Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kelangkaan bahan bakar minyak solar di Indonesia telah memberikan
dampak yang cukup luas di berbagai sektor kehidupan. Sektor transportasi
merupakan sektor yang paling terkena dampak dari kelangkaan bahan bakar
minyak tersebut. Oleh sebab itu untuk mengurangi kelangkaan bahan bakar
tersebut maka dicarilah sebuah bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan,
bersifat terbarukan dan memiliki harga yang terjangkau bagi masyarakat seperti
biodiesel. Biodiesel atau juga disebut dengan metil ester merupakan salah satu
bahan bakar alternatif mesin diesel yang menjanjikan yang dapat dihasilkan dari
minyak nabati, lemak binatang dan ganggang (Dewi, 2016). Biodiesel memiliki
karakteristik yang cukup serupa dengan bahan bakar solar. Biodiesel memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan dengan bahan bakar solar, diantaranya yaitu
dapat diperbaharui karena diproduksi dari bahan pertanian, memiliki bilangan
cetane yang tinggi dan juga bersifat ramah lingkungan (Putri dkk., 2012).
Minyak jelantah atau yang kita kenal dengan minyak goreng bekas
dikategorikan ke dalam limbah karena dapat merusak lingkungan dan dapat
menimbulkan sejumlah penyakit apabila dikonsumsi. Minyak jelantah dapat
bermanfaat bila diolah dengan tepat. Minyak jelantah memiliki potensi yang
cukup besar untuk dijadikan bahan bakar biodiesel karena memiliki asam lemak
yang tinggi (Adhari dkk, 2016). Minyak jelantah memiliki kekentalan yang
relative tinggi dibandingkan dengan minyak solar dari fraksi minyak bumi.
Kekentalan ini dapat dikurangi dengan memutus percabangan rantai karbon
tersebut melalui proses transesterifikasi menggunakan alcohol rantai pendek
seperti metanol (Setyawardhani, 2003). Beberapa metode dapat dilakukan dalam
proses pembuatan biodiesel. Salah satunya adalah metode elektrolisis yang dapat
dilakukan untuk mengatasi masalah krisis energi karena metode ini dapat
dilakukan pada suhu kamar dan air yang terkandung pada bahan baku minyak
jelantah dapat langsung digunakan sebagai elektrokatalitik (Putra dkk, 2017).

1
2

Pembuatan biodiesel dapat menggunakan katalis homogen ataupun


heterogen. Penggunaan katalis heterogen memiliki beberapa keuntungan
diantaranya yaitu mudah dipisahkan dari produk yang dihasilkan dan dapat
digunakan berkali-kali. Katalis heterogen zeolite alam dapat meminimalisasi
terbentuknya sabun karena inti NaOH telah terperangkap dalam kerangka zeolite
sehingga tidak membentuk reaksi saponifikasi dengan asam lemak bebas di
tigliserida (Syahputra, 2017). Katalis zeolite alam dapat digunakan untuk kedua
tahap dalam pembentukan biodiesel yaitu proses esterifikasi dan transesterifikasi.
Dalam penelitian ini dilakukan pemilihan elektroda perak (Ag). Perak (Ag) dipilih
sebagai elektroda karena memiliki konduktivitas yang tinggi dibandingkan timbal
(Pb) dan grafit dalam deret Volta (Irawan dkk, 2019), sehingga proses elektrolisi
dapat berlangsung lebih optimal.

1.2. Perumusan Masalah


1) Bagaimana pengaruh jumlah katalis Zeolit (0,5% ; 1% ; 1,5%berat)
terhadap kualitas biodiesel yang terbentuk dari minyak jelantah?
2) Bagaimana pengaruh waktu reaksi terhadap kualitas biodiesel yang
terbentuk dari minyak jelantah?

1.3. Tujuan Penelitian


1) Untuk mengetahui pengaruh jumlah katalis Zeolit terhadap kualitas
biodiesel.
2) Untuk mengetahui pengaruh waktu reaksi terhadap karakteristik biodiesel
yang dihasilkan.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
1) Minyak jelantah yang digunakan berasal dari limbah penggorengan pecel
lele di Indralaya.
2) Waktu reaksi divariasikan 1,5; 3; 3,5; 5; dan 7 jam.
3) Jumlah katalis Zeolit alam divariasikan 0,5% ; 1% ; 1,5% berat.
4) Jarak elektroda Ag divariasikan 1,5; 3; 3,5; 5; dan 7 cm.
5) NaCl sebagai larutan elektrolit pada reaksi elektrolisis.
3

1.5. Manfaat Penelitian


1) Dapat menjadi bahan referensi penelitaian terkait selanjutnya.
2) Dapat memberikan pemahaman mengenai reaksi transesterifikasi pada
proses elektrolisis.

Anda mungkin juga menyukai