Puji syukur kami panjatan kepada Tuhan yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kelompok kami dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dengan
sebaik-baiknya dan tepat waktu. Kelompok kami juga mengucapkan terimakasih banyak kepada
setiap dukungan yang telah mendorong kelompok untuk menyelesaikan tugas askep mental ini.
Kelompok kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan
serta pengetahuan pembaca mengenai “PENYAKIT MENTAL, KECACATAN, DAN POPULASI
TERLANTAR” kelompok kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam tugas ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kelompok kami berharap adanya
kritikan, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat, mengingat tidak
adanya sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Menurut Departeman Hukum dan Hak Asasi Manusia, kelompok rentan adalah
semuaorang yang menghadapi hambatan atau keterbatasan dalam menikmati standar
kehidupan yanglayak bagi kemanusiaan dan berlaku umum bagi suatu masyarakat yang
berperadaban. Jadikelompok rentan dapat didefinisikan sebagai kelompok yang harus
mendapatkan perlindungandari pemerintah karena kondisi sosial yang sedang mereka
hadapi.
(Maslim, tth:7) Secara lebih luas gangguan mental (mental disorder) juga
dapat didefinisikan sebagai bentuk penyakit, gangguan, dan kekacauan fungsi mental
atau kesehatan mental, disebabkan oleh kegagalan mekanisme adaptasi dari
fungsifungsi kejiwaan/mental terhadap stimuli ekstern dan ketegangan-ketegangan;
sehingga muncul gangguan fungsional atau struktural dari satu bagian satu orang atau
sistem kejiwaan/mental
(kartono 200:80) pendapat yang sejalan juga dikemukakan Chaplin (1981)
(dalam Kartono, 2000:80), yaitu: “Gangguan mental (mental disorder) ialah sebarang
bentuk ketidakmampuan menyesuaikan diri yang serius sifatnyaterhadap tuntutan dan
kondisi lingkungan yang mengakibatkan ketidakmampuan tertentu.
Sumbergangguan/kekacauannya bisa bersifat psikogenis atau organis, mencakup
kasuskasus reaksi psikopatis dan reaksi-reaksi neurotis yang gawat”.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Populasi rentan atau populasi beresiko adalah kondisi yang mempengaruhi
kondisi seseorang atau populasi untuk menjadi sakit atau sehat (Kaakinen, Hanson,
Birenbaum dalam Stanhope & Lancaster, 2004). Pandera mengkategorikan faktor resiko
kesehatan antara lain genetik, usia, karakteristik biologi, kesehatan individu, gaya hidup
dan lingkungan. Jika seseorang dikatakan rawan apabila mereka berhadapan dengan
penyakit, bahaya, atau outcome negatif. Faktor pencetusnya berupa genetik, biologi atau
psikososial. Populasi rawan atau rentan merupakan kelompok-kelompok sosial yang
memiliki peningkatan risiko yang relatif atau rawan untuk menerima pelayanan
kesehatan. Kenyataan menunjukan bahwa Indonesia memiliki banyak peraturan
perundangundangan yang mengatur tentang Kelompok Rentan, tetapi tingkat
implementasinya sangat beragam. Sebagian undang-undang sangat lemah
pelaksanaannya, sehingga keberadaannya tidak memberi manfaat bagi masyarakat.
Disamping itu, terdapat peraturan perundang-undangan yang belum sepenuhnya
mengakomodasi berbagai hal yang berhubungan dengan kebutuhan bagi perlindungan
kelompok rentan. Keberadaan masyarakat kelompok rentan yang merupakan mayoritas
di negeri ini memerlukan tindakan aktif untuk melindungi hak-hak dan
kepentingankepentingan mereka melalui penegakan hukum dan tindakan legislasi
lainnya. Hak asasi orang-orang yang diposisikan sebagai masyarakat kelompok rentan
belum terpenuhi secara maksimal, sehingga membawa konsekuensi bagi kehidupan diri
dan keluarganya, serta secara tidak langsung juga mempunyai dampak bagi masyarakat.
3.2. Saran
Dengan adanya makalah ini maka diharapkan untuk dapat mengaplikasikan pada
kehidupan dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan hidup.
DAFTAR PUSTAKA