Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH APLIKASI TRANSKULTURAL NURSING SEPANJANG

DAUR KEHIDUPAN MANUSIA

DOSEN PEMBIMBING :
Ns.Sri Mulyati,S.Kep, M.Kes

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :


Mardiah
M.Habibi
M.Arie Triansyah
Elsa Hartati .M.S

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt, karena atas berkat dan
rahmatnya penulis dapat menulis makalah ini yang berjudul ‘’APLIKASI
TRANSKULTURAL NURSING SEPANJANG DAUR KEHIDUPAN MANUSIA “hingga
selesai. Meskipun dalam makalah ini penulis mendapat banyak yang menghalangi,
namun mendapat pula bantuan dari beberapa pihak baik secara moral, materil
maupun spiritual.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih pada dosen pembimbing
serta semua pihak yang telah memberikan sumbangan dan saran atas selesainya
penulisan makalah ini.Di dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa masih
ada kekurangan-kekurangan mengingat keterbatasannya pengetahuan dan
pengalaman kami. Oleh sebab itu, sangat di harapkan kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun untuk melengkapkan makalah ini dan berikutnya.

Jambi, Mei 2021


Kelompok 1
DAFTAR ISI

Kata
Pengantar.................................................................................................................. 
Daftar
Isi............................................................................................................................ 
BAB I
PENDAHULUAN
Latar
belakang................................................................................................................ 
Rumusan
masalah........................................................................................................... 
Tujuan............................................................................................................................
Manfaat..........................................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Keperawatan Transkultural............................................................................ 
Tujuan Keperawatan Transkultural............................................................................ 
Hubungan Model Leininger Dengan Konsep Caring.................................................. 
Mitos Yang Berkaitan Dengan Kesehatan................................................................... 
Trend dan Issue Transkultural Nursing....................................................................... 
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan....................................................................................................................
Saran.............................................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA.......................................................................................................... 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
                   Dengan menjalankan tugas sebagai perawat banyak perubahan-
perubahan yang ada baik di lingkungan maupun klien. Perawat harus menghadapi
berbagai perubahan di era globalisasi ini termasuk segi pelayanan kesehatannya.
Perpindahan penduduk menuntut perawat agar dapat menyesuaikan diri dengan
budayanya dan sesuai dengan teori-teori yang dipelajari. Dalam ilmu keperawatan
banyak sekali teori-teori yang mendasari ilmu tersebut. Termasuk salah satunya
teoru yang mendasari bagaimana sikap perawat dalam menerakan asuhan
keperawatan. Salah satu teori yang diaplikasikan dalam asuhan keperawatan adalah
teori Leininger tentang “Transcultural Nursing”.
                   Dalam teori ini transcultural nursing didefinisikan sebagai area yang luas
dalam keperawatan yang fokusnya dalam komparatif studi dan analisis perbedaan
kultur dan subkultur dengan menghargai perilaku caring, nursing care, dan nilai
sehat sakit, kepercayaan dan pola tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu
dan humanistik body of knowledge untuk kultur yang universal dalam keperawatan.
Dalam hal ini diharapkan adanya kesadaran terhadap perbedaan kultur berarti
perawat yang profesional memiliki pengetahuan dan praktik berdasarkan kultur
secara konsep perencanaan dalam praktik keperawatan. Tujuan penggunaan
keperawatan transkultural adalah untuk mengembangkan sains dan keilmuan yang
humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang spesifik dan kultur
yang universal. Kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai dan norma
spesifik yang dimiliki olh kelompok tertentu. Kultur yang universal adalah nilai-nilai
dan norma-norma yang diyakini dan dilakukan hampir semua kultur (Leininger,
1979).
                   Leininger mengembangkan teorinya dari perbedaan kultur dan universal
berdasarkan kepercayaan bahwa masyarakat dengan perbedaan kultur dapat
menjadi sumber informasi dan menentukan jenis perawatan yang diinginkan karena
kultur adalah pola kehidupan masyarakat yang berpengaruh terhadap keputusan
dan tindakan. Cultur Care adalah teori yang holistik karena meletakkan di dalamnya
ukuran dari totalitas kehidupan manusia dan berada selamanya, termasuk sosial
struktur, pandangan dunia, nilai kultural, ekspresi bahasa dan etnik serta sistem
profesional.
1.2  Rumusan Masalah
1.    Apa definisi dari keperawatan transkultural?
2.    Apa tujuan keperawatan transkultural?
3.    Bagaimana hubungan model Leininger dengan konsep caring?
4.    Apa saja mitos yang berkaitan dengan kesehatan?
5.    Bagaimana Trend dan Issue Transkultural Nursing?
1.3 Tujuan
1.    Untuk mengetahui pengertian definisi dari keperawatan transkultural
2.    Untuk mengetahui tujuan keperawatan transkultural
3.    Untuk mengetahui hubungan model Leininger dengan konsep caring
4.    Untuk mengetahui mitos yang berkaitan dengan kesehatan
5.    Untuk mengetahui Trend dan Issue Transkultural Nursing
1.4 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini, baik bagi kami maupun bagi teman-
teman sebagai sarana wawasan dan pengetahuan mengenai beberapa hal yang
berkenaan dengan aplikasi keperawatan transkultural sepanjang daur kehidupan
manusia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Definisi Keperawatan Transkultural


Pengertian Transkultural bila ditinjau dari makna kata transkultural berasal
dari kata trans dan culture, trans berarti alur perpindahan, jalan lintas atau
penghubung. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata trans berarti melintang,
melintas, menembus, melalui. Culture berarti budaya. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia kultur berarti kebudayaan, cara pemeliharaan, pembudidayaan,
kepercayaan, nila-nilai dan pola perilaku yang umum berlaku bagi suatu kelompok
dan diteruskan pada generasi berikutnya. Sedangkan cultural berarti sesuatu yang
berkaitan dengan kebudayaan. Budaya sendiri berarti akal budi, hasil dan adat
istiadat. Dan kebudayaan berarti hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi)
manusia seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat atau keseluruhan
pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk menjadi
pedoman tingkah lakunya. Jadi transkultural dapat diartikan sebagai lintas budaya
yang mempunyai efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lain
atau juga pertemuan kedua nilai-nilai budaya yang berbeda melalui proses interaksi
sosial. Transcultural Nursing merupakan suatu area yang berkaitan dengan
perbedaan maupun kesamaan nilai-nilai budaya (nilai budaya yang berbeda, ras,
yang mempengaruhi pada seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan
kepada klien/pasien) menurut Leininger (1991). Leininger beranggapan bahwa
sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam
penerapan asuhan keperawatan kepada klien.
 Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropology dan oleh Dr. M. Leininger
dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep
keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai
kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah
penting memperhatiakn keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan
asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada
suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai
budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa
ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi.
Kebutuhan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan
kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.
Transkultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan
pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk
memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada
manusia (Leininger, 2002).
Perilaku caring adalah bagian dari keperawatan yang membedakan,
mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan caring adalah
tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh.
Perilaku ini seharusnya sudah tertanam di dalam diri manusia sejak lahir, dalam
perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai individu tersebut
meninggal. Hal ini tetap ikut berkembang dengan seturut jalannya perkembangan
manusia tersebut.
2.2 Tujuan Keperawatan Transkultural
Menurut Leininger tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah
dalam pengembangan sains dan ilmu yang humanis sehingga tercipta praktek
keperawatan pada kebudayaan yang spesifik. Kebudayaan yang spesifik adalah
kebudayaan dengan nilai dan norma yang spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok
lain contohnya suku Osing, Tengger dan Dayak. Sedangkan kebudayaan yang
universal adalah kebudayaan dengan nilai dan norma yang diyakini dan dilakukan
oleh hampir semua kebudayaan seperti budaya olahraga untuk mempertahankan
kesehatan.
Dengan adanya keperawatan transkultural dapat membantu klien beradaptasi
terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya. Perawat juga
dapat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih
mendukung peningkatan status kesehatan. Misalnya, jika klien yang sedang hamil
mempunyai pantangan untuk makan-makanan yang berbau amis seperti ikan, maka
klien tersebut dapat mengganti ikan dengan sumber protein nabati yang lainnya.
Seluruh perencanaan dan implementasi keperawatan dirancang sesuai latar
belakang budaya sehingga budaya dipandang sebagai rencana hidup yang lebih
baik setiap saat. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih
menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.
2.3  Hubungan Model Leininger Dengan Konsep Caring
Caring adalah bentuk perhatian kepada orang lain, berpusat kepada orang
lain, menghargai harga diri dan kemanusiaan, berusaha mencegah terjadi sesuatu
yang buruk, serta memberi perhatian dan cinta. Caring adalah suatu tindakan yang
dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Caring dalam
keperawatan adalah fenomena transkultural dimana perawat berinteraksi dengan
klien, staff dan kelompok lain. Sikap caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan
dan niat baik. Caring menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek
bio-psiko-sosio-spiritual. Bersikap caring untuk klien dan bekerja sama dengan klien
dari berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan.
Leininger menggunakan metode ethomethods sebagai cara untuk melakukan
pendekatan dalam mempelajari “care” karena metode ini secara langsung
menyentuh bagaimana cara pandang kepercayaan dan pola hidup yang dinyatakan
secara benar. Pada tahun 1960an, Leininger mengembangkan metode ethnonursing
untuk mempelajari fenomena keperawatan secara spesifik dan sistematik.
Ethnonursing berfokus pada sistematika studi dan kalsifikasi pelayanan
keperawatan, nila-nilai, praktik-praktik secara kognitif atau secara subjektif yang
dikenal sebagai designated cultured (cultural representatives) melalui bahasa-
bahasa lokal, pengalaman, keyakinan-keyakinan, dan sistem value tentang
fenomena keperawatan yang aktual dan potensial seperti kesehatan dan faktor-
faktor lingkungan. Walaupun keperawatan telah menggunakan kata-kata “care” dan
“caring” untuk menggambarkan praktik keperawatannya selama lebih dari satu abad,
definisi penggunaannya sering kali masih rancu dan hanyalah berbetuk klise tanpa
ada pengertian yang spesifik bagi klien atau bahkan bagi perawat itu sendiri. Walau
demikian, konsep caring adalah satu bahasan yang paling sedikit dimengerti dan
dipelajari daripada bidang ilmu pengetahuan dan area penelitian lainnya. Melalui
definisi bahwa teori keperawatan transkultural dan ethnomethods yang berfokus
pada “etnic” seseorang dapat semakin dekat pada pengertian “care” itu sendiri,
karena ethnomethods bersumber pada people-contered data dan tidak berasal dari
opini peneliti tersebut, kepercayaan dan prakteknya.
Tujuan penting dari teori ini adalah bagaimana teori ini dapat
mendokumentasikan, mengetahui, memprediksikan dan menjelaskan secara
sistematis data di lapangan tentang fakta universal dan perbedaan yang ada terkait
dengan pelayanan professional, pelayanan secara umum dan pelayanan
keperawatan. Leininger meyakini bahwa “perilaku caring dan praktiknya secara unik
membedakan keperawatan terhadap kontribusi dari disiplin ilmu yang lain.”. Alasan
utama untuk mempelajari caring adalah :
a. Konsep “care” muncul secara kritis pada pertumbuhan manusia, perkembangan
manusia dan kemampuan bertahan pada makhluk hidup.
b. Untuk secara eksplisit mengerti secara menyeluruh aturan-aturan pemberi
pelayanan dan penerima pelayanan pada kultur yang berbeda untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan secara kultural.
c.“Care” adalah studi untuk memenuhi kebutuhan esensial untuk proses
penyembuhan, perbaikan dan untuk bertahan manusia dan kelompok sepanjang
waktu.
d.Profesi keperawatan telah mempelajari “care” secara terbatas tetapi secara
sistematis dari perspektif kultural dan telah melupakan aspek-aspek epistemology
dan ontology yang berlandaskan pada pengetahuan keperawatan,
 Leininger menyatakan bahwa care adalah fenomena yang luas dan eksklusif
yang sering muncul pada pola hidup masyarakat yang dapat dijadikan landasan bagi
perawat dalam menerapkan “care” pada terapi tertentu dalam rangka menjaga
kondisi sehat, mencegah penyakit, proses penyembuhan dan membantu orang
menghadapi kematian. Lebih lanjut lagi, perhatian utama pada thesisnya adalah jika
seseorang mengerti secara keseluruhan mengenai konsep “care”, orang tersebut
dapat memprediksi kesejahteraan individu, keluarga dan kelompoknya. Jadi “care”
menurut sudut pandang Leininger merupakan salah satu konsep yang paling kuat
dan fenomena distinctive bagi keperawatan. Sebagaimana bentuk dan konsep care
itu sendiri, sehingga harus benar-benar di dokumentasikan, dimengerti dan
digunakan agar “care” menjadi petunjuk utama bagi terapi keperawatan dan
penjelasan tentang praktek-praktek keperawatan.
 Leininger (1994) telah mengembangkan bentuk yang relevan dengan teori
tetapi hanya beberapa hal yang didefinisikan :
a.Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, dukungan atau
perilaku lain yang berkaitan atau untuk individu lain/kelompok dengan kebutuhan
untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
b.Caring adalah tindakan yang diarahkan untuk membimbing, mendukung individu
lain/kelompok dengan nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi
kehidupan manusia.
c.Kultur/Culture adalah berkenaan dengn mempelajari, membagi dan tranmisi nilai.
Kepercayaan, norma dan praktik kehidupan dari sebuah kelompok yang dapat
menjadi tuntunan dalam berfikir, mengambil keputusan, bertindak dan berbahasa.
d.Culture Care berkanaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang mana membimbing, mendukung atau memberi
kesempatan individu lain atau kelompok untuk mempertahakan kesehatan,
meningkatkan kondisi kehidupan atau kematian serta keterbatasan.
e. Nilai kultur berkenaan dengan pengambilan keputusan tentang suatu cara yang
hendak dijalani sesuai dengan adat kebiasaan yang dipercayai dalam periode waktu
tertentu.
f. Perbedaan kulture dalam keperawatan adalah variasi dari pengertian, pola nilai
atau simbol dari perawatan kesehatan untuk meningkatkan kondisi manusia, jaln
kehidupan atau untuk kematian.
g.Culture care universality adalah sesuatu hal yang sangat umum, seperti
pemahaman terhadap nilai atau simbol dari pengaruh budaya terhadap kesehatan
manusia.
h. Ethnosentris adalah kepercayaan yang mana satu ide yang dimiliki, kepercayaan
dan praktiknya lebih tinggi untuk culture yang lain.
i.Culture imposition berkenaan dengan kecendurngan tenaga kesehatan untuk
memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas culture lain karena mereka
percaya bahwa ide mereka lebih tinggi daripada kelompok lain.
Leininger percaya bahwa tujuan teori ini adalah untuk memberikan pelayanan
yang bebrasis pada kultur. Dia percaya bahwa perawat harus bekerja dengan prinsip
“care” dan pemahan yang dalam mengenai “care” sehingga culture’s care, nilai-nilai,
keyakinan dan pola hidup memberikan landasan yang realiabel dan akurat untuk
perencanaan dan implementasi yang efektif terhadap pelayanan pada kultur
tertentu.
Dia meyakini bahwa seseorang perawat dapat memisahkan cara pandangan
dunia, struktur sosial dan keyakinan kultur (orang biasa dan professional) terhadap
kesehatan, kesejahteraan sakit atau pelayanan saat bekerja dalam suatu kelompok
masyarakat tertentu, karena faktor-faktor ini saling berhubungan satu sama lain.
Struktur sosial seperti kepercayaan, politik, eknomi dan kekeluargaan adalah
kekuatan signifikan yang berdampak pada “care” dan mempengaruhi kesejahteraan
dan kondisi sakit.

2.4  Mitos yang Berkaitan Dengan Kesehatan


2.4.1 Mitos Memakan Makanan Dari Sesaji Untuk Ritual Tertentu Di Masyarakat
a. Fakta di Lapangan
Masih banyak ditemukan dan bahkan di lapangan khususnya masyarakat
pedesaan masih mempercayainya. Kegiatan ini sudah ada sejak zaman nenek
moyang yang terdahulu. Tempat mereka pakai dahulunya terletak pada daerah yang
dimana disitu merupakan bagian terpenting akan terkabulnya keinginan mereka.
Intinya kegiatan yang dilakukan ini bisa merupakan wujud ungkapan rasa sukut
untuk Tuhan. Memakan makanan yang berasal dari sesaji tersebut merupakan
bentuk rasa penghormatan pada yang Kuasa dan juga bisa mendoakan apa yang
kita inginkan.
b. Teori
Dilihat dari bentu yang dihidangkan berupa nasi sayur-sayuran ayam dan lain-
lain, yang menjadi inti permasalahannya adalah pembagian ayamya dari yang masih
utuh menjadi bagian kecil-kecil. Bila orang yang membagikan tidak tahu akan makna
bersih makan akan terabaikan kebersihan kuman ayam tersebut. Selain itu ada juga
bagaimana proses memasaknya untuk ayam tersebut terkadang ayam ada bagian
yang belum mencapai tingkat kematangan dan itu akan berpengaruh pada proses
pencernaan dan keamanan mengkonsumsi makanan tersebut. Kandungan daging
ayam sesungguhnya banyak mengandung protein dan nutrisi-nutrsi lain di dalamnya
yang berguna untuk keperluan tubuh. Sayur-sayuran juga diperlukan tubuh untuk
proses pencernaan seperti bayam yang banyak mengandung serat berfungsi untuk
memperlancar proses metabolisme.
c. Opini
Kepercayaan yang timbul sejak zaman dahulu sudah sangat melekat dan
kental akan budaya yang tiap tahun diadakan akan sulit dihilangkan karena akan
menjadi ciri khas pada daerah itu. Mereka beranggapan barang siapa
menghilangkan budaya ini dampaknya sangat bervariasi, bisa dikucilkan masyrakat
karena dianggap tidak menghargai para pendahulunya dan yang paling fatal bisa
diusir dari lingkungan.
2.4.2    Mitos Tentang Sirkumsisi Dilihat Dari Segi Agama Islam
 a. Fakta Di Lapangan
Sekarang ini dilihat dari kesadaran masyarakat tentang kesehatan sudah
sangat berkembang. Banyak anak kecil yang sudah lulus tingkat sekolah dasar
maupun masih sudah dilakukan khitan atau sirkumsisi. Faktor yang mempengaruhi
keinginan untuk dikhitan biasanya berasal dari anak itu sendiri yang melu pada
teman-temannya maupun dari orang tua yang mendesak untuk dilakukannya khitan.
Di beberapa daerah sudah ada alat mumpuni untuk melakukan proses sirkumsisi
secara modern. Agenda yang dilakukan untuk institusi kesehatan biasanya yang
sering kita dengan Khiatanan Masal dan ini sangat membantu bagi keluarga yang
tidak mampu untuk mengkhitankan anaknya.
b. Teori
Dari segi agama islam sangat dianjurkan untuk dilakukan sirkumsisi atau
khitan dnegan tujuan memberikan kesehatan pada umatnya. Ini merupakan tanda
sudah baligh bila sudah di khitan atau sirkumsisi. Dahulunya untuk melakukan khitan
atau sirkumsisi masih sangat sederhana dan masih menggunakan metode yang
classic. Untuk penyembuhannya sendiri bisa berbulan-bulan setelah dilakuakan
sirkumsisi atau khitan. Obat yang digunakan masih sangat terbatas selain itu di
daerah desa juga sangat terbatas petugas kesehatannya. Tapi sekarang dengan
kemajuan teknologi diharapkan bisa terlaksanan proses sirkumsisi yang lebih mauu
dan mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat. Sirkumsisi atau khitan adalah
memotong sebagian dari alat kelamin dari pria untuk menjaga kebersihan dari alat
kelamin pria. Ini bisa dibuktikan dengan urine yang keluar bila belum khitan atau
sirkumsisi akan sebagian tertinggal selanjutkan akan mengendap dan bahayanya
bila terjadi hubungan intim akan membahayakan si wanita karena sperma yang
keluar bersama dengan endapan tadi akan menyebabkan kanker rahim.
c. Opini
Dilakukan khitan atau sirkumsisi dapat mempercepat proses pendewasaan
dari postur tubuh biasanyya dengan tada jakin membesar, suara yang telihat besar
dan tentunya bertambah tinggi dan berat badan. Setelah dikhitan akan merasa lega
karena sudah melaksanakan tugas dari Rosul untuk syarat sahnya sholat salah
satunya juga sirkumsisi atau khitan ini bila kita sebagai imam.
2.4.3    Mitos Ibu Hamil
a. Fakta Di Lapangan
Ibu hamil jika makan pisang, nanas, mentimun itu akan menyebabkan
keputihan bahkan masyarakat sekitar berpendapat bahwa nanas bisa menyebabkan
keguguran. Sewaktu ibu hamil, jika suami memotong ayam, diprediksi anaknya akan
lahir cacat. Fakta dari mitos tersebut tidak akan terjadi kecacatan pada bayi yang
dilahirkan. Jika bayi yang lahir cacat, bukan dari mitos tersebut, tetapi karena cacat
itu bisa dari faktor kelainan genetiknya.
b. Teori
Mengkonsumsi pisang, nanas, mentimun justru disarankan karen kaya akan
vitamin C dan serat yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh dan melancarkan
proses pembuangan sisa-sisa pencernaan. Untuk kehamilan itu untuk memenuhi
nutrisi dan menjaga perkembangan janin. Kehamilan seseorang tidak bisa
ditentukan dengan kelahiran yang normal maupun tidak, tetapi secara medis untuk
kelahiran yang tidak normal banyak berbagai faktor yang mempengaruhi salah
satunya adalah kelainan gen pembawa dari ayah maupun ibu ini sangat
berpengaruh bagi kelahirannya.

c. Opini
Ibu hamil rentan akan masalah yang bisa ditimbulkan. Sebisa mungkin
pertahanan akan kondisi sehat sangat kuat dengan dukkungan keluarga, suami dan
teman-teman, budaya dimana dia tinggal sangatlah berpengaruh bagi
perkembangan kehamilannya. Keyakinan inilah yang dipegang untuk menjaga,
merawar, melindungi kehamilan si Ibu. Nila-nilai, norma, adat istiadat masih
dipegang kuat. Mitos-mitos diatas tersebut hanya keyakinan seseorang atau
kelompok karena belum tentu setiap desa atau kota mempunyai mitos yang sama
karena belum tentu mitos akan jadi kenyataan. Terkadang ada ibu hamil anaknya
lahir dalam kondisi tidak normal (cacat), misalnya makan buah yang manjadi
pantangan ibu hamil anaknya lahir cacar itu hanya bertepatan saja, dibalik semua itu
mungkin ada kelainan pada saat bayi masih dalam kandungan.
2.5 Trend dan Issue Transkultural Nursing
Banyak hal dalam budaya Indonesia termasuk dalam cara mereka
mempercayai dan mengobati diri mereka untuk membuat hidup mereka mampu
menangani sakit yang mereka alami. Sebagi contoh budaya jawa, budaya jawa
sering diketahui cara dan adat yang mereka percayai untuk mengobati diri saat sakit
adalah kerokan. Kerokan bukanlah hal yang asing bagi budaya jawa, lebih dari
banyak orang jawa masih menggunakan kerokan untuk mengobati sakit mereka
sampai saat ini. Mereka mempercayai adat dan budaya secara turun temurun.
Mereka meyakini bahwa dengan kerokan dapat megeluarkan angin yang ada di
dalam tubuh serta dapat menghilangkan nyeri atau sakit badan yang dialami dan
dengan hal tersebut dapat membantu penyembuhan yang mungkin telah dirasakan
sebelumnya hal tersebut oleh suku jawa. Hal tersebut menutup kemungkinan akan
muncul dan berada di dalam rumah sakit, meski mereka telah mendapatkan
penanganan dari tim kesehatan ada saja yang melakukan tradisi tersebut. Telah
diketahui akibat dari kerokan yaitu menyebabkan pori-pori kulit semakin melebar,
lalu warna kulit memerah menunjukkan adanya pembuluh darah dibawah
permukaan kulit pecah sehingga menambah arus darah ke permukaan kulit. Ketika
melakukan komunikasi untuk memberikan informasi tentang akibat yang terjadi dari
kerokan tidak membuat para klien atau pasien tidak berhenti melakukan tradisi
seperti hal tersebut karena itu telah menjadi kebiasaan yang secara terus-menerus
dilakukan. Sehingga asuhan keperawatan yang mungkin akan diberikan kepada
klien tidak dapat dilakukan karena adanya penolakan yang terjadi terhadap
anggapan akan hal tersebut.
Disini kita tidak dapat mengkritik keyakinan dan praktik budaya kesehatan
tradisional yang dilakukan. Budaya merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan harus terus dilakuakn bagaimana
caranya menangani klien tanpa menyinggung perasaan klien dan mengkritik tradisi
yang telah ada yang mungkin sulit untuk kita tentang dan ubah. Karena tujuan kita
bukanlah untuk mengubah atau mengkritik tradisi tersebut, namun bagaimana
perawat mampu melakukan semua tugasnya dalam memenuhi kebutuhan pasien.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan
keperawatan yang difokuskan kepada individu dan kelompok untuk
mempertahankan, meningkatkan perilaku sehat sesuai dengan latar belakang
budaya. Hal ini dipelajari mulai dari kehidupan biologis sebelumnya, kehidupan
psikologis, kehidupan sosial dan spiritualnya. Perencanaan dan pelaksaan proses
keperawatan transkultural tidak dapat begitu saja dipaksakan kepada klien sebelum
perawat memahami latar belakang budaya klien sehingga tindakan yang dilakukan
dapat sesuai dengan budaya klien. Penyesuaian diri sangatlah diperlukan dalam
aplikasi keperawatan transkultural.
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa kekurangan dalam makalah yang kami buat di atas
merupakan kelemahan dari pada kami, karena terbatasnya kemampuan kami untuk
memperoleh data dan informasi karena terbatasnya pengetahuan kami.
Jadi yang kami harapkan kritik dan saran yang membangun agar kami dapat
membuat makalah yang lebih baik lagi. Dengan segala pengharapan dan
keterbukaan, kami menyampaikan rasa terima kasih dengan setulus - tulusnya.Akhir
kata, kami berharap agar makalah ini dapat membawa manfaat kepada pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

http://komprehensif-nursing.blogspot.com/2013/05/teori-dan-model-konsep-
keperawatan.html
Leininger.M & McFarland. M.R, (2002), Transkultural Nursing : Concept, Theories,
Research and Practice, 3rd Ed, USA, Mc-Graw Hill Companies.
Andrew, M. & Boyle, J. S. (1995). Transcultural Concepts in Nursing Care. 2nd Ed.
Philadelphia :  JB Lippincot Company.
Cultural Diversity in Nursing. (1997). Transcultural Nursing ; Basic Concepts and
Case Studies. 
Giger, J. J & Davidhizar, R. E. (1995). Transcultural Nursing : Assessment and
Intervention. 2nd Ed. Missouri: Mosby Year Book Inc

Anda mungkin juga menyukai