Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Kelautan Tropis November 2017 Vol.

20(2):96–105 ISSN 0853-7291

Variasi Komposisi Dan Kerapatan Jenis Lamun


Di Perairan Ujung Piring, Kabupaten Jepara
Retno Hartati1, Widianingsih1, Adi Santoso1, Hadi Endrawati1, Muhammad
Zainuri2, Ita Riniatsih1, W.L. Saputra1 dan Robertus Triaji Mahendrajaya1
1Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
2Departemen Oseanografi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, SH. Kampus UNDIP Tembalang, Semarang 50275
Email : retnohartati.undip@yahoo.com

Abstract

Seagrass has an important role for marine environment as a primary producer also as
constituent and ecosystems habitats that support the life on coral reefs and mangrove or
coastal. This research is aimed to identify the seagrass species and to undertand thier density
and coverage. This research was conducted on June-August 2016 at Ujung Piring waters,
Jepara. The research used descriptive method. Sampling was conducted on five stations,
where each station performed five repetitions. The seagrasses found in research sites were
identified and counted for their density and coverage. Seawater quality parameter were
measured in situ. Sediment were take for grain size analysis to undertand their characteristic.
The research showed that during the study period there were four species of seagrasses i.e.
Enhalus acoroides, Thalasia hemprichii, Cymodocea Rotundata, and Syringodium isoetifolium.
Overall this study indicate the highest and lowest density found in Thalassia hemprichii (33,87
and 4,35 stands/m²). E. acoroides had highest coverage (48,67%) while the lowest (8,71%) was
T. hemprichii. There were variation in density and covarage of seagrass species due to water
quality and showed uneven distribution of the seagrass species in that area.

Keywords : Enhalus acoroides, Thalasia hemprichii, Cymodocea rotundata, dan Syringodium


isoetifolium, variasi komposisi,

Abstrak

Lamun memiliki peranan penting bagi kehidupan di laut sebagai produsen primer serta
penyusun habitat dan ekosistem yang menyangga kehidupan di terumbu karang dan
mangrove atau daratan pantai. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis lamun
dan variasi kerapatan dan penutupannya di perairan Ujung Piring, Kabupaten Jepara.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni–Agustus 2016 di perairan Ujung Piring Jepara. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Pengambilan sampel
dilakukan pada lima stasiun, dimana setiap stasiun dilakukan lima kali pengulangan. Lamun
diidentifikasi di lokasi penelitian, dihitung kerapatannya dan penutupannya. Pengukuran
kualitas perairan dilakukan in situ, sedangkan sedimen diambil untuk dianalisa butiran untuk
mengetahui karakteristik sedimennya. Hasil penelitian ini menunjukkan selama periode
penelitian terdapat 4 jenis lamun, yaitu Enhalus acoroides, Thalasia hemprichii, Cymodocea
rotundata, dan Syringodium isoetifolium. Kerapatan tertinggi dan terendah ditemukan pada
Thalassia hemprichii yaitu 33,87 dan 4,35 tegakan/m². Persentase penutupan tertinggi
ditemukan pada E. acoroides dengan nilai 48,67% dan yang terendah 8,71% oleh T. hemprichii.
Terdapat variasi komposisi dan kerapatan berdasarkan waktu pengamatan, hal ini
menunjukkan adanya pengaruh lingkungan dan tidak terjadi persebaran lamun yang merata
pada daerah tersebut.

Kata Kunci : Enhalus acoroides, Thalasia hemprichii, Cymodocea rotundata, dan Syringodium
isoetifolium, variasi komposisi.

*) Corresponding author Diterima/Received : 01-07-2017, Disetujui/Accepted : 03-08-2017


www.ejournal2.undip.ac.id/index.php/jkt
Jurnal Kelautan Tropis November 2017 Vol. 20(2):96–105

PENDAHULUAN lingkungan serta berbagai perubahan


lingkungan sebagai dampak kegiatan
Jepara sebagai salah satu manusia, misalkan reklamasi pantai,
kabupaten di Jawa Tengah terletak pada pembangunan pelabuhan, pemukiman
05°43’20,67” sampai 06°47’25,83” Lintang (Duarte, 2002), serta perngaruh perubahan
Selatan dan 110°09’48,02” sampai lingkungan (Seddon et al., 2000).
110°58’37,40” Bujur Timur. Kabupaten
Jepara berada di bagian utara Pulau Jawa Terdapat 13 jenis lamun yang
dan berbatasan langsung dengan Laut termasuk dalam 7 famili dan 7 genera
Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari diantaranya hidup di perairan tropis yaitu
wilayah daratan utama dan wilayah Enhalus, Thalassia, Thalassodendron,
kepulauan. Pantai Ujung Piring terletak di Halophila, Halodule, Cymodocea, dan
Kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara, Syringodium (Kuriandewa 2009)..
tepatnya di Desa Sekuro. Pantai Ujung Komunitas padang lamun mempunyai 3
Piring merupakan salah satu pesisir yang tipe vegetasi, yaitu monospesifik (tunggal),
masih sangat jarang dikunjungi oleh asosiasi dua/tiga jenis dan vegetasi
wisatawan. Pantai ini terletak di antara tiga campuran. Vegetasi monospesifik
desa yaitu Jambu, Blebak dan Sekuro. merupakan komunitas lamun yng terdiri
Pantai Ujung Piring berbentuk seperti teluk. atas satu jenis, dan terjadi sementara
Kawasan ini sebenarnya lebih banyak rawa sebagai fase intermediate menuju situasi
dan tambak, serta banyaknya vegetasi yang lebih stabil (vegetasi campuran).
mangrove yang berfungsi untuk Vegetasi campuran biasannya terdiri dari
menghindari abrasi air laut. Kawasan ini beberapa asosiasi minimal 4 jenis.
mayoritas sebagai tempat mata
Pertumbuhan dan distribusi lamun
pencaharian nelayan lokal. Di Pantai Ujung
diatur oleh sifat-sifat fisik, kimia dan biologis
Piring terdapat hamparan lamun yang
lingkungan dimana lamun tumbuh.
cukup luas yang menjadi salah satu
Cahaya yang cukup, nutrien dan karbon
ekosistem yang penting di perairan
anorganik adalah kebutuhan dasar lamun
tersebut. Selain sebagai produsen primer,
untuk berfotosintesa, tetapi substrat yang
padang lamun juga di gunakan sebagai
layak, suhu, dedah udara saat surut serta
tempat berlindung ikan.
beraneka faktor biologi mempengaruhi
distribusinya. Interaksi bermacam faktor
Lamun memiliki peranan penting
tersebut susah untuk dipisahkan sebagai
bagi kehidupan di laut, sebagai produsen
primer serta penyusun habitat dan satu faktor tunggal yang berpengaruh
demikian juga untuk memprediksi adanya
ekosistem yang menyangga kehidupan
atau distribusi lamun pada tempat dan
bagi ekosistem sekitarnya. Padang lamun
merupakan tempat berlindung, mencari waktu tertentu. Namun demikian
beberapa faktor yang paling berpengaruh
makan, dan tempat memijah bagi
terhadap pertumbuhan dan distribusi
invertebrata kecil dan ikan. Sistem
perakaran rhizome lamun dapat lamun dapat diidentifikasi. Selain
menstabilkan sedimen dan daun lamun persyaratak fisikan dan kimia untuk
tumbuh, kompetisi dengan species lain
dapat mengurangi kecepatan arus
(Hogarth, 2007). Ekosistem padang lamun juga berpengaruh terhadap pertumbuhan
merupakan habitat penting bagi dan distribusi lamun. Berdasarkan uraian
diatas, maka perlu dilakukan penelitian
kelhidupan biota laut yang berasosiasi,
mengenai kondisi penutupan lamun di
bahkan menjadi penyokong alternatif
mata pencaharian komunitas peisir. Pantai Ujung Piring, Jepara. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis
Padang lamun merupakan salah satu
lamun dan menghitung kerapatan dan
perairan laut yang paling produkstif dan
penting (Thangaradjon et al., 2007). Selain penutupannya berdasarkan waktu dan
sebagai perangkap sedimen, lokasi penelitian
memperlambat arus pantai, menyokong MATERI DAN METODE
produksi perikanan, sebagai habitat
berbagai jenis biota laut. Namun ekosistem Materi yang digunakan dalam
lamun sangat peka terhadap perubahan penelitian ini adalah lamun sedimen dan

97 Variasi Komposisi Dan Kerapatan Jenis Lamun Di Perairan Ujung Piring (Retno Hartati et al.)
Jurnal Kelautan Tropis November 2017 Vol. 20(2):96–105

air laut yang diambil di perairan Ujung kolom untuk mengetahui kerapatan dan
Piring. Metode yang digunakan dalam menghitung penutupan lamun.
penelitian ini adalah metode deskriptif, Pengambilan sampel sedimen dilakukan
yaitu suatu metode dalam penelitian yang dengan menggunakan sedimen core.
bertujuan membuat pencandraan secara Sedimen yang telah terambil dimasukkan
sistematis, faktual dan akurat terhadap ke dalam kantong plastik berlabel dan di
kejadian populasi tertentu pada suatu dalam laboratorium dilakukan analisa grain
wilayah tertentu (Suryabrata, 1992). sizenya. Parameter kualitas perairan diukur
secara langsung, yaitu pH, suhu, salinitas,
Penentuan lokasi sampling dilakukan kecerahan, kedalaman, dan arus.
berdasarkan metode purposive sampling,
yaitu penentuan lokasi sampling dengan Penghitungan kerapatan populasi
pertimbangan tertentu oleh peneliti lamun yang ada di perairan Ujung Piring,
(Sudjana, 1996). Lokasi penelitian berada Jepara digunakan rumus (Azkab, 1999).
pada pantai Ujung Piring dengan 5 stasiun. Penghitungan persen penutupan lamun
Setiap stasiun di lakukan 5 pengulangan. dapat dilakukan dengan cara
Pengambilan sampel pada 5 stasiun yang memasukkan hasil data penghitungan
berbeda bertujuan untuk membandingkan tegakan dari setiap kolom transek kuadran
pola penyebaran spesies lamun pada dengan menggunakan rumus English et al.
keseluruhan stasiun. Pertimbangan (1994).
penentuan lokasi stasiun penelitian. Peta
lokasi penelitian tersaji dalam Gambar 1. Penentuan status padang lamun
menurut Keputusan MNLH, No. 200/2004
Pendataan lamun dilakukan dalam dengan penutupan ≥ 60, 30 – 59,9, ≤ 29,9
transek kuadran 1x1 m2 dengan termasuk kategori kaya/sehat, kurang
mengidentifikasi jenis lamun dan kaya/kurang sehat dan miskin.
menghitung jumlah tegakan dari setiap

Gambar 1. Stasiun pengamatan lamun di perairan Ujung Piring, Jepara

Variasi Komposisi Dan Kerapatan Jenis Lamun Di Perairan Ujung Piring (Retno Hartati et al.) 98
Jurnal Kelautan Tropis November 2017 Vol. 20(2):96–105

HASIL DAN PEMBAHASAN halus dan memiliki 1-3 akar bercabang


yang kecil. Jenis ini memiliki batang yang
Komposisi Jenis Lamun tegak disetiap ruas dengan 2-7 helai daun.

Jenis Lamun yang di temukan selama Secara keseluruhan, E. acoroides dan


penelitian di Pantai Ujung Piring Jepara T. hemprichii adalah jenis yang paling
sebanyak 4 spesies dari 2 famili. Famili sering dijumpai karena ditemukan di semua
Hydrocharitaceae ditemukan 2 spesies, stasiun. C. rotundata adalah urutan kedua
yaitu Enhalus acoroides dan Thalasia karena ditemukan di tiga stasiun,
hemprichii, sedangkan dari familiy sedangkan S. isoetifolium hanya ada di
Potamogetonaceae ditemukan 2 spesies, Stasiun 1. Berdasarkan lokasi stasiun
yaitu Cymodocea rotundata dan penelitian di perairan Ujung Piring pada
Syringodium isoetifolium (Gambar 2). E. Stasiun 1 ditemukan 4 spesies lamun, yaitu
acoroides memiliki daun yang berbentuk E. acoroides, T. hemprichii, C. rotundata,
seperti pita dengan panjang daun 200 cm dan S. isoetifolium sedangkan E. acoroides,
dan lebar hampir 2 cm. Jenis rimpangnya dan T. hemprichii terdapat di Stasiun 3 dan
tebal sampai 1 cm dan akarnya keras dan 5. Di Stasiun 2 dan 4 ditemukan 3 species,
tebal dengan ukuran 0,3-0,5 cm. T. yaitu E. acoroides, T. hemprichii, dan C.
hemprichii memiliki panjang daun hingga rotundata. Tiga jenis lamun ini ditemukan
40 cm namun biasanya lebih pendek, pada Stasiun 1 dan 2. Berdasarkan waktu
sedangkan lebarnya yaitu 0,4-1 cm. pengamatan, pada bulan Juni dan
Batangnya pendek dan tegak dengan Agustus ditemukan 3 jenis lamun, yaitu E.
jumlah daun yaitu 2-6 helai. Rimpangnya acoroides, T. hemprichii, dan C. rotundata;
tebal dan ditutupi dengan daun. C. bulan Juli ditemukan 4 jenis lamun, yaitu E.
rotundata adalah jenis lamun yang hidup acoroides, T. hemprichii, C. rotundata, dan
di perairan dangkal. Panjang helai daun C. S. isoetifolium. Vegetasi monospesifik dari
rotundata berkisar 7-15cm, dan lebar daun T. hemprichii merupakan unit vegetasi yang
0,2-0,4 cm. Rimpangnya halus, dan memiliki paling luas sebarannya dan seringkali
1-3 akar bercabang yang tidak teratur tumbuh dalam vegetasi campuran pada
pada setiap ruas (El Shaffai, 2011). S. substrat yang mengalami gangguan. T.
isoetifolium adalah satu-satunya spesies hemprichii, hidup dalam semua jenis
dengan memiliki daun berbentuk silindris substrat, bervariasi dari pecahan karang
dan salah satu jenis yang paling mudah hingga substrat lunak, bahkan pada
untuk di identifikasi. Panjang daun hingga lumpur cair, tetapi akan menjadi dominan
30 cm dan lebar 0,1- 0,2 cm, rimpangnya hanya pada substrat keras (Den Hartog,

Tabel 1. Variasi komposisi jenis lamun di perairan Ujung Piring, Jepara selama bulan Juni-
Agustus 2016

Bulan Stasiun
Jenis lamun
1 2 3 4 5
Juni + + + - -
Enhalus acoroides Juli + + + + +
Agustus + + + + +
Juni + + + + -
Thalassia hemprichii Juli + + + + +
Agustus + + - + +
Juni + + - - -
Cymodocea rotundata Juli + - - + -
Agustus + - - - -
Juni - - - - -
Syringodium isoetifolium Juli + - - - -
Agustus - - - - -

99 Variasi Komposisi Dan Kerapatan Jenis Lamun Di Perairan Ujung Piring (Retno Hartati et al.)
Jurnal Kelautan Tropis November 2017 Vol. 20(2):96–105

Gambar 2. Jenis lamun yang ditemukan di Perairan Ujung Piring, Jepara (Azkab, 1999)

1970). Asosiasi 2 jenis lamun yang sering pada bulan Juni dan terendah 4,32
terjadi yaitu E. acoroides dengan T. tegakan C. rotundata /m2 (Tabel 2). Pada
hemprichii. bulan Juni menunjukkan kerapatan
tertinggi untuk jenis T. hemprichii
Perairan Ujung Piring mempunyai dibandingkan jenis yang lain, juga
lebih sedikit jenis lamun dibandingankan merupakan kerapatan tertinggi
dengan perairan lain di Indonesia, misalnya dibandingkan bulan-bulan yang lain.
Yunitha et al. (2014) menjumpai 6 jenis di
pesisir Desa Bahoi, Kabupaten Minahasa Bulan Juli T. hemprichii adalah jenis
Utara, Purnomo et al. (2017) menemukan 7 dengan kerapatan tertinggi (28,55
jenis lamun di Taman Nasional Bali Barat tegakan/m²), meskipun jenis ini menurun
dan terdapat 8 jenis di P. Baranglompo dibandingkan saat di bulan Juni. E.
Kep Spermonde (Supriadi et al., 2012). acoroides adalah jenis dengan kerapatan
Dibandingkan dengan penelitian di terendah (5,11 tegakan/m²). Bulan Agustus
perairan Jepara, Hartati et al. (2017a) di 5 E. acoroides adalah jenis dengan
jenis di perairan Bandengan dan 7 jenis di kerapatan tertinggi (33,21 tegakan/m²)
paerairan Teluk Awur (Jepara) dan 6 jenis jenis ini mengalami kenaikan tertinggi
di Perairan Pulau Karimunjawa (Hartati et dibandingkan bulan Juni dan Juli, namun
al., 2017b). pada Stasiun 4 mempunyai kerapatan
yang terendah, yaitu 4,89 tegakan/m². E.
Kerapatan Lamun acoroides biasanya tersebar luas terutama
pada sedimen halus, tetapi dapat pula
Pada setiap stasiun pengamatan tumbuh pada substrat berbatu sedang dan
terdapat kerapatan jenis lamun berbeda- besar. E. acoroides biasanya membentuk
beda. Kadang dalam satu kuadran vegetasi murni, meskipun demikian spesies
pengamatan terdapat 2-3 jenis lamun ini dapat ditemukan tumbuh dekat dengan
yang berasosiasi. Hasil pengamatan spesies lain. E. acoroides hidup di zona
kerapatan lamun di perairan Ujung Piring intertidal sampai kedalaman 6 m dan
Jepara secara umum paling tinggi adalah biasanya hidup berdekatan dengan
33,87 tegakan T. hemprichii/m2 di Stasiun 1 mangrove (Waycott et al., 2004).

Variasi Komposisi Dan Kerapatan Jenis Lamun Di Perairan Ujung Piring (Retno Hartati et al.) 100
Jurnal Kelautan Tropis November 2017 Vol. 20(2):96–105

Perbandingan antar jenis lamun Den Hartog (1970), S. isoetifolium


menunjukkan bahwa E. acoroides dan T. ditemukan pula di daerah intertidal pada
hemprichii hampir selalu ada di semua daerah dangkal di hamparan terumbu.
waktu penelitian dan stasiun penelitian. E. Jenis ini hanya mampu mentoleransi
acoroides dan T. hemprichii hanya tidak kekeringan dalam waktu yang sangat
ditemukan di Stasiun 4 dan 5 pada bulan singkat.
Juni serta Stasiun 3 pada bulan Juli dan
Agustus. T. halasia hemprichii mempunyai Penutupan Lamun
distribusi kedalaman yang sempit, mulai
daerah eulitoral bawah sampai Terdapat variasi penutupan (%) jenis
kedalaman 5 m. T. hemprichii membentuk lamun di perairan Ujung Piring, Jepara
vegetasi tunggal pada bagian kearah laut selama bulan Juni-Agustus 2016 (Tabel 3).
(seaward) dari hamparan karang di Secara umum penutupan tertinggi dicapai
daerah intertidal yang mendapat tekanan oleh jenis Enhalus acoroides sebesar 48,67%
dari gelombang dan kecepatan arus pasut (Stasiun 2) dan terendah 6,81% pada C.
mencapai 2 m/det (Tomascik et. al., 1997). rotundata (Stasiun 4). Variasi bulanan
Sedangkan C. rotundata selalu terdapat di penutupan jenis lamun di perairan Ujung
Statiun 1, dan hanya ada di Stasiun 2 pada Piring, jepara menunjukkan bahwa pada
bulan Juni dan stasiun 4 pada bulan Juli. C. bulan Juni, presentase penutupan rata-
rotundata, hidup pada daerah dangkal rata tertinggi dan terendah terdapat pada
yang tertutup pasir karang, tetapi dapat T. hemprichii berturut-turut dengan nilai
pula menjadi padat pada daerah 48,33% di Stasiun 1 dan 8,71% di Stasiun 3.
berlumpur (Den Hartog, 1970). C. rotundata Pada bulan Juli, penutupan tertinggi
mempunyai toleransi tinggi pada daerah sebanyak 44,38 % E. acoroides di Stasiun 2
terbuka (tidak terendam air) dan paling dan terendah 6,81% C. rotundata di Stasiun
banyak ditemukan pada daerah intertidal 4 sedangkan pada bulan Agustus
dengan terumbu karang yang lebar penutupan tertinggi dan terendah
(Tomascik et. al., 1997). ditemukan pada jenis E. acoroides sebesar
48,67% (Stasiun 2) dan 8,87% (Stasiun 5).
Jenis lamun yang paling jarang Variasi penutupan antar stasiun
dijumpai adalah S. isoetifolium hanya pengamatan menunjukkan Stasiun 4
ditemukan pada bulan Juli dengan mempunyai penutupan lamun yang
kepadatan 7,23 tegakan/m². S. isoetifolium, terendah (6,81%) dan Stasiun 2 dengan
utamanya tumbuh pada dasar berlumpur penutupan lamun tertinggi (48,67%).
di daerah sublitoral, dapat membentuk Secara umum rata-rata variasi penutupan
suatu padang rumput bawah laut. Menurut jenis lamun selama penelitian tersaji pada

18
16
Kerapatan (tegakan/m2)

14
12
10 Juni
8 Juli
6 Agustus
4
2
0
1 2 3 4 5
Stasiun

Gambar 3. Variasi rata-rata kerapatan jenis lamun (tegakan/m2) antar stasiun penelitian
selama pengamatan di perairan Ujung piring, Jepara.

101 Variasi Komposisi Dan Kerapatan Jenis Lamun Di Perairan Ujung Piring (Retno Hartati et al.)
Jurnal Kelautan Tropis November 2017 Vol. 20(2):96–105

30

25

Penutupan (%)
20
Juni
15
Juli
10 Agustus

0
3 41 25
Stasiun
Gambar 4. Variasi rata-rata penutupan jenis lamun antar stasiun penelitian selama
pengamatan di perairan Ujung piring, Jepara.

Gambar 4 dibawah ini. Berdasarkan dalam jangka waktu yang relatif lama.
Keputusan MNLH, No. 200/2004, penutupan Kuriandewa (2009) mengemukakan
tersebut termasuk miskin hingga kurang bahwa S. isoetifolium dijumpai pada
kaya/kurang miskin, karena variasi substrat berlumpur sampai pasir dengan
penutupan berkisar 6,81-48,67%. kedalaman maksimum 6 meter, tidak
dijumpai pada tempat-tempat yang
E. acoroides merupakan satu- mengalami pemaparan jangka panjang
satunya spesies yang melepaskan saat surut rendah. Bentuk morfologi daun S.
polennya di permukaan air ketika isoetifolium tidak memungkinkan air
melakukan reproduksi seksual. Hal tersebut terperangkap diantara daun. Hal ini
membatasi distribusi lamun E. acoroides berbeda dengan lamun yang mempunyai
sehingga hanya terdapat di daerah daun tipis dan sering saling melekat dan
intertidal dan subtidal (Green dan Short, memerangkap air diantara daun tersebut
2003). Spesies E. acoroides umumnya sehingga bisa tahan terhadap pemaparan
ditemukan tumbuh pada substrat yang lebih lama (Tomascik et al., 1997).
berlumpur di perairan yang keruh, dapat
membentuk spesies tunggal serta dapat Parameter kualitas perairan
mendominasi komunitas padang lamun memegang peranan penting terhadap
(Short dan Coles, 2001). kelangsungan hidup lamun di perairan.
Pengamatan parameter fisika-kimia
Tipe substrat stabil merupakan oseanografi dalam penelitian ini meliputi
indikator kuat tempat tumbuh lamun jenis arus, kedalaman, kecerahan, suhu, pH,
C. rotundata dan T. hemprichii dan salinitas tersaji dalam Tabel 12.
(Takaendengan dan Azkab, 2010). Kedua
spesies tersebut merupakan spesies pionir Arus di perairan Ujung Piring berkisar
pada ekosistem padang lamun, spesies ini 0,080-0,100 m.det-1. Produktivitas padang
memiliki kemampuan adaptasi yang lamun juga dipengaruhi oleh kecepatan
sangat baik melalui sistem perakarannya arus perairan. Arus atau pergerakan air
sehingga dapat menyerap nutrisi pada dapat membantu suplai unsur hara dan
kondisi substrat yang berbeda (Short and gas-gas terlarut pada tumbuhan lamun.
Carruthers, 2010). Arus dapat pula menghalau sisa
metabolisme dan limbah yang dapat
S. isoetifolium hanya dijunlap pada mempengaruhi produktivitas primer dari
bulan Juli di Stasiun 1 dengan penutupan tumbuhan lamun.
17,3%. Kondisi lingkungan yang dibutuhkan
oleh S. isoetifolium adalah perairan yang Keberadaan tumbuhan lamun
agak dalam sehingga tidak terpapar sangat dipengaruhi penetrasi cahaya

Variasi Komposisi Dan Kerapatan Jenis Lamun Di Perairan Ujung Piring (Retno Hartati et al.) 102
Jurnal Kelautan Tropis November 2017 Vol. 20(2):96–105

Tabel 4. Parameter Kualitas Perairan Ujung Piring, Jepara selama penelitian

Arus Kedalaman Kecerahan Suhu Salinitas


Waktu Stasiun pH
(m.det-1) (cm) (cm) (°C) (‰)
1 0,089 115 115 30 7 31
2 0,080 112 112 30 7 32
3 0,080 105 105 30 7 33
Juni 4 0,100 120 120 30 7 32
5 0,100 110 110 39 7 31
1 0,082 105 105 28 7 33
2 0,089 102 102 29 7 32
Juli 3 0,093 105 105 29 7 31
4 0,100 118 118 29 7 32
5 0,095 122 122 29 7 31
1 0,095 112 112 29 7 32
2 0,093 114 114 29 7 32
Agustus 3 0,093 108 108 29 7 31
4 0,095 116 116 30 7 31
5 0,089 124 124 30 7 32

matahari, karena cahaya tersebut terhadap temperatur, pada kenyataannya


diperlukan untuk proses fotosintesis. spesies lamun di daerah tropik mempunyai
Kecerahan di perairan Ujung Piring pada toleransi yang rendah terhadap
umumnya sampai dasar (105-124 cm). perubahan temperatur. Kisaran suhu
Lamun membutuhkan intensitas cahaya optimal bagi spesies lamun adalah 28-
yang tinggi untuk melaksanakan proses 30oC. Kemampuan proses fotosintesis akan
fotosintesis. Produktivitas lamun dibatasi menurun dengan tajam apabila
terutama oleh ketersediaan hara dan temperatur perairan berada di luar kisaran
cahaya (Peterson dan Heck, 1999; Ruiz dan optimal tersebut (Dahuri, 2003).
Romero, 2003). Hal ini terbukti dari hasil
observasi yang menunjukkan bahwa Salinitas dapat berpengaruh
distribusi padang lamun hanya terbatas terhadap biomassa, produktivitas,
pada daerah yang tidak terlalu dalam kerapatan, lebar daun dan kecepatan
(Dahuri, 2003). Beberapa aktivitas yang pulih lamun. Sedangkan kerapatan
dapat meningkatkan muatan sedimen semakin meningkat dengan meningkatnya
pada badan air akan berakibat pada salinitas, namun jumlah cabang dan lebar
tingginya kekeruhan perairan, sehingga daun semakin menurun (Azkab, 1999).
berpotensi mengurangi penetrasi cahaya. Kisaran salinitas di perairan Ujung Piring
Hal ini dapat menimbulkan gangguan adalah 31-32o/oo. Toleransi lamun terhadap
terhadap produktivitas primer ekosistem salinitas bervariasi antar jenis dan umur
padang lamun. (Lirman and Cropper, 2003). Spesies lamun
memilki kemampuan toleransi yang
Penetrasi cahaya atau kecerahan berbeda-beda terhadap salinitas, namun
akan berhubungan dengan suhu perairan. sebagian besar memilki kisaran yang lebar
Suhu di perairan Ujung piring 28-30oC. yaitu antara 10 dan 40 o/oo. Nilai salinitas
Beberapa peneliti melaporkan adanya optimum untuk spesies lamun adalah 35
pengaruh nyata perubahan suhu terhadap o/oo. Salah satu faktor yang menyebabkan

kehidupan lamun, antara lain dapat kerusakan ekosistem padang lamun


mempengaruhi metabolisme, penyerapan adalah meningkatnya salinitas yang
unsur hara dan kelangsungan hidup lamun. diakibatkan oleh berkurangnya suplai air
Walaupun padang lamun secara geografis tawar dari sungai (Fourqurean and
tersebar luas yang diindikasikan oleh Robblee, 1999). Hartati et al. (2012)
adanya kisaran toleransi yang luas menyatakan salinitas berpengaruh

103 Variasi Komposisi Dan Kerapatan Jenis Lamun Di Perairan Ujung Piring (Retno Hartati et al.)
Jurnal Kelautan Tropis November 2017 Vol. 20(2):96–105

terhadap kerapatan dan biomassa lamun. Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman hayati


Lamun yang hidup di daerah estuari laut: aset pembangunan
cenderung lebih toleran terhadap berkelanjutan Indonesia. Gramedia
perubahan salinitas. Namun respon lamun Pustaka Utama. Jakarta
terhadap salinitas tidak secara spontan Den Hartog, C. 1970. The seagrasses of the
namun lebih ke waktu yang lebih lama world. North Holland Publ. Co.
(Zeeman et al., 1999) Amsterdam: 275 pp.
Duarte, C.M. 2002. The future of the
Hasil pengukuran data ukuran butir seagrass meadows. Environ. Conser.
pada semua stasiun didominasi oleh 29:192-206.
substrat dasar perairan berupa pasir El Shaffai, A. 2011. Field guide to seagrasses
berkisar 59,73-85,76%. Sedangkan substrat of the Red Sea. 1st ed. Gland,
dasar perairan yang berupa kerikil berkisar Switzerland: IUCN and Courbevoie,
2,18-11,5% dan berupa lumpur berkisar France.
antara 12,06-36,04 (%). Padang lamun English, S., Wilkinson, C. & Baker, V. 1994.
hidup pada berbagai macam tipe substrat, Survey Manual for Tropical Marine
mulai dari lumpur sampai sedimen dasar Resources. Published on behalf of the
yang terdiri dari endapan lumpur halus ASEAN-Australia Marine Science.
sebesar 40%. Kedalaman substrat berperan Townswile: 367 pp.
dalam menjaga stabilitas sedimen, Fourqurean, J.W. & Robblee, M.B. 1999.
sebagai pelindung tanaman dari arus air Florida Bay: A brief history of recent
laut, dan tempat pengolahan serta ecological changes. Estuaries 22:345–
pemasok nutrient. Keberadaan substrat 357.
sangat penting bagi lamun,sebagai Green, E.P. & Short, F.T. 2003. World Atlas of
tempat hidup dan pemasok nutrisi. Seagrass. Prepared by the UNEP World
Berdasarkan Kiswara (1997) padang lamun Conservation Monitoring Centre
di Indonesia dikelompokkan dalam enam University of CaliforniaPress. Berkeley:
kategoriberdasarkan tipe substratnya, yaitu USA.
lamun yang hidup pada substrat lumpur, Hartati, R., Djunaedi, A. & Haryadi. 2012.
lumpur pasiran, pasir, pasir lumpuran, puing Struktur komunitas padang lamun di
karang, dan batu karang. Perairan Pulau Kumbang, Kepulauan
Karimunjawa. Ilmu Kelautan. 17(4): 217-
KESIMPULAN 225
Hartati, R., Trianto, A. & Widianingsih. 2017a.
Selama periode penelitian Habitat characteristic of two selected
ditemukan 4 jenis Lamun yaitu Enhalus locations for sea cucumber ranching
acoroides, Thalasia hemprichii, purposes. IOP Conference Series: Earth
Cymodocea rotundata, dan Syringodium Environ. Sci.55(1),012041
isoetifolium. Kerapatan tertinggi dan Hartati, R., Widianingsih, Trianto, A., Zainuri,
terendah ditemukan pada Thalassia A., Ambariyanto. 2017b. The
hemprichii, yaitu 33,87 dan 4,35 abundance of prospective natural
tegakan/m². Persentase penutupan food for sea cucumber Holothuria atra
tertinggi ditemukan pada Enhalus at Karimunjawa Island waters, Jepara,
acoroides dengan nilai 48,67% dan yang Indonesia. BIODIVERSITAS. 18(3):947-
terendah 8,71% oleh T. hemprichii. Terdapat 953. DOI: 10.13057/biodiv/d180311.
variasi komposisi dan kerapatan Hogarth, P. 2007. The Biology of Mangroves
berdasarkan waktu pengamatan, hal ini and Seagrasses, 2nd edition. Oxford
menunjukkan adanya pengaruh University Press. New York. 273 pp.
lingkungan dan tidak terjadi persebaran Kementerian Lingkungan Hidup. 2004.
lamun yang merata pada daerah tersebut. Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 200 Tahun
DAFTAR PUSTAKA 2004 tentang Kriteria Baku Kerusakan
dan Pedoman Penentuan Status
Padang Lamun. Jakarta: Kementerian
Azkab, MH. 1999. Pedoman Inventarisasi
Lingkungan Hidup. 16 hlm.
Lamun. Oseana, XXIV(1) : 1- 16

Variasi Komposisi Dan Kerapatan Jenis Lamun Di Perairan Ujung Piring (Retno Hartati et al.) 104
Jurnal Kelautan Tropis November 2017 Vol. 20(2):96–105

Kiswara, W. 1997. Struktur Komunitas Short, F.T. & Coles, R.G. 2001. Global
Padang Lamun Perairan Indonesia. seagrass research methods. Elsevier,
Inventarisasi dan Evaluasi Potensi Laut- Amsterdam.
Pesisir II, Jakarta (ID): P3O LIPI. Sudjana. 1996. Metode Statistik. Bandung:
Kuriandewa, T.E. 2009. Tinjauan tentang Tarsito Press. 508 hlm.
lamun di Indonesia. Lokakarya Supriadi, Kaswadji, R.F., Bengen, D.G. &
Nasional I Pengelolaan Ekosistem Hutomo, M. 2012. Komunitas Lamun di
Lamun: Peran Ekosistem Lamun dalam Pulau Barranglompo Makassar: Kondisi
Produktivitas Hayati dan Meregulasi dan Karakteristik Habitat. Maspari J.
Perubahan Iklim. Jakarta, 18 4(2):148-158.
November 2009. Suryabrata, S. 1992. Metoda Penelitian.
Lirman, D. & Cropper, W.P. 2003. The Rajawali Press, Jakarta
Influence of Salinity on Seagrass Takaendengan, K., & Azkab, M.H. 2010.
Growth, Survivorship, and Distribution Struktur komunitas lamun di Pulau
within Biscayne Bay, Florida: Field, Talise, Sulawesi Utara. Oseanol. Limnol.
Experimental, and Modeling Studies. 36(1):85-95.
Estuaries 26(1): 131–141 Thangaradjon, T., Sridhar, R., Senthilkumar,
Peterson, BJ., & Heck, K.L.Jr. 1999. The S. & Kanamnau, S. 2007. Seagrass
potential for suspension feeding resources assessment in the
bivalves to increase seagrass Mandaparn Coast of the Gulf of
productivity. J. Exp. Mar. Biol. Ecol. Mannar Biosphere reserve, India.
240(1): 37-52 Applied Ecol. Environ. Res. 6(1):139-146.
Purnomo, X.K., Yusniawati, Y., Putrika, A., Tomascik, T., Mah, A.J., Nontji, A. & Moosa,
Handayani, W. & Yasman. 2017. M.K. 1997. The Ecology of the
Keanekaragaman spesies lamun pada Indonesian Seas. Part II. (Chapter 18:
beberapa ekosistem padang lamun di Seagrass). Dalhousie Univ. 829-906pp
kawasan Taman Nasional Bali Barat. Waycott, M., McMahon, K., Mellors, J.,
Sem. Nas. Masy. Biodiv. Indon. 3:236- Calladine, A. & Kleine, D. 2004. A Guide
240. to Tropical Seagrasses of the Indo-West
Ruiz, J.M. & Romero, J. 2003. Effects of Pacific. James Cook University,
distrubances caused by coastal Townsville (AU).
construction on spatial structure, Yunitha, A., Wardiatno, Y., & Yulianda, F.
growth dynamics and photosynthesis 2014. Diameter Substrat dan Jenis
of the seagrass Posidonia oceanica. Lamun di Pesisir Bahoi Minahasa Utara:
Mar. Pollut. Bull. 46(12): 1523-1533 Sebuah Analisis Korelasi. J.Ilmu
Seddon, S., Connolly, R.M. & Edyvane, K.S. Pertanian Indonesia. 19(3): 130-135
2000. Large-scale seagrass dieback in Zeeman, J., Fourqurean, J.W., & Frankovich,
Northern Spencer Gulf, South Australia. T.A. 1999. Seagrass Die-off in Florida
Aquatic. Bot. 6: 297-310. Bay: Long-term Trends and Growth of
Short, F.T. & Carruthers, T.J.R. 2010. Halophila Turtle Grass, Thalassia testudinum.
ovalis. The IUCN Red List of Threatened Estuaries 22(2B):460-470
Species 2010: e.T169015A6561794.
http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.201
0-Short 3.RLTS.T169015A6561794.en.

105 Variasi Komposisi Dan Kerapatan Jenis Lamun Di Perairan Ujung Piring (Retno Hartati et al.)

Anda mungkin juga menyukai