Anda di halaman 1dari 7

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX

Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009

ANALISA TEKNIS PERANCANGAN FLOATING RECHARGE


UNTUK KAPAL NELAYAN DI DAERAH CILACAP
Muhammad Musta’in, Sardono Sarwito, dan Alam Baheramsyah
Pascasarjana Teknologi Kelautan-ITS
Email: mustain@na.its.ac.id

ABSTRAK
Ketergantungan nelayan akan penggunaan bahan bakar fosil masih belum bisa
dikurangi hingga saat ini. Dengan semaikin naiknya harga bahan bakar minyak, maka
nelayan mengalami kesulitan dalam melakukan aktifitas melautnya. Masalah tersebut
bisa teratasi jika para nelayan itu beralih menggunakan mesin penggerak kapal mereka
(prime over) dari motor bakar yang menggunakan harga bahan bakar minyak dengan
motor listrik yang tidak memerlukan harga bahan bakar minyak.
Penelitian yang dilakukan didaerah Cilacap kali ini, dikhususkan kapal jenis
jukung. Dengan menghitung ulang kebutuhan daya motor pengerak secara matematis,
didapatkan kebutuhan kapal yang baru. Penggerak yang digunakan adalah motor listrik
DC, sedangkan supply daya motor didapatkan dari battery. Dengan melakukan
perhitungan perhitungan secara matematis, dengan parameter jarak yang harus ditempuh
serta kecepatan servise kapal, didapatkan kebutuhan daya battery.
Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa daya motor listrik yang dibutuhkan
kapal adalah 5 HP pada kecepatan maksimum 8 knot. dengan kebutuhan battery adalah
1 unit battery untuk menuju ke fishing ground sejauh 12 mil. Sedangkan untuk floating
recharge didapatkan desain dengan panjang 20 m, lebar 3,5 meter dan tinggi 2 meter.
Kata Kunci: propulsi listrik, motor DC,charging, floating recharge

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dengan semakin mahalnya harga harga bahan bakar minyak, serta ketersediaan
dari bahan bakar fosil yang semakin berkurang, membuat masayarakat di Indonesia
menjadi kesulitan. Ini terjadi karena masyarakat di Indonesia sebagian besar
menggantungan mata pencahariannya dengan tidak terlepas dari bahan bakar minyak.
Hal ini juga dialami oleh sebagian besar para nelayan di Indonesia pada umumnya dan
di kawasan Cilacap pada khususnya, sehingga mereka harus berkerja keras bagaimana
caranya agar tetap bisa melakukan aktifitasnya.
Melihat hal tersebut perlu dilakukan suatu terobosan untu mencarikan solusi
bagi para nelayan agar mereka bisa terlepas dari masalah tersebut, dan bisa terlepas dari
keterantungan terhadap bahan bakar fosil. Salah satu alernatif solusi bagi para nelayan
agar terlepas dari ketergantungan terhadap bahan bakar fosil adalah dengan mengganti
motor penggerak kapal mereka, yang awalnya motor bakar (diesel) diganti dengan motor
listrik.
Motor listrik disini bisa berupa motor DC, yang disupply energi dari battery.
Namun disini juga akan timbul permasalahan, yaitu sumber energi yang berasal dari
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009

battery sangat terbatas kapasitasnya, sehingga sangat tidak mungkin kapal mengangkut
battery yang banyak untuk memenuhi kebutuhannya.
Dari sini muncul 2 pemikiran, pertama di dalam kapal tersebut didesain sebuah
sistem pengisian ulang untuk battery secara kontinu katika kapal berjalan, hal ini bisa
dilakukan dengan cara menghubungan (couple) sebuah alternator dengan motor
penggeraknya (motor DC), sehingga alternator tesebut bisa berfungsi sebagai pengisi
secara kontinu dikapal, jadi masing-masing kapal bisa melakukan aktifitas recharging
batteray meraka secara mandiri. Namun dengan mengcouple motor listrik dengan
altenator muncul masalah baru, yaitu daya dari motor untuk menggerakkan kapal akan
berkurang, karena terbagi dengan penggunaan alternator tersebut.
Kedua adalah dengan mendisain sebuah recharging apung, recharging ini bisa
berupa kapal yang bisa bergerak (movable) maupun sebuah sistem yang permanen, yaitu
sebuah stasiun apung tersebut disupply tenaganya dari renewable energy, yaitu dengan
menggunakan energi dari wind turbine. Dengan menggunakan sistem ini (floating
recharg), para nelayan tidak perlu lagi hawatir akan kehabisan supply tenaga untuk
battery, karena floating recharge dipasang lokasi lokasi tertentu yang telah ditentukan,
sehingga mereka tinggal menukarkan battery mereka dengan battery yang telah terisi
penuh pada floating recharge.
Kapal Ikan Tradisional di Indonesia
Sampai saat ini armada kapal perikanan nasional masih didominasi oleh jenis
perahu dan kapal perikanan tradisional. Disebut tradisional karena dalam pembuatannya
masih sangat tredisional dan pada umumnya berbahan dasar kayu. Umumnya kapal
perikanan tradisional atau kapal ikan tradisional memiliki ukuran kurang dari 30 GT,
sehingga dalam pebangunannya pun dilakukan di galangan-galangan yang sifatnya
sangat tradisional tanpa melalui tahapan-tahapan yang seharusnya dalam pembangunan
sebuah kapal.
Dalam melakukan pembangunan kapal ini, para nelayan atau galangan tradisonal
didasarkan atas pengalaman yang didapatkan secara turun temurun, sehingga hampir
dipastikan tidak ada blue print tentang detail desain yang dibuat oleh mereka.
Propulsi Elektrik Kapal Nelayan
Bebarapa penelitaian tentang propulsi elektrik yang telah dilakukan,
menunjukkan bahwa penggunaan motor listrik untuk penggerak utama (prime over)
kapal nelayan tradisional lebih menguntungkan secara ekonomis. Seperti halnya yang
dilakukan oleh Endro Irawan di Institut teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, pada
tahun 2007 dia melakukan penelitian tentang penggunaan motor listrik DC sebagai
alternatif penggerak kapal ikan. Dalam penelitiannya dia menggunakan motor DC
sebagai motor penggerak utama dikapal, dengan menggunakan battery sebagai sumber
energinya. Karena sumber energi yang ada di battery terbatas, maka dia mendisain
sistem pengisian ulang battery dengan menggunakan energi matahari melalui teknologi
sel surya. Namun penggunaan sel surya ternyata masih kurang maksimal, karena
efiensinya yang rendah.
Prasetya pada tahun 2007 juga, melakukan penelitian tentang perancangan kincir
angin sebagai pengisi battery pada kapal ikan 5GT berpengerak motor DC. Pada
dasarnya yang dilakukan oleh Prasetya dan Irawan adalah sama, yaitu penggunaan motor
DC sebagai penggerak utama kapal nelayan. Namun yang membedakan adalah sistem
pengisian ulang battery yang digunakan. Irawan mendiasain kincir angin (wind turbine)

ISBN : 978-979-99735-7-3
A-21-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009

sebagai sumber energi untuk mengisi ulang batterynya. Namun penelitian ini ternyata
juga mengalami masalah pada aplikasi pemasangan wind turbine dikapal. Karena
dimensi kapal yang relatif kecil, maka stabilitas dari kapal juga akan terganggu.
Pada tahun ini (2008), Suji Kuswahyudi, seorang alumni Institut Teknologi
Nasional Malang, melakukan penelitian yang sama Dia mendisain sistem propulsi
elektrik untuk kapal nelayan yang dia berinama RMI (Recharge Motor Indonesia). Dia
mendisain pemakaian motor listrik sebagai penggerak kapal ikan dengan battery sebagai
sumber energinya. Namun dia tidak memikirkan bagaimana sistem chargingnya,
sehingga masih menyisakan masalah yang baru yaitu tentang pengisian ulang battery.
Ketiga penelitian itu merupak sebagian kecil dari banyak sekali penelitian yang
dilakukan terkait masalah propulsi untyk kapal nelayan. Dari tiga penelitian itu bisa
disimpulkan bahwa masalah yang dihadapi untuk sistem propulsi elektrik adalah
bagaimana melakukan pengisian ulang battery yang digunakan atau sisten chargingnya.

METODOLOGI PENELITIAN
Studi Literatur
Dalam tahap awal ini, hal yang dilakukan adalah pencarian literatur-literatur
yang berhubungan dengan ide atau permasalahan yang diangkat. Literatur yang dipakai
dapat berupa buku-buku, artikel-artikel, maupun penelitian-penelitian pihak lain, yang
nantinya bisa menyimpulkan hal-hal yang dapat dipakai dalam melaksanakan penelitian.
Pengumpulan Data
Setelah dikumpulkan literatur yang menunjang, tahap selanjutnya adalah
melakukan pengumpulan data terkait dengan permasalahan yang diangkat. Data yang
dimaksud adalah data kapal yang ada di derah Cilacap yang nantinya dijadikan sebagai
objek penelitian, data tersebut meliputi: data kapal secara umum, Type Kapal yang akan
diajdikan objek penelitian, Jumlah armada yang akan di teliti, rute kapal, Data kondisi
perairan didaerah Cilacap, yang meliputi: Data angin di wilayah perairan Cilacap, Data
potensi ikan diperairan Cilacap.
Mendisain Sistem Propulsi Elektrik
Mengkonversi Daya Motor Diesel ke Motor Listrik
 Daya motor diesel yang sudah ada di kapal-kapal para nelayan (one day fissing
vessel) langsung dikonversikan ke motor listrik
 Kebutuhan battery setiap kapal jenis one day fissing vessel untuk sistem propulsi
elektrik tersebut.
Menghitung Ulang Kebutuhan Daya Motor Penggerak Kapal Nelayan
 Dengan menggunkan metode perhitungan tahanan guldamar harvard, didapatkan
daya motor yang baru, dengan parameter kecepatan kapal maksimum yang
digunakan adaah sama.
 Kemudian dari hasil yang didapatkan dibandingkan dengan perhitungan yang
langsung dikonversi. Berapa kebutuhan battery yang dibutuhakan untuk memenuhi
kapasitas tersebut.

ISBN : 978-979-99735-7-3
A-21-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009

Menghitung Kebutuhan Jumlah Keseluruhan Battery serta Daya untuk Charging


Setelah kebutuhan battery dari kapal one day fishing telah diketahui, maka
selanjutnya keseluruhan battery tersebut ditotal, sehingga didapatkan jumlah yang akan
di supply oleh floating recharge untuk dilakukan charging.
Mendisain Sistem Charging
Dari data jumlah battery yang dibutuhkan untuk kebutuhan seluruh nelayan di
wilayah Kemiren, maka selanjutnya adalah memilih sistem charging yang sesuai untuk
merecharge battery tersebut. Dalam sistem charging ini dipilih charging battery yang
ada dilapangan, kemudian diaplikasikan di atas floating recharge ini.
Mendisain Self Propelled Barge sebagai Floating Recharge
Penentuan dimensi dari Self Propelled Barge
Dari data imensi wind turbine yang akan dipasang, selanjutnya ditentukan
dimensi dari Self Propelled Barge yang akan digunakan sebagai floating racharge.
Menghitung Stabilitas Self Propelled Barge
Setelah penempatan wind turbine dilakukan, selanjutnya adalah dilakukan
perhitungan terhadap stabilitas dari Self Propelled Barge ini. Selain perhitungan
stabilitas ini juga perlu ditentukan sistem penambatan yang sesuai yaitu dengan melepas
jangkar, sehingga perlu ditentukan jumlah serta berat jangkar yang sesuai dengan
dimensi serta stabilitas dari Self Propelled Barge.

HASIL DAN DISKUSI


Data dari TPI Kemiren Cilacap
Cilacap, maka diperoleh data-data awal sebagai berikut: Lokasi Cilacap Selatan
TPI Kemiren; Jumlah Nelayan 60 Nelayan; Jenis Perahu Jukung Fiber; Data utama
perahu:Panjang : 9 m, Lebar: 0,8 m, Tinggi : 0,7 m, Daya mesin15 Hp, marine petrol
engine (jenis mesin tempel), Kecepatan perahu 8 Kts; Jarak ke fishing ground: 12 mil
laut
Perhitungan Tahanan
Melihat kebutuhan daya yang terlalu besar, maka dilakukan perhitungan ulang
terhadap kebutuhan daya motor. Dengan pertimbangan bahwa perahu dengan ukuran
yang relatif kecil tidak memerlukan daya sampai 15 HP.
Perhitungan Tahanan Jukung
Dalam perhitungan tahanan kapal jenis jukung ini digunakan software pembantu
yaitu dengan memakai software hullspeed.
Pemodelan dengan Software Maxsurf

Gambar 1. Pemodelan Kapal Jukung dengan Software Maxsurf

ISBN : 978-979-99735-7-3
A-21-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009

Gambar 2 menunjukkan bahwa antara metode hullspeed dan metode Fung keduanya
memilki kelemahan. Pada metode hullspeed menunjukkan tahanan terbaca atau timbul
mulai kecepatan 0,6 knot dan mulai mengalami penurunan tahanan pada kecepatan 7
knot. Sedangkan pada metode Fung, tahanan mulai terbaca pada kecepatan 2,4 knot,
namun selanjutnya tahanan mengalami kenaikan tanpa adanya penurunan.
Untuk lebih jelasnya bias dilihat pada grafik hubungan antara kecepatan dengan
tahanan, serta grafik hubungan antara kecepatan dengan power.
0,4 4,5

0,35 4
3,5
Tahanan (KN)

0,3
3

Power (Hp)
0,25
Holtrop 2,5 Holtrop
0,2
Fung 2 Fung
0,15 1,5
0,1 1
0,05 0,5
0 0
0
0,6
1,2
1,8

2,4
3
3,6
4,2
4,8

5,4
6
6,6
7,2
7,8

8
8

2
0,

1,

2,

3,

4,

5,

6,

7,
Kecepatan (Knot) Kecepatan (Knot)

Gambar 2. Grafik Hubungan antara Kecepatan Kapal dengan Tahanan Total & Grafik
Hubungan antara Kecepatan Kapal dengan kebutuhan Power

Dapat disimpulkan bahwa metode yang sesuai untuk mengkalkulasi tahanan diantara
kedua metode tersebut adalah metode Fung, karena metode ini masih terlihat
peningkatan nilai tahanan sampai kecepatan maksimal.
Pemilihan Motor Listrik
Dari daya 4,16 Hp tersebut, ditambahkan 15% untuk kondisi sea trial, sehingga
didapatkan daya kebutuhan motor yang baru:
P = 4,16 HP x 1,15 = 4,7 HP
Daya sebesar 4,7 HP, belum bisa dijadikan acuan dalam menentukan motor listrik yang
akan digunakan. Hal ini disebabkan motor listrik memiliki effisiensi tertentu yang
besarnya berkisar 95%. Sehingga dalam memilih motor harus dipertimbangkan
effisiensi ini. Maka didapatkan nilai yang baru:
= 4,7 HP / 95% = 4,94 HP ~ 5 HP.
Waktu yang dibutuhkan untuk menuju fishing ground yang berjarak 12 mil adalah
sekitar 1,8 jam. Dengan kebutuhan daya motor sebesar 3,73 Kw atau 3730 watt,
sehingga:
P = 3730 watt x 1,8 jam = 6714 Wh.
Dari daya sebesar 6714 Wh bisa dicari kebutuan kapasitas battery (Ah) :
Ah = 6714 Wh / 24 Volt = 260 Ah
Dari perhitungan tersebut bisa dipilih jenis battery yang akan digunakan sebagai sumber
tenaga untuk menggerakkan motor dc. Battery yang digunakan berdasarkan hitungan
tersebut adalah:Tegangan: 24 Volt; Kapasitas: 260 Ah; Jumlah: 1 buah.

Konfigurasi Sistem Propulsi Elektrik

Gambar 3. Konfigurasi Sistem Propulsi Elektrik

ISBN : 978-979-99735-7-3
A-21-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009

Gambar 4. Konfigurasi Sistem Charging menggunakan Wind Turbine


Disain Floating Recharge
Floating recharge yang didesain mempunyai ukuran panjang 20 meter, lebar 3,5
meter, tinggi 2 meter. Sedang untuk rancangannya bisa dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Rancangan Desain Floating Recharge

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian tentang desain floating recharge di derah Cilacap
didapatkan kesimpulan sebagi berikut:
1. Kebutuhan daya motor listrik untuk kapal nelayan dengan kecepatan 8 knot adalah
5 hp, sehingga daya sebesar 15 hp terlalu besar.
2. Dengan 5 hp dibutuhkan sumber tegangan untuk mensupply sebanyak 1 buah
battery 24 volt.
3. Sedangkan untuk floating recharge didapatkan desain dengan panjang 20 m, lebar
3,5 meter dan tinggi 2 meter.

DAFTAR PUSTAKA
Balai Riset dan Observasi Kelautan (2008), Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan
Wilayah Perairan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Pusat Riset Teknologi
Kelautan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan
Perikanan, Jembrana-Bali.
BPPIP Probolinggo (2006), Jenis Perahu dan Kapal Perikanan Tradisional,
Departemen Kelautan dan Perikanan Jatim, Surabaya.
Harvald, Sv. Aa. (1983), Tahanan dan Propulsi Kapal, Airlangga University Press,
Surabaya.

ISBN : 978-979-99735-7-3
A-21-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009

Irawan, Endro. (2007), Penggunaan Motor Listrik DC Sebagai Alternatif Penggerak


Kapal Ikan, Tugas Akhir, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Prasetya, AI. (2007), Perancangan Kincir Angin Sebagai Pengisi Battery Pada Kapal
Ikan 5GT Berpengerak Motor DC, Tugas Akhir, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya.
Suji, K. (2008), Desain RMI (Recharge Motor Indonesia) untuk kapal nelayan, Radar
Bromo Jawa Pos, Surabaya.

ISBN : 978-979-99735-7-3
A-21-7

Anda mungkin juga menyukai