah tentang bagaimana kita menggunakan
induksi matematis.