Anda di halaman 1dari 16

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF ISLAM

DAN STRATEGI IMPLEMENTASINYA


Siti Nasihatun
Badan Penelitian dan Pengembangan dan Pendidikan dan Pelatihan - Kementerian Agama
Email: nanaloryn@gmail.com

https://doi.org/10.36052/andragogi.v7i2.100
Diterima: 11 Oktober 2019 | Disetujui: 12 Desember 2019 | Dipublikasikan: 30 Desember 2019

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pendidikan karakter dalam perspektif Islam
dan bagaimana cara mengimplementasikannya. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode kualitatif dengan pendekatan library reseach. Hasil penelitian in menunjukkan bahwa
pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi daripada pendidikan moral, oleh karenanya
pendidikan karakter bukan hanya mengajarkan benar salah, tetapi sekaligus menanamkan
kebiasaan (habituation) tentang yang baik sehingga siswa menjadi paham, mampu merasakan,
dan mau melakukan apa yang baik. Dalam pandangan Islam, karakter itu disebut dengan
akhlak. Komponen pendidikan akhlak atau kepribadian meliputi: pengetahuan, sikap, dan
perilaku dan identik dengan ajaran agama Islam itu sendiri yang bersumber dari Alquran dan
al-Hadis. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa pendidikan karakter perspektif Islam
merupakan sistem perilaku yang diwajibkan dalam agama Islam yang tertuang melalui nash al-
quran dan Hadis Rasulullah Saw. Implementasi pendidikan karakter dalam Islam menurut hadis
Rasulullah Saw, dapat diklasifikasikan dalam 6 tahapan yaitu: 1) Tauhid (dimulai sejak 0-2
tahun); 2) Adab (5-6 tahun); 3) Tanggung jawab diri (7-8 tahun); 4) Caring-Peduli (9-10 tahun);
5) Kemandirian (11-12 tahun); dan 6) Bermasyarakat (13 tahun ke atas).
Kata Kunci: karakter, pendidikan karakter perspektif islam, implementasi karakter islami

Abstract
The purpose of this study is to analyze character education in an Islamic perspective and how to
implementation. The research method used is a qualitative method with a library research
approach. The results of this study indicate that character education has a higher meaning than
moral education, therefore character education not only teaches right and wrong, but at the
same time instills habits (habituation) about good so that students become aware, able to feel,
and want to do what is good. In the Islamic view, that character is called morals. Components of
moral education or personality include: knowledge, attitudes, and behavior and are identical with
the teachings of Islam itself which are sourced from the Qur'an and al-Hadith. Thus, it can be
stated that the Islamic perspective of character education is a system of behavior that is required
in the Islamic religion as stipulated through the Qur'an and al-Hadith Rasulullah saw.
Implementation of character education in Islam according to the hadith of the Messenger of
Allah, can be classified in 6 stages, namely: 1) Tawhid (starting from 0-2 years); 2) Adab (5-6
years); 3) Self responsibility (7-8 years); 4) Caring-Caring (9-10 years); 5) Independence (11-12
years); and 6) Community (13 years and above).
Keywords: character, islamic perspective character education, implementation of islamic
character

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License

Siti Nasihatun (Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam dan… )  321


Andragogi: Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan p-ISSN 2620-5009
 Vol. 7, No. 2, Desember 2019 e-ISSN 2623-1190

PENDAHULUAN personalisme yang menyatakan tentang


individu bebas memilih nilai-nilainya

S ejak 2500 tahun yang lalu,


Socrates telah berkata bahwa
tujuan mendasar
pendidikan adalah untuk membuat
dari
sendiri dan tidak bisa dipaksakan oleh
siapapun serta meningkatnya paham
pluralisme yang mempertanyakan nilai-
nilai siapakah yang diajarkan semakin
seseorang menjadi good dan smart. melengkapi alasan penolakan
Dalam sejarah Islam, 1400 tahun yang pendidikan karakter. Sekularisme
lalu Rasulullah Saw. diutus ke muka masyarakat juga berkontribusi dalam
bumi ini tiada lain untuk menumbuhkan ketakutan untuk
menyempurnakan akhlak manusia mengajarkan moralitas di sekolah
menjadi akhlakul karimah (akhlak yang karena khawatir dianggap sebagai
baik). pengajaran agama. Hal ini terutama
terjadi untuk penyelenggaraan
Para pakar pendidikan bersepakat
pendidikan di negara-negara maju dan
bahwa pembentukan karakter menjadi
sekuler.
tujuan utama pendidikan, walaupun
dalam perjalanannya pembentukan Di Indonesia, sejarah pendidikan
karakter sempat agak terlupakan di moral atau karakter dapat ditelusuri dari
sekolah. Tokoh pendidikan barat yang keterkaitannya dengan
mendunia seperti Kirkpatrick, Lickona, kewarganegaraan (citizenship). Pada
Brooks, dan Goble seakan awal kemerdekaan, dikenal dengan
menggemakan kembali apa yang pendidikan dan pengajaran budi pekerti
pernah disampaikan oleh Socrates dan yang menanamkan peserta didik
Rasulullah Saw. bahwa moral, akhlak tentang asas-asas moral, etika, dan
atau karakter adalah tujuan yang tak etiket yang melandasi sikap dan tingkah
terhindarkan dari dunia pendidikan. laku dalam pergaulan sehari-hari.
Selanjutnya, Martin Luther King Memasuki era demokrasi terpimpin di
berpendapat "Intellegence plus bawah kepemimpinan Soekarno tahun
character that is true aim of education." 1960-an pendidikan karakter
Kecerdasan ditambah karakter itulah dikampanyekan hebat dan dikenal
tujuan yang benar dari pendidikan. dengan national and character building.
Pada masa pemerintahan orde baru,
Menurut analisis Thomas Lickona
dikenal dengan penataran P4 (Pedoman
sebagaimana dirangkum oleh Howard,
Penghayatan dan Pengamalan
bangkitnya logika positivisme yang
Pancasila) yang menjadi mata pelajaran
menyatakan bahwa tidak ada
wajib sekaligus penataran yang bersifat
kebenaran moral dan tidak ada sasaran
wajib pula. Selanjutnya, upaya
benar dan salah, telah
pembentukan karakter bangsa melalui
menenggelamkan pendidikan moral
mata pelajaran berlabel Pancasila terus
dari dunia pendidikan. Selain itu,
dilakukan dengan pendekatan
pemikiran relativitas moral dengan
indoktrinasi sampai akhir pemerintahan
pandangannya yang menyatakan
orde baru. Pada masa reformasi, sekitar
bahwa semua nilai adalah relatif,
tahun 2004-2006 digulirkan kurikulum
berpengaruh terhadap terlupaknnya
berbasis kompetensi (KBK) yang
pendidikan karakter. Paham

322  Siti Nasihatun (Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam dan… )


p-ISSN 2620-5009 Andragogi: Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan
e-ISSN 2623-1190 Vol. 7, No. 2, Desember 2019


mengawali lahirnya kembali pelajaran terutama melalui jalur pendidikan


budi pekerti. dalam rangka membentuk kepribadian
dan watak bangsa asli Indonesia dan
Selanjutnya, pendidikan karakter
menjadi perekat dalam kehidupan
di sekolah-sekolah mulai mendapatkan
berbangsa dan bernegara. Pendidikan
perhatian kembali dari pemerintah
merupakan kunci dalam membentuk
sebagai program utama pendidikan.
karakter anak sejak dini, karena hakikat
Kementerian Pendidikan Nasional
pendidikan tidak hanya sebatas transfer
mencanangkan visi penerapan
of knowledge akan tetapi juga transfer
pendidikan karakter terutama mulai
of values, semua itu dilakukan untuk
tahun tahun 2010-2014. Untuk
membangun karakter anak bangsa
selanjutnya, pendidikan karekter masuk
berkepribadian mulia serta
ke dalam muatan kurikulum 2013
menanggulangi kenakalan remaja dari
seperti tertuang dalam mata pelajaran
berbagai penyimpangan sosial.
pendidikan agama dan budi
pekerti/karakter. Pendidikan karakter akan lebih
terinternalisasi dengan baik apabila
Penerapan pendidikan karakter
diselaraskan dengan ajaran agama
memerlukan pemahaman yang jelas
yang dianutnya, mengingat agama
tentang konsep pembentukan karakter
merupakan pedoman hidup utama
dan pendidikan karakter itu sendiri.
sekaligus ideologi dasar setiap manusia.
Melalui pijakan konsep yang jelas dan
Agama berperan penting dalam
pemahaman yang komprehensif, visi
meningkatkan derajat dan martabat
pendidikan karakter diharapkan dapat
manusia dengan mengajarkan hal-hal
diimplementasikan dengan baik dan
yang boleh dilakukan dan tidak boleh
berdampak pada pembentukan
dilakukan manusia berdasarkan wahyu
karakter bangsa yang unggul.
Tuhan yang maha esa. Kebenaran
Realitas di lapangan, kompetensi agama melalui wahyu bersifat mutlak
lulusan sekolah yang ditampilkan dilakukan oleh para penganutnya.
sebagai output pendidikan masih Untuk itu, pendidikan karakter yang
belum sesuai dengan tujuan bersumber pada nilai-nilai agama akan
pendidikan. Masih ditemukannya siswa lebih mendorong manusia untuk
yang terlibat tawuran, narkoba dan seks melakukannya karena nilai kemutlakan
bebas menjadi PR tersendiri bagi dunia kebenaran yang diyakininya.
pendidikan khususnya pemerintah dan
Mayoritas penduduk Indonesia
masyarakat untuk memformulasikan
adalah muslim. Untuk itu, perlu kiranya
kembali pendidikan yang sesuai dengan
pendidikan karakter bagi muslim di
tuntutan zaman dan tetap meneguhkan
Indonesia, diberikan selaras dengan
karakter bangsa yang unggul. Sekolah
nilai-nilai agama Islam yang bersumber
bertanggung jawab terhadap
dari kitab sucinya yaitu Alquran dan
pembentukan karakter yang baik bagi
Hadis. Untuk itu, penelitian ini menjadi
para siswanya.
penting untuk dilakukan dalam rangka
Pendidikan karakter yang menganalisis konsep pendidikan
bersumber dari nilai-nilai karakter karakter dalam perspektif Islam dan
budaya bangsa diasumsikan dapat bagaimana implementasi pendidikan
mengatasi berbagai persoalan bangsa karakter dalam perspektif Islam.

Siti Nasihatun (Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam dan… )  323


Andragogi: Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan p-ISSN 2620-5009
 Vol. 7, No. 2, Desember 2019 e-ISSN 2623-1190

Moral berasal dari bahasa Latin


METODE PENELITIAN "Mores" dan kata jamak dari "Mos" yang
artinya adat kebiasaaan. Dalam bahasa
Penelitian ini menggunakan
Indonesia moral diterjemahkan dengan
pendekatan kualitatif dengan metode
arti susila. Moral adalah sesuai dengan
library reseach (penelitian kepustakaan).
ide-ide yang umum diterima tentang
Library research (penelitian
tindakan manusia mana yang baik dan
kepustakaan) merupakan salah satu
wajar. Jadi sesuai dengan tindakan-
jenis metode penelitian kualitatif yang
tindakan yang oleh umum diterima
dilaksanakan dengan cara
yang meliputi kesatuan sosial atau
menggunakan literaur (kepustakaan)
lingkungan tertentu. Pendidikan moral
baik berupa buku, catatan, maupun
merupakan pendidikan yang bertujuan
laporan hasil penelitian dari penelitian
untuk mengajarkan nilai-nilai kebaikan
terdahulu (Hasan, 2002: 11). Dalam
dalam kehidupan manusia baik dalam
penelitian kualitatif, peneliti adalah
kehidupan pribadi, keluarga dan
instrumen kunci. Oleh karena itu
masyarakat dan sangat normatif
peneliti harus memiliki bekal teori dan
(Hamzah: 1983, 14).
wawasan yang luas jadi bisa bertanya,
menganalisis dan mengkonstruksi objek Dalam istilah bahasa Arab, moral
yang diteliti menjadi lebih jelas. identik dengan akhlak atau kepribadian
Penelitian ini lebih menekankan pada seseorang. Akhlak berasal dari bahasa
makna dan terikat nilai. Penelitian Arab jamak dari "khuluqun" yang berarti
kualitatif dilakukan pada kondisi budi pekerti, perangai, tingkah laku
alamiah dan bersifat penemuan. atau tabiat. Rumusan pengertian akhlak
timbul sebagai media yang
Secara garis besar, sumber
memungkinkan adanya hubungan baik
bacaan yang ada di perpustakaan dapat
antara Khalik dan mahluk serta antara
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu
mahluk dan mahluk. Akhlak merupakan
sumber acuan umum dan sumber
suatu ilmu yang menjelaskan arti baik
acuan khusus. Sumber acuan umum
dan buruk, menerangkan apa yang
biasanya berisi tentang teori-teori dan
seharusnya dilakukan oleh manusia
konsep-konsep melalui buku-buku teks,
kepada yang lainnya, serta menyatakan
ensklopedi, monograp, dan sejenisnya,
tujuan yang harus dituju oleh manusia
sedangkan sumber acuan khusus yaitu
dalam perbuatan mereka dan
berupa junal, bulletin penelitian, tesis
menunjukkan jalan untuk melakukan
dan lain-lain (Komidar: 1995). Pada
apa yang harus diperbuat. Sedangkan
penelitian ini, kedua sumber tersebut
pendidikan akhlak menurut Ibn
digunakan untuk menganalisis
Miskawaih dan dikutip oleh Abudin
permasalahan terkait fokus penelitian
Nata adalah upaya ke arah terwujudnya
yaitu pendidikan karakter perspektif
sikap batin yang mampu mendorong
Islam dan implementasinya.
secara spontan lahirnya perbuatan-
perbuatan yang bernilai baik dari
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
seseorang. Dalam pendidikan akhlak ini,
1. Definisi Pendidikan Moral, kriteria benar dan salah untuk menilai
Pendidikan Akhlak dan perbuatan yang muncul merujuk pada
Pendidikan Karakter

324  Siti Nasihatun (Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam dan… )


p-ISSN 2620-5009 Andragogi: Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan
e-ISSN 2623-1190 Vol. 7, No. 2, Desember 2019


Alquran dan Sunnah Rasul sebagai (doing the good). Pendidikan karakter
sumber tertinggi ajaran Islam. adalah sebuah upaya untuk
membimbing perilaku manusia menuju
Sedangkan dalam istilah bahasa
standar-standar baku. Upaya ini juga
Latin, moral dan akhlak dapat
memberi jalan untuk menghargai
didefinisikan sebagai karakter atau
persepsi dan nilai-nilai pribadi yang
kepribadian. Karakter berasal dari
ditampilkan di sekolah. Fokus
bahasa Latin "kharacter", "kharassein",
pendidikan karakter adalah pada
"kharax", dalam bahasa Inggris
tujuan-tujuan etika, tetapi praktiknya
character dan Indonesia "karakter".
meliputi penguatan kecakapan-
Dalam bahasa Yunani character berasal
kecakapan yang penting yang
dari charassein yang berarti membuat
mencakup perkembangan sosial siswa.
tajam, membuat dalam. Dalam kamus
Poerwadarminta, karakter diartikan Dengan mengetahui adanya
sebagai tabiat, watak, sifat-sifat karakter (watak, sifat, tabiat ataupun
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang perangai), seseorang dapat
membedakan seseorang dengan yang memperkirakan rekasi-reaksi dirinya
lain. Hermawan Kertajaya (2010: 3) terhadap berbagai fenomena yang
mendefinisikan karakter sebagai ciri muncul dalam diri ataupun
khas yang dimiliki oleh suatu benda hubungannya dengan orang lain, dalam
atau individu. Ciri khas tersebut adalah berbagai keadaan dan bagaimana cara
asli dan mengakar pada kepribadian mengendalikannya. Karakter dan akhlak
benda atau individu tersebut dan memiliki definisi yang hampir sama
merupakan mesin pendorong dimana keduanya merupakan suatu
bagaimana seorang bertindak, bersikap, tindakan yang terjadi tanpa adanya
berujar dan merespons sesuatu. Untuk pemikiran dalam
menajamkan karakter seseorang melakukannya/spontan karena sudah
menjadi manusia yang memiliki tertanam kuat dalam pikirannya dan
karakter unggul dan paripurna, salah menjadi sebuah kebiasaan seseorang.
satu upayanya adalah melalui
Selanjutnya, definisi tentang budi
pendidikan karakter. Pendidikan
pekerti. Esensi makna budi pekerti sama
karakter merupakan upaya sadar dan
dengan pendidikan moral dan
sungguh-sungguh dari seorang guru
pendidikan akhlak. Dalam konteks di
untuk mengajarkan nilai-nilai
Indonesia, pendidikan budi pekerti
pendidikan kepada siswanya (Samani &
adalah pendidikan nilai, yakni
Hariyanto, 2011: 43).
pendidikan nilai yang luhur yang
Pendidikan karakter mulai ramai bersumber dari budaya bangsa
dibicarakan sejak tahun 1990-an. Indonesia, dalam rangka membina
Thomas Lickona dengan bukunya "The kepribadian generasi muda. Dalam
Return of Character Education" menjadi kamus bahasa Indonesia, kata budi
awal kebangkitan pendidikan karakter. artinya alat batin yang merupakan
Definisi karakter menurut Ryan dan paduan akal dan perasaan untuk
Bohlin mengandung tiga unsur pokok menimbang baik buruk. Budi bermakna
yaitu mengetahui kebaikan (knowing juga tabiat, akhlak, watak, orang yang
the good), mencintai kebaikan (loving baik. Sedangkan pekerti berarti
the good), dan melakukan kebaikan perangai, tabiat, akhlak,

Siti Nasihatun (Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam dan… )  325


Andragogi: Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan p-ISSN 2620-5009
 Vol. 7, No. 2, Desember 2019 e-ISSN 2623-1190

watak/perbuatan. Secara operasional, membawa ketenangan dan


budi pekerti merupakan perilaku yang kebahagiaan seseorang. Sebaliknya, jika
tercermin dalam kata, perbuatan, program yang dimiliki tidak sesuai
pikiran, sikap, perasaan, keinginan, dan dengan prinsip-prinsip hukum
hasil karya. universal, perilakunya akan membawa
kerusakan dan penderitaan. Untuk itu,
Pendidikan karakter memiliki
pikiran harus dijaga dengan baik dan
makna lebih tinggi daripada pendidikan
mendapatkan perhatian yang serius
moral, karena pendidikan karakter
agar membawa kebahagiaan bagi
bukan hanya mengajarkan benar salah,
dirinya.
tetapi sekaligus menanamkan kebiasaan
(habituation) tentang yang baik Joseph Murphy mengatakan
sehingga siswa menjadi paham, mampu bahwa di dalam diri manusia, terdapat
merasakan, dan mau melakukan apa satu pikiran yang memiliki ciri berbeda.
yang baik. Moral adalah pengetahuan Untuk membedakan ciri tersebut, maka
seseorang terhadap hal baik dan buruk. istilahnya dinamakan dengan pikiran
Sedangkan karakter adalah tabiat sadar (conscious mind) atau pikiran
seseorang yang langsung di-drive oleh objektif dan pikiran bawah sadar
otak. (subconscious mind) atau pikiran
subjectif. Pikiran sadar yang secara fisik
terletak di bagian korteks otak bersifat
2. Mekanisme Pembentukan
logis dan analisis dengan memiliki
Karakter
pengaruh sebesar 12% dari
Karakter berasal dari bahasa kemampuan otak. Sedangkan pikiran
Yunani, Charasein yang artinya bawah sadar secara fisik terletak di
mengukir. Sifat utama ukiran adalah medulla oblongata yang sudah
melekat kuat di atas benda yang diukir, terbentuk ketika masih di dalam
tidak mudah usang ditelan waktu atau kandungan. Oleh karena itu, bayi yang
aus terkena gesekan. Menghilangkan baru dilahirkan menangis, dan akan
ukiran sama saja dengan tenang ketika berada dalam dekapan
menghilangkan benda yang diukir itu. ibundanya karena dia sudah tidak asing
Hal itu dikarenakan, suatu ukiran akan lagi detak jantung ibundanya tersebut.
melekat dan menyatu dengan benda Pikiran bawah sadar bersifat netral dan
yang diukir itu. sugestif.
Unsur terpenting dalam
pembentukan karakter adalah pikiran 3. Proses Pembentukan Karakter
karena di dalam pikiran terdapat
Secara alami, manusia sejak lahir
seluruh program yang terbentuk dari
sampai usia tiga atau lima tahun,
pengalaman hidup. Program ini
kemampuan menalar seseorang belum
kemudian membentuk kepercayaan
tumbuh sehingga pikiran bawah sadar
yang akhirnya dapat membentuk pola
(subconscious mind) masih terbuka dan
pikir dan mempengaruhi perilakunya.
menerima apa saja informasi dan
Jika program tersebut tertanam sesuai
stimulus yang dimasukkan ke dalamnya
prinsip-prinsip universal, maka
tanpa ada penyeleksian, mulai dari
perilakunya berjalan selaras dengan
orang tua, dan lingkungan keluarga dan
hukum alam dan pada akhirnya akan
dari merekalah mulai terbangun

326  Siti Nasihatun (Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam dan… )


p-ISSN 2620-5009 Andragogi: Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan
e-ISSN 2623-1190 Vol. 7, No. 2, Desember 2019


pondasi awal terbentuknya karakter. rupa, keturunan/nasab dan agama.


Pondasi tersebut adalah kepercayaan Walaupun faktor keturunan menjadi
tertentu dan konsep diri. penting untuk dipertimbangkan dalam
memilih seorang istri/pasangan,
Selanjutnya, pengalaman hidup
Rasulullah Saw. mengingatkan bahwa
yang berasal dari lingkungan kerabat,
agama menjadi faktor paling
sekolah, televisi, internet, buku, majalah,
penting/utama yang harus dipilih.
dan berbagai sumber lainnya
Seseorang memiliki pemahaman agama
menghantarkan seseorang memiliki
yang baik memiliki kecenderungan
kemampuan yang semakin besar untuk
akhlak yang baik pula karena
dapat menganalisis dan menalar objek
kedalaman ilmu agama yang dimiliknya
luar. Mulai dari sinilah, peran pikiran
sehingga menjadi pedoman dalam
sadar (conscious mind) menjadi semakin
setiap perilaku kehidupannya.
dominan. Seiring perjalanan waktu,
maka penyaringan terhadap informasi
yang masuk melalui pikiran sadar 4. Tahap-tahap Pendidikan Karakter
menjadi lebih ketat sehingga tidak
Secara teoretik, nilai
sembarang informasi yang masuk
moral/karakter akan berkembang
melalui pancaindera dapat mudah dan
secara psikologis dalam diri individu
langsung diterima oleh pikiran bawah
sesuai perkembangan usia dan konteks
sadar. Semakin banyak informasi
sosial. Dalam kaitanya dengan
diterima, dan semakin matang sistem
perkembangan usia, Piaget
kepercayaan dan pola pikir yang
merumuskan perkembangan kesadaran
terbentuk maka semakin jelas tindakan,
dan pelaksanaan aturan dalam dua
kebiasaan, dan karakterunik dari diri
domain yaitu kesadaran aturan dan
masing-masing individu. Dengan kata
pelaksanaan aturan dengan berbagai
lain, individu akhirnya memiliki sistem
tahapannya yaitu:
kepercayaan (belief system), citra diri
(self image) dan kebiasaan (habit). Jika a. Tahapan pada domain kesadaran
sistem kepercayaannya benar dan aturan
selaras dengan prinsip-prinsip hukum - Usia 0-2 tahun : aturan dirasakan
universal maka karakter dan konsep diri sebagai hal yang tidak bersifat
yang dimiliki akan baik, akan tetapi memaksa
sebaliknya kalau sistem kepercayaan - Usia 2-8 tahun : aturan disikapi
salah atau tidak selaras dengan prinsip- bersifat sakral dan diterima
prinsip hukum universal maka akan tanpa pemikiran
berpengaruh terhadap karakter dan - Usia 8-12 tahun: aturan diterima
konsep diri yang keliru juga. sebagai hasil kesepakatan

Dalam Islam, ditemukan bahwa b. Tahapan pada domain pelaksanaan


faktor gen/keturunan diakui sebagai aturan
salah satu faktor yang mempengaruhi - Usia 0-2 tahun : aturan diterima
pembentukan karakter. Misalnya, dalam hanya bersifat motorik
memilih calon pasangan/istri - Usia 2-6 tahun : aturan diterima
berdasarkan Hadis Nabi Muhammad dengan orientasi diri sendiri
Saw. adalah dengan berdasarkan - Usia 6-10 tahun: aturan
kepada 4 (empat) faktor yaitu harta, dilakukan sesuai kesepakatan

Siti Nasihatun (Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam dan… )  327


Andragogi: Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan p-ISSN 2620-5009
 Vol. 7, No. 2, Desember 2019 e-ISSN 2623-1190

- Usia 10-12 tahun: aturan dari fitnah-fitnahan di dunia dan


dilakukan karena sudah siksaan di akherat." (HR. Ibnu
terhimpun Hibba>n dari Anas ra).
Berdasarkan teori tersebut, Berdasarkan beberapa Hadis di
pendidikan sekolah seyogyanya atas, pendidikan karakter dapat
menitikberatkan pada pengembangan diklasifikasikan dalam tahap-tahap
kemampuan pengambilan keputusan berikut:
(decision making skills) dan a. Tauhid (dimulai sejak 0-2 tahun)
memecahkan masalah (problem solving) b. Adab (5-6 tahun)
dan membina perkembangan moral c. Tanggung jawab diri (7-8 tahun)
dengan cara menuntut peserta didik d. Caring-Peduli (9-10 tahun)
untuk mengembangkan aturan e. Kemandirian (11-12 tahun)
berdasarkan keadilan/kepatutan. f. Bermasyarakat (13 tahun ke
atas)
Dalam pandangan Islam, tahapa
perkembangan dan pembentukan
karakter dimulai sedini mungkin. 5. Pilar-pilar Pendidikan Karakter
Sebagaimana Hadis Rasulullah
a. Moral Knowing
Muhammad Saw. yang menyatakan:
William Kilpatrick menyebutkan
"Jadikanlah kata-kata pertama
salah satu penyebab ketidakmampuan
yang diucapkan seorang anak
seseorang berlaku baik meskipun ia
kalimat La Ilaha Illallah. Dan
telah memiliki pengetahuan tentang
bacakan kepadanya menjelang
kebaikan itu (moral knowing) adalah
maut kalimat La Ilaha Illallah". (HR.
karena ia tidak berlatih untuk
Ibnu Abba>s)
melakukan kebaikan (moral doing).
"Muliakanlah anak-anakmu dan Berdasarkan pemikiran tersebut,
didiklah mereka dengan adab (budi kesuksesan pendidikan karakter sangat
pekerti) yang baik". (HR. Ibnu tergantung pada knowing, loving, dan
Maja>h) doing/acting. Moral knowing sebagai
aspek utama memiliki enam unsur yaitu:
"Anak-anak itu pada hari ketujuh
1) kesadaran moral, 2) pengetahuan
dari kelahirannya disembelihkan
tentang nilai-nilai moral, 3) penentuan
akikahnya, serta diberi nama dan
sudut pandang, 4) logika moral, 5)
disingkirkan dari segala kotoran-
keberanian mengambil keputusan dan
kotoran. Jika ia telah berumur 6
6) pengenalan diri.
tahun ia dididik beradab susila, jika
ia berumur 9 tahun dipisahkan b. Moral Loving/Moral Feeling
tempat tidurnya dan jika berumur
Seseorang yang memiliki
13 tahun dipukul agar mau shalat
kemampuan moral kognitif yang baik,
(diharuskan). Jika ia telah berumur
tidak saja menguasai bidangnya, tetapi
16 tahun oleh dikawinkan, setelah
memiliki dimensi rohani yang kuat.
itu ayah berjabatan tangan
Keputusan-keputusannya menunjukkan
dengannya dan mengatakan: "saya
warna kemahiran seorang profesional
telah mendidik, mengajar, dan
yang didasarkan pada sikap
mengawinkan kamu, saya mohon
moral/akhlak yang luhur. Moral loving
perlindungan kepada Allah SWT

328  Siti Nasihatun (Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam dan… )


p-ISSN 2620-5009 Andragogi: Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan
e-ISSN 2623-1190 Vol. 7, No. 2, Desember 2019


merupakan penguatan aspek emosi dapat meruntuhkan kredibilitas


siswa untuk menjadi manusia seseorang.
berkarakter. Penguatan ini berkaitan c. Otonomi, dimana seseorang
dengan bentuk-bentuk sikap yang menginternalisasikan aturan dari
harus dirasakan siswa, yaitu kesadaran luar sampai menjadi nilai-nilai
akan jati diri meliputi: 1) percaya diri pribadi. Ini dapat dilihat melalui
(self esteem), 2) kepekaan terhadap penilaian atas keputusan pribadi
derita orang lain (emphaty), 3) cinta tanpa terpengaruh desakan
kebenaran (loving the good), 4) pihak lain.
pengendalian diri (self control), dan 5) d. Keteguhan dan kesetiaan.
kerendahan hati (humality). Keteguhan merupakan daya
tahan seseorang guna
c. Moral Doing/Acting
menginginkan apa yang
Sebaik-baik manusia adalah yang dipandang baik. Sedangkan
paling banyak manfaatnya bagi orang kesetiaan merupakan dasar bagi
lain. Hadis Rasulullah Saw, tersebut penghormatan atas komitmen
mengisyaratkan bahwa seseorang tidak yang dipilih.
akan memiliki kualitas pribadi yang baik
kecuali dengan berbuat sesuatu yang
7. Karakter dalam Perspektif Islam
bermanfaat untuk orang lain. Untuk
dapat memberikan manfaat yang Dalam diskursus pendidikan
banyak bagi orang lain, seseorang karakter mengisyaratkan bahwa
harus memiliki kemampuan/kompetensi spiritualitas dan nilai-nilai agama tidak
dan keterampilan. Moral acting bisa dipisahkan dari pendidikan
merupakan outcome yang daharapkan karakter. Moral dan nilai-nilai spiritual
setelah siswa memiliki moral knowing sangat fundamental dalam membangun
dan moral moral loving. kesejahteraan dalam organisasi sosial.
Tanpa keduanya, maka elemen vital
yang mengikat kehidupan masyarakat
6. Ciri Dasar Pendidikan karakter
dapat dipastikan akan lenyap.
Menurut Foerster ada empat ciri
Dalam Islam, tidak ada satu
dasar dalam pendidikan karakter:
disiplin ilmu apapun yang terpisah dari
a. Keteraturan interior dimana
etika-etika Islam. Ada tiga nilai utama
setiap tindakan diukur
dalam Islam yaitu akhlak, adab dan
berdasarkan hIerarki nilai. Nilai
keteladanan. Akhlak merujuk pada
menjadi pedoman normatif
tugas dan tanggung jawab selain
setiap tindakan
syariah dan ajaran Islam secara umum.
b. Koherensi yang memberi
Adab merujuk pada sikap yang
keberanian seseorang teguh
dihubungkan dengan tingkah laku yang
pada prinsip, dan tidak mudah
baik. Sedangkan keteladanan merujuk
terombang-ambing pada situasi
pada kualitas karakter yang ditampilkan
baru atau takut resiko.
seorang muslim yang baik yang
Koherensi merupakan dasar
mengikuti keteladanan Rasulullah
membangun rasa percaya satu
Muhammad Saw.
sama lain dan apabila tidak ada

Siti Nasihatun (Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam dan… )  329


Andragogi: Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan p-ISSN 2620-5009
 Vol. 7, No. 2, Desember 2019 e-ISSN 2623-1190

Moral, karakter, akhlak Pendidikan karakter Islam


merupakan istilah yang berbeda akan memiliki keunikan dan perbedaan
tetapi memiliki kemiripan makna untuk dibandingkan pendidikan karakter dari
menunjukkan penanaman dan Barat. Pendidikan karakter Islam identik
pengamalan nilai-nilai yang baik selaras dengan ajaran agama Islam itu sendiri.
dengan prinsip hukum universal. Dalam Perbedaan dengan pendidikan karakter
Islam, karakter disebut juga sebagai di Barat mencakup penekanan terhadap
akhlak. Hal ini seperti dikemukakan oleh prinsip-prinsip agama yang abadi,
Ahmad Tafsir yang menyatakan bahwa aturan dan hukum dalam memperkuat
"Karakter itu sama dengan akhlak moralitas, perbedaan pemahaman
dalam pandangan Islam. Akhlak dalam tentang kebenaran, penolakan terhadap
pandangan Islam adalah kepribadian otonomi moral sebagai tujuan
yang komponennya adalah tahu pendidikan moral dan penekanan
(pengetahuan), sikap dan perilaku". pahala di akherat sebagai motivasi
perilaku bermoral. Sumber hukum dan
Prinip akhlak Islami termanifestasi
rambu-rambu pendidikan karakter
dalam aspek kehidupan yang diwarnai
Islam adalah wahyu Alquran dan Hadis.
keseimbangan, realis, efektif, efisien,
azas manfaat, disiplin, dan terencana Alquran banyak mengaitkan
serta memiliki dasar analisis yang akhlak terhadap Allah dengan akhlak
cermat. Kualitas akhlak seseorang dinilai kepada Rasulullah. Sebelum seorang
dari tiga indikator yaitu: 1) konsistensi muslim yang memiliki karakter mulia
antara yang dilakukan dan perbuatan, kepada diri dan sesamanya, terlebih
2) konsistensi orientasi, yakni adanya dahulu harus memulainya dengan
kesesuaian antara pandangan dalam berkarakter mulia kepada Allah dan
satu hal dengan pandangannya dalam Rasulullah. Kualitas cinta kepada
bidang yang lain, dan 3) konsistensi sesama tidak boleh melebihi kualitas
pola hidup sederhana (Mubarok, cinta kepada Allah dan Rasulullah (QS.
2001:20). Dalam tasawuf sikap mental al-Tawbah [9]: 24). Bentuk karakter mulia
yang selalu memelihara kesucian diri, terhadap Allah Swt, adalah dengan
beribadah, hidup sederhana, rela mengikuti perintah dan menjauhi
berkorban untuk kebaikan, dan selalu segala larangan-Nya.
bersikap kebajikan pada hakikatnya
Karakter mulia terhadap
adalah cerminan dari akhlak yang mulia.
Rasulullah adalah taat kepadanya dan
Pendidikan karakter dalam Islam mengikuti sunnahnya (QS. al-Nisa>' [4]:
pada dasarnya merupakan pendidikan 59), serta mengucapkan shalawat dan
akhlak. Pendidikan akhlak ini, lebih salam kepadanya (QS. al-Ah}za>b [33]: 56).
menitikberatkan pada sikap atau Keharusan menjunjung tinggi karakter
kehendak positif yang dibiasakan, mulia (akhla>q kari>mah) lebih dipertegas
sehingga mampu menimbulkan lagi oleh Nabi Muhammad Saw. dengan
perbuatan positif dengan seperti diriwayatkan oleh Abdullah Ibn
mudah/automaticly, tanpa melalui Amr: "Sebaik-baik kamu adalah yang
pertimbangan pemikiran terlebih paling baik akhlaknya …" (HR. al-
dahulu dalam penerapan kehidupan Tirmidzi). Dengan demikian, dapat
sehari-hari. dinyatakan bahwa karakter mulia dalam
perspektif Islam merupakan sistem

330  Siti Nasihatun (Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam dan… )


p-ISSN 2620-5009 Andragogi: Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan
e-ISSN 2623-1190 Vol. 7, No. 2, Desember 2019


perilaku yang diwajibkan dalam agama a. Mempromosikan nilai-nilai dasar


Islam yang tertuang melalui nash etika sebagai basis karakter
Alquran dan Hadis. b. Mengidentifikasi karakter secara
komprehensif supaya mencakup
pemikiran, perasaan dan
8. Peran Pendidikan Agama dalam
perilaku.
Pembentukan Karakter
c. Menggunakan pendekatan yang
Mantan Presiden RI pertama tajam, proaktif dan efektif untuk
Soekarno berulang-ulang menegaskan membagun karakter
bahwa, "Agama adalah unsur mutlak d. Menciptakan komunitas sekolah
dalam National and Character Building". yang memiliki kepedulian
Tanpa landasan yang jelas, karakter e. Memberi kesempatan kepada
kemandirian tidak punya arah, siswa untuk menunjukkan
mengambang, keropos dan tidak perilaku yang baik
berarti apa-apa. Untuk itu, f. Memiliki cakupan terhadap
fundamen/landasan yang kokoh dari kurikulum yang bermakna dan
pendidikan karakter adalah agama. menantang yang menghargai
Thomas Lickona, memiliki semua siswa, membangun
pandangan yang memisahkan antara karakter mereka, dan membantu
pendidikan karakter dan pendidikan mereka
agama. Kehidupan religius seseorang g. Mengusahakan tumbuhnya
merupakan urusan antara individu motivasi diri dari para siswa
dengan Tuhannya. Karakter tidak ada h. Memfungsikan seluruh staf
hubungannya dengan ibadat dan doa- sekolah sebagai komunitas
doa di sekolah. Karakter adalah nilai- moral yang berbagi
nilai dasar yang harus dihayati jika tanggungjawab untuk
sebuah masyarakat mau hidup dan pendidikan karakter dan setia
bekerja secara damai. Nilai-nilai kepada nilai dasar yang sama.
tersebut seperti kebijaksanaan, i. Adanya pembagian
penghormatan terhadap orang lain, kepemimpinan moral dan
tanggung jawab pribadi, perasaan dukungan yang luas dalam
senasib sepenanggungan, pemecahan membangun inisiatif pendidikan
konflik secara damai adalah sebagian karakter.
contoh nilai-nilai karakter. Pemikiran j. Memfungsikan keluarga dan
Thomas Lickona ini berbeda dengan anggota masyarakat sebagai
pendidikan karakter Islam yang mitra dalam usaha membangun
menjadikan agama sebagai fondasi karakter.
dalam melaksanakannya. k. Mengevaluasi karakter sekolah,
fungsi staf sekolah sebagai
guru-guru karakter dan
9. Prinsip Pendidikan Karakter manifestasi karakter positif
Character education quality dalam kehidupan siswa.
standards merekomendasikan 11 Berdasarkan prinsip-prinsip
prinsip untuk mewujudkan pendidikan tersebut, program pendidikan karakter
karakter yang efektif, yaitu: di sekolah dapat dikembangkan. Tidak

Siti Nasihatun (Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam dan… )  331


Andragogi: Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan p-ISSN 2620-5009
 Vol. 7, No. 2, Desember 2019 e-ISSN 2623-1190

kalah pentingnya adalah keteladanan 10. Strategi dan Model Pendidikan


Rasullulah Saw. dalam menanamkan Karakter
keimanan dan akhlak yang baik juga
Menurut Brooks dan Goole
dijadikan prinsip dalam
(Mubarak, 2009:12) untuk
mengembangkan pendidikan karakter
mengimplementasikan pendidikan
di sekolah. Adapun prinsip-prinsip
karakter di sekolah terdapat tiga
tertsebut diantaranya:
elemen penting untuk diperhatikan,
a. Fokus, ucapannya ringkas,
yaitu prinsip, proses dan praktiknya.
langsung pada inti pembicaraan
Dalam menjalankan prinsip, nilai-nilai
tanpa ada kata yang dapat
yang diajarkan harus termanifestasikan
memalingkan dari ucapannya,
dalam kurikulum sehingga semua siswa
sehingga mudah dipahami.
di suatu sekolah faham benar tentang
b. Pembicaraannya tidak terlalu
nilai-nilai tersebut dan mampu
cepat sehingga dapat
menerjemahkannya dalam prilaku
memberikan waktu yang cukup
nyata. Strategi dalam melaksanakan
kepada anak untuk
pendidikan karakter melalui tiga tahap
menguasainya.
yaitu 1) Moral knowing/learning to
c. Repetisi, senantiasa melakukan
know, 2) Moral loving/Moral feeling, dan
tiga kali pengulangan pada
3) Moral doing/learning to do.
kalimat-kalimatnya supaya
dapat diingat atau dihafal. Model internalisasi pendidikan
d. Memberikan analogi langsung. karakter dapat dengan model: 1)
e. Memperhatikan keragaman tadzkirah yaitu suatu model yang
anak sehingga melahirkan menghantarkan murid agar senantiasa
pemahaman yang berbeda dan memupuk, memelihara dan
tidak terbatas satu pemahaman menumbuhkan rasa keimanan yang
saja dan dapat memotivasi siswa telah diilhamkan oleh Allah Swt. agar
untuk terus belajar tanpa terwujud ke dalam amal saleh yang
dihinggapi perasaan jemu. dibingkai dengan ibadah yang ikhlas
f. Memperhatikan tiga tujuan sehingga melahirkan suasana hati yang
moral yaitu: kognitif, mosional lapang dan ridha atas ketetapan Allah
dan kinetik. SWT. 2) Model selanjutnya adalah
g. Memperhatikan pertumbuhan melalui keteladanan, 3) melaui
dan perkembangan anak. bimbingan/ arahan, 4) melalui
h. Menumbuhkan kreativitas anak dorongan/ motivasi, 5) melaui
dengan cara mengajukan zakiyah/mensucikan diri, 6) melalui
pertanyaan kemudian mendapat pengorganisasian, 10) melalui hati, dan
jawaban dari anak yang diajak 11) melalui model iqra, fikir, dzikir.
bicara. Strategi dan model penerapan
i. Berbaur dengan anak-anak, pendidikan karakter sangat tergantung
masyarakar dan lain sebagainya. pada kondisi indivisu, organisasi
j. Aplikatif, yaitu Rasulullah maupun lingkungan sekitarnya.
langsung memberikan pekerjaan Semakin kuat motivasi yang ada dalam
kepada anak yang berbakat. diri individu dalam menerapkan
pendidikan karekter, maka faktor
eksternal menjadi pendukung dalam

332  Siti Nasihatun (Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam dan… )


p-ISSN 2620-5009 Andragogi: Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan
e-ISSN 2623-1190 Vol. 7, No. 2, Desember 2019


mengimplementasikannya sehingga pemecahan masalah; (d) Kemampuan


ketika dilaksanakan secara bersama- berkomunikasi dan bekerjasama
sama dalam suatu organisasi akan (communication and collaboration
membentuk budaya organisasi yang skills), mampu berkomunikasi dan
seperti diharapkan oleh semua pihak. berkolaborasi secara efektif dengan
Salah satu strategi implementasi berbagai pihak; (e) Kemampuan
pendidikan karakter yang cukup efektif mencipta dan membaharui (creativity
seperti diterapkan oleh Abdullah and innovation skills), mampu
Gymnastiar tokoh ulama pendiri mengembangkan kreativitas yang
lembaga pendidikan Daruttauhid dimilikinya untuk menghasilkan
Bandung adalah melalui 3 M meliputi: berbagai terobosan yang inovatif; (f)
1) mulai dari diri sendiri, 2) mulai dari Literasi teknologi informasi dan
yang tekecil, dan 3) mulai saat ini juga. komunikasi (information and
Hal ini berarti bahwa peran individu communications technology literacy),
dalam menginternalisasi nilai-nilai mampu memanfaatkan teknologi
karakter sangat penting dan menjadi informasi dan komunikasi untuk
hal yang utama. meningkatkan kinerja dan aktivitas
sehari-hari; (g) Kemampuan belajar
Selain motivasi yang kuat dari
kontekstual (contextual learning skills),
dalam diri individu, internalisasi karakter
mampu menjalani aktivitas
perlu disesuaikan dengan kondisi real
pembelajaran mandiri yang kontekstual
lapangan yang dihadapi. Karakter
sebagai bagian dari pengembangan
generasi millennial yang kritis dan
pribadi, dan (h) Kemampuan informasi
selalu ingin tahu berbeda dengan
dan literasi media sehingga mampu
generasi pasca bomber atau generasi
memahami dan menggunakan berbagai
sebelum era millennial. Untuk itu,
media komunikasi untuk
Karakter yang ditanamkan harus selaras
menyampaikan beragam gagasan dan
dengan apa yang menjadi tantangan
melaksanakan aktivitas kolaborasi serta
hidup era millennial.
interaksi dengan beragam pihak.
Framework generasi millenial
Model dan strategi dalam
menurut (BSNP:2010) adalah sebagai
memberikan penamaman nilai karakter
berikut: (a) Kemampuan berpikir kritis
maupun pengetahuan kognitif
dan pemecahan masalah (critical-
disesuaikan dengan kondisi dan zaman
thinking and problem-solving skills),
yang ada serta dimulai sedini mungkin,
mampu berfikir secara kritis, lateral, dan
relevan dengan pernyataan Sayyidina
sistemik, terutama dalam konteks
Ali bin Abi Thalib sahabat Rasulullah
pemecahan masalah; (b) Kemampuan
sebagai berikut:
berkomunikasi dan bekerjasama
(communication and collaboration "Janganlah engkau memaksakan
skills), mampu berkomunikasi dan anak-anakmu sesuai dengan
berkolaborasi secara efektif dengan pendidikanmu, karena
berbagai pihak; (c) Kemampuan berpikir sesungguhnya mereka diciptakan
kritis dan pemecahan masalah (critical- untuk zaman yang bukan zaman
thinking and problem-solving skills), kalian. Cetaklah tanah selama ia
mampu berfikir secara kritis, lateral, dan masih basah dan tanamlah kayu
sistemik, terutama dalam konteks

Siti Nasihatun (Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam dan… )  333


Andragogi: Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan p-ISSN 2620-5009
 Vol. 7, No. 2, Desember 2019 e-ISSN 2623-1190

selama ia masih lunak". (Syaikh antara yang dilakukan dan perbuatan,


Fadlullah, 1998:153). 2) konsistensi orientasi, yakni adanya
kesesuaian antara pandangan dalam
Hal ini berarti pula bahwa
satu hal dengan pandangannya dalam
penanaman nilai-nilai karakter harus
bidang yang lain, dan 3) konsistensi
dilakukan sejak usia dini. Usia dini
pola hidup sederhana. Dalam tasawuf
diibaratkan tanah liat yang masih
sikap mental yang selalu memelihara
mudah dibentuk, sehingga mudah
kesucian diri, beribadah, hidup
diberikan pendidikan sesuai apa yang
sederhana, rela berkorban untuk
diharapkan. Usia dini juga dikenal
kebaikan, dan selalu bersikap kebajikan
golden ages yang merupakan usia emas
pada hakikatnya adalah cerminan dari
untuk berkembangnya kecerdasan baik
akhlak yang mulia.
secara intelektual maupun emosialnya.
Pada usia dini, kemampuan mengingat Komponen pendidikan akhlak
dan menangkap pengetahuan yang meliputi: pengetahuan, sikap, dan
diberikan juga masih sangat kuat, perilaku dan identik dengan ajaran
sehingga memungkinkan anak agama Islam itu sendiri yang bersumber
mempelajari semua hal yang diberikan dari Alquran dan al-Hadis. Dengan
oleh sumber belajarnya. demikian, dapat dinyatakan bahwa
pendidikan karakter perspektif Islam
PENUTUP merupakan sistem perilaku yang
diwajibkan dalam agama Islam yang
1. Simpulan
tertuang melalui nash Alquran dan
Moral, karakter, akhlak Hadis.
merupakan istilah yang berbeda akan
Dalam melaksanakan pendidikan
tetapi memiliki kemiripan makna untuk
karakter, akan lebih terinternalisasi
menunjukkan penanaman dan
ketika prinsip-prinsip pendidikan
pengamalan nilai-nilai yang baik selaras
karakter dapat diintegrasikan dengan
dengan prinsip hukum universal.
nilai-nilai religiusitas/ajaran agama.
Dalam pandangan Islam, karakter Dengan demikian, nilai-nilai yang akan
disebut juga dengan akhlak. Hal ini diajarkan harus termanifestasikan dalam
didukung oleh pakar pendidikan kurikulum sehingga semua siswa di
karakter Ahmad Tafsir yang menyatakan suatu sekolah faham benar tentang
bahwa "karakter itu sama dengan nilai-nilai tersebut dan mampu
akhlak dalam pandangan Islam. Akhlak menerjemahkannya dalam prilaku
dalam pandangan Islam adalah nyata. Strategi dalam melaksanakan
kepribadian yang komponennya adalah pendidikan karakter dapat melalui tiga
tahu (pengetahuan), sikap dan tahap yaitu 1) Moral Knowing/Learning
perilaku". to Know, 2) Moral Loving/Moral Feeling,
Prinip akhlak Islami termanifestasi dan 3) Moral Doing/Learning to do.
dalam aspek kehidupan yang diwarnai Sedangkan implementasi pendidikan
keseimbangan, realis, efektif, efisien, karakter dalam Islam menurut hadis
azas manfaat, disiplin, dan terencana Rasulullah Saw, dapat diklasifikasikan
serta memiliki dasar analisis yang dalam 6 tahapan yaitu: 1) Tauhid
cermat. Kualitas akhlak seseorang dinilai (dimulai sejak 0-2 tahun); 2) Adab (5-6
dari tiga indikator yaitu: 1) konsistensi tahun); 3) Tanggung jawab diri (7-8

334  Siti Nasihatun (Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam dan… )


p-ISSN 2620-5009 Andragogi: Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan
e-ISSN 2623-1190 Vol. 7, No. 2, Desember 2019


tahun); 4) Caring-Peduli (9-10 tahun); diintegrasikan dengan nilai-nilai


5) Kemandirian (11-12 tahun); dan 6) religiusitas/ajaran agama. Untuk itu,
Bermasyarakat (13 tahun ke atas). perlu kesadaran semua pihak untuk
merevitalisasi pendidikan agama mulai
dari unit Pendidikan yaitu terkecil yaitu
2. Rekomendasi
keluarga, kemudian dilaksanakan di
Pendidikan karakter, akan lebih masyarakat, bangsa dan negara.
terinternalisasi ketika prinsip-prinsip
pendidikan karakter dapat

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). (2010). Laporan BSNP Tahun 2010. Jakarta: Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Retrieved from http://www.bsnp-
indonesia.org/id/wp-content/uploads/2012/04/Laporan-BSNP-2010.pdf

Departemen Agama RI. (1984). Alquran dan Terjemahannya. Jakarta: Departemen Agama RI.

Gunawan, A. W. (2006). Hypnosys-The Art of Subconscious Communication. Jakarta: PT.


Gramedia Pustaka Utama.

Hafiduddin, D. (2002). Membentuk Pribadi Qur'an. Bandung: Harakah.

Hamzah, Y. (1983). Etika Islam.

Hasan, M. (2002). Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Komidar, J. (1995). Use of Library. Dalam S. Harahap, Metodologi Studi dan Penelitian Ilmu-ilmu
Ushuluddin. Jakarta: Rajawali Press.

Lickona, T. (1991). Educating for Character. New York: Bantam.

Lickona, T. (1999). Religion and Character Education. Phe Delta Kppan.

Majid, A., & Andayani, D. (2013). Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Ketiga ed.). Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

Marzuki. (2009). Prinsip Dasar Akhlak Mulia: Pengantar Studi Konsep-Konsep Dasar Etika dalam
Islam. Yogyakarta: Dsebut Wahana Press-FISE UNY.

Murphy, J. (2002). Rahasia Kekuatan Pikiran Bawah Sadar. Jakarta: Spektrum.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Keempat ed.). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Samani, M., & Hariyanto. (2011). Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Ubabuddin. (2018). Konsep Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Ta'dib: Jurnal Pendidikan
Islam, 7(1), 454-460. Dipetik dari from
https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/tadib/article/view/3428/2256

Siti Nasihatun (Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam dan… )  335


Andragogi: Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan p-ISSN 2620-5009
 Vol. 7, No. 2, Desember 2019 e-ISSN 2623-1190

UNESCO-UNEVOC. (2005). Learning to Do (Values for Learning and Working Together in a


Globalized World. Germany.

Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

336  Siti Nasihatun (Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam dan… )

Anda mungkin juga menyukai