PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai fenomena yang terjadi di tatanan praktek pelayanan keperawatan
klinik dan komunitas menuntut pengembangan yang adaptif dan fleksibel untuk
diterapkan dalam berbagai situasi dan kondisi. Hal ini tentunya memerlukan teori
dan model yang sesuai dengan mengadopsi berbagai perubahan yang terjadi di
lingkungan masyarakat, khususnya perubahan sosial, budaya, dan sistem nilai yang
terjadi di masyarakat.
Tujuan dari transkultural dalam keperawatan adalah untuk membentuk
kesadaran dan apresiasi terhadap perbedaan kultur. Leininger mengembangkan
teorinya dari perbedaan kultur yang universal. Perbedaan kultur tersebut dapat
menjadi sumber informasi dalam melaksanakan keperawatan. Keperawatan
sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat, dapat
dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Transcultural
nursing ini berasal dari disiplin ilmu antropologi yang dikembangkan ke dalam
konteks keperawatan. Konsep keperawatan transkultural ini didasari oleh
pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam
masyarakat.
Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan
keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan
kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan
terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu
kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya
dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan
klien, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi pada klien.
Melakukan komunikasi dengan komunitas di lingkungannya untuk
mengenal budaya setempat dan menghormatinya Cara dan gaya hidup manusia,
adat istiadat, kebudayaan, kepercayaan bahkan seluruh peradaban manusia dan
lingkungannya berpengaruh terhadap penyakit. Secara fisiologis dan biologis tubuh
manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Manusia mempunyai daya
adaptasi terhadap lingkungan yang selalu berubah, yang sering membawa serta
penyakit baru yang belum dikenal atau perkembangan/perubahan penyakit yang
sudah ada. Kajian mengenai konsekuensi kesehatan perlu memperhatikan konteks
budaya dan sosial masyarakat.
3
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi budaya ?
2. Apa saja karakteristik Budaya ?
3. Bagaimana Perilaku Budaya Kesehatan ?
4. Apa definisi Keperawatan Transkultural ?
5. Apa konsep Utama Keperawatan Transkultural ?
6. Apa Konsep Sehat Sakit Menurut Budaya Masyarakat?
7. Apa Definisi Keperawatan Komunitas ?
8. Bagaimana Aplikasi Keperawatan Transkultural Dalam Keperawatan Komunitas
?
C. Tujuan
1. Menjelaskan definisi budaya
2. Menjelaskan karakteristik Budaya
3. Menjelaskan Perilaku Budaya Kesehatan
4. Menjelaskan definisi Keperawatan Transkultural
5. Menjelaskan konsep Utama Keperawatan Transkultural
6. Menjelaskan Konsep Sehat Sakit Menurut Budaya Masyarakat
7. Mejelaskan Definisi Keperawatan Komunitas
8. Menjelaskan Aplikasi Keperawatan Transkultural Dalam Keperawatan
Komunitas
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Budaya
B. Karakteristik Budaya
Dincker (1996), menyimpulkan pendapat Boyle dan Andrews (1989), yang
menggambarkan empat ciri esensial budaya yaitu : pertama, budaya dipelajari dan
dipindahkan, orang yang mempelajari budaya mereka sendiri sejak lahir. Kedua,
budaya berbagi bersama, anggota-anggota kelompok yang sama membagi budaya
baik secara sadar maupun tidak sadar, perilaku dalam kelompok merupakan bagian
dari identitas budayanya.
Ketiga, budaya adalah adaptasi pada lingkungan yang mencerminkan
kondisi khusus pada sekelompok manusia seperti bentuk rumah, alat-alat dan
sebagainya. Adaptasi budaya pada negara maju diadopsi sesuai dengan tehnologi
yang tinggi. Keempat, budaya adalah proses yang selalu berubah dan dinamis,
berubah seiring kondisi kebutuhan kelompoknya, misalnya tentang partisipasi
wanita dan sebagainya. Penelitian batak Toba di Indonesia yang beradaptasi
dengan suku Sunda dengan merubah adat ketatnya karena menyesuaikan diri
dengan budaya setempat.
Menurut Samovar dan Porter (1995) ada 6 karakteristik budaya :
1. Budaya itu bukan keturunan tapi dipelajari, jika seorang anak lahir di Amerika
dan hidup di Amerika dari orangtua yang berkebangsaan Indonesia maka tidaklah
secara otomatis anak itu bisa berbicara dengan bahasa Indonesia tanpa ada proses
pembelajaran oleh orangtuanya.
2. Budaya itu ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya, kita mengetahui
banyak hal tentang kehidupan yang berhubungan dengan budaya kerena generasi
sebelum kita mengejarkan kita banyak hal tersebut. Suatu contoh upacra
penguburan placenta pada masyarakat jawa, masyarakat tersebut tidak belajar
secara formal tetapi mengikuti prilaku nenek moyangnya.
3. Budaya itu berdasarkan simbol, untuk bisa memepelajari budaya orang
memerlukan simbol. Dengan simbol inilah nantinya kita dapat saling bertukar
pikiran dan komunikasi sehingga memungkinkan terjadinya proses transfer budaya
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Contoh beberapa simbol yang
mengkarakteristikkan budaya adalah kalung pada suku dayak, manik-manik,
gelang yang semua itu menandakan simbol pada budaya tertentu.
6
4. Budaya itu hal yang bisa berubah, karena budaya merupakan sistem yang
dinamis dan adaftif maka budaya rentan terhadap adanya perubahan. Misalnya
pada sekelompok masyarakat merayakan kelahiran dengan tumpeng atau nasi
kuning, pada zaman modern tradisi tersebut berubah yaitu menjadi kue ulang
tahun.
5. Budaya itu bersifat menyeluruh, satu elemen budaya dapat mempengaruhi
elemen-elemen budaya yang lain. Misalnya lingkungan sosial akan dapat
memepengaruhi prilaku seseorang yang tinggal dilingkungan tersebut.
6. Budaya itu etnosentris, adanya anggapan bahwa buadaya kitalah yang paling
baik diantara budaya-buadaya yang lain. Suku badui akan merasa budaya Badui
yang benar, apabila melihat perilaku budaya dari suku lain dianggap aneh, hal ini
terjadi pada kelompok suku yang lain.
Meskipun tiap kelompok memiliki pola yang dapat dilihat yang membantu
membedakannya dengan kelompok lain, sebagian besar individu juga
mengungkapkan keyakinan atau sifat yang tidak sesuai dengan norma kelompok.
Seseorang bisa sangat tradisional dalam satu aspek dan sangat modern dalam aspek
lain. Ketika orang sakit, mereka kadang menjadi lebih tradisional dalam harapan
mereka dan pemikiran mereka. Juga ada variasi signifikan dengan dan antara
kelompok. Pengetahuan tentang kelompok juga bernilai ketika memberikan
sekumpulan harapan realistik. Tetapi, hanya belajar tentang individu atau keluarga
yang dihadapi sehingga tenaga medis dapat memahami dalam hal apa pola
kelompok bermakna (Leininger 2000).
C. Perilaku Budaya Kesehatan
Adat kebiasaan yang dikembangkan di suatu negara atau daerah, suku atau
sekelompok masyarakat merupakan praktek hidup budaya, Amerika, Australia, dan
negara lainnya termasuk Indonesia merupakan sebuah negara mempunyai berbagai
suku dan daerah dimana tiap suku atau daerah tersebut mempunyai adat kebiasaan
yang berbeda-beda dalam menangani masalah kesehatannya di masyarakat. Ada
perilaku manusia, cara interaksi yang dipengaruhi kesehatan dan penyakit yang
terkait dengan budaya, diantaranya adalah perilaku keluarga dalam menghadapi
kematian, menurut Crist (1961) yang ditulis oleh Koentjaraningrat (1990), dari
hasil studi komaratifnya. Menyimpulkan bahwa ada perbedaan sikap manusia
dengan berbagai kebudayaan yang berbeda-beda dalam menghadapi maut.
Menurut Bendel (2003) di Indonesia terdapat pruralisme system pengobatan
di mana berbagai cara penyembuhan yang berbeda-beda hadir berdampingan
termasuk humoral medicine dan elemen magis. Indonesia merupakan negara yang
terdiri dari berbagai suku bangsa dimana tiap suku atau kelompok masyarakat
tersebut akan mempunyai norma, perilaku, adat istiadat yang berbeda-beda
termasuk dalam mencari penyembuhan yang terkait dengan perilaku budaya.
7
Menurut Bendel (2003) dalam masyarakat Indonesia terdapat kepercayaan
tradisional pada hal-hal gaib.
8
5. Culture adalah berkenaan dengan mempelajari, membagi dan transmisi nilai,
kepercayaan norma dan praktek kehidupan dari sebuah kelompok yang dapat
terjadi tuntunan dalam berfikir, mengambil keputusan, bertindak dan berbahasa.
6.Cultural care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang mana membimbing, mendukung atau
memberi kesempatan individu lain atau kelompok untuk mempertahankan
kesehatan, meningkatkan kondisi kehidupan atau kematian serta keterbatasan.
7. Nilai kultur berkenaan dengan keputusan/kelayakan yang lebih tinggi atau jalan
yang diinginkan untuk bertindak atau segala sesuatu yang diketahui yang mana
biasanya bertahan dengan kultur pada periode tertentu.
8. Perbedaan kultur dalam keperawatan adalahvariasidari pengertian pola, nilai
atau simbol dari perawatan,kesehatan atau untuk meningkatkan kondisi manusia,
jalan kehidupan atau untuk kematian.
9.Culture care universality berkenaan dengan hal umum, merupakan bentuk dari
pemahaman terhadap pola, nilai atau simbol dari perawatanyang mana kiltur
mempengaruhi kesehatan atau memperbaiki kondisi manusia.
10. Etnosentris adalah kepercayaan yang mana satu ide yang dimiliki, kepercayaan
dan prakteknya lebih tinggi untuk kultur yang lain.
11. Cultural imposition berkenaan dengan kecendrungantenaga kesehatan untuk
memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas kultur lain karena mereka
percaya bahwa ide mereka lebih tinggi dari pada kelompok lain.
9
mampu berjalan, berfikir, dan dapat menjalankan aktifitas sehari-hari tanpa ada
hambatan atau kendala.
10
1.Pengkajian
a. Faktor teknologi
Dari kasus diatas, faktor teknologinya yaitu Ny W di anjurkan untuk kuratase.
Alasannya yaitu karna merupakan salah satu pilihan Ny W dalam memecahkan
masalah kesehatannya. Ny.W pergi ke dukun menggunakan motor, berkomunikasi
menggunakan bahasa Indonesia, tidak mengenal alat-alat teknologi
kesehatan,mempunyai pantangan menolak dilakukan transfuse, menolak
tindakan kuretase karena bertentangan dengan keyakinannya dan mengatakan hal
tersebut berdosa. Ny W tidak pernah memeriksakan kesehatan dan perkembangan
kehamilannya di pelayanan kesehatan. Dan ini merupakan kehamilan pertama dari
Ny W dan umur kehamilannya 12 minggu.
b. Faktor sosial dan ketertarikan keluarga
Dari kasus diatas,klien yang bernama Ny W,berumur 30 tahun, tipe keluarganya
hubungan kekerabatan yang lebih dominan pihak laki-laki, hubungan Ny. W
dengan kepala keluarga adalah suami istri, pola pengambilan keputusan di pihak
laki-laki, Ny W mendapat informasi tentang kehamilan dari mertua.
c. Faktor agama dan falsafah hidup
Adapun agama yang dianut Ny W adalah islam, status pernikahannya resmi, cara
pandang Ny W terhadap penyakit yaitu di sebabkan oleh sihir dan hal-hal gaib, Ny
W percaya bahwa abortus yang dideritanya itu akibat ibunya melanggar pantangan
dalam menyediakan sesaji, dan Ny W berobat rencananya ke dukun.
d. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup
Pantangan Ny W yaitu memakan makanan jantung pisang,gurita dan air kelapa
sedangkan suaminya pantang memanjat pohon kelapa atau pohon yang tinggi,
alasannya yaitu jika memakan jantung pisang dapat membahayakan tinggi
kehamilannya, dan jika memakan gurita mungkin dapat menggugurkan
kehamilannya karna gurita itu licin, sedangkan air kelapa memang kehamilan usia
muda tidak di perbolehkan meminum air kelapa. Dan pada suami di larang
memanjat pohon yang tinggi karena takut kehamilannya gugur karna di ibaratkan
jatuh dari pohon.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku
Aturan dan kebijakan disana diatur oleh pemuka agama dan para santri. Alasannya
karena di sana memang budayanya seperti itu, agamanya kental sehingga aturan
dan kebijakan di atur oleh pemuka agama dan para santri.
f. Faktor ekonomi
Pekerjaan Ny W adalah petani,serta ada tabungan yang sudah dipersiapkan oleh
keluarga untuk persalinan ini. Karena ada tabungan yang telah di persiapkan oleh
keluarga sehingga Ny W sudah agak lega dan senang untuk persiapan
kelahirannya.
11
g. Faktor pendidikan
Tingkat pendidikan Ny W adalah SMP. Dan karena tingkat SMP itu di negara kita
di bawah rata-rata pendidikan yang seharusnya jadi pandangan Ny W terhadap
kesehatan pun tidak sama dengan orang yang berpendidikan tinggi sehingga dia
cendrung lebih memilih berobat ke dukun dari pada ke medis.
2. Analisa data dan diagnosis keperawatannya
a. Analisa data
1) Data subyektif
a) Keluarga mengatakan Ny W sejak 3 hari lalu mengalami pendarahan dan perut
mulas-mulas.
b) Keluarga mengatakan bahwa Ny W di diagnosis medis abortus.
c) Keluarga mengatakan Ny W di bawa ke dukun dulu.
d) Keluarga mengatakan bahwa Ny W akan di rencanakan melahirkan di sana.
2) Data obyektif
a) Hasil pemeriksaan medis,Ny W di diagnosis abortus.
b. Diagnosa keperawatan
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif(vaskuler berlebih)
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera (injury biologis)
3) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
4) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
c. Diagnosa transkultural
1) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,
2) Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
3) Ketidak patuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.
3. Rencana keperawatan
a. Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antara perawat dan Ny W tersebut
a) Perbedaan konsep perawat dan Ny W terletak pada kepercayaan Ny W yang
masih percaya pada sihir dan hal-hal gaib.
b) Perawat harus tenang dan tidak terburu-buru berinteraksi dengan Ny W.Perawat
bisa perlahan-lahan untuk berkomunikasi dengan Ny W.
c) Lalu perawat bisa mendiskusikan perbedaan budaya yang dimilikinya dengan
Ny W yang masih percaya kepada dukun serta sihir dan hal-hal gaib.
12
b.Cultural care accomodation/negotiation
1) Perawat bisa menggunakan bahasa yang mudah di pahami oleh Ny W seperti
bahasa sehari-harinya.
2) Kemudian dalam perencanaan perawatan perawat bisa melibatkan keluarga Ny
W seperti suami,ibunya atau mertua Ny W.
3) Jika konflik tidak terselesaikan,lakukanlah negosiasi dengan Ny W berdasarkan
pengetahuan biomedis perawat tersebut.
Kesimpulan kasus
a. Mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatannya,dari kasus di atas
yang bisa di pertahankan adalah aturan dan kebijakan diatur oleh pemuka agama
dan para santri.
b. Membentuk budaya baru yang sesuai dengan kesehatan,dari kasus di atas
pantangan makanan jantung pisang,gurita dan air kelapa bisa di ganti dengan yang
lain,mungkin bisa dengan sayur yang lain dan juga air kelapa bisa di ganti dengan
air biasa.
c. Mengganti budaya yang tidak sesuai dengan kesehatan dengan budaya yang
baru.Dari kasus di atas mungkin budaya berobat ke dukun bisa di ganti dengan
berobat ke medis/dokter.
13
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Budaya bisa diartikan dari berbagai sudut pandang. Berdasarkan
wujudnya misalnya, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama
yaitu kebudayaan material dan nonmaterial. Strategi yang digunakan dalam
melaksanakan aplikasi keperawatan transkultural dalam adalah: Strategi I,
Perlindungan/mempertahankan budaya, Strategi II, Mengakomodasi/negoasiasi
budaya, Strategi III, Mengubah/mengganti budaya klien.
B. Saran
Untuk seluruh teman-teman perawat, semoga dengan adanya informasi dari
makalah ini, kita menjadi lebih mampu melakukan pengkajian keperawatan
transkultural dengan cara yang benar. Perlu diperhatikan agar mempelajari lebih
dalam tentang ‘komunikasi’ agar kita lebih baik dalam berinteraksi dengan pasien,
keluarga maupun masyarakat yang menjadi sasaran pengkajian kita.
14
DAFTAR PUSTAKA
15