Kelangkaan bahan bakar minyak solar di Indonesia telah memberikan dampak yang cukup luas di berbagai sektor kehidupan. Sektor transportasi merupakan sektor yang paling terkena dampak dari kelangkaan bahan bakar minyak tersebut. Oleh sebab itu untuk mengurangi kelangkaan bahan bakar tersebut maka dicarilah sebuah bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, bersifat terbarukan dan memiliki harga yang terjangkau bagi masyarakat seperti biodiesel. Biodiesel atau juga disebut dengan metil ester merupakan salah satu bahan bakar alternatif mesin diesel yang menjanjikan yang dapat dihasilkan dari minyak nabati, lemak binatang dan ganggang (Dewi, 2016). Biodiesel memiliki karakteristik yang cukup serupa dengan bahan bakar solar. Biodiesel memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan bahan bakar solar, diantaranya yaitu dapat diperbaharui karena diproduksi dari bahan pertanian, memiliki bilangan cetane yang tinggi dan juga bersifat ramah lingkungan (Putri dkk., 2012). Minyak jelantah atau yang kita kenal dengan minyak goreng bekas dikategorikan ke dalam limbah karena dapat merusak lingkungan dan dapat menimbulkan sejumlah penyakit apabila dikonsumsi. Minyak jelantah dapat bermanfaat bila diolah dengan tepat. Minyak jelantah memiliki potensi yang cukup besar untuk dijadikan bahan bakar biodiesel karena memiliki asam lemak yang tinggi (Adhari dkk, 2016). Minyak jelantah memiliki kekentalan yang relative tinggi dibandingkan dengan minyak solar dari fraksi minyak bumi. Kekentalan ini dapat dikurangi dengan memutus percabangan rantai karbon tersebut melalui proses transesterifikasi menggunakan alcohol rantai pendek seperti metanol (Setyawardhani, 2003). Beberapa metode dapat dilakukan dalam proses pembuatan biodiesel. Salah satunya adalah metode elektrolisis yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah krisis energi karena metode ini dapat dilakukan pada suhu kamar dan air yang terkandung pada bahan baku minyak jelantah dapat langsung digunakan sebagai elektrokatalitik (Putra dkk, 2017).
1 2
Pembuatan biodiesel dapat menggunakan katalis homogen ataupun
heterogen. Penggunaan katalis heterogen memiliki beberapa keuntungan diantaranya yaitu mudah dipisahkan dari produk yang dihasilkan dan dapat digunakan berkali-kali. Katalis heterogen zeolite alam dapat meminimalisasi terbentuknya sabun karena inti NaOH telah terperangkap dalam kerangka zeolite sehingga tidak membentuk reaksi saponifikasi dengan asam lemak bebas di tigliserida (Syahputra, 2017). Katalis zeolite alam dapat digunakan untuk kedua tahap dalam pembentukan biodiesel yaitu proses esterifikasi dan transesterifikasi. Dalam penelitian ini dilakukan pemilihan elektroda perak (Ag). Perak (Ag) dipilih sebagai elektroda karena memiliki konduktivitas yang tinggi dibandingkan timbal (Pb) dan grafit dalam deret Volta (Irawan dkk, 2019), sehingga proses elektrolisi dapat berlangsung lebih optimal.
1.2. Perumusan Masalah
1) Bagaimana pengaruh jumlah katalis Zeolit (0,5% ; 1% ; 1,5%berat) terhadap kualitas biodiesel yang terbentuk dari minyak jelantah? 2) Bagaimana pengaruh waktu reaksi terhadap kualitas biodiesel yang terbentuk dari minyak jelantah?
1.3. Tujuan Penelitian
1) Untuk mengetahui pengaruh jumlah katalis Zeolit terhadap kualitas biodiesel. 2) Untuk mengetahui pengaruh waktu reaksi terhadap karakteristik biodiesel yang dihasilkan. 1.4. Ruang Lingkup Penelitian 1) Minyak jelantah yang digunakan berasal dari limbah penggorengan pecel lele di Indralaya. 2) Waktu reaksi divariasikan 1,5; 3; 3,5; 5; dan 7 jam. 3) Jumlah katalis Zeolit alam divariasikan 0,5% ; 1% ; 1,5% berat. 4) Jarak elektroda Ag divariasikan 1,5; 3; 3,5; 5; dan 7 cm. 5) NaCl sebagai larutan elektrolit pada reaksi elektrolisis. 3
1.5. Manfaat Penelitian
1) Dapat menjadi bahan referensi penelitaian terkait selanjutnya. 2) Dapat memberikan pemahaman mengenai reaksi transesterifikasi pada proses elektrolisis.