Anda di halaman 1dari 12

Rabu, 04 September 2013

pemeriksaan ROM dan kekuatan otot

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
           Range of motion ( ROM ) adalah gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang
bersangkutan (Suratun, dkk, 2008).   Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara
normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).
           Latihan ROM biasanya dilakukan pada pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan
keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan
mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total.
           Selain berfungsi sebagai pertahanan atau dapat  memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakan persendian secara normal, lengkap, dan untuk meningkatkan massa otot serta tonus otot,
ROM juga memiliki klasifikasi ROM, jenis ROM, indikasi serta kontraindikasi dilaksanakan ROM dan juga
prinsip dasar dilakukan ROM. Untuk dapat mengetahui hal tersebut lebih lanjut maka dapat meninjau
pembahasan pada makalah ini.

1.2  Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari makalah ini yakni untuk memenuhi tugas kelompok dalam ajaran Ilmu
Keperawatan Dasar I (IKD I, dan untuk membantu memberi pengetahuan yang lebih kepada pembaca
mengenai ROM (Range Of Motion) beserta latihan dasar ROM.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian ROM (Range Of Motion)


        ROM ( Range of Motion) adalah jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada
salah satu dari tiga potongan tubuh, yaitu sagital, transversal, dan frontal. Potongan sagital adalah garis
yang melewati tubuh dari depan ke belakang, membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan
frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan ke belakang. Potongan
transversal adalah garis horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah.
        Mobilisasi sendi disetiap potongan dibatasi oleh ligamen, otot, dan konstruksi sendi. Beberapa
gerakan sendi adalah spesifik untuk setiap potongan. Pada potongan sagital, gerakannya adalah fleksi
dan ekstensi (jari-jari tangan dan siku) dan hiperekstensi (pinggul). Pada potongan frontal, gerakannya
adalah abduksi dan adduksi (lengan dan tungkai) dan eversi dan inversi (kaki). Pada potongan
transversal, gerakannya adalah pronasi dan supinasi (tangan), rotasi internal dan eksternal (lutut), dan
dorsifleksi dan plantarfleksi (kaki).
        Ketika mengkaji rentang gerak, perawat menanyakan pertanyaan dan mengobservasi dalam
mengumpulkan data tentang kekakuan sendi, pembengkakan, nyeri, keterbatasan gerak, dan gerakan
yang tidak sama. Klien yang memiliki keterbatasan mobilisasi sendi karena penyakit, ketidakmampuan,
atau trauma membutuhkan latihan sendi untuk mengurangi bahaya imobilisasi. Latihan tersebut dilakukan
oleh perawat yaitu latihan rentang gerak pasif. Perawat menggunakan setiap sendi yang sakit melalui
rentang gerak penuh.
Gerakan dapat dilihat sebagai tulang yang digerakkan oleh otot ataupun gaya eksternal lain dalam ruang
geraknya melalui persendian. Bila terjadi gerakan, maka seluruh struktur yang terdapat pada persendian
tersebut akan terpengaruh, yaitu: otot, permukaan sendi, kapsul sendi, fasia, pembuluh darah dan saraf.
        Pengertian ROM lainnya adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan
pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik
secara aktif ataupun pasif. Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara
normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).

2.2  Tujuan ROM (Range Of Motion)


Adapun tujuan dari ROM (Range Of Motion), yaitu :
1.      Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan kekuatan otot
2.      Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
3.      Mencegah kekakuan pada sendi
4.      Merangsangsirkulasidarah
5.      Mencegahkelainanbentuk, kekakuandankontraktur

2.3  Manfaat ROM (Range Of Motion)


Adapun manfaat dari ROM (Range Of Motion), yaitu :
1.      Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan
2.      Mengkaji tulang, sendi, dan otot
3.      Mencegah terjadinya kekakuan sendi
4.      Memperlancar sirkulasi darah
5.      Memperbaiki tonus otot
6.      Meningkatkan mobilisasi sendi
7.      Memperbaiki toleransi otot untuk latihan

2.4  Prinsip Latihan ROM (Range Of Motion)


Adapun prinsip latihan ROM (Range Of Motion), diantaranya :
1.      ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari
2.      ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien.
3.      Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien, diagnosa, tanda-tanda vital dan
lamanya tirah baring.
4.      Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan, siku, bahu, tumit,
kaki, dan pergelangan kaki.
5.      ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-bagian yang di curigai
mengalami proses penyakit.
6.      Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau perawatan rutin telah di lakukan.

2.5  Jenis-jenis ROM (Range Of Motion)


ROM dibedakan menjadi duajenis, yaitu :
a.    ROM Aktif
          ROM Aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien) dengan menggunakan energi
sendiri. Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendiri
secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif). Keuatan otot 75 %.
          Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-
ototnya secara aktif. Sendi yang digerakkan pada ROM aktif adalah sendi di seluruh tubuh dari kepala
sampai ujung jari kaki oleh klien sendri secara aktif.

b.    ROM Pasif
          ROM Pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang lain (perawat) atau alat
mekanik. Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal
(klienpasif). Kekuatanotot 50 %.
          Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan
mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien
tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total (suratun, dkk, 2008).
          Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan
menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki
pasien. Sendi yang digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh persendian tubuh atau hanya pada
ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu melaksanakannya secara mandiri.
2.6  Indikasi dan Sasaran ROM
1.      ROM Aktif :
1.1  Indikasi :
a.       Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara aktif dan menggerakkan ruas sendinya baik
dengan bantuan atau tidak.
b.      Pada saat pasien memiliki kelemahan otot dan tidak dapat menggerakkan persendian sepenuhnya,
digunakan A-AROM (Active-Assistive ROM, adalah jenis ROM Aktif yang mana bantuan diberikan melalui
gaya dari luar apakah secara manual atau mekanik, karena otot penggerak primer memerlukan bantuan
untuk menyelesaikan gerakan).
c.       ROM Aktif dapat digunakan untuk program latihan aerobik.
d.      ROM Aktif digunakan untuk memelihara mobilisasi ruas diatas dan dibawah daerah yang tidak dapat
bergerak.

1.2  Sasaran :
a.       Apabila tidak terdapat inflamasi dan kontraindikasi, sasaran ROM Aktif serupa dengan ROM Pasif.
b.      Keuntungan fisiologis dari kontraksi otot aktif dan pembelajaran gerak dari kontrol gerak volunter.
c.       Sasaranspesifik:
         Memelihara elastisitas dan kontraktilitas fisiologis dari otot yang terlibat
         Memberikan umpan balik sensoris dari otot yang berkontraksi
         Memberikan rangsangan untuk tulang dan integritas jaringan persendian
         Meningkatkan sirkulasi
         Mengembangkan koordinasi dan keterampilan motorik

2.      ROM Pasif
2.1  Indikasi :
a.       Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang apabila dilakukan pergerakan aktif akan
menghambat proses penyembuhan
b.      Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk bergerak aktif pada ruas atau seluruh tubuh,
misalnya keadaan koma, kelumpuhan atau bed rest total
2.2  Sasaran :
a.       Mempertahankan mobilitas sendi dan jaringan ikat
b.      Meminimalisir efek dari pembentukan kontraktur
c.       Mempertahankan elastisitas mekanis dari otot
d.      Membantu kelancaran sirkulasi
e.       Meningkatkan pergerakan sinovial untuk nutrisi tulang rawan serta difusi persendian
f.       Menurunkan atau mencegah rasa nyeri
g.      Membantu proses penyembuhan pasca cedera dan operasi
h.      Membantu mempertahankan kesadaran akan gerak dari pasien

2.7  Kontraindikasi dan Hal-hal yang harus diwaspadai pada latihan ROM


Kontraindikasi dan hal-hal yang harus diwaspadai pada latihan ROM
a.    Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat mengganggu proses penyembuhan cedera.
         Gerakan yang terkontrol dengan seksama dalam batas-batas gerakan yang bebas nyeri selama fase
awal penyembuhan akan memperlihatkan manfaat terhadap penyembuhan dan pemulihan
         Terdapatnya tanda-tanda terlalu banyak atau terdapat gerakan yang salah, termasuk meningkatnya rasa
nyeri dan peradangan
b.    ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya membahayakan (life threatening)
         PROM dilakukan secara hati-hati pada sendi-sendi besar, sedangkan AROM pada sendi ankle dan kaki
untuk meminimalisasi venous stasis dan pembentukan trombus
         Pada keadaan setelah infark miokard, operasi arteri koronaria, dan lain-lain, AROM pada ekstremitas
atas masih dapat diberikan dalam pengawasan yang ketat
2.8  Keterbatasan dalam Latihan ROM
a.    ROM Aktif
           Untuk otot yang sudah kuat tidak akan memelihara atau meningkatkan kekuatan.
           Tidak akan mengembangkan keterampilan atau koordinasi kecuali dengan menggunakan pola gerakan.

b.    ROM Pasif
ROM Pasif tidak dapat :
         Mencegah atrofi otot
         Meningkatkan kekuatan dan daya tahan
         Membantusirkulasi

2.9  Macam-macam Gerakan ROM


Ada berbagai macam gerakan ROM, yaitu :
1.      Fleksi, yaitu berkurangnya sudut persendian.
2.      Ekstensi, yaitu bertambahnya sudut persendian.
3.      Hiperekstensi, yaitu ekstensi lebih lanjut.
4.      Abduksi, yaitu gerakan menjauhi dari garis tengah tubuh.
5.      Adduksi, yaitu gerakan mendekati garis tengah tubuh.
6.      Rotasi, yaitu gerakan memutari pusat dari tulang.
7.      Eversi, yaitu perputaran bagian telapak kaki ke bagian luar, bergerak membentuk sudut persendian.
8.      Inversi, yaitu putaran bagian telapak kaki ke bagian dalam bergerak membentuk sudut persendian.
9.      Pronasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan bergerak ke bawah.
10.  Supinasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan bergerak ke atas.
11.  Oposisi, yaitu gerakan menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan yang sama.
2.10    Gerakan ROM Berdasarkan Bagian Tubuh
Menurut Potter & Perry, (2005), ROM terdiri dari gerakan pada persendian  sebaga berikut :
1.      Leher, Spina, Serfikal
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan dagu menempel ke dada, rentang 45°
Ekstensi Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45°
Hiperektensi Menekuk kepala ke belakang sejauh rentang 40-45°
mungkin,
Fleksi lateral  Memiringkan kepala sejauh mungkin sejauh rentang 40-45°
mungkin kearah setiap bahu,   
Rotasi Memutar kepala sejauh mungkin dalam rentang 180°
gerakan sirkuler,

2.      Bahu
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menaikan lengan dari posisi di samping rentang 180°
tubuh ke depan ke posisi  di atas kepala,
Ekstensi       Mengembalikan lengan ke posisi di rentang 180°
samping tubuh,
Hiperektensi Mengerkan lengan kebelakang tubuh, siku rentang 45-60°
tetap lurus,
Abduksi Menaikan lengan ke posisi samping di atas rentang 180° 
kepala dengan telapak   tangan jauh dari
kepala,
Adduksi Menurunkan lengan ke samping dan rentang 320°
menyilang tubuh sejauh mungkin,
Rotasi dalam Dengan siku pleksi, memutar bahu dengan rentang 90°
menggerakan lengan sampai ibu jari
menghadap ke dalam dan ke belakang,
Rotasi luar Dengan siku fleksi, menggerakan lengan rentang 90°
sampai ibu jari ke atas dan samping kepala,
Sirkumduksi Menggerakan lengan dengan lingkaran rentang 360°
penuh,

3.      Siku
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakkan siku sehingga lengan bahu rentang 150°
bergerak ke depan sendi bahu dan tangan
sejajar bahu,
Ektensi Meluruskan siku dengan menurunkan rentang 150°
tangan,

4.      Lengan bawah
Gerakan Penjelasan Rentang
Supinasi Memutar lengan bawah dan tangan rentang 70-90°
sehingga telapak tangan menghadap ke
atas,
Pronasi Memutar lengan bawah sehingga telapak rentang 70-90°
tangan menghadap ke bawah,

5.      Pergelangan tangan
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan telapak tangan ke sisi bagian rentang 80-90°
dalam lengan bawah,
Ekstensi Mengerakan jari-jari tangan sehingga jari- rentang 80-90°
jari, tangan, lengan  bawah berada dalam
arah yang sama,
Hiperekstensi Membawa permukaan tangan dorsal ke rentang 89-90°
belakang sejauh mungkin,
Abduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke ibu rentang 30°
jari,
Adduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke rentang 30-50°
arah lima jari,

6.      Jari- jari tangan


Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Membuat genggaman, rentang 90°
Ekstensi Meluruskan jari-jari tangan, rentang 90°
Hiperekstensi Menggerakan jari-jari tangan ke belakang rentang 30-60°
sejauh mungkin,
Abduksi Mereggangkan jari-jari tangan yang satu rentang 30°
dengan yang lain,
Adduksi Merapatkan kembali jari-jari tangan, rentang 30°

7.      Ibu jari
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan ibu jari menyilang permukaan rentang 90°
telapak tangan,
Ekstensi menggerakan ibu jari lurus menjauh dari rentang 90°
tangan,
Abduksi Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30°
Adduksi Mengerakan ibu jari ke depan tangan, rentang 30°
Oposisi Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari
-
tangan pada tangan yang sama.

8.      Pinggul
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan tungkai ke depan dan atas, rentang 90-120°
Ekstensi Menggerakan kembali ke samping rentang 90-120°
tungkai yang lain,
Hiperekstensi Mengerakan tungkai ke belakang tubuh, rentang 30-50°
Abduksi Menggerakan tungkai ke samping rentang 30-50°
menjauhi tubuh,
Adduksi Mengerakan tungkai kembali ke posisi
rentang 30-50°
media dan melebihi jika mungkin,
Rotasi dalam   Memutar kaki dan tungkai ke arah
rentang  90°
tungkai lain,
Rotasi luar     Memutar kaki dan tungkai menjauhi rentang 90°
tungkai lain,
Sirkumduksi Menggerakan tungkai melingkar -

9.      Lutut
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan tumit ke arah belakang rentang 120-130°
paha,
Ekstensi Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-130°

10.  Mata kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Dorsifleksi Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki rentang 20-30°
menekuk ke atas,
Plantarfleksi Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki rentang 45-50°
menekuk ke bawah, 

11.  Kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Inversi Memutar telapak kaki ke samping dalam, rentang 10°
Eversi Memutar telapak kaki ke samping luar, rentang 10°

12.  Jari-Jari Kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menekukkan jari-jari kaki ke bawah, rentang 30-60°
Ekstensi Meluruskan jari-jari kaki, rentang 30-60°
Abduksi Menggerakan jari-jari kaki satu dengan rentang 15°
yang lain,
Adduksi Merapatkan kembali bersama-sama, rentang 15°

2.11   Pemeriksaan Kekuatan Otot


          Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan dengan menggunakan
pengujian otot secara manual ( manual muscle testing, MMT ).
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui kemampuan mengontraksikan
kelompok otot secara volunteer. Lansia yang tidak mampu
mengontraksiakan ototnya secara aktif dan volunteer, tidak tepat apabila
diberikan MMT standar.
          Pemeriksaan kekuatan otot menggunakan MMT akan membantu
penegakan diagnosis klinis, penentuan jenis terapi, jenis alat bantu yang
diperlukan, dan prognosis. Penegakan diagnosis dimungkinkan oleh
beberapa penyakit tertentu yang hanya menyerang otot tertentu pula. Jenis
terapi dan alat bantu yang diperlukan oleh lansia juga harus
mempertimbangkan kekuatan otot. Diharapkan program terapi dan alat
bantu yang dipilih tidak menyebabkan penurunan kekuatan otot atau
menambah beratnya penyakit lansia.

2.12   Proses Pelaksanaan MMT


1.     Lansia diposisikan sedemikian rupa sehingga otot mudah berkontraksi
sesuai dengan kekuatannya. Posisi yang dipilih harus memungkinkan
kontraksi otot dan gerakan mudah diobservasi.
2.     Bagian tubuh yang dites harus terbebas dari pakaian yang menghambat.
3.     Berikan penjelasan dan contoh gerakan yang harus dilakukan.
4.     Lansia mengontraksikan ototnya dan stabilisasi diberikan pada segmen
proksimal.
5.     Selama terjadi kontraksi, gerakan yang terjadi diobservasi, baik palpasi
pada tendon atau perut otot.
6.     Memberikan tahanan pada otot yang dapat bergerak dengan luas gerakan
sendi penuh dan dengan melawan gravitasi.
7.     Melakuakan pencatatan hasil MMT

2.13   Kriteria hasil pemeriksaan MMT


1.     Normal (5) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh, melawan
gravitasi, dan melawan tahanan maksimal.
2.     Good (4) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh, melawan
gravitasi, dan melawan tahanan sedang (moderat).
3.     Fair (3) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh dan melawan
gravitasi tanpa tahanan.
4.     Poor (2) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh tanpa melawan
gravitasi.
5.     Trace (1) tidak ada gerakan sendi, tetapi kontraksi otot dapat dipalpasi
6.     Zero (0) kontraksi otot tidak terdeteksi dengan palpasi
BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
        ROM harus dilaksanakan secara berulang, perlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien.
Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien, diagnosa, tanda-tanda vital dan
lamanya tirah baring.
        Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan, siku, bahu, tumit,
kaki, dan pergelangan kaki. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-
bagian yang di curigai mengalami proses penyakit serta harus sesuai waktunya.
        Selain daripada yang telah disebutkan diatas, ROM dilakukan juga harus memperhatikan tujuan,
manfaat, indikasi, serta kontraindikasinya agar tidak terjadi suatu hal yang tidak diinginkan pada pasien
lebih lanjut.

3.2  Saran
Berdasarkan makalah yang kami buat ini, kami dapat menyarankan ke semua Pelayan Kesehatan
khususnya perawat untuk lebih dapat mengetahui, memahamitentang ROM  beserta semua prinsip,
indikasi dan kontraindikasinya agar mampu menjadi pertimbangan dalam penerapannya di dunia
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Potter, Patricia A. & Perry, Anne Griffin (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4. Jakarta:
EGC

Warfield, Carol . 1996 . Segala Sesuatu yang Perlu Anda Ketahui Terapi Medis . Jakarta : Gramedia
Widiasarana Indonesia.

Depkes RI, 1995. Penerapan Proses Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta. Bakti Husada

Anda mungkin juga menyukai