Inverter
Inverter
LAPORAN PENELITIAN
JUDUL ..................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
DAFTAR SINGKATAN ......................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 PLTS Kayubihi Bangli...................................................................................1
1.1.1 Gambaran Umum ...............................................................................1
1.1.2 Gambaran Khusus ..............................................................................2
1.2 Tujuan ............................................................................................................4
1.3 Ruang Lingkup...............................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).....................................................5
2.2 Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Indonesia ................................6
2.3 Sistem PLTS On-Grid ....................................................................................7
2.4 Komponen Utama PLTS Kayubihi Bangli On-Grid dan Spesifikasinya.......8
2.4.1 Photovoltaic Array .............................................................................8
2.4.1.1 Karakteristik Photovoltaic Array ...........................................12
2.4.1.2 Jenis-Jenis Photovoltaic Array ...............................................13
2.4.2 Inverter 3 Fasa....................................................................................16
2.4.3 Array Protection Panel .......................................................................19
2.4.4 Panel Distribusi ..................................................................................19
2.4.5 Remote Monitoring Sistem ................................................................19
2.4.6 Diagram Blok Sistem PLTS Kayubihi On-Grid ................................20
2.5 Karakteristik Tegangan dan Arus DC ............................................................21
2.6 Karakteristik Tegangan dan Arus AC............................................................21
2.7 Shading/Teduh/Bayangan. .............................................................................22
2.7.1 Jenis Bayangan yang Mempengaruhi Kinerja Panel Surya ..............23
i
2.8 Perhitungan Daya Input dan Daya Output…………………………………. 24
2.9 Spesifikasi Modul Surya yang Terpasang Len 200 Wp – 24 V
Monocrystalline............................................................................................. 25
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengukuran Daya Output DC ........................................................................28
3.1.1 Data Daya DC Hasil Pengukuran Pada Saat Panel Belum Dibersihkan
........................................................................................................................28
3.1.2 Data Daya DC Hasil Pengukuran Pada Saat Panel Sudah Dibersihkan
........................................................................................................................29
3.1.3 Data Daya DC Hasil Pengukuran Pada Saat Cuaca Mendung..............29
3.2 Analisa Losses ...............................................................................................29
3.3 Prosedur Pembersihan Panel Surya................................................................33
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan ........................................................................................................35
4.2 Saran ..............................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................37
LAMPIRAN-LAMPIRAN....................................................................................38
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR SINGKATAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
berkurang ketersediaan bahan bakarnya. Diperlukan teknologi energi terbarukan
(Renewable Energi) seperti photovoltaic (PV) yang memiliki reputasi sebagai
sumber energi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Oleh karena itu
pemanfaatan energi terbarukan berpotensi sebagai sumber alternatif dalam
mereduksi penggunaan bahan bakar fosil sehingga mampu menjaga dan
melindungi lingkungan dari berbagai dampak negatif yang beresiko yang
ditimbulkan akibat penggunaan bahan bakar fosil.
Dengan memanfaatkan energi matahari sebagai sumber utama dalam
pembangkitan, energi listrik memiliki kelebihan dibandingan pembangkit listrik
berbahan bakar fosil seperti penggunaan energi matahari yang tidak akan habis
sehingga dari segi ekonomis akan dapat menghemat biaya operasi penggunaan
bahan bakar. Selain itu output dari proses pembangkitannya tidak akan
menghasilkan limbah yang dapat merugikan lingkungan.
Namun dalam pengoperasiannya tidak jarang juga ditemukan
permasalahan-permasalahan teknis yang terjadi pada pembangkit listrik tenaga
surya oleh karena itu diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui faktor apa saja
yang berpotensi menyebabkan gangguan sehingga dapat dilakukan
penyempurnaan untuk memperoleh kualitas listrik yang diharapkan.
2
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar losses
yang terjadi pada panel ketika panel dalam keadaan tertutup debu dan kotoran
hewan. Serta untuk mengetahui prosedur pembersihan panel surya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PLTS pada dasarnya adalah pencatu daya, dan dapat dirancang untuk
mencatu kebutuhan listrik yang kecil sampai dengan besar, baik secara mandiri,
maupun hibird (dikombinsikan dengan sumber energy lain), baik dengan metode
5
desetralisasi (satu rumah satu pembangkit) maupun dengan metode sentralisasi
(listrik didistribusikan dengan jaringan kabel).
PLTS merupakan bagian dari sumber energi terbarukan, dimana sinar
matahari sebagai sumber energi tidak ada habisnya, selain itu PLTS merupakan
pembangkit listrik yang ramah lingkungan tanpa ada bagian yang berputar, tidak
menimbulkan kebisingan, dan tanpa mengeluarkan gas buang /limbah.
kWh/m 2/hari. Dengan demikian, potensi matahari rata – rata Indonesia yaitu
6
4. Dapat terjangkau seluruh pelosok Indonesia dengan ketersediaan
radiasi surya yang merata sepanjang tahun. Energi matahari sistem
dapat diinstal di lokasi terpencil sehingga lebih praktis dan hemat
biaya.
7
2.4 Komponen Utama PLTS Kayubihi On-Grid dan Spesifikasinya
2.4.1 Photovoltaic Array
Photovoltaic array adalah rangkaian dari beberapa modul photovoltaic,
yang merupakan energi terbarukan (Renewable Energi) yang ramah lingkungan.
Photovoltaic array ini pada siang hari atau ketika terkena cahaya matahari akan
menghasilkan energi listrik dalam bentuk DC yang kemudian disalurkan ke
inverter untuk dikonversikan menjadi dalam bentuk AC. Jumlah photovoltaic
modul yang digunakan pada sistem ini adalah 5000 buah modul dengan kapasitas
200 Wp per modul. Untuk 1 Photovoltaic array terdiri dari 100 buah modul
dengan total kapasitas 20 kWp. Dengan demikian dari 5000 buah modul akan
tersusun 50 Photovoltaic array dengan total kapasitas 1 MWp.
Tipe sel dari photovoltaic modul ini yaitu jenis monocristaline dengan
tegangan nominal 24 V. Temperatur operasi dari photovoltaic ini berkisar antara -
40OC sampai +85OC.
Secara umum struktur sebuah photovoltaic terdiri atas kontak metal atas
(kutub positif), lapisan anti refleksi (ARC), lapisan semikonduktor tipe,
sambungan p-n (p-n junction), lapisan semikonduktor tipe p, dan kontak metal
bawah (kutub positif). Gambar 2.3. memperlihatkan struktur dasar photovoltaic.
8
Sel surya (solar cell) disebut juga divais photovoltaic. Pada prinsipnya
divais sel surya mampu mengubah energi matahari menjadi energi listrik secara
langsung. Energi listrik yang dihasilkan adalah energi listrik arus searah (DC).
Pertimbangan yang penting dalam disain sel suya adalah disain kontak atas.
Parameter kritis yang menentukan besar kehilangan daya akibat kontak atas
adalah tata letak kontak, resistivitas sheet lapisan logam kontak dan lebar kontak
minimum yang diijinkan dengan teknologi yang digunakan. Kontak atas metal
sangat dibutuhkan untuk mengumpulkan arus yang dibawa oleh sel surya. Busbar
adalah bagian yang dihubungkan langsung dengan eksternal sel. Finger adalah
bagian (elemen) yang lebih halus dari busbar yang berfungsi untuk
mengumpulkan arus dan menyalurkannya ke busbar. Elemen kontak atas sel surya
ditunjukan dalam Gambar 2.4. Finger dan busbar selalu mempunyai lebar
konstan, meruncing linear atau lebarnya mempunyai perubahan undak.
9
Gambar 2.4 memperlihatkan sebagian dari model disain kontak atas sel
surya yang berbentuk persegi panjang atau bujur sangkar. Setiap model memiliki
parameter disain finger dan busbar yang berbeda yang nantinya akan berpengaruh
pada output sel surya.
a b c d
a b c d
Gambar 2.5 Model Desain Kontak Atas
(Alphin S. Musila,2012)
Agar kehilangan daya akibat kontak atas sel surya sekecil-kecilnya maka
diusahakan agar disain kontak atas tersebut optimum. Teori untuk
mengoptimalkan disain grid diperkenalkan oleh Serreze (1978). Gambar 2.5.
menunjukkan bentuk dasar sebuah unit sel dengan dimensi A dan B. Kondisi
10
optimum busbar terjadi jika kehilangan daya resistif di dalam busbar sama dengan
kehilangan akibat bayangannya. Kondisi optimum busbar (WB) dinyatakan
dengan persamaan berikut ini.
2.1
Dimana,
A dan B : dimensi unit sel
WB : lebar busbar
ρsmb : resistifitas sheet lapisan logam kontak busbar
Vmp : tegangan nominal lapisan logam
2.2
Dimana,
A dan B : dimensi unit sel
S : jarak antar finger (finger spacing)
WB : lebar busbar
ρsmb : resistifitas sheet lapisan logam kontak busbar
Vmp : tegangan nominal lapisan logam
Gambar 2.6 Dimensi dan Kondisi Aliran Arus dalam Sebuah Unit Sel Surya Persegi
(Serreze, 1978)
11
Disain metalisasi finger lebih kompleks daripada busbar. Kondisi optimum
finger dinyatakan dengan persamaan 2.3.
2.3
Dimana,
A dan B : dimensi unit sel
S : jarak antar finger (finger spacing)
WF : lebar finger
ρsmb : resistifitas sheet lapisan logam kontak busbar
Vmp : tegangan nominal lapisan logam
12
Gambar diatas menunjukkan tipikal kurva I-V. Voltase (V) adalah sumbu
horizontal. Arus (I) adalah sumbu vertikal. Kebanyakan kurva I-V diberikan
dalam Standar Test Conditions (STC) 1000 watt per meter persegi radiasi (atau
disebut satu matahari puncak/ one peak sun hour) dan 25 derajat Celcius / 77
derajat.
13
Keterangan gambar:
1. Batangan kristal silikon murni
2. Irisan kristal silikon yang sangat tipis
3. Sebuah sel surya monocrystalline yang sudah jadi
4. Sebuah panel surya monocrystalline yang berisi susunan sel surya
monocrystalline. Nampak area kosong yang tidak tertutup karena bentuk sel surya
jenis ini.
Kelemahannya, sel surya jenis ini jika disusun membentuk solar modul (panel
surya) akan menyisakan banyak ruangan yang kosong karena sel surya seperti ini
umumnya berbentuk segi enam atau bulat, tergantung dari bentuk batangan kristal
silikonnya
2. Polycrystalline
Jenis ini terbuat dari beberapa batang kristal silikon yang dilebur / dicairkan
kemudian dituangkan dalam cetakan yang berbentuk persegi. Kemurnian kristal
silikonnya tidak semurni pada sel surya monocrystalline, karenanya sel surya
yang dihasilkan tidak identik satu sama lain dan efisiensinya lebih rendah, sekitar
13% - 16%. Tampilannya nampak seperti ada motif pecahan kaca di dalamnya.
Bentuknya yang persegi, jika disusun membentuk panel surya, akan rapat dan
tidak akan ada ruangan kosong yang sia-sia seperti susunan pada panel surya
monocrystalline di atas. Proses pembuatannya lebih mudah dibanding
monocrystalline, karenanya harganya lebih murah. Jenis ini paling banyak
dipakai saat ini.
14
3. Thin Film Solar Cell (TFSC)
Jenis sel surya ini diproduksi dengan cara menambahkan satu atau beberapa
lapisan material sel surya yang tipis ke dalam lapisan dasar. Sel surya jenis ini
sangat tipis karenanya sangat ringan dan fleksibel. Jenis ini dikenal juga dengan
nama TFPV (Thin Film Photovoltaic).
15
3. Copper Indium Gallium Selenide (CIGS) Solar Cells.
Dibandingkan kedua jenis sel surya thin film di atas, CIGS sel surya memiliki
efisiensi paling tinggi yaitu sekitar 10% - 12%. Selalin itu jenis ini tidak
mengandung bahan berbahaya Cadmium seperti pada sel surya CdTe.
Teknologi produksi sel surya thin film ini masih baru, masih banyak
kemungkinan di masa mendatang. Ongkos produksi yang murah serta bentuknya
yang tipis, ringan dan fleksibel sehingga dapat dilekatkan pada berbagai bentuk
permukaan, seperti kaca, dinding gedung dan genteng rumah dan bahkan tidak
menutup kemungkinan kelak dapat dilekatkan pada bahan seperti baju kaos.
16
Setiap photovoltaic array memerlukan grid inverter untuk mengubah ke
bentuk AC sehingga inverter yang digunakan berjumlah 50 unit. Inverter ini akan
memulai proses konversi ketika menerima teganga DC dari PV berkisar 480 – 800
Vdc. Tegangan output dari inverter ini yaitu 400Vac 3 fasa dengan frekuensi 50
Hz. Temperatur operasi dari inverter ini berkisar antara -25OC sampai +60OC.
Pada Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Kayubihi ini menggunakan
inverter 3 fasa jenis Sungrow SG20KTL. Inverter ini akan bekerja ketika
menerima teganga DC dari PV berkisar 480 – 800 Vdc. Tegangan output dari
inverter ini yaitu 400Vac 3 fasa dengan frekuensi 50 Hz. Temperatur operasi dari
inverter ini berkisar antara -25OC sampai +60OC.
Inverter jenis Sungrow SG20KTL merupakan string inverter 3 fasa tanpa
menggunakan transformator. Inverter ini sebagai komponen yang paling penting
di antara PV array dan jaringan PLN. Inverter memiliki fungsi untuk
mengkonversi arus DC yang telah dihasilkan pada PV modul menjadi arus AC
yang tentunya parameter-parameter yang disesuaikan dengan jaringan yang ada.
Inverter jenis ini di desain sesuai dengan standar internasional dan telah
teruji dengan tingkat efisiensi yang tinggi dan juga telah memenuhi syarat-syarat
keselamatan. Sebagai peralatan elektronik selain performa yang optimal,
keselamatan harus diperhatikan pada saat melakukan pemasangan (installation),
commissioning, operasi (operation), dan perawatan (maintenance). Jika tidak
17
demikian maka akan berpotensi mengganggu performa inverter itu sendiri dan
juga dapat mengancam keselamatan pekerja. Untuk meminimalisasi terjadinya
kecelakaan kerja, kerusakan inverter, maupun pencemaran lingkungan, instruksi-
instruksi keselamatan harus dibaca terlebih dahulu dan selalu berpedoman pada
instruksi tersebut saat melakukan pekerjaan pada inverter tersebut.
18
Tabel 2.1 Deskripsi Electrical Connection Diagram
Item Deskripsi
A PV Array
B Solar Info Logger
C PC
D AC Circuit Breaker
E Jaringan
19
jumlah energi yang diproduksi (harian, bulanan, dan tahunan) yang dapat diakses
melalui Ethernet atau Internet.
Parameter yang dapat dimonitoring yaitu AC Voltage, AC Current, DC
Voltage, DC Current, Temperatur, Daily generated kWh, total generated kWh,
fault information of inverter, AC frekuensi, Power factor.
Gardu
Portal
Photovoltaic
Array Panel 50
group
Array 50 (20 kWp)
50 Buah
STRING
INVERTER
MONITORING
SYSTEM ON
SITE (LOCAL)
20
2.5 Karakteristik Tegangan dan Arus DC
Listrik DC (Direct Current) merupakan listrik yang kuat arus maupun
tegangannya tidak berupa fungsi periodik terhadap waktu, dalam artian besar arus
maupun tegangan dari listrik ini merupakan bilangan tetap atau konstan.
Tegangan DC memiliki polaritas yang tetap yakni positif (+), nol (0), dan
negatif (-). Tegangan DC tidak memiliki phase dan arus yang mengalir pun selalu
dari polaritas yang lebih tinggi ke polaritas yang lebih rendah yakni dari positif ke
negatif, dari positif ke nol, atau dari nol ke negatif karena polaritas nol lebih tinggi
dari polaritas negatif.
21
Gambar 2.16 Bentuk Gelombang Tegangan AC 1 Fasa
(elektronika123, 2015)
22
membentuk panel surya 12 Volt, 36 silikon diserikan, hasilnya adalah 0.46 Volt x
36 = 16.56. Shading adalah dimana salah satu atau lebih sel silikon dari panel
surya tertutup dari sinar matahari. Shading akan mengurangi pengeluaran daya
dari panel surya. Beberapa jenis modul panel surya sangat terpengaruh oleh
shading dibandingkan yang lain.
23
dan meninggalkan kotorannya. Hal inilah yang dapat mempengaruhi daya
output dari panel surya tersebut.
Sedangkan untuk besarnya daya solar cell (Pout) yaitu perkalian tegangan
rangkaian terbuka (Voc), Arus hubung singkat (Isc), dan Fill Factor (FF) yang
dihasilkan oleh sel Photovoltaic dapat dihitung dengan rumus :
Pout = Voc × Isc × FF 2.5
Dimana :
Pout : Daya yang dibangkitkan oleh solar cell (Watt),
Voc : Tegangan rangkaian terbuka pada solar cell (Volt)
Isc : Arus hubung singkat pada solar cell (Ampere)
FF : Fill Factor
Efisiensi yang terjadi pada sel surya adalah merupakan perbandingan daya
yang dapat dibangkitkan oleh sel surya dengan energi input yang diperoleh dari
irradiance matahari. Efisiensi yang digunakan adalah efisiensi sesaat pada
pengambilan data. (Muchammad,2010)
24
2.7
Sehingga efisiensi yang dihasilkan:
2.8
Dimana :
ηsesaat : Efisiensi solar cell (%)
Ir : Intensitas radiasi matahari (Watt/m2)
P : Daya output yang dibangkitkan oleh solar cell (Watt)
A : Luas area permukaan module photovoltaic (m2)
25
Certified by B2TE BPPT Based on SNI:04-3850.2-1995
Corrosion Test Report Based on SNI:04-6298-2000
Electrical Characteristics
STC
Optimum Operating Voltage (Vmp) : 37.53 V
Optimum Operating Current (Imp) : 5.35 A
Open – Circuit Voltage (Voc) : 44.2 V
Short – Circuit Current (Isc) : 5.50 A
Maximum Power at STC (Pmax) : 200 W
Modul Efficiency : 15 %
Operating Module Temperature : -40 °C to +85°C
Maximum System Voltage : 1000 V DC
Maximum Series Fuse Rating : 20 A
Power Tolerance : +0–3%
STC : Irradiance 1000 W/m², module temperature 25 °C, AM=1.5;
Power measurement tolerance : ±3 %
Mechanical Characteristics
Solar Cell : Monocrystalline
No. of Cells : 72 (6 X 12)
Dimensions : 1576 X 806 X 50 mm
Weight : 16.5 Kg
Junction Box : IP65
Output Cables : TUV (2Pfg1169:2007), UL 4703, UL 44 4 mm² (0.00375
………………….inches²)
Connectors : ZJRH connectors(MC3 or Mc4 type), symmetrical lenght –
…………………1000mm(-) and 1000 mm(+)
Construction : Front = High Transmission low-iron, 3.2mm tempered glass;
………………....Back cover = Tedlar /TPE/TPT; Encapsulant = EVA; Frame =
…………………Anodized alumunium alloy
26
Temperature Characteristics
Nominal Operating Cell Temperature (NOCT) : 45 ± 2 °C
Temperature Coefficient of Power : -0.41 %/°C
Temperature Coefficient of Voc : -0.31 %/°C
Temperature Coefficient of Isc : 0.047 %/°C
27
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.1 Data Daya DC Hasil Pengukuran Pada Saat Panel Belum Dibersihkan
Tabel 3.1 Daya output DC pada saat panel belum dibersihkan
Grup Inverter A Grup Inverter B Grup Inverter c
Panel No Pdc (Watt) Panel No Pdc (Watt) Panel No Pdc (Watt)
A2 12435 B1 10129 C1 11811
A3 12899 B2 9849 C4 11461
A4 11972 B3 10212 C5 5672
A5 8085 B4 10642 C8 5406
A8 9431 B5 6187 C9 9238
A9 9503 B6 9072 C10 12104
B7 6091
28
3.1.2 Data Daya DC Hasil Pengukuran Pada Saat Panel Sudah Dibersihkan
Tabel 3.2 Daya Output DC saat panel sudah dibersihkan
Grup Inverter A Grup Inverter B Grup Inverter c
Panel No Pdc (Watt) Panel No Pdc (Watt) Panel No Pdc (Watt)
A2 18944 B1 15541 C1 17554
A3 20103 B2 15075 C4 17269
A4 19618 B3 14319 C5 8782
A5 13274 B4 15943 C8 9157
A8 15504 B5 15107 C9 11642
A9 15130 B6 8351 C10 13405
B7 9583
3.1.3 Data Daya Output DC Hasil Pengukuran Pada saat cuaca mendung
Tabel 3.3 Data Daya Output Pada Saat Cuaca Mendung
29
Tabel 3.4 Perbandingan Daya Output Pada Grup Inverter A
Pdc Saat Panel Pdc Saat Panel
Pdc Saat Cuaca
Panel No Belum Dibersihkan Telah Dibersihkan
Mendung (watt)
(watt) (watt)
A2 12435 18944 6652
30
Tabel 3.6 Perbandingan Daya Output Pada Grup Inverter C
Pdc Saat Panel Pdc Saat Panel
Pdc Saat Cuaca
Panel No Belum Dibersihkan Telah Dibersihkan
Mendung (watt)
(watt) (watt)
C1 11811 17554 7142
C4 11461 17269 5336
C5 5672 8782 2250
C8 5406 9157 7719
C9 9238 11642 7693
C10 12104 13405 11163
Rata-rata 9.282 12.968 6.884
Dari data hasil pengukuran table 3.4 pada inverter A Pdc saat panel belum
di bersihkan dapat di bandingkan dengan perhitungan secara teori dapat di hitung
dengan persamaan 2.4 untuk mendapatkan Pin sebagai berikut:
Pin = Ir × A
Pin = 7.416 Watt/m2 × 1676.67 m2
= 12434.18 watt
Sedangkan untuk besaran daya output yang di hasilkan dapat menggunkan
persamaan 2.8 sebagai berikut:
Pout = Voc × Isc × FF
Pout = 44.2 × 5.50 × 45.11392
= 10967.19 watt
Adanya selisih daya input dengan daya output di karenakan energy dari
sinar matahari tidak terkonversi dengan sempurna.
Dari ketiga tabel diatas dapat dilihat dengan jelas perbedaan daya output
dari panel surya baik pada grup inverter A, B, dan C. Pada kondisi panel yang
belum dibersihkan, daya output yang dihasilkan jauh lebih kecil daripada daya
output yang dihasilkan pada panel yang telah bersih. Hal ini dikarenakan
tertutupnya panel oleh debu serta kotoran hewan yang mengakibatkan sinar
31
matahari yang diterima oleh panel surya terhalang. Penerimaan sinar matahari
yang kurang optimal pada panel surya sangat jelas berpengaruh pada daya output
yang dihasilkan.
Pada kondisi panel yang telah dibersihkan dilakukan 2 pengukuran yaitu
pada kondisi cuaca cerah dan cuaca mendung. Dari data yang didapatkan terjadi
perbedaan yang signifikan antara kedua data tersebut. Pada kondisi cerah, rata-
rata daya output untuk grup inverter A adalah sebesar 17.096 watt, pada grup
inverter B sebesar 13.417 watt, dan pada grup inverter C sebesar 12.968 watt.
Sedangkan pada kondisi cuaca mendung, daya output yang dihasilkan jauh
lebih kecil. Pada grup inverter A rata-rata daya outputnya sebesar 5.748 watt, pada
grup inverter B sebesar 5.673 watt, dan pada inverter C sebesar 6.884 watt.
Kondisi cuaca yang mendung, dimana sinar matahari tertutup awan sangat
berpengaruh terhadap daya output dari panel surya. Besarnya perbedaan daya
outpun pada masing-masing grup inverter dapat dilihat pada kurva berikut ini
32
Gambar 3.2 Kurva Perbandingan Daya Output DC pada Grup Inverter B
33
kotoran yang dapat mengotori panel surya tersebut. Jika proses pembersihan panel
tidak dilakukan, daya output yang dihasilkan panel tidak akan optimal karena
sinar matahari yang tertutup debu dan kotoran burung.
Untuk itu dilakukan pembersihan panel secara teratur dengan prosedur
sebagai berikut:
1. Operator menyiapkan peralatan yang dibutuhkan seperti, mesin penyemprot
air, alat pembersih kaca yang telah disambung dengan tongkat agar dapat
menjangkau seluruh bagian panel.
2. Operator harus menggunakan alat proteksi diri sesuai Standar Nasional
Indonesia (SNI)
3. Basahi panel yang tertutup debu dengan air bersih, kemudian gunakan alat
pembersih kaca untuk membersihkan semua debu yang menempel
4. Lakukan pada semua panel yang kotor, dan pastikan tidak ada debu dan
kotoran hewan yang menempel.
5. Proses pembersihan ini dilakukan secara berkala, apabila panel telah kotor
pembersihan dapat dilakukan. Untuk lebih optimalnya daya output yang
dihasilkan sebaiknya pembersihan dilakukan setiap seminggu sekali.
34
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dari pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diperoleh simpulan
sebagai berikut :
Dari pengukuran yang dilakukan pada kondisi panel belum dibersihkan,
rata-rata daya output pada grup inverter A sebesar 10.721 watt, pada grup inverter
B sebesar 8.883 watt, dan pada grup inverter C sebesar 9.282 watt. Pada kondisi
panel telah dibersihkan, besarnya daya output dari grup inverter A, B, dan C
adalah 17.096 watt, 13.417 watt, 12.968 watt. Sedangkan pada kondisi cuaca
mendung rata-rata daya output dari grup inverter A, B, dan C adalah 5.748 watt,
5.673 watt, 6.884 watt.
Untuk mendapatkan output yang maksimal dari panel surya, pembersihan
panel secara teratur sangat perlu dilakukan mengingat PLTS Kayubihi Bangli ini
yang berada di daerah pegunungan. Debu yang berasal dari puncak gunung Batur
dan di sekitar daerah PLTS ini akan menempel pada panel surya. Begitu juga
dengan adanya banyak burung yang hinggap diatas panel akan meninggalkan
kotoran yang dapat mengotori panel surya tersebut. Jika proses pembersihan panel
tidak dilakukan, daya output yang dihasilkan panel tidak akan optimal karena
sinar matahari yang tertutup debu dan kotoran burung.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan guna peningkatan daya output yang
dihasilkan adalah sebagai berikut
1. Pembersihan hendaknya dilakukan secara rutin, baik pembersihan dari debu
maupun dari kotoran hewan sehingga dapat meningkatkan daya output serta
keandalan dari sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Kayubihi
Kabupaten Bangli.
35
DAFTAR PUSTAKA
37