Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan sangat berkaitan dengan tidak pasti dan tidak berdaya,

keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Kecemasan berbeda

dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap suatu

yang berbahaya (Stuart & Sundeen, 1998).

Perbedaan rasa takut dan kecemasan, ketakutan adalah merasa

gentar atau rasa tidak berani terhadap suatu obyek yang konkrit, misalnya :

takut akan harimau, polisi (Kartini Kartono, 1989).

Kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai

dengan istilah-istilah seperti kekhawatiran, kepribadian dan rasa takut yang

kadang-kadang kita alami dalam tingkat yang berbeda-beda (Alkinson,

1999).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan

a. Faktor predisposisi

1. Teori psikoanalitik

Menurut Freud struktur kepribadian terdiri dari 3 elemen yaitu Id,

Ego, dan Super ego. Id melambangkan dorongan insting dan impuls

primitif, super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan

dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang, sedangkan ego

digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari Id dan super ego.

6
7

Ansietas merupakan konflik emosional antara id dan super ego yang

berfungsi untuk memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang

perlu diatasi ( Stuart & Sundeen, 1998 ).

2. Teori Interpersonal

Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal

ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan,

seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang

menjadi tidak berdaya individu yang mempunyai harga diri rendah

biasanya sangat mudah untuk mengalami ansietas yang berat ( Stuart

& Sundeen, 1998 ).

3. Teori Perilaku

Ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang

mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Para ahli perilaku menganggap ansietas merupakan

sesuatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan untuk

menghindarkan rasa sakit. Teori ini menyakini bahwa manusia yang

pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut yang

berlebihan akan menunjukkan kemungkinan ansietas yang berat

pada kehidupan masa dewasanya ( Smeltzer & Bare, 2001 ).

b. Faktor Presipitasi

Kecemasan adalah keadaan yang tidak dapat dielakkan pada kehidupan

manusia dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman ansietas

seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan hubungan

interpersonal. Ada 2 faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien pre

operasi :
8

1. Faktor eksternal :

a. Ancaman integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis

atau gangguan terhadap kebutuhan dasar (penyakit, trauma

fisik, pembedahan yang akan dilakukan).

b. Ancaman sistem diri antara lain : ancaman terhadap identitas

diri, harga diri, dan hubungan interpersonal, kehilangan serta

perubahan status/peran ( Stuart & Sundeen, 1998 ).

2. Faktor Internal :

Menurut Stuart & Sundeen (1998) kemampuan individu

dalam merespon terhadap penyebab kecemasan ditentukan oleh :

a. Potensi Stressor.

Stressor psikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa

yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang

sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi (Smeltzer &

Bare, 2001 ).

b. Maturitas

Individu yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar

mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu yang

matur mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap

kecemasan ( Hambly, 1995 ).

c. Pendidikan dan status ekonomi.

Tingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada

seseorang akan menycbabkan orang tersebut mudah mengalami


9

kecemasan. Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan

berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi

tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional dan

menangkap informasi baru termasuk dalam menguraikan

masalah yang baru ( Stuart & Sundeen, 1998 ).

d. Keadaan fisik

Seseorang yang mengalami gangguan fisik seperti cidera,

operasi akan mudah mengalami kelelahan fisik sehingga lebih

mudah mengalami kecemasan, di samping itu orang yang

mengalami kelelahan fisik lebih mudah mengalami kecemasan

( Oswari, 1989 ).

e. Tipe Kepribadian.

Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami

gangguan akibat kecemasan daripada orang dengan kepribadian

B. Adapun ciri-ciri orang dengan kepribadian A adalah tidak

sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba sempurna, merasa

diburu-buru waktu, mudah gelisah, tidak dapat tenang, mudah

tersinggung, otot-otot mudah tegang. Sedangkan orang dengan

tipe kepribadian B mempunyai ciri-ciri yang berlawanan

dengan tipe kepribadian A. Karena tipe kepribadian B adalah

orang yang penyabar, tenang, teliti, dan rutinitas ( Stuart &

Sundeen, 1998 ).
10

f. Lingkungan dan situasi

Seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata lebih

mudah mengalami kecemasan dibanding bila dia berada di

lingkungan yang bisa dia tempati (Hambly, 1995 ).

g. Umur

Seseorang yang mempunyai umur lebih muda ternyata lebih

mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada

seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga yang berpendapat

sebaliknya ( Varcoralis, 2000 ).

h. Jenis kelamin.

Gangguan panik merupakan suatu gangguan cemas yag ditandai

oleh kecemasan yang spontan dan episodik. Ganguan ini lebih

sering dialami wanita daripada pria (Varcoralis, 2000 ).

3. Menurut Townsend ( 1996 ) konsep kecemasan ada empat poin rentang

kontinum dari kecemasan ringan sampai panik yaitu :

a. Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan

sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan

meningkatkan lahan persepsinya. Manifestasi yang muncul pada

tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat,

kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan

tingkah laku sesuai situasi.

b. Cemas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal

yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang


11

mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu

yang lebih terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu

kelelahan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan

volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun

tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan

terfokus pada rangsangan yang tidak menambah kecemasan, mudah

tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis.

c. Cemas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.

Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan

spesifik dan tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ini untuk

mengurangi ketegangan. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini

adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, insomnia, sering

kencing, diare, palpitasi lahan persepsi menyempit, tidak mampu

belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan

untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya,

bingung, disorientasi.

d. Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian

terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali,

orang yang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan

pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan

panik terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan

untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpangkan

kehilangan pikiran yang rasional. Tanda dan gejala yang terjadi pada

keadaan ini adalah susah bernafas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat,


12

diaphorosis, pembicaraan inkoheren, hiperaktif, tidak mampu berespon

terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami

halusinasi dan delusi ( Harold, 1998 ).

4. Manifestasi cemas

Menurut Stuart & Sundeen, (1998) manifestasi cemas dapat

meliputi respon fisiologi, kognitif, tingkah laku dan afektif.

a. Respon Fisiologi.

Respon fisiologis terhadap stressor merupakan mekanisme

protektif dan adaptif untuk memelihara keseimbangan homeostatis

dalam tubuh. Karena mengakibatkan peningkatan fungsi sistem organ

vital secara umum. Seperti pada sistem di bawah ini ( Stuart &

Sundeen, 1998 ):

1. Sistem kardiovaskuler

Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah dan denyut nadi

menurun, pingsan

2. Sistem pernapasan.

Napas cepat, pemapasan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa

tercekik dan terengah-engah.

3. Sistem neuromuskuler.

Peningkatan reflek, reaksi kejutan, insomnia, ketakutan, gelisah,

tegang, kelemahan secara umum, gerakan lambat.

4. Sistem gastrointestinal.

Kehilangan nafsu makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, mual,

diare.
13

5. Sistem perkemihan.

Tidak dapat menahan buang air kecil, sering buang air kecil.

6. Sistem integumen.

Rasa terbakar pada muka, berkeringat pada telapak tangan, gatal-

gatal, perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat,

berkeringat seluruh tubuh.

b. Respon kognitif, perilaku dan afektif.

Respon kecemasan pada pasien juga dapat mempengaruhi pada

ssistem kognitif, seperti: gangguan perhatian, konsentrasi hilang,

pelupa, salah tafsir, bloking pada pikiran, lahan persepsi menurun,

kreatifitas menurun, bingung, kesadaran diri yang berlebihan, khawatir

yang berlebihan, objektivitas hilang, takut. Pada sistem perilaku,

seperti: gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara cepat, tidak ada

koordinasi, menarik diri, menghindar, hiperventilasi. Dan sistem afektif,

seperti: tidak sadar, tegang, takut yang berlebihan, gugup yang luar

biasa, sangat gelisah (Smeltzer & Bare, 2001 ).

B. Pre operasi apendiktomi

1. Pengertian

a. Fase pre operasi dimulai ketika keputusan untuk menjalani operasi

dibuat dan berakhir ketika pasien dipindahkan kemeja operasi (Smeltzer

& Bare, 2001 ).

b. Apendiktomi adalah pengangkatan apendiks. Tindakan ini termasuk tipe

bedah kuratif dimana mengangkat bagian yang sakit ( Long, 1996 ).

Gambaran klinis apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang
14

didasari oleh radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda

setempat, disertai maupun tidak disertai rangsang peritoneum lokal.

Gejala klasik apendicitis adalah nyeri samar-samar dan tumpul yang

merupakan nyeri viseral epigastrium disekitar umbilikus. Keluhan ini

sering disertai mual kadang-kadang ada muntah ( R Sjamsuhidajat,

1997 ).

2. Klasifikasi Bedah

Menurut Long (1996), tindakan pembedahan dapat diklasifikasikan dalam

beberapa cara.

a. Menurut lokasinya tindakan pembedahan dapat dilaksanakan eksteral

/internal, selain itu juga dapat diklasifikasi sesuai dengan lokasi sistem

tubuh seperti bedah cardiovaskuler, thorak.

b. Menurut luas jangkauannya, tindakan pembedahan dapat

diklasifikasikan sebagai bedah minor (kecil)/ mayor (besar).

c. Menurut tujuannya, tindakan pembedahan dapat diklasifikasikan

sebagai bedah dignostik, kuratif, restoratif, paliatif serta kosmetik

c. Menurut prosedur pembedahan, kebanyakan prosedur bedah

diklasifikasikan dengan memberi kata-kata akhiran pada lokasi

pembedahan sesuai dengan tipe-tipe pembedahan antara lain: ektomi

(pengangkatan organ), rhapy (penjahitan), ostomi (membuat lobang),

plasti (perbaikan menurut bedah plastik).

3. Persiapan yang baik selama periode pre operasi menurunkan risiko operasi

dan meningkatkan pemulihan pasca bedah. Tujuan tindakan keperawatan

pre operasi menurut Luckman and Sorensen (1993) dimaksudkan untuk


15

kebaikan bagi pasien dan keluarganya yang meliputi :

a. Menunjukan rasa takut dan cemasnya hilang atau berkurang (baik

ungkapan secara verbal maupun ekspresi muka)

b. Dapat menjelaskan dan mendemonstrasikan mobilisasi yang akan

dijalankan setelah operasi ( latihan nafas dan batuk ).

c. Terpelihara keseimbangan cairan, elektrolit dan nutrisi.

d. Tidak terjadi aspirasi karena vomitus selama pasien dalam pengaruh

anestesi

e. Tidak ada atau berkurangnya kemungkinan terjadinya infeksi setelah

operasi.

f. Mendapatkan istirahat yang cukup.

g. Menjelaskan pengertian tentang prosadur operasi yang akan dijalankan

termasuk jadwal operasi dan menandatangani persetujuan operasi

h. Kondisi fisiknya dapat dideteksi selama operasi berlangsung.

4. Faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien pre operasi yang didapatkan

di RS. Menurut Long (1996), pasien pre oprasi mengalami kecemasan

karena mereka sering berfikir, seperti:

a. Takut nyeri setelah pembedahan.

b. Takut keganasan.

c. Takut menghadapi ruangan operasi.

d. Takut operasi gagal.


16

C. Kerangka Teori

Dari uraian di atas dapat dibuat kerangka teori sebagai berikut :

Faktor Eksternal :
- Ancaman terhadap integritas diri,
meliputi : ketidakmampuan
fisiologi atau gangguan terhadap
kebutuhan dasar (penyakit, trauma
fisik, pembedahan yang akan
dilakukan)
- Ancaman terhadap konsep diri
antara lain : ancaman terhadap
identitas diri, harga diri, hubungan
interpersonal, kehilangan serta
perubahan peran Tingkat Kecemasan
1. Tidak cemas
2. Ringan
3. Sedang
4. Berat
Faktor Internal:
- Usia
- Jenis kelamin
- Pekerjaan
- Pendidikan
- Sosial ekonomi
- Potensi stressor
- Maturitas
- Keadaan fisik
- Tipe Kepribadian

Gambar 1 : Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien pre-operasi

(Stuart & Sundeen, 1998)

D. Kerangka Konsep

Sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan penulis dalam penelitian

ini dijelaskan pada faktor faktor kecemasan yang meliputi : usia, jenis
17

kelamin, pekerjaan, pendidikan, sosial ekonomi agar dapat memahami lebih

mendalam:

Variabel Independen Variabel Dependen

- Usia Tingkat Kecemasan


- Jenis kelamin 1. Tidak cemas
- Pekerjaan 2. Ringan
- Pendidikan 3. Sedang
- Sosial ekonomi 4. Berat

Gambar 2 : Kerangka Konsep Penelitian

E. Hipotesa Penelitian

1. Ada hubungan antara usia dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi

apendiktomi.

2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kecemasan pasien

pre operasi apendiktomi.

3. Ada hubungan antara pekerjaan dengan tingkat kecemasan operasi pre

operasi apendiktomi.

4. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kecemasan

pasien pre operasi apendiktomi.

5. Ada hubungan antara tingkat sosial ekonomi dengan tingkat kecemasan

pasien pre operasi apendiktomi.

Anda mungkin juga menyukai