Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang bertujuan. Tugas utama guru dalam
melayani belajar peserta didik adalah membangkitkan sengat dan mental peserta didik
agar terlibat aktif dalam kegiatan belajar di kelas. Keaktifan peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran dapat dikondisikan oleh guru dengan berbagai pendekatan model belajar.
Model pembelajaran cooperative learning meruapakan salah satu model pembelajaran
yang tepat gunakan dalam pembelajaran dan memiliki karakteristik tesrsendiri serta
berbeda dengan model pembelajaran lain. Melalui model pembelajaran cooperative
learning peserta didik dapat berinteraksi langsung dengan sesama peserta didik melalui
tindakan diskusi. Secara psikologis model pembelajaran cooperative learning dapat
menstimulasi peserta didik baik dalam berpikir. Keunggulan model pembelajaran
cooperative learning dapat meningkatkan semangat belajar peserta didik di kelas, model
pembelajaran ini menekankan pada keaktifan peserta didik dan membangun aktifitas
secara bersama.
2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi cooperative learning?
2. Apa saja struktur konsep cooperative learning?
3. Bagaimana langkah-langkah penerapan model cooperative learning?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan cooperative learning?
5. Bagaimana peneraopan cooperative learning dalam kelas bahasa inggris?
3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi cooperative learning
2. Untuk mengetahui struktur konsep cooperative learning
3. Untuk mengetahui langkah-langkah penerapan model cooperative learning
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan cooperative learning
5. Untuk mengetahui peneraopan cooperative learning dalam kelas bahasa inggris
1
BAB II
PEMBAHASAN
COOPERATIVE LEARNING
2
berbagai ide dan gagasan, melainkan hanya sebagai salah satu sumber informasi,
penggerak, pendorong dan pembimbing agar peserta didik dengan kemauannya mengarah
pada terjadinya masyarakat belajar (learning society). Kekompakan dalam pembelajaran
menjadi ciri dan karakteristik dalam model pembelajaran ini, dimana peserta didik
dituntut aktif dan kreatif dalam pembelajaran.3
Jadi pembelajaran cooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara 4 sampai 6 orang yang
mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang
berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok
akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi
yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai
ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan
memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan
interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu,
mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap
individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi
keberhasilan kelompok.
Ada beberapa jenis pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah:
1) Kelompok pembelajaran kooperatif formal (formal cooperative learning
group)
2) Kelompok pembelajaran kooperatif informal (informal cooperative learning
group),
3) Kelompok besar kooperatif (cooperative base group) dan
4) Gabungan dari tiga kelompok kooperative (integrated use of cooperative
learning group).
Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan
individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.
3
Sulaiman, “MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING (Suatu Analisis Psikologis Dalam
Pembelajaran)”, Volume V Nomor 2, 2014, hal. 26-27
3
Strategi pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran
yang dilakukan oleh siswa di dalam kelompok, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan. Terdapat empat hal penting dalam strategi pembelajaran kooperatif,
yakni:
(1) Adanya peserta didik dalam kelompok,
(2) Adanya aturan main (rule) dalam kelompok,
(3) Adanya upaya belajar dalam kelompok,
(4) Adanya kompetensi belajar yang harus dicapai oleh kelompok. Pada hakikatnya
cooperative learning sama dengan kerja kelompok.4
Oleh karena itu, banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh
dalam cooperative learning karena mereka beranggapan telah biasa melakukan
pembelajaran cooperative learning dalam bentuk belajar kelompok. Walaupun
sebenarnya tidak semua belajar kelompok dikatakan pembelajaran cooperative learning
Menurut Johnson dan johnson (1994) dan sutton (1992), terdapat lima unsur
penting dalam belajar kooperatif, yaitu:
a. Saling ketergantungan positif antara siswa.dalam belajar kooperatif siswa merasa
bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama
lain.seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga
sukses.siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga
mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok.
b. Interaksi antara siswa yang semakin meningkatkan.Belajar kooperatif akan
meningkatkan interaksi antara siswa.Hal ini,terjadi dalam hal seorang siswa akan
membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok.Interaksi yang terjadi
dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar – menukar ide mengenai masalah
yang sedang dipelajari bersama.
c. Tanggung jawab individual.Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok
dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal: (a) membantu siswa yang
membutuhkan bantuan (b) siswa tidak hanya sekedar “membonceng”pada hasil kerja
teman jawab siswa dan teman sekelompoknya.
4
Luluk Setyowati, “PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH DASAR”, ( Jakarta:2017), hal. 293
4
d. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil.Dalam belajar kooperatif,selain
dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seorang siswa dituntut untuk
belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya.Bagaimana
siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok
akan menuntut keterampilan khusus.
e. Proses kelompok.Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok.
Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka
akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.5
5
Trianto,M.Pd, Mendesan model Pembelajaran Inovatif‐progresif (jakarta : kencana, 2009),hal 61
5
Fase-6 Guru mencari cara-cara untuk
Memberikan penghargaan menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok
a. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan di kelas. Ada peserta didik tidak
senang apabila disuruh bekerja sama dengan temannya.
b. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau
keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok.
c. Banyak peserta didik takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara
adil bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut.
6
5. PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING DALAM KELAS BAHASA
INGGRIS
Berikut adalah beberapa penerapan pembelajaran kooperatif pada Bahasa Inggris:
1. Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi
proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja
sama dengan lebih efektif. Format evaluasi bisa bermacam-macam tergantung pada
tingkat pendidikan siswa.
Tujuan pembelajaran kooperatif antara lain dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa, meningkatkan motivasi belajar siswa, menumbuhkan sikap saling
menghormati dan bekerja sama, menumbuhkan sikap tanggung jawab, meningkatkan
rasa percaya diri, dapat belajar memecahkan masalah dengan cara yang lebih baik.
Pembelajaran kooperatif terdapat berbagai teknik/tipe yang dapat diterapkan
antara lain :
a. Mencari Pasangan (make a match), dikembangkan oleh Lorna Curran (1994).
b. Bertukar Pasangan
c. Berpikir – Berpasangan – Berempat, dikembangkan oleh Frank Lyman (Think –
Pair – Share) dan Spencer Kagan Think – Pair – Square).
d. Berkirim Salam dan Soal
e. Kepala Bernomor (Numbered Heads), dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992).
f. Kepala Bernomor Terstruktur
g. Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Guests), dikembangkan oleh Spencer
Kagan (1992).
h. Keliling Kelas
i. Lingkaran Kecil Lingkaran Besar
j. Tari Bambu
k. Jigsaw, dikembangkan oleh Aronsol et al.
2. Bercerita Berpasangan
Dalam pembelajaran kooperatif diperlukan keputusan dari guru untuk mengambil
langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menentukan topik yang akan digunakan dalam kerja kelompok.
7
b) Membuat keputusan tentang ukuran dan komposisi kelompok.
c) Menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan.
d) Memantau kerja siswa dalam kelompok.
e) Memberikan saran penyelesaian masalah yang cocok.
f) Evaluasi serta memberikan saran-saran.
- Pembelajaran Kooperatif Tipe Bercerita Berpasangan
Teknik mengajar Bercerita Berpasangan dikembangkan sebagai pendekatan
interaktif antara siswa, pengajar, dan bahan pelajaran. Teknik ini bisa digunakan dalam
pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun bercerita. Teknik ini
menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Bahan
pelajaran yang palin cocok digunakan dalam teknik ini adalah bahan yang bersifat naratif
dan deskriptif. Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan dipakainya bahan-bahan yang
lainnya.
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman
siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih
bermakna. Dalam kegiatan ini, siswa diransang untuk mengembangkan kemampuan
berpikir dan kemampuan berimajinasi. Buah-buah pemikiran mereka akan dihargai,
sehingga siswa merasa makin terdorong untuk belajar. Selain itu, siswa bekerja dengan
sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk
mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi. Bercerita
berpasangan bisa digunakan untuk suasana tingkatan usia anak didik.
1. Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi dua bagian.
2. Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan mengenai
topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu. Pengajar bisa
menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai
topik tersebut.
8
menekankan bahwa memberikan tebakan yang benar bukanlah tujuannya. Yang lebih
penting adalah kesiapan mereka dalam mengantisipasi bahan pelajaran yang akan diberi
hari itu.
1. Siswa dipasangkan.
2. Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama. Sedangkan siswa
yang kedua menerima bagian yang kedua.
3. Kemudian siswa disuruh mendengarkan atau membaca bagian mereka masing-
masing.
4. Sambil membaca/mendengarkan, siswa disuruh mencatat dan mendaftar beberapa
kata/frasa kunci yang ada dalam bagian masing-masing. Jumlah kata/frasa bisa
disesuaikan dengan panjang teks bacaan.
5. Setelah selesai membaca, siswa saling menukar daftar kata/frasa kunci dengan
pasangan masing-masing.
6. Sambil mengingat-ingat/memperhatikan bagian yang telah dibaca/didengarkan
sendiri, masing-masing siswa berusaha untuk mengarang bagian lain yang belum
dibaca/didengarkan (atau yang sudah dibaca/didengarkan pasangannya)
berdasarkan kata-kata/frasa-frasa kunci dari pasangannya. Siswa yang telah
membaca/mendengarkan bagian yang pertama berusaha untuk menuliskan apa
yang terjadi selanjutnya. Sedangkan siswa yang membaca/mendengarkan bagian
yang kedua menuliskan apa yang terjadi sebelumnya.
7. Tentu saja, versi karangan sendiri ini tidak harus sama dengan bahan yang
sebenarnya. Tujuan kegiatan ini bukan untuk mendapatkan jawaban yang benar,
melainkan untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar dan
mengajar. Setelah selesai menulis, beberapa siswa bisa diberi kesempatan untuk
membacakan hasil karangan mereka.
8. Kemudian, pengajar membagikan bagian cerita yang belum terbaca kepada
masing-masing siswa. Siswa membaca bagian tersebut.
9. Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan pelajaran
hari itu. Diskusi bisa dilaksanakan antara pasangan atau dengan seluruh kelas.6
6
Ranita, ““Model Pembelajaran dengan Cooperative Learning dan Aplikasinya pada Bahasa Inggris”, diakses dari
https://missranita.wordpress.com/2011/04/29/model-pembelajaran-dengan-cooperative-learning-dan-aplikasinya-
9
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Cooperative Learning merupakan model pembelajaran dengan menggunakan system
pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara 4 sampai 6 orang yang mempunyai latar
10
belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).
Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh
penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.
Terdapat empat hal penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yakni:
1. Adanya peserta didik dalam kelompok,
2. Adanya aturan main (rule) dalam kelompok,
3. Adanya upaya belajar dalam kelompok,
4. Adanya kompetensi belajar yang harus dicapai oleh kelompok. Pada hakikatnya
cooperative learning sama dengan kerja kelompok
FASE FASE TINGKAH LAKU GURU
Fase-1 Guru menyampaikan semua tujuan
Menyajikan tujuan dan memotivasi pelajaran yang ingin dicapai pada
peserta didik pelajaran tersebut dan memotivasi
peserta didik belajar
Fase-2 Guru menyajikan informasi kepada
Menyajikan informasi peserta didik dengan jalan demonstrasi
atau lewat bahan bacaan
Fase-3 Mengorganisasikan peserta Guru menjelaskan kepada peserta didik
didik ke dalam kelompok kooperatif bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi
secara efisien
Fase-4 Guru membimbing kelompokkelompok
Membimbing kelompok bekerja dan belajar pada saat mereka mengerjakan
belajar tugas mereka
Fase-5 Guru mengevaluasi hasil belajar
Evaluasi tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok
mepresentasikan hasil kerjanya.
Fase-6 Guru mencari cara-cara untuk
Memberikan penghargaan menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok
11
Kelebihan cooperative learning sebagai suatu strategi pembelajaran adalah
sebagai berikut:
1. Meningkatkan harga diri tiap individu
2. Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar sehingga konflik
antar pribadi berkurang
3. Sikap apatis berkurang
4. Pemahaman yang lebih mendalam atau penyimpanan lebih lama.
5. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
6. Cooperative learning dapat mencegah keagresifan dalam system kompetisi
dan keterasingan dalam system individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.
7. Meningkatkan kemajuan belajar (pencapaian akademik).
8. Meningkatkan kehadiran peserta didik dan sikap yang lebih positif.
9. Menambah motivasi dan percaya diri.
10. Menambah rasa senang berada ditempat belajar serta menyenangi teman-
teman sekelasnya.
11. Mudah diterapkan dan tidak mahal
1. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan di kelas. Ada peserta didik tidak
senang apabila disuruh bekerja sama dengan temannya.
2. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau
keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok.
3. Banyak peserta didik takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara
adil bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut.
Berikut adalah beberapa penerapan pembelajaran kooperatif pada Bahasa Inggris
o Evaluasi proses kelompok
o Pembelajaran Kooperatif Tipe Bercerita Berpasangan
12
DAFTAR PUSTAKA
13
pembelajaran-dengan-cooperative-learning-dan-aplikasinya-pada-bahasa-inggris/, pada tanggal
31 Mei 2021 pukul 15.23 WIB
14