2
1
3
4
Oli mengalir dari torque converter charging filter ke torque converter inlet relief valve
(1). Inlet valve membatasi tekanan maksimum untuk mensupply oli ke torque
converter.
Torque converter inlet relief pressure dapat diukur pada valve ini dengan melepas
plug (2) dan memasang pressure tap. Inlet relief pressure harus tidak boleh melebihi
930±35 kpa (135±5 psi) pada high idle saat oli dingin. Normalnya, inlet relief
pressure akan sedikit lebih tinggi dari pada outlet relief valve pressure.
Oli mengalir melalui inlet relief valve dan masuk ke torque converter.
Sebagian oli akan bocor melalui torque converter ke dasar housing. Sebagian besar
oli pada torque converter digunakan untuk menyediakan fluid coupling dan mengalir
ke luar melaui torque converter outlet relief valve (3). Outlet relief valve menjaga
tekanan minimum di dalam torque converter. Fungsi utama pada outlet relief valve
adalah untuk menjaga torque converter cukup oli dan mencegah dari kavitasi.
Outlet relief pressure dapat diukur melalui tap (4) pada outlet relief valve. Outlet
relief pressure harus 380 - 515 kpa (55 - 75 psi) pada 1540 – 1670 rpm (TC Stall).
Torque converter outlet temperatur sensor (5) memberikan signal input ke Caterpillar
Monitoring System, yang akan menginformasikan operator tentang torque conveter
outlet temperature.
1
2
Cooler screen
Hoist, converter dan brake oil cooler
Kebanyakan oli yang dari torque converter outlet relief valve mengalir melalui screen
(1) dan hoist, converter dan brake oil cooler (2) yang berada di sebelah kanan
engine.
Torque converter charging oil mengalir melalui hoist, converter dan brake oil cooler
dan rear brake sebelum kembali ke hydraulic tank.
Oli mengalir dari bagian parking brake release dari torque converter pump ke
parking brake release filter (panah).
Oli dari parking brake release filter mengalir ke parking brake release valve (1).
Valve yang berada di dalam frame kiri dekat torque converter. Parking brake release
section pada torque converter pump menyediakan supply oil untuk beberapa
kegunaan:
Parking brake relief valve (2) mengontrol tekanan untuk parking brake release,
torque converter lockup dan hoist valve pilot oil. Tekanan parking brake release
adalah 4700±200 kpa (680±30 psi).
Kebanyakan oli dari parking brake release valve mengalir melalui brake oil cooler
dan digunakan untuk mendinginkan brake.
3
1
Parking brake release pump mensupply oli ke torque converter lockup clutch valve
melalui inlet port (1). Saat lockup clutch solenoid (2) energize oleh
Transmission/Chassis ECM, parking brake release oil digunakan untuk memulai
proses modulasi pada torque converter lockup. Lockup clutch valve kemudian
mensupply oli untuk meng-ENGAGE lockup clutch di dalam torque converter.
Tekanan torque converter lockup clutch dapat diukur pada tap (3). Dengan engine
speed pada 1300 rpm, tekanan torque converter lockup clutch harus 2135±70 kpa
(310±10 psi).
Lockup clutch maximum pressure tidak dapat diadjust. Jika lockup clutch maximum
pressure tidak benar, pastikan lockup clutch primary pressure benar. Jika lockup
clutch primary pressure benar, periksa komponen valve apakah kendor atau
tersangkut kotoran. Jika komponen pada valve tidak bermasalah, ganti load piston
spring. Jika load piston spring telah diganti, pastikan untuk menyetel lockup clutch
primary pressure kembali.
Pada gambar di atas terlihat torque converter lockup clutch valve saat TORQUE
CONVERTER DRIVE atau NEUTRAL. Supply oli dari parking brake release pump
digunakan untuk menyediakan lockup clutch oil dan memiliki dua fungsi:
1. Tekanan supply diturunkan untuk menyediakan tekanan pilot ke solenoid
valve.
2. Saat solenoid energized, tekanan supply akan diturunkan oleh modulation
reduction valve untuk menyediakan tekanan pada lockup clutch.
Pada gambar terlihat torque converter lockup clutch valve saat DIRECT DRIVE.
Saat lockup solenoid energize, oli pilot akan mendorong shuttle valve ke kanan,
yang akan menutup saluran drain kiri bawah dan membuka check valve. Oli
kemudian mengalir ke selector piston. Menggerakkan selector piston untuk menutup
saluran drain bagian atas, dan load piston spring akan terkompresi.
Saat load piston yang menekan spring pada posisi di atas menempel pada selector
piston, tekanan lockup clutch akan pada nilai terendah. Nilai ini dinamakan ”primary
pressure”. Primary pressure adalah 1030±35 kpa (150±5 psi).
Saat load piston bergerak ke bawah, tekanan lockup clutch akan naik secara
bertahap sampai load piston berhenti, dan tekanan lockup clutch tertinggi akan
tercapai. Tekanan tertinggi (maximum) dari tekanan lockup clutch harus 2135±70
kpa (310±10 psi). Tahapan kenaikan tekanan, akan tergantung pada seberapa cepat
load piston bergerak, ini disebut “modulation”.
Kecepatan pergerakkan load piston tergantung seberapa cepat oli mengisi area di
atas load piston. Load piston orifice membatasi aliran oli yang ke load piston
chamber dan akan menentukan waktu modulation.
Primary pressure diadjust dengan menggunakan shim pada load piston. Tekanan
tertinggi (maximum) dari lockup clutch tidak dapat di-adjust. Jika primary pressure
tidak benar dan maximum pressure lockup clutch benar, load piston harus diperiksa
untuk memastikan apakah dapat bergerak dengan bebas pada selector piston. Jika
load piston dapat bergerak bebas, load piston spring harus diganti.
Gambar di atas menunjukkan aliran oil dari torque converter pump melalui torque
conveter hydraulic system pada 777D Update truck dengan caliper disc front brake.
Scavange pump section menghisap oli melalui screen dari torque coverter housing
dan mengirimkan oli ke hydraulic tank.
Charging pump section mengirimkan oil melalui torque converter charging filter ke
torque converter inlet relief valve. Oli mengalir dari inlet relief valve melalui torque
converter ke outlet relief valve. Oli mengalir dari outlet relief valve melalui torque
converter oil cooler ke rear brake.
Parking brake release pump section mengirim oli melalui parking brake release filter
ke parking brake release valve dan torque converter luckup clutch valve.
Kebanyakan oli mengalir melalui parking brake release valve dan melalui torque
converter oil cooler ke rear brake.
Gambar di atas menunjukkan aliran oli dari torque converter pump melalui torque
converter hydraulic system pada 777D Update truck dengan oil cooled front brake.
Scavange pump section menghisap oli melalui screen dari torque converter housing
dan mengirimkan oli ke hydraulic tank.
Charging pump section mengirimkan oli melalui torque converter charging filter ke
torque converter inlet relief valve. Oli mengalir dari inlet relief valve melalui torque
converter ke outlet relief valve. Oli mengalir dari outlet relief valve melalui torque
converter oil cooler ke rear brake.
Parking brake release pump section mengirimkan oli melalui parking brake release
filter ke parking brake release valve dan ke torque converter lockup clutch valve.
Kebanyakan oli mengalir melalui parking brake release valve dan brake cooler ke
front dan rear brake.
Brake cooling pump section dari torque converter pump (untuk oil cooled front brake)
mengirimkan tambahan oli melalui torque converter oil cooler yang berada di
sebelah kanan engine ke rear brake.
2
3
Tenaga mengalir dari torque converter melalui drive shaft ke transfer gear (1).
Transfer gear di-spline ke transmission input shaft.
2. Transmission
3. Differential
Transmission (2) berada di antara transfer gear dan differential (3). Transmission
adalah electronic controlled dan hydraulically operated sama seperti lainya ICM
(Individual Clutch Modulation) pada Caterpillar rigid frame truck.
Differential berada di dalam rear axle housing di belakang transmission. Tenaga dari
transmission mengalir melalui differential dan dibagi rata ke masing-masing final
drive pada rear wheel. Final drive adalah tipe single reduction planetaries.
3
1
Dua section transmission pump berada di belakang pump drive, yang terletak di
dalam frame kanan dekat torque converter. Kedua section adalah:
Transmission scavange (1)
Transmission charging (2)
Transmission scavange section menghisap oli dari dasar transmission case melalui
magnetic screen yang berada di bawah cover (3). Magnetic screen harus selalu
diperiksa dari kotoran jika dicurigai terjadi problem pada transmission. Scavange
pump akan mengirim oli dari transmission ke transmission oil cooler (lihat Gambar
No. 74) dan kembali ke transmission tank.
Transmission charging section mengisap oli dari transmission tank. Charging oli
mengalir dari pump melalui transmission charging filter ke hydraulic control pada
transmission.
2 3
Oli mengalir dari charging section transmission pump ke transmission charging filter
(1) yang berada di belakang roda depan kanan.
Oli mengalir dari transmission charging filter ke transmission control control valve
yang berada di atas transmission.
Transmission oil sample dapat di ambil melalui Scheduled oil Sampling (S.O.S) tap
(2).
Oil filter bypass switch (3) berada pada filter. Oil filter bypass switch menyediakan
input signal ke Caterpillar Monitoring System, yang akan menginformasikan operator
jika filter buntu.
3
2
1
5
Pada LOW IDLE, tekanan transmission lube oil harus 3 -41 kpa (0,5 – 6 psi). Pada
HIGH IDLE, tekanan transmission lube oil harus 83 – 138 kpa (12 – 20 psi).
• Neutralizer valve
Neutralizer valve bergerak hanya saat rotary selector spool pada posisi NEUTRAL.
Saat rotary selector spool pada posisi NEUTRAL dan engine running, pump oil
mengalir melalui saluran pada bagian tengah neutralizer valve, terus ke sekitar
check ball, menekan bagian atas valve, dan bergerak ke bawah. Pada posisi ini,
neutralizer valve mengarahkan oli pilot ke bagian tengah rotary selector spool. Jika
rotary selector spool tidak pada posisi NEUTRAL saat engine start-up, neutralizer
valve akan menutup aliran oli pilot yang ke rotary selector spool.
Lurus di bawah neutralizer valve adalah main relief valve . valve ini membatasi
tekanan maximum system saat operasi. Kelebihan oil dari pump akan diarahkan ke
lubrication circuit dan tekanan dijaga oleh lube relief valve. Lubrication oil
digunakan untuk mendinginkan dan melumasi semua gear, bearing dan clutch pada
transmission dan tranfer gear.
Untuk memulai shift, tekanan oli dari masing-masing upshift atau downshift solenoid
dikirim ke rotary actuator. Di dalam actuator housing adalah rotating vane yang
memisahkan actuator di dalam kedua chamber. Tekanan oli dari upshift solenoid
menyebabkan vane berputar pada satu arah sedangkan oli dari downshift solenoid
menyebabkan vane berputar pada arah yang berlawanan. Vane terhubung ke rotary
selector spool dan akan memutar rotary selector spool di dalam selector valve
group.
Transmission hydraulic system dilengkapi dengan dua section gear pump. Dari
charging section pump, oli mengalir melalui filter dan dikirimkan langsung ke dua
solenoid dan selector valve group. Aliran pompa akan tertutup pada upshift solenoid
dan, karena downshift solenoid terus-menerus energize saat NEUTRAL, valve pada
solenoid terbuka. Kondisi ini mengijinkan oli mengalir ke rotary actuator. Tekanan
pada sisi downshift dari rotating vane pada rotary actuator menjaga vane dan rotary
selector spool pada posisi NEUTRAL sampai dilakukan shift.
Rotary selector spool akan mengikuti rotating shaft. Plug dan screen assembly di
dalam spool memisahkan rongga bagian tengah pada kedua oil chamber yang
terpisah.
Saat operasi, oli pilot dari chamber paling atas diarahkan ke pressure control valve
group untuk memulai clutch engagement. Untuk setiap gear kecuali NEUTRAL, dua
dari outlet port dari chamber atas akan lurus dengan saluran pada selector valve
body. Untuk NEUTRAL, hanya satu outlet port yang mengijinkan oli pilot untuk
mengalir ke prssure controlvalve group.
Chamber paling bawah pada rotary selector spool akan selalu terbuka ke drain.
Untuk setiap posisi gear kecuali NEUTRAL, semua tapi dua dari drain port terbuka
ke drain. Saat clutch station engage, bagian separuh ke bawah dari spool menutup
saluran drain ke station.
Semua oli yang ada di dasar transmission case dikembalikan ke tanki oleh
transmission scavange section dari transmission pump.
Schematic di atas memperlihatkan komponen dan aliran oli pada system saat
beroperasi pada GIGI EMPAT. Upshift solenoid energize dan mengarahkan oli dari
pompa ke rotary actuator. Rotary actuator menggerakkan rotary selector spool ke
posisi GIGI EMPAT MAJU dan upshift solenoid akan de-energize. Rotary spool
memilih dua station (C dan E) untuk memodulasi dua clutch.
Untuk melakukan shift dari NEUTRAL ke suatu gear. Rotary vane harus berputar
searah jarum jam untuk memilih posisi gear. Saat shift terindikasi, tekanan oli dari
upshift solenoid dikirim ke inlet port paling bawah. Tekanan oli mendorong check
valve ke tengah-tengah actuator housing sampai saluran drain check valve cover
berada di dekat ujung bagian dalam dari saluran inlet. Tekanan oli kemudian
mengalir melalui check valve dan mengisi ruangan kecil di antara kedua vane.
Sebagaimana tekanan naik, rotating vane bergerak ke arah jarum jam untuk memilih
gigi yang sesuai. Oli yang tadinya ada di chamber pada sisi yang tidak bertekanan
(downshift) pada vane akan didorong keluar dari chamber karena pergerakkan dari
vane.
Saat oli mengalir keluar dari chamber, ini akan menggerakkan check valve atas
menjauh dari tengah-tengah actuator housing. Pergerakkan ini akan membuka
saluran drain yang berada di dekat ujung dalam pada saluran check valve atas dan
mengijinkan oli untuk mengalir keluar dari tengah-tengah chamber. Check valve
akan menutup dan mencegah oli mengalir ke solenoid lainya.
Urutan ini hanya kebalikan untuk downshift (saat rotating vane bergerak berlawanan
arah jarum jam).
Karena semua ketujuh valve station memiliki komponen dasar yang sama,
penjelasan cara kerja dari satu station sama seperti keenam station lainya (termasuk
lockup clutch station).
Ketujuh station mengontrol clutch yang memiliki load piston orifice (beberapa disebut
”cascade” orifice). Load piston orifice mengontrol clutch modulation. Orifice yang
lebih besar, mempercepat modulasi. Retaining spring untuk load piston orificce
adalah sama, tetapi orifice-nya berbeda-beda dari station satu dengan lainya.
Kebanyakan station dipasangi dengan decay orifice. Periksa part book untuk
pemasangan letak komponen dengan benar.
Pada schematic di atas, engine talah running, tapi clutch untuk station ini belum
engage. Dengan engine running, tekanan pump (atau system) akan selalu tersedia
pada modulation reduction valve spool; akan tetapi, sebelum oli pilot dari rotary
selector spool dikirim ke ujung kanan (bagian luar) dari selector piston, tidak akan
ada pergerakkan valve dan clutch tidak dapat engage.
Pada schematic di atas terlihat posisi komponen dari valve station saat mulai
modulasi sebelum clutch engage dengan penuh (primary pressure). Pergerakkan
valve dimulai saat oli pilot dari rotary selector spool mendorong selector piston ke kiri
seperti terlihat. Pergerakkan selector piston menyebabkan:
1. Saluran drain pada decay orifice ditutup.
2. load piston spring tertekan.
Tertekannya load piston spring mendorong reduction valve ke kiri melawan tekanan
pada inner spring. Pergerakkan ini membuka saluran supply (dari pump) dan
mengijinkan tekanan oli masuk ke clutch. Saat clutch mulai terisi, tekanan oli
membuka ball check valve dan mengisi slug chamber sebelah kiri dari reduction
valve spool. Pada saat yang bersamaan, oli mengalir melalui load piston orifice dan
mengisi chamber antara ujung load piston dan selector piston.
Load piston orifice membuat penurunan tekanan dan perlambatan waktu aliran oli
yang ke load piston chamber. Kondisi ini membantu mengontrol proses modulasi.
Pengisian load piston chamber akan terjadi jika selector piston menutup saluran
drain yang ke decay orifice.
Tekanan clutch dan tekanan pada slug chamber naik dengan kecepatan yang sama.
Sesaat setelah clutch terisi, tekanan pada slug chamber menggerakkan reduction
valve ke kanan. Pergerakkan ini menahan aliran tekanan oli ke clutch dan dengan
cepat membatasi kenaikan tekanan clutch. Tekanan pada load piston chamber
menggerakkan load piston lebih jauh lagi ke kiri. Pergerakkan ini menaikan
kekuatan spring dan membuka kembali saluran supply membuat tekanan clutch naik
lagi.
Proses di atas terus berulang-ulang sampai load piston bergerak penuh ke kiri
(sampai berhenti). Tekanan clutch pada kondisi maximum setting. Saat modulasi,
reduction valve spool bergerak ke kiri dan ke kanan dengan load piston bergerak
perlahan ke kiri.
Load piston sekarang telah bergerak penuh ke kiri dan berhenti. Proses modulasi
telah selesai dan tekanan clutch pada maximum setting. Karena ini adalah
modulation reduction valve, settingan tekanan maximum dari clutch lebih rendah dari
tekanan system. Di akhir proses modulasi, tekanan pada slug chamber
menggerakkan reduction valve sedikit ke kanan untuk menghambat aliran dari
supply oil ke clutch. Ini adalah ”metering position” dari reduction valve spool. Pada
posisi ini, valve menjaga pengontrolan secara presisi dari tekanan clutch.
Saat operasi, clutch yang engage dibuat untuk mengalami kebocoran yang sangat
kecil tapi tidak mempengaruhi volume oli. Kebocoran ini membantu menjaga
temperature oli yang panas dan memberikan pelumasan tambahan untuk planetary
gear dan bearing. Saat terjadi kebocoran clutch, tekanan clutch dan tekanan pada
slug chamber akan mulai turun. Pada titik ini, load piston spring menggerakkan
reduction valve spool sedikit ke kiri untuk membuka saluran supply. Tekanan oli dari
pump masuk lagi ke clutch dan mengganti kebocoran. Kemudian, tekanan clutch
pada slug chamber menggerakkan kembali spool ke kanan dan menghambat aliran
supply oil yang ke clutch. Proses ini akan berulang-ulang sampai clutch engage.
Saat melakukan shift, tekanan clutch saat release tidak turun dengan cepat ke nol.
Penurunan tekanan clutch akan di kontrol. Menghambat penurunan tekanan clutch
membantu menjaga torsi positive pada transmission output shaft. Hal ini akan
mengurangi efek ”unwinding” pada roda dan axle saat melakukan shift agar lebih
lembut. Penurunan tekanan clutch secara cepat akan membuat kehilangan tenaga
pada komponen power train yang terhubung ke differential saat melakukan shift.
Saat clutch release, chamber sebelah kanan (luar) dari selector piston terbuka ke
drain melalui chamber bawah pada rotary selector spool. Kondisi ini mengijinkan
selector piston dan load piston untuk bergerak ke kanan seperti terlihat. Tekanan
clutch mulai menurun, tapi tidak bisa turun ke nol sampai chamber di antara load
piston selector piston di-drain. Satu-atunya cara agar oli dapat mengalir keluar dari
chamber ini melalui decay orifice yang terbuka saat selector piston bergerak ke
kanan. Saat kekuatan spring mendorong oli dari load piston chamber, tekanan clutch
akan turun secara perlahan. Saat load piston bergerak kekanan penuh, tekanan
clutch akan nol.
Grafik di atas menunjukkan tekanan clutch dengan kenaikan ground speed dan
transmission melakukan shift ke gigi yang lebih tinggi. Clutch no 1 perlahan release
dengan dikontrol oleh decay orifice. Pada suatu titik, clutch no 3 terpilih dan load
piston orifice mengontrol modulasi engagement.
Terdapat overlap antara decay saat clutch release dan clutch engage. Hal ini
membantu untuk mengurangi unwinding motion pada power train dan membuat shift
yang lembut.
Initial clutch engagement adalah nilai dimana operator dapat merasakan engage-nya
gear transmission. Complete clutch engagement adalah nilai dimana operator dapat
merasakan clutch berhenti slip dan transmission clutch engage penuh. Tekanan
clutch akan terus naik untuk memastikan clutch tidak slip. Normalnya clutch slip
adalah waktu antara initial clutch engagement dan complete clutch engagement.
Dua section transmission pump terpasang pada bagian belakang pump drive, yang
berada di dalam frame sebelah kanan dekat torque converter. Kedua section
tersebut adalah:
o Transmission scavange
o Transmission charging
Transmission scavange section menghisap oli dari dasar transmission case melalui
magnetic screen yang terletak di bawah pump. Scavange pump mengalirkan oli dari
transmission mengalir melalui transmission oil cooler dan kembali ke transmission
tank.
Transmission charging section menghisap oli dari transmission tank. Kemudian oli
charging mengalir dari pump melalui transmission charging filter ke hydraulic control
di dalam transmission.
Rear Axle
1. Differential magnetic inspection plug
Periksa level oli differential dengan membuka magnetic inspection plug (1). Oli harus
se-level dengan bagian bawah pembukaan pada plug. Magnetic inspection plug
harus dibuka pada kurun waktu tertentu dan diperiksa dari partikel logam.
Inspeksi kondisi dari rear axle breather (2) setiap kurun waktu tertentu. Breather
mencegah dari naiknya tekanan di dalam axle housing. Kelebihan tekanan di dalam
axle housing dapat menyebabkan oli brake cooling bocor melalui Duo-Cone seal
pada wheel brake assembly.
Differential carrier thrust pin berada di belakang cover kecil (3). Thrust pin mencegah
bergeraknya differential carrier saat mengalami beban thrust.
• Differential
Gambar di atas adalah differential yang telah dilepas dari axle housing. Differential
berada di belakang axle housing di balik transmission. Tenaga mengalir dari
transmission ke differential. Differential akan membagi tenaga ke axle shaft kanan
dan kiri. Torsi yang dikirimkan sama dari differential melalui dua axle shaft saat
machine tidak berbelok, akan tetapi, tenaga yang dikirimkan ke axle shaft tidak akan
sama saat machine berbelok.
Lokasi kontak pada differential carrier thrust pin berada pada derah yang terlihat
pada gambar di atas (panah). Saat sedang mengalami beban thrust yang tinggi dari
differential pinion ke differential ring gear, carrier akan mencoba untuk bergerak
menjauh dari pinion. Thrust pin mencegah pergerakkan dari differential carrier saat
mengalami beban thrust yang tinggi.
Transmission control yang digunakan pada 777D Update truck berfungsi sebagai
pengontrol transmission, ditambah dengan fungsi kontrol lainya pada machine (hoist
dan secondary stering control). Karena dengan fungsi tambahan ini pada control,
sekarang disebut sebagai ”Transmission/Chassis ECM”.
• Transmission/Chassis ECM
o Tidak memiliki jendela (window)
o Diagnostic dan programming perlu ECAP atau ET
Transmission/Chassis ECM terlihat mirip dengan Engine ECM dengan dua 40-pin
connector, akan tetapi Transmission/Chassis ECM tidak memiliki fitting untuk cairan
pendingin. Dan juga, Transmission/Chassis ECM tidak memiliki name plate untuk
personality module.
Komponen output termasuk upshift, downshift, dan lockup solenoid, back-up alarm
dan lainnya.
Engine ECM, Brake ECM / Automatic Retarder Control (ARC) dan Traction Control
System (TCS), Caterpillar Monitoring System dan Transmission/Chassis ECM
semuanya berkomunikasi malalui CAT Data Link. Komunikasi antara electronic
control mengijinkan setiap sensor pada masing-masing system untuk saling berbagi.
Banyak keuntungan yang bisa didapat misalnya: Controlled Throttle Shifting (CTS).
CTS akan bekerja saat Transmission/Chassis ECM memberi signal ke Engine ECM
untuk mengurangi fuel saat melakukan shift untuk mengurangi hentakan pada power
train.
Electrinic Control Anlyzer Programmer (ECAP) dan Electronic Technician (ET) dapat
digunakan untuk melakukan beberapa diagnostic dan programming.
“ECM location code” sama seperti “harness code” merujuk pada electronic control
sebelumnya. ECM location code terdiri dari 3 pin (J1-21,22 dan 38) pada ECM yang
salah satunya bisa OPEN atau GROUNDED. Kombinasi dari pin OPEN dan
GROUNDED akan menentukan di machine apa ECM akan difungsikan. Contoh, jika
pin J1-22 GROUNDED dan pin J1-21 dan J1-28 OPEN, ECM akan berfungsi
sebagai sebagai Transmission/Chassis ECM. Saat menghubungkan ke laptop
computer dengan ET. ET akan secara otomatis menampilkan ECM ini sebagai
Transmission/Chassis ECM. Pin J1-28 juga bagian dari ECM location code. Pin J1-
28 menerima +tegangan battery untuk memberi location code parameter.
ECM location code sangat penting saat uploading “flash file” yang baru. Tanpa
location code, ET tidak akan tahu ECM mana yang akan di-FLASH.
2
3
Shift lever switch (1) berada di dalam cabin pada shift console dan memberikan
input signal ke Transmission/Chassis ECM. Shift lever switch mengontrol pemilihan
gigi yang diinginkan oleh operator.
Shift lever switch input signal dikirimkan melalui enam kabel. Lima dari keenam
kabel menyediakan code ke Transmission/Chassis ECM. Code untuk tiap posisi
sangat berbeda-beda. Setiap posisi akan menghasilkan dua dari lima kabel yang
mengirimkan signal ground ke Transmission/Chassis ECM. Ketiga kabel lainya akan
tetap OPEN. Sepasang kabel yang grounded akan berbeda untuk tiap-tiap posisi.
Kabel ke-enam dikenal sebagai kabel ”ground verify”, yang normalnya akan selalu
terhubung ke ground. Kabel ground verify digunakan untuk memastikan kalau lever
switch terhubung ke Transmission/Chassis ECM untuk membedakan antara
kehilangan signal dari lever switch atau lever switch pada posisi di antara detent (di
tengah-tengah).
Untuk menampilkan posisi shift lever switch atau menganalisa problem pada switch,
gunakan monitoring system display window dan lihat status dari gear lever. Saat
shift lever digerakkan, gear lever status akan berubah yang mengartikan posisi yang
sekarang.
2. Adjustment nut
3. Adjustment screw
Posisi shift lever dapat dirubah untuk mendapatkan detent yang baik pada nomer
posisi gear pada shift console dengan mengendorkan nut (2) dan memutar lever.
Posisi pada shift lever switch juga dapat disetel dengan dua screw (3).
2 3
2. Upshift solenoid
3. Downshift solenoid
Output untuk solenoid menggunakan tegangan battery ke upshift solenoid (2) atau
downshift solenoid (3) tergantung dari informasi yang diterima dari operator dan
machine. Solenoid akan energize sampai pada transmission actual gear switch
memberi signal ke ECM kalau posisi gigi yang baru tercapai.
Transmission Output Speed (TOS) sensor (panah) berada pada tranfer gear housing
pada input transmission. Meskipun sensor berada dekat input transmission, sensor
mengukur speed pada transmission output shaft. Sensor ini adalah sensor tipe Hall-
Effect. Untuk itu, perlu power supply pada sensor. Sensor menerima 10 Volt dari
Transmission/Chassis ECM. Output dari sensor adalah signal square wave kira-kira
10 Volt amplitudo. Frequensi dalam Hz dari square wave sama dengan dua kali
output shaft rpm. Signal dari sensor ini digunakan untuk automatic shifting pada
transmission. Signal ini juga digunakan untuk speedometer dan input untuk
electronic control yang lain.
1
3
4
1
2
Service/retarder brake switch (1) berada di belakang cabin. Switch dengan Normally
closed ini akan open jika mendapat tekanan udara. Switch ini memiliki dua fungsi
terhadap Transmission/Chassis ECM:
Memberi signal ke Transmission/Chassis ECM untuk menaikan shift point, yang
akan menaikan engine speed saat melakukan pengereman di turunan untuk
menaikan aliran oli pada brake cooling circuit.
Parking/secondary brake switch (2) ada pada saluran parking/secondary brake air
pressure. Switch ini normally open dan akan closed jika mendapat tekanan udara.
Kegunaan switch ini adalah untuk memberi signal ke Transmission/Chassis ECM
saat parking/secondary brake ENGAGED. Parking/secondary brake menggunakan
spring engaged dan pressure released, parking/secondary brake switch akan closed
saat saat brake RELEASED dan akan open saat brake ENGAGED. Signal ini
digunakan untuk mematikan anti-hunt timer untuk downshifting dengan cepat dan
untuk mengetahui jika machine sedang parkir.
Back-up alarm relay (lihat Gambar No. 53) juga berada di belakang cabin. Saat
operator menggerakkan shift lever ke MUNDUR, Transmission/Chassis ECM akan
memberikan signal ke back-up alarm relay untuk membunyikan back-up alarm.
Input lainya yang ke Transmission/Chassis ECM adalah hoist lever sensor (lihat
Gambar No. 148). Fungsi utama dari hoist lever sensor adalah untuk menaikan dan
menurunkan body, akan tetapi ini juga digunakan untuk me-NEUTRAL-kan
transmission. Jika transmission pada posisi MUNDUR sambil body dinaikan, hoist
lever sensor digunakan untuk memposisikan transmission ke NEUTRAL.
Transmission akan tetap pada posisi NEUTRAL sampai:
System air pressure sensor (3) dan brake light switch (4) juga berada di belakang
cabin. Low air pressure sensor memberikan signal input ke Brake ECM. Brake ECM
akan memberikan signal ke Caterpillar Monitoring System untuk menginformasikan
kondisi system air pressure ke operator.
• Lockup solenoid
1. Body up switch
2. Magnet
Body up switch (1) berada pada frame di dekat pivot pin. Magnetic switch ini
normally open. Saat body naik, magnet (2) yang berada di body akan melewati
switch dan menyebabkan switch menjadi close. Signal ground akan dikirimkan ke
Transmission/Chassis ECM. Signal ini digunakan untuk membatasi gigi tertinggi
pada trsnsmission dengan body di atas. Gigi tertinggi dapat diprogram dari SATU
sampai TIGA dengan menggunakan ECAP atau ET. Dari pabrik ECM diprogram
pada gigi SATU. Saat bergerak maju menjauhi area dumping, transmission tidak
akan menaikan gigi lebih dari SATU sampai dump body turun. Jika transmission
sudah di atas gigi batasan saat body dinaikan, maka tidak akan ada batasan.
Signal dari body up switch juga digunakan untuk mengontrol posisi SNUB pada hoist
control valve. Saat body diturunkan dan magnet melewati body up switch,
Transmission /Chassis ECM akan memberi signal ke hoist lower solenoid untuk
menggerakkan valve spool ke posisi SNUB. Pada posisi SNUB, kecepatan
penurunan body akan berkurang untuk mencegah benturan keras antara body
dengan frame.
Kode diagnostic akan muncul jika Transmission/Chassis ECM tidak menerima signal
closed (ground) dari switch selama empat jam saat beroperasi dan atau signal open
selama satu jam saat beroperasi.
3. Body stringer
4. Main frame
Body up switch harus di-adjust dengan benar agar semua fungsinya dapat bekerja.
Untuk meng-adjust body up switch, naikan body sampai jarak di antara depan
stringer (3) dan main frame (4) mencapai 360 mm (14,2 in). Pasang block untuk
mencegah body agar tidak bergerak saat melakukan penyetelan.
Posisikan body up switch bracket (pada bracket terdapat lubang penyetelan) pada
main frame dengan celah 4±1 mm (0,18±0,4 in) antara magnet dan switch.
Kencangkan baut pada mounting bracket. Naikan switch pada bracket sampai lampu
LED warna amber menyala. Kencangkan baut mounting pada switch, lepas block
dan periksa atau test apakah beroperasi dengan benar.
Dua LED terdapat pada body up switch. LED warna hijau menandakan jika telah
mendapat battery power. LED warna amber menandakan jika switch posisi closed
(grounded).
Body position switch dapat dinaikan atau diturunkan sedikit pada bracket, untuk
memulai SNUB lebih awal atau lebih lama.
Top Gear Limit: Adalah FIELD programmable dari EMPAT ke TUJUH dengan
menggunakan ECAP atau ET. Transmission/Chassis ECM dari pabrik disetting pada
gigi tertinggi (GIGI TUJUH). Transmission TIDAK AKAN PERNAH melakukan shift
pada gear di atas gigi yang telah diprogram.
Starter Protection:
o Transmission/Chassis ECM hanya akan meng-energize Starter Relay jika
engine speed 0 rpm.
o Starter akan disengaged saat engine rpm di atas 300 rpm.
o Jika system voltage di atas 36 Volts, dimana kemungkinan dapat terjadi saat
melakukan jumper-starting, start output tidak akan energized untuk
melindungi machine starting circuit.
Fail In Gear Protection: Mencegah shift ke gigi yang tidak sesuai dengan ground
speed (engine overspeed protection). Jika Transmission/Chassis ECM kehilangan
ground speed, signal dari shift lever switch atau actual gear switch, maka ECM akan
mematikan solenoid upshift, downshift dan lockup. Mematikan solenoid tersebut
akan menjaga transmission tetap pada gigi yang berlangsung dengan ground speed.
Shift Counter: Histogram untuk semua shift event dapat diakses dengan ECAP
atau ET. Informasi dari shift counter dapat digunakan untuk memprediksikan langkah
service yang harus dilakukan pada transmission atau torque converter lockup clutch.
Control akan mencatat maximum 1,2 juta perhitungan untuk masing-masing posisi
gear. Untuk merekam perhitungan tambahan, transmission gear switch position
harus dirubah dan menahan posisi yang baru selama 0,5 detik.
Control akan mencatat maximum 12 juta perhitungan untuk torque converter lockup
clutch.
Saat melakukan upshift, jika posisi throttle pada 100%, Transmission/Chassis ECM
akan mengirimkan signal ke engine control untuk mengurangi ”Desired Engine
Speed” sesaat.
Saat melakukan downshift, jika posisi throttle pada 0%, Transmission/Chassis ECM
akan mengirimkan signal ke Engine ECM untuk menambah “Desired Engine Speed”
sesaat.
Jika operator melakukan shift dari NUTRAL ke MAJU atau MUNDUR dengan engine
speed di atas 1350 rpm, signal akan dikirimkan ke Engine ECM melalui CAT Data
Link dan ”Desired Engine Speed” akan turun ke LOW IDLE.
Neutral Coast Inhibiting: Saat transmission masuk gigi dan shift lever posisi
NEUTRAL, machine akan tetap pada gigi tersebut sampai machine travel speed
turun dari IL ke IC shift point [Lockup ke Converter drve) (kira-kira 8 km/jam (5
mph)]. Pada 8 km/jam (5 mph) Transmission/Chassis ECM akan malakukan shift ke
NEUTRAL. Menjaga transmission masuk gigi saat di atas 8 km/jam (5 mph) akan
mengurangi dari meluncur dengan kecepatan tinggi saat NEUTRAL. Meluncur
dengan kecepatan tinggi saat NEUTRAL, dapat memperpendek umur transmission.
Fungsi ini tidak mencegah dari meluncur saat NEUTRAL, akan tetapi akan membuat
lebih sulit. Operator dapat meluncur dengan NEUTRAL pada turunan dengan kondisi
NEUTRAL dan travel speed di bawah 8 km/jam (5 mph). Jika operator meluncur
dengan NEUTRAL, pada kecepatan di atas 12 mph, engine speed akan naik ke
1300 rpm dan event akan dicatat oleh Transmission/Chassis ECM sebagai
”Coasting In Neutral”. Informasi ini dapat ditampilkan menggunakan ECAP atau ET.
Melakukan shift ke MUNDUR dari gigi maju tidak diperbolehkan sampai travel speed
di bawah 4,8 km/jam (3 mph).
Engine Overspeed Protection: Jika engine speed (berdasarkan travel speed dan
gigi) naik sampai batas yang ditentukan, Transmission/Chassis ECM akan
melakukan upshift SATU gigi di atas posisi shift lever untuk melindungi engine dari
overspeed. Jika transmission sudah pada gigi tertinggi, Transmission/Chassis ECM
akan melakukan shift pada CONVERTER DRIVE.
Anti-Hunt: Saat normal shifting, ECM tidak akan melakukan shifting sebelum 2,3
detik setelah shift sebelumnya. Shift yang dimaksud adalah shift yang berlawanan.
Contoh, downshift akan akan dicegah selama 2,3 detik setelah upshift dan upshift
akan dicegah selama 2,3 detik setelah downshift. Hal ini untuk menstabilkan kondisi
sebelum melakukan shift yang berlawanan. Penundaan ini mencegah dari hunting di
antara gear.
Service/retarder brake juga menyediakan elevated shift point untuk menaikan brake
cooling.
Transmission Abuse: Jika operator melakukan shift dari NEUTRAL ke SATU atau
MUNDUR dengan engine speed di atas 1350 rpm, “Desired Engine Speed” akan
turun ke low idle untuk sesaat, dan event akan dicatat oleh Transmission/Chassis
ECM sebagai “Transmission Abuse”.
Engine Overspeed: Jika operator memposisikan shift lever di bawah gigi tertinggi,
pada 2100 rpm action lamp akan menyala dan alarm akan berbunyi. Jika engine
speed melebihi 2300 rpm, Transmission/Chassis ECM akan memberikan signal
untuk menaikan gigi (satu gigi saja) untuk melindungi engine. Setelah shift selesai,
jika engine speed masih melebihi 2300 rpm lagi, event akan dicatat oleh
Transmission/Chassis ECM sebagai ”Engine Overspeed”.
Machine Overspeed: Jika operator memposisikan shift lever pada gigi tertinggi,
action lamp akan menyala dan alarm akan berbunyi pada 2100 rpm. Jika engine
speed melebihi 2300 rpm, Transmission/Chassis ECM akan melakukan unlock pada
torque converter untuk melindungi engine. Setelah torque converter di-unlock, jika
engine speed masih mencapai 2300 rpm lagi, event akan dicatat oleh
Transmission/Chassis ECM sebagai ”Machine Overspeed”. Machine Overspeed
harus dipertimbangkan sebagai Engine Overspeed.
TOPIK 4
STEERING SYSTEM
4
2
STEERING SYSTEM
Dalam sesi ini akan dijelaskan cara kerja dari steering system. Seperti halnya
Caterpillar Off-highway Truck lainya, steering system menggunakan tenaga
hydraulic untuk membelokkan roda depan. System ini tidak memiliki hubungan
mekanis antara steering wheel dan steering cylinder.
Steering system pada 777D Update truck menggunakan load sensing, pressure
compensated yang bebeda sekali dengan steering system yang digunakan pada
777D truck yang terdahulu. Lebih sedikit tenaga yang dibutuhkan oleh steering
system saat truck berjalan lurus. Horsepower yang diperlukan oleh steering
tergantung pada besarnya tekanan dan aliran yang diperlukan oleh steering cylinder.
1. Steering tank
2. Steering pump
3. Steering valve
4. Secondary steering motor dan pump
Gambar di atas menujukkan bagian depan truck dengan engine dilepas, komponen
steering yang terlihat adalah:
5
1
2
3
Steering system menggunakan pressure compensated piston type pump. Case drain
oil dari steering pump akan kembali ke tanki melalui case drain filter (3) yang berada
di samping steering tank.
Sebelum membuka tutup tanki untuk menambahkan oli steering, tekan pressure
release button (4) pada breather untuk membuang jika terdapat tekanan di dalam
tanki.
Steering system oil sample dapat diambil melalui Scheduled Oil Sampling (S.O.S)
tap (5) yang berada pada case drain return hose.
Steering system base dan case drain filter base memiliki bypass valve yang
mengijinkan steering oil untuk di-bypass dari filter jika filter buntu.
2
1
• Steering pump
777D Update truck dilengkapi dengan load sensing, pressure compensated, piston
type pump. Steering pump akan bekerja saat engine running dan menyediakan
aliran oli untuk steering system. steering pump terdiri dari load sensing controller
dengan dua valve. High pressure cutoff valve (1) yang berfungsi sebagai primary
steering system relief valve.
Untuk meng-adjust pada primary steering system (high pressure cutoff), lepas nut
penutup, kendorkan nut dan putar adjusting screw ke dalam untuk menaikan
tekanan atau keluar untuk menurunkan tekanan. Tekanan untuk primary steering
system adalah 23425±345 kpa (3400±50 psi). Untuk mengukur tekanan, pasang
pressure gauge pada tap (lihat Gambar No. 140). Operasikan truck pada NEUTRAL
dengan engine HIGH IDLE, dan putar steering wheel sampai berhenti pada batas
maximum ke kanan atau ke kiri.
Flow compensator valve (2) digunakan untuk meng-adjust low pressure standby.
Saat truck berjalan lurus, tidak ada aliran atau tekanan yang diperlukan steering
cylinder, dan pompa akan destroke pada low pressure standby.
Untuk meng-adjust low pressure standby, lepas nut penutup, kendorkan locknut dan
putar adjusting screw ke dalam untuk menaikan atau putar adjusting screw keluar
untuk menurunkan tekanan. Tekanan low pressure standby harus antara 2070 dan
2950 kpa (300 dan 430 psi). Untuk mengukur tekanan ini, pasang pressure gauge
pada pressure tap (lihat Gambar No. 140). Operasikan truck pada NEUTRAL
dengan engine HIGH IDLE, dan JANGAN menggerakkan steering wheel.
Load Sensing (LS) signal pressure dari Hand Metering Unit (HMU) (lihat Gambar No.
142) masuk ke spring chamber pada flow compensator valve melalui hose (3).
Saat truck berjalan lurus, steering cylinder tidak memerlukan aliran atau tekanan.
HMU akan menyediakan tekanan yang sangat rendah sebagai load sensing signal
ke flow compensator pada load sensing controller.
Oli dari pompa (pada low pressure standby) mengalir ke swashplate piston dan
melewati bagian bawah flow compensator spool ke actuator piston. Actuator piston
memiliki penampang yang lebih besar dari pada swashplate piston. Tekanan oli
pada actuator piston akan melawan gaya spring dan tekanan pada swashplate
piston untuk menggerakkan swashplate ke posisi destroke. Kemudian aliran dari
pompa akan minimum, low pressure standby.
Tekanan output pompa sama dengan setingan pada flow compensator ditambah
tekanan yang dibutuhkan untuk mengompensasi kebocoran system. low pressure
standby setting harus antara 2070 dan 2950 kpa (300 dan 430 psi).
Saat berbelok, dimana tekanan dan aliran steering diperlukan, tekanan akan naik
pada HMU load sensing signal line. Tekanan pada signal line sama dengan tekanan
pada steering cylinder. Pump load sensing controller menjaga tekanan dari actuator
piston ke drain. Dengan ditambahkan tekanan dari atas load sensing controller akan
mengalirkan tekanan dari actuator piston ke drain dan swashplate akan bergerak ke
posisi maximum flow (upstroke).
Saat tekanan naik pada HMU load sensing signal line, tekanan pada pump supply
akan sama dengan tekanan pada flow compensator. Hal ini akan menjaga pompa
untuk tetap pada posisi maximum flow. Karena pompa diputar oleh engine, maka
rpm engine juga akan mempengaruhi pump output.
3
4
5
1
2
6
Oli steering mengalir dari pompa ke steering valve yang berada di frame di balik
suspension cylinder depan kanan. Steering pressure switch (1) memonitor output
dari steering pump. Steering pressure switch memberikan signal ke
Transmission/Chassis ECM, dan Caterpillar Monitoring System untuk
menginformasikan operator kondisi dari steering system. steering system warning
akan ditampilkan jika tekanan pada steering system turun di bawah 700±100 kpa
(100±15 psi).
Steering pressure switch tidak mampu membaca tekanan high steering system.
Pressure reducing valve (2) menurunkan tekanan steering system untuk dibaca oleh
steering pressure switch. Tekanan dari pressure reducing valve adalah 2600+500-
200 kpa (375+70-30 psi). Untuk mengukur tekanan pada pressure reducing valve,
lepas steering pressure switch dan pasangkan pressure gauge pada port tersebut.
Operasikan truck dalam NEUTRAL dan engine LOW IDLE, putar steering wheel
sampai berbelok penuh ke kanan atau ke kiri.
• Secondary steering
3. Secondary steering motor
Primary relief valve untuk secondary steering ada pada secondary steering pump
load sensing valve. Settingan relief valve adalah 16880±345 kpa (2450±50 psi).
relief valve dapat dijangkau melalui plug kecil (4).
Dua relief valve berada di sebelah kiri steering valve. Relief valve bagian atas (5)
adalah back-up relief valve untuk secondary steering system. Secondary back-up
relief valve melindungi secondary steering system jika relief valve pada secondary
steering pump tidak bekerja. Setingan secondary steering back-up relief valve
adalah 20700±400 kpa (3000±60 psi).
Untuk mengecheck setingan primary steering back-up relief valve, naikan setingan
pada high pressure cutoff valve pada steering pump. Hitung jumlah putaran
adjustment screw saat menaikan setingan sehingga valve dapat dikembalikan lagi
pada setingan seperti semula. Kendorkan locknut pada primary steering back-up
relief valve, dan putar adjustment screw ke dalam untuk menaikan dan putar
adjustment screw keluar untuk menurunkan tekanan. Untuk mengukur setingan ini,
jangan menghidupkan engine. Putar key switch ke posisi ON dan tekan secondary
switch pada dash (lihat Gambar No. 46). Putar steering wheel sampai penuh ke kiri
atau ke kanan saat secondary steering pump bekerja.
Relief valve bagian bawah (6) adalah back-up relief valve untuk primary stering
system. Primary steering back-up relief valve melindungi primary steering system
jika high pressure cutoff valve pada steering pump tidak bekerja. Setingan untuk
primary steering back-up relief valve adalah 26000±400 kpa (3775±60 psi). Tekanan
primary steering pertama dikontrol oleh high pressure cutoff valve yang berada pada
steering pump. Setingan pada high pressure cutoff valve pada steering pump adalah
23425±345 kpa (3400±50 psi).
Untuk mengecheck primary steering back-up relief valve, naikan setingan high
pressure cutoff valve pada steering pump. Hitung jumlah putaran yang dibuat pada
adjustment screw agar valve dapat dikembalikan pada setingan aslinya. Kendorkan
locknut pada primary steering back-up relief valve, dan putar adjustment screw ke
dalam untuk menaikan tekanan dan putar adjustment screw keluar untuk
3
2
1
Pada Gambar di atas terlihat bagian depan dari steering valve. Yang berada di
dalam dua plugs adalah check valve. Check valve digunakan untuk memisahkan
primary dan secondary steering system. secondary check valve (1) berada di dalam
plug sebelah kiri, dan primary check valve (2) berada di dalam plug sebelah kanan.
Tekanan steering system dapat diukur melalui steering system pressure tap (3).
1. HMU
Hand Metering Unit (HMU) (1) berada pada base dari steering column dibelakang
cover pada cabin depan. HMU terhubung ke steering wheel dan dikontrol oleh
operator.
HMU mengatur jumlah oli yang dikirimkan ke steering cylinders dengan kecepatan
sama seperti saat steering wheel diputar. Semakin cepat HMU diputar, semakin
banyak aliran oli yang dikirim ke steering cylinder, dan akan semakin cepat roda
dalam berbelok.
Steering system ini dinamakan sebagai ”Q-amp” dalam aliran oli. Saat dengan tiba-
tiba terjadi perubahan arah (putaran steering wheel melebihi 10 rpm), aliran oli
tambahan dari steering pump akan di-bypass oleh gerotor pump pada HMU dan
akan mengalir langsung ke steering cylinder. Oli yang mengalir ke cylinder sama
dengan aliran oli yang ke gerotor pump ditambah aliran oli bypass dari steering
pump. Aliran oli steering dikuatkan sampai 1,6 :1. kegunaan ini untuk menyediakan
respon steering yang cepat saat melakukan perubahan arah secara tiba-tiba.
Tekanan load sensing signal mengalir melalui tube (2) ke load sensing controller
pada primary steering pump (lihat Gambar No. 137) dan load sensing controller
pada secondary steering pump (Gambar berikutnya).
• HMU tubes
Dua crossover relief valves terpasang di bagian atas HMU. Crossover relief valve
dipasang secara seri dengan port belok kanan dan belok kiri. Jika roda depan
menerima gaya dari luar saat roda tidak digerakkan, crossover relief valve akan
melindungi steering line antara steering cylinder dan HMU. Crossover relief valve
akan mengijinkan oli untuk dialirkan dari salah satu bagian steering cylinder ke yang
lainya pada bagian yang berlawanan. Setingan untuk crossover relief valve adalah
kurang lebih 27200±690 kpa (3950±100 psi).
Untuk mengetes crossover relief valve kanan, pasang dua tee dengan pressure tap
pada hose steering cylinder untuk belok kanan. Belokkan truck penuh ke kanan
sampai berhenti, dan matikan engine. Supply dari pompa external harus
duhubungkan pada pressure tap yang terpasang pada hose untuk belok kanan.
Hubungkan pressure gauge pada pressure tap lainya yang terpasang pada hose
untuk belok kanan. Beri tekanan pada steering system, dan amati pembacaan pada
pressure gauge yang akan menunjukkan nilai setingan untuk crossover relief valve
kanan.
Untuk mengetes crossover relief valve kiri, pasang dua tee dengan pressure tap
pada hose steering cylinder untuk belok kiri. Belokkan truck dengan penuh ke kiri
sampai berhenti, dan matikan engine. Supply dari pompa external harus
dihubungkan pada salah satu pressure tap yang terpasang pada hose untuk belok
kiri. Hubungkan presure gauge pada pressure tap lainya yang terpasang pada hose
untuk belok kiri. Beri tekanan pada steering system, dan amati pembacaan pada
gauge yang akan menunjukkan nilai setingan dari crossover relief valve kiri.
Pada 777D truck sebelumnya, crossover relief valve block yang terpisah berada
pada frame di bagian ruang engine.
1
2
Semua Update truck seri “D” lainya menggunakan static load sensing steering
system. Pada static system, terdapat load sensing pressure antara HMU dengan
steering pump, tetapi tidak ada flow. 777D Update truck menggunakan dynamic load
sensing steering system. Pada dynamic system, terdapat load sensing pressure dan
flow antara HMU dengan steering pump.
Load sensing pilot signal resolver valve (1) berada pada secondary steering pump
load sensing valve. Resolver valve mengijinkan load sensing signal oil untuk
mengalir diantara HMU dengan primary steering pump atau secondary steering
pump. Saat tidak ada pergerakkan pada steering wheel, oli mengalir ke HMU. Saat
berbelok ke kiri atau ke kanan, oli akan mengalir dari HMU melalui signal hose (2).
Normalnya, secondary steering pump pada kondisi OFF dan resolver akan menutup
dari HMU ke secondary steering pump. Aliran melalui hose (3) dari primary steering
pump akan menahan pembukaan resolver, dan tekanan load sensing pilot signal
akan terjadi di antara HMU dan piston pump flow compensator.
Load sensing signal yang mengalir dari primary steering pump juga digunakan untuk
“thermal bleed” melalui HMU. “thermal bleed” digunakan untuk menjaga temperatur
HMU agar sama dengan temperaur steering system. Menjaga temperatur HMU akan
mencegah dari macet.
Pada Gambar di atas terlihat steering hydraulic system. Primary steering pump
menghisap supply oli dari steering tank. Semua piston-type pump menghasilkan
sedikit kebocoran ke case drain untuk pelumasan dan pendinginan. Dari case drain
oli mengalir ke steering tank melalui case drain filter.
Oli steering mengalir dari pompa ke steering valve yang berada pada frame di
samping suspension depan kanan. Steering pressure switch memonitor output dari
steering pump. Steering pressure switch tidak dapat langsung membaca tekanan
high steering system pressure. Pressure reducing valve akan menurunkan tekanan
steering system untuk steering pressure switch.
• Secondary steering
load sensing resolver ke HMU. Load sensing valve akan menggunakan tekanan load
sensing signal untuk mengontrol jumlah aliran dari secondary steering pump ke
steering valve.
Dua relief valve terpasang pada steering valve. Secondary steering back-up relief
valve melindungi secondary steering system jika relief valve pada secondary
steering pump tidak bekerja.
Primary steering back-up relief valve melindungi primary steering system jika high
pressure cutoff valve pada steering pump tidak bekerja.
Dua check valve berada pada steering valve. Check valve digunakan untuk
memisahkan primary dan secondary steering system.
• HMU
Hand Metering Unit (HMU) berada di dasar steering coulmn di dalam cover cabin
depan. HMU terhubung dengan steering wheel dan dikontrol oleh operator. Steering
supply oil mengalir ke HMU (P) dari steering valve. Kembalinya oli dari HMU (T)
mengalir melalui steering valve dan steering filter ke steering tank.
HMU mengatur jumlah oli yang dikirimkan ke steering cylinder (L dan R) dengan
kecepatan sebagaimana putaran pada steering wheel. Semakin cepat HMU diputar,
semakin banyak flow yang mengalir ke steering cylinder, dan semakin cepat roda
untuk berbelok.
Load sensing pilot signal resolver vlave berada pada secondary steering pump load
sensing valve. Resolver valve mengijinkan load sensing signal oil mengalir diantara
HMU dan primary steering pump atau secondary steering pump. Saat steering wheel
tidak digerakkan, oli mengalir ke HMU. Pada saat belok kanan atau kiri, oli akan
mengalir dari HMU,
Normalnya, secondary steering pump dalam kondisi OFF dan resolver valve akan
menutup dari HMU ke secondary steering pump. Aliran dari primary steering pump
akan menahan pembukaan resolver dan tekanan load sensing pilot signal di antara
HMU dan flow compensator pada piston pump.
Di atas adalah schematik pada steering hydraulic system yang digunakan pada
777D Update truck dalam posisi HOLD.
Semua komponen internal valve dan arah dari aliran oli dapat dilihat. Primary
steering pump menghisap supply oli dari steering tank. Semua piston-type pump
akan menghasilkan sedikit kebocoran pada case drain untuk pelumasan dan
pendinginan. Oli dari case drain akan mengalir ke steering tank melalui case drain
filter.
Oli steering mengalir dari pompa ke steering valve yang berada pada frame di
samping suspension depan kanan. Steering pressure switch memonitor output dari
steering pump. Steering pressure switch tidak dapat langsung membaca tekanan
high steering system pressure. Pressure reducing valve akan menurunkan tekanan
steering system untuk steering pressure switch.
• Secondary steering
Dua relief valve terpasang pada steering valve. Secondary steering back-up relief
valve melindungi secondary steering system jika relief valve pada secondary
steering pump tidak bekerja.
Primary steering back-up relief valve melindungi primary steering system jika high
pressure cutoff valve pada steering pump tidak bekerja.
Dua check valve berada pada steering valve. Check valve digunakan untuk
memisahkan primary dan secondary steering system.
• HMU
Hand Metering Unit (HMU) berada di dasar steering coulmn di dalam cover cabin
depan. HMU terhubung dengan steering wheel dan dikontrol oleh operator. Steering
supply oil mengalir ke HMU dari steering valve. Kembalinya oli dari HMU menggalir
melalui steering valve dan steering filter ke steering tank.
HMU mengatur jumlah oli yang dikirimkan ke steering cylinder (L dan R) dengan
kecepatan sebagaimana putaran pada steering wheel. Semakin cepat HMU diputar,
semakin banyak flow yang mengalir ke steering cylinder, dan semakin cepat roda
untuk berbelok.
Load sensing pilot signal resolver valve berada pada secondary steering pump load
sensing valve. Resolver valve mengijinkan oli load sensing signal mengalir di antara
HMU dan primary steering pump atau secondary steering pump. Saat steering wheel
tidak digerakkan, oli mengalir ke HMU. Pada saat belok kanan atau kiri, oli akan
mengalir dari HMU,
Dua crossover relief valves terpasang di bagian atas HMU. Crossover relief valve
dipasang secara seri dengan port belok kanan dan belok kiri. Jika roda depan
menerima gaya dari luar saat roda tidak digerakkan, crossover relief valve akan
melindungi steering line antara steering cylinder dan HMU. Crossover relief valve
akan mengijinkan oli untuk dialirkan dari salah satu bagian steering cylinder ke yang
lainya pada bagian yang berlawanan.
TOPIK 5
HOIST SYSTEM
HOIST SYSTEM
• Hoist system dikontrol oleh Transmission/Chassis ECM
Hoist system pada 777D Update truck dikontrol oleh Transmission/Chassis ECM
Cara kerja hoist control system mirip dengan 777D sebelumnya. Terdapat empat
posisi hoist lever yaitu: RAISE, HOLD, FLOAT dan LOWER.
Hoist valve memiliki lima posisi termasuk posisi SNUB. Operator tidak bisa
mengetahui jika hoist pada posisi SNUB karena tidak tersedia pada hoist lever. Saat
body sedang diturunkan, sebelum menyentuh frame, Transmission/Chassis ECM
memberikan signal ke hoist lower solenoid untuk menggerakkan hoist valve spool ke
posisi SNUB. Pada posisi SNUB, kecepatan penurunan body akan berkurang untuk
mencegah benturan keras dengan fame.
Hoist system dapat di-enable atau di-disable dengan menggunakan ET. Semua
truck yang dikirim dari pabrik tanpa dump body terpasang, diseting pada Hoist
Enable Status 2. hoist Enable Status 2 adalah hanya untuk test mode yang akan
mencegah hoist cylinder mengalami kerusakan saat diaktifkan. Setelah body
terpasang, rubah Hoist Enable Status ke 1 agar hoist system dapat bekerja dengan
benar.
Operator mengontrol hoist lever (panah). Keempat posisi pada hoist lever adalah:
RAISE, HOLD, FLOAT dan LOWER.
Truck seharusnya dioperasikan dengan hoist lever pada posisi FLOAT. Berjalan
dengan hoist pada posisi FLOAT akan membuat berat dari body ditahan oleh frame
dan body pad dan bukan oleh hoist cylinder. Hoist control valve aktualnya akan pada
posisi SNUB.
Jika transmission sedang MUNDUR kemudian body dinaikan, hoist lever sensor
akan digunakan untuk melakukan shift transmisson ke NEUTRAL. Transmission
akan tetap NEUTRAL sampai:
1. Hoist lever diposisikan ke HOLD atau FLOAT,
2. Shift lever telah diposisikan ulang ke NEUTRAL.
CATATAN: Jika truck start dengan body sedang di atas dan hoist lever pada
posisi FLOAT, lever harus di posisikan ke HOLD dan kemudian ke FLOAT
sebelum body akan turun.
Hoist lever control adalah Pulse Width Modulated (PWM) position sensor (panah).
PWM sensor mengirimkan duty cycle input signal ke Transmssion/Chassis ECM.
Tergantung pada posisi sensor dan nilai duty cycle, satu dari dua solenoid yang
berada pada hoist valve akan di-energize.
Empat posisi pada hoist lever adalah RAISE, HOLD, FLOAT dan LOWER, dengan
duty cycle signal yang akan mengubah semua posisi dari hoist lever, operator dapat
memodulasi kecepatan dari pergerakan hoist cylinder.
Hoist lever sensor juga menggantikan body raise switch (transmission neutralizer
switch) yang berada di belakang kursi operator. Hoist lever sensor melakukan tiga
fungsi yaitu:
¾ Menaikan dan menurunkan body
¾ Menetralkan transmission saat MUNDUR
¾ Memulai TPMS cycle yang baru
Hoist lever position sensor menerima 24 Volt dari Transmision/Chassis ECM. Untuk
mengechek supply voltage pada sensor, hubungkan multimeter diantara Pin A dan B
pada connector sensor. Seting multimeter pada pembacaan ”DC Volt”.
Untuk mengechek signal dari hoist lever position sensor, hubungkan multimeter
diantara Pin B dan C pada connector hoist lever position sensor. Seting multimeter
pada pembacaan ”Duty Cycle”. Output duty cycle harus kurang lebih 5 – 95% antara
full Raise ke full LOWER.
Terlihat pada Gambar adalah hoist, converter dan brake hydraulic tank. Level oli
dicheck dengan membuka pintu kecil (1) dan melihat melalui sight gauge. Level oli
harus pertama dicheck dengan keadaan dingin dan engine mati. Level harus dicheck
lagi dengan kondisi hangat dan engine running.
2. Sight gauge bawah untuk level oli dengan cylinder posisi raised
Sight gauge bawah (2) dapat digunakan untuk mengisi tanki saat hoist cylinder
berada pada posisi RAISED. Saat hoist cylinder diturunkan, level oli hydraulic akan
bertambah. Setelah hoist cylinder diturunkan, periksa level oli hydraulic tank pada
sight gauge yang atas.
Hanya gunakan Transmission Drive Train Oil (TDTO) dengan sepesifikasi TO-4 atau
yang terbaru. TDTO TO-4 oil:
¾ Memberikan kemampuan menahan gesekan secara maximum untuk clutch
disc yang dipakai pada brake.
¾ Menaikan kemampuan menahan dalam pengereman dengan mengurangi
slip.
¾ Mengontrol pengereman
3. Breather
Periksa hoist dan brake hydraulic tank breather (3) dari kebuntuan. Bersihkan filter
jika buntu.
3
2
5
6
4
1
7 8
Terlihat bagian belakang dari hoist, converter dan brake hydraulic tank. Hoist pump
menghisap oli dari tanki melalui suction screen (1) yang berada di belakang tanki. Oli
yang kembali dari hoist valve mengalir melalui port (2).
Brake cooling oil yang kembali ke hydraulic tank melalui tiga port (3) paling atas.
1
2
1. Hoist pump
2. Hoist system pressure tap
Hoist pump (1) berada di bagian atas belakang pump drive. Oli mengalir dari hoist
pump ke hoist control valve. Hoist system pressure dapat di tes pada pressure tap
(2).
Body up switch (lihat Gambar No. 132) harus pada posisi RAISE sebelum
melakukan test pada tekanan relief valve untuk LOWER. Gerakkan magnet melewati
body up switch sampai body up alert indicator pada dash menyala. Saat body up
switch pada posisi LOWER, Transmission/Chassis ECM akan menahan hoist valve
pada posisi SNUB dan relief valve untuk LOWER tidak akan terbuka.
Pada posisi HOLD, FLOAT dan SNUB, gauge akan membaca tekanan brake
cooling, yang dihasilkan dari hambatan pada cooler, brake dan hose (normalnya
lebih rendah dari setingan oil cooler relief valve). Tekanan maximum dibatasi oleh oil
cooler relief valve, yang memiliki setingan 586 ±14 kPa (85 ±2 psi).
3
1
4
2
5 6
Oli mengalir dari hoist pump ke hoist control valve yang berada pada frame cross-
tube diantara mounting hoist cylinder bagian bawah. Hoist valve menggunakan
brake release oil sebagai oli pilot untuk menggerakan directional spool di dalam hoist
valve. Brake release oil masuk ke hydraulic actuator pada kedua ujung hoist valve
melalui hose kecil. Tekanan brake release oil (hoist pilot) adalah 4700 ±200 kPa
(680 ±30 psi).
Tekanan oli pilot akan selalu ada pada kedua ujung directional spool. Dua solenoid
valve digunakan untuk membuang oli pilot dari ujung directional spool, yang akan
menyebabkan spool bergerak. Solenoid sebelah kanan adalah RAISE solenoid valve
(1), dan solenoid sebelah kiri adalah LOWER solenoid valve (2).
RAISE dan LOWER solenoid valve secara konsatan akan menerima kurang lebih
300 milivolts pada frekuensi 80 Hz saat berada pada setiap posisi kecuali HOLD.
Hal ini dinamakan ”dither” digunakan untuk menjaga solenoid dalam posisi siap
untuk respon yang cepat.
Saat Transmission/Chassis ECM menerima input signal dari hoist lever sensor, ECM
akan mengirimkan arus output signal antara 0 dan 1,9 amps ke salah satu solenoid.
Besarnya arus yang dikirimkan ke solenoid menentukan berapa bayak oli pilot yang
akan di-drain dari ujung directional spool, dan menentukan seberapa jauh
pergerakan directional spool ke arah solenoid.
Saat hoist control valve pada posisi HOLD, FLOAT atau SNUB, semua oli dari hoist
pump akan mengalir melalui tube (3) dan brake oil cooler yang berada di belakang
engine (lihat Gambar No. 78) ke brake (lihat Gambar No.108 dan 109).
Oil cooler reief valve berada di dalam hoist contol valve di belakang plug besar (4).
Relief valve akan membatasi tekanan brake oil cooling saat hoist valve pada posisi
HOLD, FLOAT atau SNUB. Setingan untuk oil cooler relief valve adalah 586 ±14 kPa
(85 ±2 psi).
Dua hoist system pressure tap berada pada junction block diantara dua hoist
cylinder. Tap kiri (5) digunakan untuk melakukan test pada tekanan hoist RAISE.
Tap kanan (6) digunakan untuk melakukan test pada tekanan hoist LOWER.
Tekanan relief valve dites dengan engine HIGH IDLE dan hoist valve pada posisi
RAISE atau LOWER.
Body up switch (lihat Gambar No.132) harus pada posisi RAISE sebelum melakukan
test pada setingan relief valve untuk LOWER. Gerakan magnet melewati body up
switch sampai body up alert indicator pada dash menyala. Jika body up switch pada
posisi LOWER, Transmission/Chassis ECM akan menahan hoist valve pada posisi
SNUB dan LOWER relief valve tidak akan terbuka.
• Orifice plate
Orifice plate terpasang diantara hose atas dan rod end port pada kedua cylinder.
Orifice plate akan menghambat aliran oli dari rod end hoist cylinder.
Orifice plate mencegah kavitasi pada cylinder saat body naik lebih cepat dari supply
pompa (karena beban shift secara tiba-tiba).
4
1
Gambar di atas memperlihatkan pandangan hoist valve sebelah kanan. Load check
valve berada di balik plug (1). Saat directional spool mulai bergerak, load check
valve akan tetap tertutup sampai tekanan supply lebih besar dari tekanan pada hoist
cylinder. Load check valve mencegah body dari turun sebelum tekanan RAISE naik.
Hoist pilot supply oil (brake release) masuk ke hydraulic actuator malalui port (2).
Saat posisi HOLD, tekanan pilot oil akan tersedia pada kedua ujung directional
spool. Saat solenoid energized, pilot oil akan di-dain dari ujung directional spool.
Yang menyebabkan spool bergerak. Drain port berada di balik plug (3). Tekanan
yang terkontrol untuk menahan spool pada posisi yang diinginkan, dapat diukur pada
port (4).
1
2
Tekanan hoist system dikontrol oleh dua relief valve yang berada di atas hoist valve.
Raise relief valve (1) membatasi tekanan pada hoist system saat RAISE. Tekanan
hoist system saat RAISE adalah 18950 + 520 - 0 kPa (2750 + 75 - 0 psi).
LOWER relief valve (2) membatasi tekanan hoist system saat LOWER. Tekanan
hoist system saat LOWER adalah 3450 ±350 kPa (500 ±50 psi).
Dual stage relief valve signal spool berada di belakang plug (3). Saat hoist valve
posisi RAISE, directional spool mengirimkan tekanan dari hoist cylinder raise ke dual
stage relief valve signal spool. Dual stage relief valve signal spool menggerakkan
block supply pressure dari pembukaan low pressure relief valve.
CATATAN: Hoist valve posisi LOWER memiliki parameter yang dapat disetel
pada Transmission/Chassis ECM dengan menggunakan ET. Sedikit penyetelan
akan mengubah kompensasi dari valve. Jarak penyetelan dari -5 sampai +5
dengan nilai standar adalah nol. Angka negatif akan mengurangi kecepatan
penurunan body dan angka positif akan mempercepat penurunan body.
Dengan engine HIGH IDLE dan hoist lever pada posisi FLOAT, tekanan pump
output harus kurang dari 1725 kpa (250 psi). hoist lever harus pada posisi
HOLD saat melakukan penyetelan.
Gambar di atas menunjukkan hoist control valve saat posisi HOLD. Tekanan oli pilot
akan tersedia pada kedua ujung directional spool. Spool ditahan di tengah-tengah
oleh centering spring dan oli pilot. Saluran pada directional spool akan
menghubungkan signal dual stage relief valve stem ke tanki. Semua oli dari hoist
pump akan mengalir melalui brake oil cooler ke rear brake.
Posisi dari directional spool akan menutup oli pada head end dan rod end dari hoist
cylinder.
Gauge yang terhubung ke pressure tap pada pompa saat hoist valve posisi HOLD
akan menunjukkan tekanan untuk brake cooling system, dimana yang dihasilkan
karena hambatan pada cooler, brake dan hose. Tekanan maximum harus sesuai
dengan setingan pada front brake oil cooler relief valve. Setingan pada oil cooler
relief valve adalah 586 ±14 kPa (85 ±2 psi).
Gambar di atas menunjukkan hoist control valve posisi RAISE. Hoist solenoid
ENERGIZED dan membuang oli pilot dari ujung atas directional spool. Directional
spool bergerak ke atas. Oli dari pompa mengalir melewati load check valve dan
directional spool ke head end pada hoist cylinder.
Saat directional spool mulai bergerak, load check valve akan tetap menutup sampai
tekanan supply lebih besar dari tekanan pada hoist cylinder. Load check valve
mencegah body agar tidak turun sebelum tekanan untuk RAISE meningkat.
Directional spool juga mengirimkan tekanan hoist cylinder raise ke dual stage relief
valve signal stem. Dual stage relief valve signal stem akan bergerak ke bawah dan
menutup tekanan supply dari pembukaan low pressure relief valve.
Oli dari rod end hoist cylinder mengalir bebas melalui brake oil cooler ke brake.
• Pengecheckan High pressure relief valve seting saat RAISE pada HIGH
IDLE
Jika tekanan head end dari hoist cylinder melebihi setingan relief valve, high
pressure relief valve akan membuka, dump valve akan bergerak ke kiri dan oli dari
pompa akan mengalir ke tanki.
High pressure hoist relief valve seting di check pada hoist pump pressure tap atau
pada head end pressure tap yang berada pada juction block di antara dua hoist
cylinder. Periksa tekanan relief valve dengan hoist lever pada posisi RAISE dan
engine HIGH IDLE.
Gambar di atas menunjukan hoist control valve pada posisi LOWER (turun). LOWER
solenoid energized dan akan membuang oli dari ujung bawah directional spool.
Directional spool kemudian bergerak ke bawah.
Oli supply dari pompa akan melewati load check valve dan directional spool ke rod
end pada hoist cylinder. Oli pada head end hoist cylinder akan mengalir ke tanki
melalui 15 lubang pada directional spool. Oli supply pada rod end hoist cylinder dan
berat dari dump body akan menggerakkan cylinder untuk memendek.
Directional spool juga menghubungkan saluran yang ke dual stage relief valve signal
stem. Dual stage relief valve signal stem akan menyebabkan tekanan supply
dibatasi oleh low pressure relief valve.
Jika tekanan pada rod end hoist cylinder melebhi 3450 ±350 kPa (500 ±50 psi), low
pressure relief valve akan membuka. Saat low pressure relief valve membuka, dump
valve akan bergerak ke kiri dan mengalirkan oli ke tanki.
• Setingan Low pressure relief valve dicheck saat LOWER dengan HIGH
IDLE
Low pressure hoist relief valve seting dicheck pada rod end pressure tap yang
berada pada juction block diantara dua hoist cylinder. Periksa tekanan relief valve
dengan hoist lever pada posisi LOWER dan engine HIGH IDLE.
Body up switch (lihat Gambar No. 132) harus pada posisi RAISE sebelum
melakukan test pada tekanan relief valve untuk LOWER. Gerakkan magnet melewati
body up switch sampai body up alert indicator pada dash menyala. Saat body up
switch pada posisi LOWER, Transmission/Chassis ECM akan menahan hoist valve
pada posisi SNUB dan relief valve untuk LOWER tidak akan terbuka.
CATATAN: Hoist valve posisi LOWER memiliki parameter yang dapat disetel
pada Transmission/Chassis ECM dengan menggunakan ET. Sedikit penyetelan
akan mengubah kompensasi dari valve. Jarak penyetelan dari -5 sampai +5
dengan nilai standar adalah nol. Angka negatif akan mengurangi kecepatan
penurunan body dan angka positif akan mempercepat penurunan body.
Dengan engine HIGH IDLE dan hoist lever pada posisi FLOAT, tekanan pump
output harus kurang dari 1725 kpa (250 psi). hoist lever harus pada posisi
HOLD saat melakukan penyetelan.
Gambar di atas menunjukan hoist control valve pada psosisi FLOAT. LOWER
solenoid akan setengah energized dan membuang beberapa oli pilot pada bagian
ujung bawah directional spool ke tanki. Kemudian directional spool akan bergerak ke
bawah. Karena oli pilot dibuang sedikit, directional spool tidak bergerak sejauh
seperti saat LOWER.
Oli supply pompa akan mengalir melewati load check valve dan directinal spool ke
rod end hoist cylinder. Oli pada head end hoist cylinder akan mengalir ke tanki.
Posisi dari directional spool membuat tekanan oli pada brake oil cooler sama
dengan tekanan pada rod end hoist cylinder.
Truck seharusnya dioperasikan dengan hoist lever pada posisi FLOAT. Berjalan
dengan hoist pada posisi FLOAT akan membuat berat dari body ditahan oleh frame
dan body pad dan bukan oleh hoist cylinder. Hoist control valve aktualnya akan pada
posisi SNUB.
Gambar di atas menunjukkan hoist control valve pada posisi SNUB. Saat body
diturunkan, sebelum body menyentuh frame, body up switch akan mengirimkan
signal ke Transmission/Chassis ECM untuk mengerakkan directional spool ke posisi
SNUB. Saat posisi SNUB, directional spool bergerak sedikit pada posisi di antara
HOLD dan FLOAT. Posisi SNUB akan menghambat aliran oli dan akan menurunkan
body secara perlahan.
Operator tidak dapat mengontrol posisi SNUB. Saat hoist lever pada posisi LOWER
atau FLOAT dan body up switch pada posisi DOWN, hoist control valve akan pada
posisi SNUB.
Gauge yang dihubungkan pada rod end pressure tap saat hoist control valve pada
posisi SNUB akan menunjukkan pembacaan brake cooling system pressure, yang
dihasilkan karena hambatan pada cooler, brake dan hose. Tekanan brake cooling
system kurang lebih 172 kpa (25 psi) pada HIGH IDLE. Tekanan maximum harus
sesuai dengan setingan pada brake cooling relief valve. Setingan pada brake cooling
relief valve adalah 586 ±14 kPa (85 ±2 psi).
Terlihat pada gambar two-stage hoist cylinder yang digunakan untuk menaikan
body. Oli mengalir dari hoist control valve ke dua hoist cylinder saat directional spool
pada hoist control valve tidak pada posisi HOLD.
Periksa kondisi dari body pad (panah) dari keausan dan kerusakan.
Hoist pilot oil dibutuhkan untuk menurunkan body saat engine mati. Towing pump
dapat digunakan untuk menyediakan oli pilot. Cara untuk menurunkan body dengan
engine mati adalah:
¾ Rubah diverter (towing) valve ke posisi towing (lihat Gambar No. 187 dan
188)
¾ Putar key star switch ke posisi ON agar towing motor dan hoist solenoid dapat
energized.
¾ Tekan secondary steering dan brake release switch pada dash (lihat Gambar
No.46).
Hoist pump akan menghisap oli dari hydraulic tank melalui suction screen yang
berada dibelakang tanki. Oli mengalir dari hoist pump ke hoist valve.
Hoist valve menggunakan oli brake release sebagai oli pilot untuk menggerakkan
directional spool di dalam hoist control valve. Oli mengalir dari brake release valve
ke kedua ujung pada hoist control valve. Tekanan brake release oil adalah 4700
±200 kPa (680 ±30 psi).
Tekanan oli pilot akan selalu ada pada kedua ujung directional spool. Dua solenoid
valve digunakan untuk membuang oli pilot dari ujung diredctional spool, yang akan
menyebabkan spool untuk bergerak.
Saat hoist control valve pada posisi HOLD, FLOAT atau SNUB, oli dari hoist pump
akan mengalir melalui brake oil cooler yang berada di belakang engine di atas
torque converter. Oli mengalir dari oil cooler, melalui rear brake, dan kembali ke
hydraulic tank.
Oil cooler relief valve berada pada hoist control valve,. Relief valve membatasi
tekanan brake oil cooling saat hoist control valve pada posisi HOLD, FLOAT atau
SNUB. Setingan oil cooler relief valve adalah 586 ±14 kPa (85 ±2 psi).
Oli mengalir dari hoist control valve ke dua hoist cylinder saat directional spool pada
hoist control valve tidak pada posisi HOLD.
• Orifice plate
Orifice plate terpasang di antara hose atas dan rod end port pada kedua cylinder.
Orifice plate mencegah kavitasi pada cylinder saat body naik lebih cepat dari supply
pompa (karena beban shift secara tiba-tiba).
Terlihat di atas adalah schematic hoist hydraulic system yang digunakan pada 777D
Update truck.
Hoist valve menggunakan oli brake release sebagai oli pilot untuk menggerakkan
directional spool di dalam hoist control valve. Oli mengalir dari brake release valve
ke kedua ujung pada hoist control valve.
Tekanan oli pilot akan selalu ada pada kedua ujung directional spool. Dua solenoid
valve digunakan untuk membuang oli pilot dari ujung directional spool, yang akan
menyebabkan centering spring dan tekanan pada kedua ujung yang berlawanan dari
spool untuk mendorong spool. Solenoid pada sebelah kiri adalah RAISE solenoid
valve dan solenoid sebelah kanan adalah LOWER solenoid valve. Saat RAISE
solenoid energized, directional spool akan bergerak ke arah RAISE solenoid.
RAISE dan LOWER solenoid valve secara konstan akan menerima kurang lebih 300
milivolts pada frekuensi 80 Hz saat berada pada setiap posisi kecuali HOLD. Hal ini
dinamakan ”dither” digunakan untuk menjaga solenoid dalam posisi siap untuk
respon yang cepat.
Hoist lever control adalah Pulse Width Modulated (PWM) position sensor. PWM
sensor mengirimkan duty cycle input signal ke Transmssion/Chassis ECM.
Tergantung pada posisi sensor dan nilai duty cycle, satu dari dua solenoid yang
berada pada hoist valve akan di energize.
• Hoist solenoid
Empat posisi pada hoist lever adalah RAISE, HOLD, FLOAT dan LOWER, dengan
duty cycle signal yang akan mengubah semua posisi dari hoist lever, operator dapat
memodulasi kecepatan dari pergerakan hoist cylinder.
Saat Transmission/Chassis ECM menerima input signal dari hoist lever sensor, ECM
akan mengirimkan arus output signal antara 0 dan 1,9 amps ke salah satu solenoid.
Besarnya arus yang dikirimkan ke solenoid menentukan berapa bayak pilot oil yang
di-drain dari ujung directional spool dan menentukan seberapa jauh pergerakan
directional spool.
Operator tidak mengetahui posisi saat SNUB karena posisi ini tidak ada pada posisi
lever. Saat body diturunkan, sebelum body menyentuh frame, kecepatan body saat
float akan dikurangi untuk mencegah body membentur pada frame.
• Posisi LOWER
Saat hoist control valve pada posisi RAISE, oli dari pump supply akan mengalir ke
head end pada hoist cylinder. Oli supply dari pompa juga akan mengalir pada dual
stage signal spool dan menggerakkan spool ke kiri. Saat dual steage signal spool
bergerak ke kiri, oli dari supply pompa akan ditutup dari LOWER relief valve, dan
RAISE relief valve akan membatasi tekanan pada hoist system.
Saat hoist control valve pada posisi LOWER (turun), FLOAT atau SNUB, oli supply
dari pompa akan mengalir ke rod end dari hoist cylinder. Oli supply dari pompa akan
ditutup dari dual stage signal spool dan spring akan menahan spool ke posisi kanan.
Saat dual stage signal spool ke posisi kanan, oli supply dari pompa akan mengalir ke
LOWER relief valve, dan tekanan hoist system akan dikontrol oleh LOWER relief
valve.
TOPIK 6
AIR SYSTEM dan BRAKE
Dua brake system terpisah yang digunakan pada 777D Update truck. Kedua brake
system tersebut adalah: parking/secondary brake system dan service/retarder brake
system.
Rear brake pada 777D Update truck adalah oil cooled. Gambar di atas
memperlihatkan potongan pada oil cooled brake assembly. Brake dilengkapi dengan
penyekat dan tidak perlu disetel. Oli akan terus mengalir melalui brake disc untuk
pendinginan. Duo-Cone seal mencegah oli pendingin bocor ke luar atau tranfer ke
dalam axle housing. Penyetelan pada wheel bearing harus dilakukan untuk
mencegah kebocoran pada Duo-Cone seal.
Piston kecil (kuning) digunakan untuk ENGAGE secondary dan parking brake.
Parking brake adalah spring ENGAGED dan hydraulically RELEASED.
Piston besar (ungu) digunakan untuk ENGAGE service dan retarder brake. Sevice
dan retarder brake engage hydraulically oleh air-over-oil brake system.
Front brake yang digunakan pada 777D Update truck adalah model disc dan caliper
(lihat Gambar No. 9). Brake caliper assembly diikatkan pada spindle dan tidak
berputar. Brake disc diikatkan pada roda dan berputar bersama roda.
Saat melakukan pengereman, oli hydraulic dari brake cylinder akan mendorong
brake piston melawan brake carrier lining (brake pad). Brake lining akan didorong
melawan disc untuk menghentikan putaran roda.
Gambar di atas memperlihatkan attachment oil cooled front brake assembly untuk
777D Update Off-highway truck. Attachment front brake juga dilengkapi dengan
peyekat dan tidak perlu penyetelan. Oli akan terus mengalir melalui brake disc untuk
pendinginan.
Saat melepas wheel untuk service, plug kecil pada kiri bawah harus dilepas (brake
assembly yang dilengkapi dengan dua plug yang sama). Dua baut 3/8 inch harus
dipasang pada tempat plug untuk menahan brake disc dan plate pada posisinya saat
wheel dilepas. Jika baut 3/8 inch tidak dipasang, disc dan plate akan bergeser dari
posisinya pada saat pemasangan dan pelurusan gigi dari disc dan plate dengan
jarak pada stationary ring dan wheel saat pemasangan akan sangat sulit.
• Air compressor
Air system disupply oleh air compressor yang berada di depan engine.
Tekanan system dikontrol oleh governor (1). Governor akan menjaga tekanan
system antara 660 dan 830 kpa (95 dan 120 psi).
Setingan untuk governor dapat disetel pada screw di bawah cover governor. Putar
screw adjustment ke luar untuk menaikan tekanan dan putar adjustment screw ke
dalam untuk menurunkan tekanan.
Udara supply mengalir dari aftercooler housing ke air compressor melalui pressure
regulator (2). Pressure regulator membatasi tekanan boost supply pada 70 kpa (10
psi). dengan menurunkan tekanan supply ke air compressor akan menurunkan
maximum cylinder pressure yang dihasilkan di dalam air compressor. Menurunkan
cylinder pressure akan menurunkan temperatur air compressor dan akan
meningkatkan umur pada air compressor.
Air compressor yang menerima supply air dari atmosphere, tidak memerlukan
pressure regulator.
1
3
1. Air dryer
Udara mengalir dari air compressor ke air dryer (1) yang berada di sebelah dalam
roda kiri. Air dryer membuang kontaminasi dan kelembaban dari air system. kondisi
dari desicant pada air dryer harus diperiksa setiap 500 jam dan diganti secara
periodik (tergantung dari tingkat kelembaban daerah sekitarnya).
Saat air compressor governor merasakan jika tekanan air system mancapai tekanan
cut-out 830 kPa (120 psi), governor akan mengirimkan tekanan udara signal ke
purge valve melalui hose (2). Purge valve membuka dan tekanan udara yang
tejebak pada air dryer akan dikeluarkan melalui desicant, oil filter dan purge valve.
Air system relief valve (3) berada pada air dryer untuk melindungi system jika air
copressor governor tidak bekerja. Setingan pada relief valve adalah 1380 kPa (200
psi).
4. Heating element
Heating element (4) mencegah kelembaban di dalam air dryer dari pembekuan
pada saat cuaca dingin.
1
3
Udara mengalir melewati air dryer dan mengisi ketiga tanki. Dua service/retarder
brake tank (1) yang berada di atas hydraulic tank.
• Check valve
Check valve mencegah terbuangnya udara jika terjadi kebocoran pada saluran
udara upstream dari air tank.
2. Relief valve
Relief valve (2) terpasang pada service/retarer brake tank. Relief valve ini
melindungi air system saat air dryer sedang mengeluarkan udara dan ball check
valve pada air dryer outlet port menutup, yang akan memisahkan air system dari air
dryer relief valve. Setingan dari relief valve ini adalah 1034 ±55 kPa (150 ±8 psi).
Tanki ke tiga berada di belakang cabin dan mensupply udara untuk parking dan
secondary brake system (lihat Gambar No. 171)
3. Drain condensation
Kondensasi harus dibuang dari tanki setiap hari melalui drain valve (3).
4 1
3
2
Yang berada diblelakang operator station adalah pressure protection valve (1).
Udara supply dari service dan retarder brake tank, melalui pressures protection
valve, ke secondary air system dan accesories. Pressure protection valve membuka
pada 550 kpa (80 psi) dan menutup pada 482 kPa (70 psi). Jika secondary air line
atau accesory circuit mengalami kerusakan, pressure protection valve akan menjaga
tekanan minimum 482 kPa (70 psi) pada service dan retarder brake circuit.
Untuk melakukan test pada pressure protection valve, buang tekanan udara sampai
kurang lebih 345 kPa (50 psi). Lihat pada monitoring system untuk menunjukkan
pembacaan pada gauge tekanan air system. dengan engine running pada LOW
IDLE, tekan tombol klakson. Catat pembacaan tekanan saat klakson berbunyi.
Pembacaan tekanan ini adalah setingan OPEN pada pressure protection valve.
Perlahan buang tekanan udara dan catat tekanan udara saat klakson mati. Tekanan
pembacaan ini adalah setingan pada pressure protection valve saat CLOSE.
Air system pressure sensor (2) memberikan signal input ke Caterpillar Monitoring
System, yang akan menginformasikan operator jika tekanan air system low.
Parking dan secondary brake pressure switch (3) memberikan input signal ke
Transmission/Chassis ECM. Transmission/Chassis ECM akan menggunakan signal
ini untuk mematikan fungsi anti-hunt timer untuk rapid downshifting. ECM juga
memberikan signal ke Caterpillar Monitoring System, yang akan menginformasikan
ke operator jika parking atau secondary brake ENGAGED.
Front brake ratio valve (4) mengontol tekanan udara untuk front brake saat front
brake ON/OFF valve (lihat Gambar No. 35) pada posisi ON (hanya untuk truck
dengan caliper disc front brake).
Saat service brake pedal DIINJAK PERLAHAN dan tekanan outlet dibawah 420 kPa
(60 psi), hanya 50% tekanan supply udara yang diperbolehkan mengalir melalui ratio
valve ke front brake. Saat tekanan outlet dari sevice brake valve lebih dari 420 kPa
(60 psi), 100% tekanan supply udara akan dialirkan ke front brake.
3
1
Parking dan secondary brake air tank (1) berada di belakang operator station. Drain
valve berada di dekat engine oil dipstick. Kelembaban harus dibuang dari tanki
setiap hari melalui drain valve (lihat Gambar No. 30).
• Check valve
Check valve mencegah hilangnya udara jika saluran udara daerah break upstream
pada tanki mengalami kebocoran.
2. Stoplight switch
• Transmission service/retarder switch
Stoplight switch (2) dan transmission service/retarder switch (3) akan aktif saat
service brake, manual retarder atau Automatic Retarder Control (ARC) ENGAGED.
Traction Control System (TCS) juga mengunakan service/retarder brake switch input
signal melalui CAT Data Link (lihat Gambar No. 201).
Udara dari service dan retarder brake tank masuk ke pressure protecrtion valve.
Saat tekanan pada service retarder tank mencapai 550 kPa (80 psi), pressure
protection valve akan mengijinkan udara untuk mengalir ke parking dan secondary
brake tank dan accesory circuit (klakson dan kursi udara).
Semua tanki memiliki check valve pada air supply port untuk mencegah hilangnya
udara jika terjadi kebocoran pada daerah upstrem dari tanki.
Brake system
• Manual retarder valve (panah)
Manual retarder valve (panah) dikontrol oleh retarder lever di dalam cabin.
Normalnya, retarder valve akan menutup aliran udara yang ke rear service brake
relay valve (lihat Gambar No. 176).
Saat retarder valve ditarik ke bawah, udara mengalir ke rear service brake relay
valve [maximum 550 kPa (80 psi)]. Retarder lever digunakan untuk memodulasi
proses engage pada rear service brake dengan mengatur jumlah aliran udara yang
ke rear service brake relay valve.
Retarder digunakan untuk engage brake sama seperti service brake pedal (lihat
Gambar No. 39), akan tetapi lebih mudah dalam pengontrolan untuk memodulasi
brake.
CATATAN: Pada truck dengan attachment oil cooled front brake, retarder juga
digunakan untuk engage front brake.
1 6
4
5
3
Service brake valve (1) dikontrol oleh brake pedal di dalam cabin. Supply udara
untuk service brake valve, manual retarder valve dan Automatic Retarder Control
(ARC) valve (2) disupply dari port bagian bawah pada service brake valve.
Saat service brake engaged, udara mengalir dari service brake valve ke front brake
ON/OFF switch (lihat Gambar No. 35). Jika front brake ON/OFF switch pada posisi
ON, udara mengalir melalui front brake ratio valve (lihat Gambar No. 170) ke front
brake relay valve (lihat Gambar No. 176).
Udara dari service brake valve juga mengalir melalui double check valve kiri (3) ke
rear brake relay valve (lihat Gambar No. 176). Udara dari manual retarder dan
service brake akan engage pada waktu yang bersamaan, udara dari system dengan
tekanan tertinggi akan mengalir melalui double check valve kiri ke rear brake relay
valve.
Dengan ARC terpasang, udara dari manual retarder valve mengalir melalui double
check valve kanan (4) ke retarder ON switch (5), dan melalui double check valve kiri
ke stoplight switch dan transmission service/retarder brake switch (lihat Gambar No.
171).
5. Retarder ON switch
Retarder ON switch akan menyalakan lampu retarder warna amber pada dash di
dalam operator station saat manual retarder ENGAGED (lihat Gambar No. 44).
Saat ARC engaged, udara mengalir dari ARC valve ke ARC relay valve yang
terpisah (lihat Gambar No. 176). Udara juga mengalir dari ARC valve melalui double
check valve kanan ke retarder ON switch, dan melalui double check valve kiri ke
stoplight switch dan transmission service/retarder brake switch.
Secondary brake valve (6) dikontrol oleh pedal merah di dalam cabin (lihat Gambar
No. 39). Saat secondary brake ENGAED, udara mengalir dari secondary brake valve
ke signal port pada inverter valve (lihat Gambar berikutnya). Inverter valve akan
menutup aliran udara dari secondary brake tank ke parking brake release valve (lihat
Gambar No. 185).
Udara yang ditutup dari parking brake release valve akan memposisikan spool yang
ada di dalam bake release valve untuk membuang oli dari parking brake, dimana
akan membuat spring di dalam parking brake untuk ENGAGE brake. Secondary
brake valve digunakan untuk memodulasi parking brake engagement dengan
mengatur jumlah udara yang mengalir ke parking brake release valve.
Parking brake air valve (lihat Gambar No. 38) pada shift console di dalam cabin juga
mengontrol aliran udara yang ke brake release valve, akan tetapi parking brake air
valve tidak memodulasi penggunaan parking brake.
Parking/secondary brake switch (lihat Gambar No. 170) berada di saluran supply
yang ke brake release valve. Secondary bake valve dan parking brake air valve
mengirimkan udara ke switch ini saat parking brake release.
CATATAN INSTRUCTUR: ARC system akan dibahas lebih detail nanti pada
presentasi ini.
Saat secondary brake engaged, udara mengalir dari secondary brake valve ke signal
port (1) dari primary inverter valve (2). Primary inverter valve akan menutup aliran
udara yang dari secondary brake tank ke parking brake release valve dan front
brake inverter valve.
Udara yang ditutup dari parking brake release valve akan memposisikian spool di
dalam parking brake release valve untuk membuang oli dari parking brake, dan
mengijinkan spring di dalam parking brake untuk ENGAGE rear brake. Udara yang
ditutup dari front brake inverter valve signal port akan mengalirkan supply udara ke
front bake master cylinder , yang akan engage front service brake .
Pada gambar di atas juga terlihat air horn relay valve (3). Saat operator menekan
horn switch yang di tengah-tengah steering wheel, relay valve akan energized dan
memberikan aliran supply udara ke klakson.
Gambar di atas memperlihatkan beberapa brake air line dan valve pada truck
dengan standard caliper disk front brake dan ARC system. jika truck memiliki caliper
disk front brake dan ARC system, akan terdapat tiga relay valve, sedangkan pada
truck tanpa ARC system, hanya akan ada dua relay valve.
Rear brake relay valve (1) menerima udara hanya dari service brake valve atau
manual retarder valve. Saat service brake atau retarer brake ENGAGED, rear brake
relay valve akan membuka dan udara akan mengalir dari service brake tank, melalui
brake cylinder double check valve (2), ke rear brake cylinder.
ARC relay vale (3) menerima udara hanya dari Automatic Retarder Control (ARC)
valve. Saat ARC brake system ENGAGED, ARC relay valve akan membuka dan
mengalirkan udara dari service brake tank, melalui pressure protection valve (4) dan
brake cylinder double check valve (2), ke rear brake cylinder.
Pressure protection valve (4) mencegah hilangnya semua tekanan udara pada
service brake system jika ARC relay valve rusak. Protection valve akan membuka
aliran yang ke ARC relay valve pada 380 kPa (55 psi) dan akan menutup jika
tekanan turun di bawah 310 kPa (45 psi).
Brake relay valve akan mempercepat waktu yang diperlukan untuk engage dan
release pada brake.
Brake cylinder double check valve (2) digunakan untuk memisahkan service brake
dan manual retarder brake dari ARC brake system.
Front brake relay valve (5) menerima udara hanya dari service brake valve jika front
brake ON/OFF switch pada posisi ON. Saat service brake ENGAGED dan front
brake ON/OFF switch pada posisi ON, front brake relay valve akan membuka dan
mengatur aliran udara dari service brake tank melalui front brake double check valve
(6) ke front brake cylinder.
Front brake double check valve (6) mencegah mengalirnya udara melalui front brake
inverter valve exhaust port saat service brake engaged.
Front brake inverter valve (7) digunakan untuk ENGAGE front brake saat secondary
brake pedal ditekan, meskipun front brake ON/OFF switch pada posisi OFF.
Supply udara dari parking dan secondary brake tank disalurkan ke saluran supply
pada inverter valve. Saat secondary brake pedal ditekan, primary inverter valve
dibelakang cabin akan menutup aliran udara yang ke signal port dari front brake
inverter valve.
Membuang tekanan udara dari signal port pada front brake inverter valve akan
mengalirkan tekanan supply udara melalui inverter valve dan front brake double
check valve (6) ke front brake cylinder untuk engage front brake.
Saat service retarder brake ENGAGED, brake oil cooler diverter valve (8) akan
mengalirkan brake cooling oil melalui oil cooler yang berada di atas torque converter.
Normalnya, brake cooling oil akan dialihkan dari cooler dan langsung menuju ke
brake. Mengalihkan oli dari cooler akan memberikan temperatur yang lebih rendah
ke aftercooler saat engine memerlukan tenaga yang besar (contoh, saat menanjak
dengan bake RELEASED).
¾ Satu relay valve: Truck dengan attachment oil cooled front brake
dan tanpa ARC system.
¾ Dua relay valve: Truck dengan attachment oil cooled front brake
dan ARC system atau truck dengan caliper disc front brake dan
tanpa ARC system
¾ Tiga relay valve: Truck dengan caliper disc front brake dan ARC
system.
Oil cooler diverter valve juga digunakan untuk menurunkan tekanan brake cooling oil
pada wheel saat oli masih dingin. Temperature switch (1) berada pada inlet port dari
diverter valve. Temperature switch digunakan untuk menghubungkan atau memutus
ground circuit yang ke cold oil soenoid valve (2). Saat temperatur oli di bawah 38°C
(100°F), switch akan close dan solenoid valve akan ENERGIZED. Saat solenoid
valve ENERGIZED, udara mengalir ke diverter valve dan oli akan mengalir melalui
oil cooler. Oil cooler akan menghambat aliran oli lebih banyak dibandingkan bypass
tube, sehingga tekanan pada wheel akan turun akan tetapi tekanan pada oil cooler
relief valve akan naik. Naiknya tekanan oli menyebabkan oil cooling relief valve
mebuka. System akan panas lebih cepat karena aliran oli berkurang. Saat
temperature system naik pada 38°C (100°F), temperature switch akan open dan
solenoid valve akan DE-ENERGIZED. Saat solenoid DE-ENERGIZED, aliran udara
yang ke diverter ditutup dan brake cooling oil akan di-bypass dari oil cooler.
Saat temperature oli di atas 38°C (100°F), oil cooler diverter valve hanya akan
dikontrol oleh penggunaan service atau retarder brake.
2
5
1
4
6 8
3
7
Gambar di atas memperlihatkan beberapa brake air line dan valve pada truck
dengan attachment oil cooled front brake dan ARC system. jika truck memiliki
attachment oil cooled front brake dan ARC system, akan memiliki dua relay valve.
Sedangkan pada truck tanpa ARC system, hanya akan memiliki satu relay valve.
Service brake dan manual retarder relay valve (1) menerima aliran udara hanya dari
service brake valve atau manual retarder valve. Saat service brake atau manual
retarder barke ENGAGED, relay valve akan membuka dan mengalirkan udara dari
service brake tank melalui rear brake cylinder double check valve (2) ke rear brake
cylinder dan melalui front brake cylinder double check valve (3) ke front brake
cylinder.
ARC relay valve (4) menerima aliran udara hanya dari Automatic Retarder Control
(ARC) valve. Saat ARC brake system ENGAGED, ARC relay valve akan membuka
dan mengalirkan udara dari service brake tank, melalui pressures protection valve
(5) dan rear brake cylinder double check valve (2) ke rear brake cylinder dan melalui
front brake cylinder double check valve (3) ke front brake cylinder.
Pressure protection valve (5) mencegah hilangnya semua takanan udara di dalam
service brake air system jika ARC relay valve rusak. Protection valve akan membuka
aliran yang ke ARC relay valve pada 380 kPa (55 psi) dan akan menutup jika
tekanan turun di bawa 310 kPa (45 psi).
Brake cylinder double check valve (2 dan 3) digunakan untuk memisahkan service
brake dan manual retarder brake dari ARC brake system.
Front brake double check valve (6) mencegah udara mengalir melalui front brake
inverter valve exhaust port saat service brake engaged.
Front brake inverter valve (7) digunakan untuk ENGAGE front brake saat secondary
brake pedal ditekan.
Supply udara dari parking dan secondary brake tank disalurkan ke saluran supply
pada front brake inverter valve. Saat secondary brake pedal ditekan, primary inverter
valve yang di belakang cabin akan menutup aliran udara yang ke signal port pada
front brake inverter valve.
Membuang aliran udara dari signal port pada front brake inverter valve akan
mengalirkan supply udara melalui front brake inverter valve dan front brake double
check valve (6) ke front brake cylinder untuk engage front brake.
Pada truck dengan attachment oil cooled front brake, front brake slack adjuster (8)
berada pada frame di sebelah dalam dari suspension cylinder kiri depan.
2
1
Brake cylinder dioperasikan dengan air-over-oil. Saat aliran udara masuk ke brake
cylinder, piston akan bergerak ke bawah dan menekan oli yang ada di bagian bawah
cylinder.
Front brake cylinder (1) berada di atas hydraulic tank dan mensupply oli ke front
brake. Pada truck dengan standard caliper disc brake, tekanan oli dari front brake
cylinder akan mengalir langsung ke front brake caliper. Pada truck dengan
attachment oil cooled front brake, tekanan oli dari front brake cylinder akan mengalir
ke front brake slack adjuster.
Oil-to-air ratio pada front brake cylinder kurang lebih 11,8 banding 1. untuk
melakukan test pada front brake cylinder. Pada truck dengan standard caliper disc
brake, pasang T-fitting dan gauge pada hose untuk brake caliper. Pada truck dengan
attachment oil cooled front brake, pasang gauge pada front slack adjuster pressure
tap. pada truck dengan standar caliper disc brake, posisikan front brake ON/OFF
switch ke posisi ON. Saat service brake ENGAGED, jika tekanan udara pada brake
cylinder 690 kPa (100 psi), tekanan oli pada brake caliper atau slack adjuster harus
kurang lebih 8130 kPa (1180 psi). Saat bake RELEASED, kedua tekanan harus
kembali ke nol.
Jaga agar service brake tetap ENGAGED selama satu menit. Jika tekanan oil turun,
udara atau oli mengalami kebocoran pada system. jika terjadi kondisi overstroke,
penyebab harus diperbaiki. Front brake cylinder tidak memiliki overstroke switch.
Jika brake disc pada brake assemblies mengalami keausan, maka lebih banyak oli
yang diperlukan dari brake cylinder untuk mengompensasi keausan. Makeup oil tank
(2) mensupply makeup oli untuk brake cylinder. Oli dari parking brake release valve
memberikan supply oli terus menerus ke makeup oil tank. Aliran yang rendah ke
makeup tank dapat menyebabkan makeup oil menurun dan menyebabkan brake
cylinder overstroke.
Untuk memeriksa aliran oli makeup, lepas plug yang ada di atas makeup oil tank.
Dengan engine LOW IDLE, pengisian oli pada tanki harus terlihat. Jika pengisian oli
tidak terlihat, supply orifice screen kemungkinan tersumbat (lihat Gambar No. 185)
atau aliran pompa rendah.
2
3
Rear brake cylinder (1) mensupply oli ke rear brake. Tekanan oli dari rear brake
cylinder mengalir ke rear slack adjuster.
Oil-to-air ratio pada rear brake cylinder kurang lebih 6.6 banding 1. untuk melakukan
test pada rear brake cylinder, pasang gauge pada fitting di atas brake cylinder dan
gauge pressure tap di atas slack adjuster. Saat service brake ENGAGED, jika
tekanan udara pada brake cylinder 690 kPa (100 psi), tekanan oli pada slack
adjuster harus kurang lebih 4560 kPa (660 psi). Saat brake RELEASED, kedua
tekanan harus kembali ke nol.
Jaga service brake untuk ENGAGED selama satu menit. Jika tekanan oli turun,
kemungkinan udara di dalam system atau oli mengalami kekurangan pada system.
jika udara pada system atau oli dari cylinder mengalami kehabisan, piston pada
cylinder akan mengalami overstroke dan menyebabkan indicator rod keluar dan
membuat brake overstroke switch (2) open. Switch akan mengirimkan signal input ke
Caterpillar Monitoring System, yang akan menginformasikan operator tetang kondisi
pada rear brake. Jika terjadi overstroke, penyebab harus diperbaiki dan indicator rod
harus ditekan ke dalam untuk menghentikan peringatan.
Periksa kondisi breather (3) pada brake cylinder. Oli harus tidak bocor keluar dari
breather. Jika oli bocor keluar dari btreather mengindikasikan bahwa oil piston seal
pada brake cylinder perlu diganti. Jika udara yang bocor keluar dari breather saat
pengereman mengindikasikan bahwa brake cylinder air piston seal perlu diganti.
Tekanan udara dari brake relay valve masuk ke air inlet. Tekanan udara akan
menggerakkan air piston dan attached rod utuk menutup vave pada oil piston. Saat
valve pada oil piston menutup, oil piston akan menekan oli di dalam cylinder.
Tekanan oli akan mengalir ke rear dan front salck adjuster atau front brake caliper.
Jika udara masuk ke dalam system atau kekurangan oli pada cylinder, piston pada
cylinder akan mengalami overstroke dan menyebabkan indicator rod keluar dan
membuat overstroke switch open. Switch memberikan signal input ke Caterpillar
Monitoring System, yang akan mneginformasikan operator tentang kondisi service
dan rearder brake oil circuit. Jika terjadi overstroke, penyebab harus diperbaiki dan
indikator rod ditekan kembali ke dalam untuk menghentikan peringatan.
Saat tekanan udara dibuang dari belakang air piston, spring akan mendorong air
piston dan attached rod untuk membuka valve pada oil piston. Oli dari makeup akan
masuk ke dalam saluran di atas oil chamber, melalui valve, dan masuk ke dalam
chamber di sebelah kanan oil piston.
2
4
3
Gambar di atas memperlihatkan rear slack adjuster (1). Slack adjuster akan
mengompensasi keausan pada brake disc dengan mengisi sedikit volume oli untuk
mengalir melalui slack adjuster dan oli akan tetap tinggal di antara slack adjuster dan
brake piston dengan tekanan yang rendah. Slack adjuster menjaga tekanan kecil
pada brake piston setiap saat.
Tekanan oli service brake dapat diukur pada tap (2) yang berada di atas slack
adjuster.
Tekanan brake release untuk parking brake kanan dapat diukur pada tap (3).
Tekanan brake release untuk parking brake kiri dapat diukur pad tap (4).
Gambar di atas memperlihatkan bagian dari slack adjuster saat brake RELEASED
dan ENGAGED
Saat brake ENGAGED, oli dari brake cylinder masuk ke slack adjuster dan dua
piston besar akan bergerak keluar. Masing-masing piston besar akan mensupply oli
ke satu wheel brake. Piston besar akan menekan oli ke service brake piston dan
brake akan ENGAGED.
Normalnya, service brake akan ENGAGED PENUH sebelum piston besar pada
slack adjuster mencapai ujung luar. Jika brake mengalami keausan, service brake
piston akan bergerak lebih jauh keluar untuk ENGAGED PENUH pada brake. Saat
service brake piston bergerak lebih jauh, piston besar pada slack adjuster akan
bergerak lebih jauh keluar sampai menyentuh pada ujung cover. Tekanan pada
slack adjuster akan naik sampai piston kecil bergerak dan mengalirkan oli dari brake
cylinder ke service brake piston.
Saat brake RELEASED, spring pada service brake akan mendorong service brake
piston menjauh dari brake disc. Oli dari service brake piston akan mendorong piston
besar pada slack adjuster ke tengah-tengah slack adjuster. Makeup oli yang
digunakan untuk ENGAGE brake akan diisi lagi pada brake cylinder dari makeup
tank.
• Spring pada piston besar akan menjaga tekanan pada service brake
piston
Spring di belakang piston besar akan menyebabkan beberapa tekanan oli dapat
dirasakan pada service brake piston saat brake RELEASED. Menjaga tekanan pada
brake piston akan memberikan psoses engage yang cepat dengan sedikit
pergerakan pada brake cylinder piston.
Slack adjuster dapat dicheck untuk beroperasi dengan benar dengan membuka
service brake bleed screw dengan brake RELEASED. Sedikit oli akan keluar dari
bleed screw saat dibuka. Jumlah oli yang keluar tergantung dari spring di belakang
piston besar pada slack adjuster yang menjaga tekanan pada service brake piston.
Untuk pengetesan yang lebih akurat pada slack adjuster akan dibahas pada
halaman berikunya.
Sevice brake bleed screw (1) ditandai dengan ”S” pada brake anchor plate casting di
sebelah screw. Parking brake bleed screw (2) ditandai dengan “P” pada casting.
Cara lain untuk mengecheck slack adjuster agar beroperasi dengan benar adalah
dengan menghubungkan gauge pada pressure tap yang berada di atas slack
adjuster dan gauge yang lain pada service brake bleed screw yang berada pada
brake anchor plate casting. Gunakan 5P1404 Adapter (7/8-14 external threads dan
9/16-18 internal threads) dan 6V3965 Valved Nipple pada service brake bleed
screw tempat untuk menghubungkan pressure gauge.
• Brake RELEASED
• Residual pressure pada bleed screw
Dengan tekanan air system pada maximum dan service brake pedal diinjak,
pembacaan tekanan pada kedua gauge harus kurang lebih sama. Saat brake
RELEASED, tekanan pada slack adjuster harus kembali ke nol. Tekanan pada
service brake bleed scew harus kembali pada tekanan residual yang tertahan pada
brake oleh slack adjuster piston.
Untuk memeriksa kebocoran brake cooling oil, tutup brake cooling port dan beri
tekanan pada masing masing brake assembly dengan tekanan maximum 138 kPa
(20 psi). Tutup sumber tekanan dan perhatikan tekanan pada brake assembly
selama lima menit. Tekanan yang ada di dalam brake assembly harus tidak turun.
4
2
3
Oli dari parking brake release pump (lihat Gambar No. 99) mengalir melalui parking
brake release filter (lihat Gambar No. 103) ke parking brake relase valve (1). Parking
brake release valve berada di sebelah dalam frame kiri dekat torque converter. Oli
mengalir dari parking brake release valve ke parking brake piston pada rear brake
saat parking brake released.
Supply udara dari parking brake air valve di dalam cabin atau secondary brake valve
mengalir melalui hose kecil (2) ke air chamber pada brake release valve. Brake
release memiliki air piston yang menggerakkan spool. Spool akan mengalirkan oli
untuk RELEASE parking brake atau membuag oli untuk ENGAGE parking brake.
Relief valve (3) di bagian bawah brake release valve membatasi tekanan system
untuk release brake. Setingan pada relief valve adalah 4700 ±200 kPa(680 ±30 psi).
Supply oli mengalir dari parking brake release valve melalui orifice dan screen (4) ke
brake oil makeup tank (lihat Gambar No. 179).
1 3
2
1. Electric motor
2. Towing pump
Tekanan udara juga diperlukan untuk membuat release brake untuk keperluan
towing. Piston chamber pada brake release valve harus diberi tekanan untuk
menggerakkan spool di dalam valve. Oli dari brake release pump yang digerakkan
oleh motor kemudian akan mengalir ke rear brake.
Pompa (3) pada sebelah kanan akan mensupply aliran oli ke secondary steering
system (lihat Gambar No. 140).
Diverter (towing ) valve (panah) harus digeser sebelum towing. Diverter valve berada
di sebelah kiri hoist cylinder frame support.
Saat key start switch pada posisi ON, secondary steering system akan energized
selama tiga detik untuk mengecheck system. Towing pump diputar oleh electric
motor yang sama dengan secondary steering pump, diverter valve akan mengalirkan
oli dari towing pump ke hydraulic tank saat secondary steering test.
Untuk menggeser diverter valve, kendorkan dua baut clamp pada diverter valve dan
geser plate dan spool ke kiri. Setelah spool digeser, kencangkan kembali baut clamp
untuk diverter valve. Saat electric motor energized, supply oli akan mengalir dari
towing pump , melalui diverter valve, ke parking brake release valve.
Untuk mengecheck brake release system untuk towing, pasang gauge pada parking
brake pressure tap pada rear axle (lihat Gambar No. 182). Gunakan gauge dengan
hose yang panjang agar gauge dapat dilihat dari cabin. Dengan parking brake air
valve pada posisi RELEASE dan key start switch pada posisi ON, tekan parking
brake release switch untuk towing pada dash. Tekanan Parking brake release harus
naik sampai 4700 ±200 kPa (680 ±30 psi). Tekanan ini adalah setingan dari relief
valve pada brake release valve. Lepas switch jika tekanan sudah tercapai.
Parking brake akan mulai release pada tekanan di antara 3100 dan 3445 kPa (450
dan 500 psi). Tekanan parking brake release tidak boleh di bawah tekanan ini atau
brake akan draging.
Parking brake akan release dengan penuh pada tekanan antara 3445 dan 3860 kPa
(500 dan 560 psi).
CATATAN: Sedikitnya 550 kPa (80 psi) tekanan udara harus tersedia pada
parking brake release valve untuk memastikan brake akan release saat towing.
PERHATIAN
Setingan tekanan parking brake release harus tidak melebihi 5445 kPa(790
psi). Tekanan yang berlebih akan mengakibatkan kerusakan pada brake
assembly.
Untuk membuat release parking brake untuk keperluan service atau towing, electic
motor dapart di-energized dengan secondary steering/brake release switch pada
dash di dalam cabin. Electric motor akan memutar dua pompa. Satu pompa
memberikan supply oli untuk release parking brake, dan pompa kedua akan
memberi supply oli untuk secondary steering.
Diverter valve harus digeser sebelum melakukan towing agar pompa dapat memberi
supply oli ke parking brake system. Untuk menggeser diverter valve, kendorkan dua
baut clamp pada diverter valve dan geser plate dan spool ke kiri. Steelah spool
digeser ke kiri, kencangkan kembali dua baut clamp pada diverter valve. Saat
electric motor energized, supply oli akan mengalir dari towing pump, melalui diverter
valve , ke parking brake release valve.
Check valve akan mencegah mengalirnya oli dari towing pump ke parking brake
release pump.
Supply oli untuk towing akan mengalir melaui parking brake release valve untuk
melakukan release parking brake selama terdapat supply udara dari parking brake
air valve di dalam cabin.
• Tekanan brake release dibatasi oleh relief valve pada parking brake
release valve
Saat towing dan operasi normal, tekanan brake release akan dibatasi oleh relief
valve yang berada pada parking brake release valve.
Supply udara dari parking dan secondary brake tank akan tersedia pada saluran
supply pada secondary brake valve, primary inverter valve dan front brake inverter
valve. Saat secondary brake pedal diinjak, udara mengalir ke signal port dari primary
inverter valve. Primary inverter valve akan menutup aliran udara yang ke parking
brake air valve, parking dan secondary brake switch, parking brake release valve
dan signal port untuk front brake inverter valve.
Membuang tekanan udara dari parking dan secondary brake switch menyebabkan
Transmission/Chassis ECM mematikan fungsi anti-hunt timer dan mengijinkan rapid
downshift.
Membuang tekanan udara dari parking brake release valve akan mengalirkan oli dari
parking brake ke drain melalui brake release valve. Srping pada parking brake akan
membuat ENGAGE brake
Membuang tekanan udara dari signal port pada front brake inveter valve akan
mengalirkan tekanan udara ke front brake inverter valve dan ke double check valve
ke front brake cylinder untuk engage front brake. Double check valve mencegah
udara mengalir melaui front brake inverter valve exhaust port saat service brake
engaged.
Schematic di atas memperlihatkan aliran udara yang melalui service dan retarder
brake air system pada truck dengan caliper disk front brake. Pada schematic ini,
front brake ON/OFF valve pada posisi OFF dan service brake control valve
ENGAGED. Retarder valve pada posisi RELEASED dan ARC OFF.
Tekanan supply udara mengalir dari service brake air tank ke relay valve, cold oil
solenoid valve dan melalui air sytem pressure sensor ke service brake valve ke
retarder valve dan ARC valve.
Retarder valve akan menutup aliran udara yang menuju pada tiga double check
valve .
ARC valve akan menutup aliran udara yang menuju pada dua double check valve
dan ARC relay valve.
• Front brake ON/OFF valve mengotrol aliran udara ke front brake cylinder
Dengan front brake ON/OFF switch pada posisi OFF dan service brake pedal diinjak,
hanya rear brake yang akan ENGAGED. Udara mengalir dari service brake control
valve ke front brake ON/OFF valve dan akan ditutup.
Udara juga mengalir dari service brake control valve, melalui double check valve, ke
stoplight switch dan transmission service dan retarder brake switch. Menginjak
service brake pedal akan menyalakan lampu rem dan merubah shift point dan anti-
hunt timer pada transmission.
Udara juga mengalir dari service brake control valve, melalui double check valve, ke
rear bake relay valve. Rear brake relay valve akan membuka dan mengalirkan udara
dari service brake tank mengalir melalui double chek valve ke rear brake cylinder.
Udara dari rear brake relay valve akan menekan piston di dalam rear brake cylinder
dan akan membuat ENGAGE rear brake.
Saat retarder lever ditarik, udara akan mengalir melalui tiga double check valve .
udara akan mengalir dari retarder valve malalui double check valve di sebelah ARC
valve dan akan melaui double check valve di sebelah brake switch. Menarik retarder
lever akan menghidupkan lampu retarder yang ada pada dash, lampu rem, dan akan
merubah shift point dan anti-hunt timer pada transmsison.
Udara juga mengalir dari retarder valve, melalui double check valve, ke rear brake
relay valve. Hanya rear brake yang akan ENGAGED saat retarder ENGAGED.
Saat ARC energized, udara mengalir melalui dua double check valve. Udara akan
mengalir dari ARC valve, melalui double check valve di sebelah ARC valve, dan
melalui double check valve setelah brake switch. Meng-energize ARC akan
menyalakan lampu retarder yang ada pada dash, lampu rem, dan merubah shift
point dan anti-hunt timer pada transmission.
Udara juga mengalir dari ARC valve ke ARC relay valve . ARC relay valve akan
membuka dan mengalirkan udara dari service brake tank mengalir melalui pressure
protection valve dan double check valve ke rear brake cylinder. Hanya rear brake
yang akan ENGAGED saat ARC energized.
Presure protection valve akan mencegah hilangnya semua tekanan udara pada
service brake air system jika ARC relay valve rusak. Protection valve akan membuka
untuk mengalirkan udara ke ARC relay valve pada tekanan 380 kPa (55 psi) dan
akan menutup jika tekanan turun di bawah 310 kPa (45 psi).
Saat service atau retarder (manual atau auto) brake ENGAGED, udara mengalir
melalui double check valve ke brake oil cooler diverter valve. Brake oil cooler
diverter valve akan mengalirkan brake oil melalui oil cooler yang berada di atas
torque converter.
Normalnya, brake cooling oil akan dialihkan dari cooler dan langsung mengalir ke
brake. Mengalihkan oli dari cooler akan memberikan temperatur yang lebih rendah
pada udara aftercooler saat engine memerlukan tenaga yang besar (contoh, saat
tanjakan dengan brake RELEASED).
Oil cooler diverter valve juga digunakan untuk menurunkan tekanan brake cooling oil
pada wheel saat oil masih dingin. Temperature switch yang berada pada inlet port
dari diverter valve. Temperature switch digunakan untuk menghubungkan atau
memutus ground circuit yang ke cold oil soenoid valve. Saat temperatur oli di bawah
38°C (100°F), switch akan close dan solenoid valve akan ENERGIZED. Saat
solenoid valve ENERGIZED, udara mengalir ke diverter valve dan oli akan mengalir
melalui oil cooler. Oil cooler akan menghambat aliran oli lebih banyak dibandingkan
bypass tube, sehingga tekanan pada wheel akan turun akan tetapi tekanan pada oil
cooler relief valve akan naik. Naiknya tekanan oli menyebabkan oil cooling relief
valve mebuka. System akan panas lebih cepat karena aliran oli berkurang. Saat
temperature system naik pada 38°C (100°F), temperature switch akan open dan
solenoid valve akan DE-ENERGIZED. Saat solenoid DE-ENERGIZED, aliran udara
yang ke diverter ditutup dan brake cooling oil akan di-bypass dari oil cooler.
Saat temperature oli di atas 38°C (100°F), oil cooler diverter valve hanya akan
dikontrol oleh penggunaan service atau retarder brake.
Schematic di atas menunjukkan aliran udara yang melalui service dan retarder brake
air system pada truck dengan attachment oil cooled front brake. Pada schematic ini,
service brake control pada kondisi RELEASED. Retarder valve pada posisi
ENGAGED dan ARC OFF.
Tekanan supply udara mengalir dari service brake air tank ke relay valve, cold oil
solenoid valve dan melalui air system pressure sensor ke service brake valve.
Tekanan supply udara mengalir dari service brake valve ke retarder valve dan ARC
valve.
Service brake valve akan menutup aliran udara yang menuju pada dua double check
valve dan service dan manual retarder relay valve.
ARC valve akan menutup aliran udara yang menuju dua double check valve dan
ARC relay valve.
CATATAN: Pada truck dengan attachment oil cooled front brake dan ARC,
akan hanya memiliki satu relay valve.
Udara mengalir dari manual retarder valve, melalui double check valve, ke retarder
switch , stoplight switch dan transmission service dan retarder brake switch. Menarik
retarder lever akan menyalakan lampu retarder yang berada pada dash, lampu rem
dan merubah transmission shift point dan anti-hunt timer.
Udara juga mengalir dari retarder valve, melalui double check valve, ke service dan
manual retarder relay valve. Relay valve akan membuka dan mengalirkan udara dari
service brake tank mengalir melalui dua double check valve ke front dan rear brake
cylinder.
Pada truck dengan attachment oil cooled front brake, front dan rear brake akan
engage saat manual atau auto retarder ENGAGED.
Schematic di atas menunjukan aliran oli yang melalui brake cooling system pada
777D Update truck dengan caliper disc front brake. Tiga pump section menyediakan
oli untuk rear brake cooling: hoist pump dan torque converter charging dan brake
release section pada torque converter pump. Semua pompa akan menghisap oli dari
hydraulic tank melalui suction screen.
Oli mengalir dari hoist pump ke hoist valve. Pada posisi HOLD, FLOAT dan SNUB,
oli dari hoist pump akan mengalir malalui hoist valve ke rear brake cooling system.
Tekanan untuk brake cooling system dibatasi oleh relief valve yang berada pada
hoist valve. Setingan untuk brake oil cooling relief valve adalah 586 ±14 kPa (85 ±2
psi). Relief valve biasanya dibutuhkan hanya jika oli brake cooling masih dingin. Saat
oli brake cooling mencapai operating temperature, tekanan oli brake cooling
biasanya akan lebih rendah dari pada setingan pada oil cooling relief valve.
Oli mengalir dari torque converter charging pump melalui torque converter charging
filter dan torque converter ke hoist, converter dan brake oil cooler yang berada pada
sebelah kanan engine. Oli mengalir melalui cooler ke rear brake.
Oli mengalir dari brake release pump melalui brake release filter ke brake release
valve. Brake release valve mengontrol tekanan oli untuk melakukan release parking
brake, lock up torque converter dan menggerakkan directional spool di dalam hoist
valve. Fungsi-fungsi tersebut memerlukan aliran oli minimal. Kebanyakan oli dari
brake release pump mengalir melalui brake release valve dan bergabung dengan oli
torque converter charging pump pada torque converter inlet relief valve.
Supply oli mengalir dari parking brake release valve melalui orifice dan screen ke
brake makeup tank (lihat Gambar No. 179). Makeup tank menyediakan supply oli
secara terus-menerus ke brake cylinder. Brake cylinder memerlukan lebih banyak oli
saat brake mengalami keausan.
Schematic di atas menunjukkan aliran oli melalui brake cooling system pada 777D
Update truck dengan front brake. Empat pump section menyediakan oli untuk front
dan rear brake cooling: hoist pump dan torque converter charging, brake release dan
brake cooling section pada torque converter pump. Semua pompa akan menghisap
oli dari hydraulic tank melalui suction screen.
Oli mengalir dari hoist pump ke hoist valve. Pada posisi HOLD, FLOAT, dan SNUB,
oli dari hoist pump mengalir melalui hoist valve ke front dan rear brake cooling
system.
Tekanan untuk brake cooling system dibatasi oleh relief valve yang berada pada
hoist valve. Setingan untuk brake oil cooling relief valve adalah 586 ±14 kPa (85 ±2
psi). Relief valve biasanya dibutuhkan hanya jika oli brake cooling masih dingin. Saat
oli brake cooling mencapai operating temperature, tekanan oli brake cooling
biasanya akan lebih rendah dari pada setingan pada oil cooling relief valve.
Oli mengalir dari torque converter charging pump melalui torque converter charging
filter dan torque converter ke hoist, converter dan brake oil cooler yang berada pada
sebelah kanan engine. Oli mengalir melalui cooler ke rear brake.
Oli mengalir dari brake release pump melalui brake release filter ke brake release
valve. Brake release valve mengontrol tekanan oli untuk melakukan release parking
brake, lock up torque converter dan menggerakkan directional spool di dalam hoist
valve. Fungsi-fungsi tersebut memerlukan aliran oli minimal. Kebanyakan oli dari
brake release pump mengalir melalui brake release valve dan mengalir melalui
kedua oil cooler ke front dan rear brake. Sebagian oli mengalir melalui hoist,
converter dan brake oil cooler dan sebagian oli mengalir melalui brake oil cooler.
Supply oli mengalir dari parking brake release valve melalui orifice dan screen ke
brake makeup tank (lihat Gambar No. 179). Makeup tank menyediakan supply oli
secara terus-menerus ke brake cylinder. Brake cylinder memerlukan lebih banyak oli
saat brake mengalami keausan.
Brake cooling pump section pada torque converter pump mengirimkan tambahan oli
melalui hoist, converter dan brake oil cooler yang berada di sebelah kanan engine ke
rear brake.
1
2
Saat service atau retarder brake ENGAGED, brake oil cooler diverter valve (1) akan
mengalirkan brake cooling oil melalui brake oil coler (2). Saat brake RELEASED, oli
akan dibypass dari cooler dan akan mengalir secara langusng ke brake. Brake oil
cooler didinginkan oleh engine aftercooler cooling system.
Normalnya, brake cooling oil akan dialihkan dari cooler dan langsung menuju ke
brake. Mengalihkan oli dari cooler akan memberikan temperatur yang lebih rendah
ke aftercooler saat engine memerlukan tenaga yang besar.
Oil cooler diverter valve juga digunakan untuk menurunkan tekanan brake cooling oil
pada wheel saat oli masih dingin. Temperature switch (3) berada pada inlet port dari
diverter valve. Temperature switch digunakan untuk menghubungkan atau memutus
ground circuit yang ke cold oil soenoid valve (lihat Gambar No. 177). Saat
temperatur oli di bawah 38°C (100°F), switch akan close dan solenoid valve akan
ENERGIZED. Saat solenoid valve ENERGIZED, udara mengalir ke diverter valve
dan oli akan mengalir melalui oil cooler. Oil cooler akan menghambat aliran oli lebih
banyak dibandingkan bypass tube, sehingga tekanan pada wheel akan turun akan
tetapi tekanan pada oil cooler relief valve akan naik. Naiknya tekanan oli
menyebabkan oil cooling relief valve mebuka. System akan panas lebih cepat
karena aliran oli berkurang. Saat temperature system naik pada 38°C (100°F),
temperature switch akan open dan solenoid valve akan DE-ENERGIZED. Saat
solenoid DE-ENERGIZED, aliran udara yang ke diverter ditutup dan brake cooling oil
akan di-bypass dari oil cooler.
Gambar di atas memperlihatkan bagian kiri belakang brake housing pada 777D
Update truck. Tekanan brake cooling oil dapat di test pada kedua tap (panah) yang
berada pada brake cooling oil tube. Salah satu tap berada pada brake cooling inlet
tube dan satunya lagi berada pada brake cooling outlet tube. Tekanan yang diukur
pada brake inlet tube (dari oil cooler) akan selalu lebih tinggi dari pada tekanan yang
diukur pada brake outlet tube.
Dengan temperatur brake cooling oil antara 79 dan 93°C (175 dan 200°F), tekanan
pada inlet tube harus di atas14 kPa (2 psi) pada LOW IDLE dan di bawah 172 kPa
(25 psi) pada HIGH IDLE.
Brake oil temperature sensor berada pada brake oil cooling tube dari truck. Brake oil
temperature sensor memberikan signal input ke Caterpillar Monitoring System, yang
akan menginformasikan operator kondisi temperatur brake cooling oil.
hal yang sering menyebabkan high brake cooling oil temperature adalah
mengoperasikan truck pada gigi yang terlalu tinggi dan tidak cukup engine speed.
Engine speed harus dijaga kurang lebih 1900 rpm saat turunan panjang.
Juga, pastikan piston di dalam slack adjuster tidak stuck dan menahan terlalu
banyak tekanan pada brake (lihat Gambar No. 182 dan 183).
777D Update truck dilengkapi dengan electronic contol module untuk mengontrol
kedua Automatic Retarder Control (ARC) dan Traction Control System (TCS). Tiga
arrangement yang kemungkinan dapat dipasangkan pada truck:
¾ ARC saja
¾ TCS saja
¾ ARC dan TCS
Bake ECM menerima informasi dari berbagai komponen input seperti Engine Output
Speed (EOS) sensor, retarder pressure switch, wheel speed sensor kiri dan kanan
dan TCS test switch.
Berdasarkan informasi input, Brake ECM akan mengartikan kapan service dan
retarder brake harus ENGAGE untuk ARC atau parking dan secondary brake harus
ENGAGE untuk TCS. Perlakuan ini akan disesuaikan dangan mengrimkan signal ke
berbagai komponen output.
Komponen output termasuk ARC supply dan control solenoid, lampu retarder
ENGAGED, TCS selector dan propotional solenoid dan lampu TCS ENGAGED.
Brake ECM juga membantu service technician dalam kemampuan diagnostic melalui
memory onboard, yang akan menyimpan kode-kode diagnostic untuk keperluan
service.
Beberapa fungsi diagnostic dan programming yang dapat dilakukan dengan service
tool adalah:
Brake ECM (panah) berada pada ruangan di belakang cabin. Brake ECM tidak
memiliki diagnostic window seperti ARC dan TCS yang dipakai pada 777D
sebelumnya.
Semua fungsi diagnostic dan programming harus dilakukan dengan ECAP atau
laptop computer dengan sofware ET. ET adalah tool yang sering dipilih karena
Brake ECM hanya dapat diprogram dengan ”flash” file menggunakan aplikasi
WinFlash pada ET. ECAP tidak dapat melakukan upload ”flash” file.
Brake ECM terlihat seperti Engine ECM dengan dua 40-pin connector, akan tetapi
Brake ECM tidak memiliki fitting untuk saluran cairan pendingin. Juga Brake ECM
tidak memiliki plate untuk personality module.
ARC diseting oleh pabrik untuk menjaga engine speed pada 1900 ±50 rpm (engine
speed setting dapat diprogram). Saat ARC mulai melakukan pengereman, engine
speed akan berubah kemungkinan lari dari ±50 rpm target, akan tetapi engine speed
harus segera stabil pada beberapa detik.
Untuk beroprersi dengan benar pada ARC, hanya perlu mengaktifkan control
dengan ARC ON/OFF switch dan memilih gigi yang benar untuk kondisi jalan, load,
dan kondisi tanah. ARC program untuk mengijinkan transmission melakukan upshift
pada gear yang dipilh dengan shift lever. Setelah transmission pindah pada gigi
yang dipilih oleh operator dan engine speed melebihi 1900 rpm, ARC akan
melakukan pengereman sebagai mana yang dibutuhkan untuk menjaga engine
speed secara konstan.
ARC system juga menyediakan engine over speed protection. Jika engine speed
mencapai batas yang tidak aman, ARC akan melakukan engage pada brake,
meskipun ARC ON/OFF switch pada posisi OFF dan throttle ditekan.
Kondisi engine overspeed pada truck akan membunyikan alarm dan menyalakan
lampu pada 2100 rpm. Jika operator mengabaikan lampu dan alarm, ARC akan
melakukan engage retarder pada 2180 rpm. Jika engine speed terus naik,
Transmission/Chassis ECM akan melakukan upshift (hanya satu gigi di atas posisi
shift lever) atau melakukan unlock torque converter (jika shift lever pada posisi gigi
tertinggi) pada 2300 rpm.
ARC menerima signal dari beberapa switch dan sensor. Mengontrol dan
menganalisa berbagai input signal dan mengirimkan signal ke komponen output.
Komponen output antara lain dua solenoid dan lampu.
Gambar di atas menunjukkan lokasi dari Engine Output Speed (EOS) sensor (1)
yang memberikan primary input signal yang digunakan oleh ARC. Informasi dari
engine speed adalah parameter utama yang digunakan oleh Brake ECM untuk
mengontrol pengereman. Engine speed sensor adalah sensor frequency yang
menghasilkan signal AC dari perlewatan gigi pada flywheel gear.
Engine speed/timing sensor (2) juga digunakan oleh ARC untuk keperluan
diagnostic. Jika Brake ECM menerima input signal dari engine speed/timing sensor,
tapi bukan EOS sensor, Brake ECM akan mencatat engine speed fault. ARC tidak
akan berfungsi tanpa signal engine speed dari sensor EOS (1).
3
2
Gambar di atas menunjukkan lokasi dari retarder pressure switch (1). Retarder
pressure switch akan memberi signal ke Brake ECM kalau manual atau automatic
retarder mendapat tekanan udara. Switch ini normally open dan akan close jika
manual atau automatic retarder engaged.
Fault akan dicatat jika Brake ECM mendeteksi tidak ada signal dari retarder pressure
switch (open) saat supply solenoid dan control solenoid energized.
Auto retarder pressure switch (2) memberi signal ke Brake ECM jika mendapat
tekanan udara dan automatic retarder valve (3) berfungsi dengan baik. Auto retarder
pressure switch berada di depan cabin pada output port dari automatic retarder
valve. Switch ini normally closed dan akan open jika auto retarder engaged.
Fault akan dicatat jika Brake ECM mendeteksi tidak ada signal dari retarder pressure
switch (open) saat supply solenoid dan control solenoid tidak energized.
Supply solenoid valve (4) akan menyebabkan control ON atau OFF dan mengalirkan
aliran udara ke automatic retarde valve (3). Brake ECM akan meng-energize supply
solenoid valve dengan +battery voltage (24 Volts) pada 100 rpm kurang dari
setingan pada control speed yang terprogram. Normalnya, penurunan speed akan
1800 rpm, jika control speed diseting pada 1900 rpm oleh pabrik.
Fault akan dicatat jika Brake ECM merasakan signal yang ke supply solenoid
mengalami open, shorted to ground, atau shorted to battery.
Control solenoid valve (5) akan memodulasi aliran udara yang menuju brake saat
automatic retardr bekerja. Control solenoid menerima signal Pulse Width Modulated
(PWM) dari Brake ECM. Duty cycle yang terpanjang, akan lebih lama mengontrol
solenoid untuk open, dan lebih banyak udara yang dialirkan menuju brake. Voltase
yang mengontrol solenoid akan naik secara propotional dari nol sampai kira-kira 22
Volts tergantung kebutuhan tekanan pada brake.
Fault akan dicatat jika Brake ECM merasakan signal yang ke control solenoid
mengalami open, shoted to ground, atau shorted to battery.
Resistansi normal pada supply dan contol solenoid adalah 31 Ohms. Kelebihan
resistansi kira-kira 40 Ohms akan membuat valve tidak bisa membuka dan akan
menyebabkan fault pada control valve. Oleh karena itu, pengukuran kurang lebih 71
Ohms atau lebih menunjukkan kalau solenoid sudah tidak bagus.
Brake ECM juga mengenali jika solenoid valve tidak bekerja dengan baik (bocor).
Jika terdapat tekanan udara pada auto retarder pressure switch saat solenoid DE-
ENERGIZED, auto retarder presusre switch akan memberi signal pada Brake ECM
bahwa ARC valve tidak bekerja dengan baik.
Brake ECM memonitor putaran wheel melalui tiga input signal: satu pada masing
masing wheel , dan satu pada transmisson output shaft. Jika slip pada roda
terdeteksi, Brake ECM akan mengirimkan signal ke selector dan propotional valve
yang akan meng-ENGAGE brake pada roda yang slip. Saat kondisinya membaik
dan putaran kedua roda kurang lebih sama 1:1, Brake ECM akan mengirimkan
signal untuk me-RELEASE brake.
TCS adalah pengembangan dari Automatic Electronic Traction Aid (AETA). Cara
kerja system tidak berubah. Perbedaan yang utama dalah tampilan pada ECM, dan
TCS sekarang terhubung dengan CAT Data Link. Juga, ECAP dan ET dapat
berkomunikasi dengan TCS.
Service/retarder brake switch (lihat Gambar No. 131) menyediakan input signal ke
TCS melalui CAT Data Link dan melakukan dua fungsi:
TCS memiliki Brake release pressure sensor kiri dan kanan. ET dapat digunakan
untuk menampilkan tekanan pada parking brake kanan dan kiri saat melakukan test
seperti yang telah dibahas di atas pada fungsi No. 2. saat propotional solenoid
ENERGIZED, ET akan menampilkan 44% saat brake ENGAGED PENUH.
Gambar di atas menunjukkan Wheel speed sensor kiri belakang (panah). TCS akan
memonitor putaran wheel melalui tiga input speed signal: satu pada masing-masing
drive axle, dan satu pada transmission output shaft.
Transmission Output Speed (TOS) sensor (lihat Gambar No. 130) memonitor ground
speed dari machine dan memberikan input signal ke TCS melalui CAT Data Link.
TCS menggunakan TOS sensor untuk mematikan TCS saat ground speed di atas
19.3 km/h (12 mph).
2 1
3
3
4
4
• TCS valve
Traction Control System (TCS) valve berada di dalam frame rail kiri belakang. Dua
solenoid terdapat pada valve.
1. Selector solenoid
Signal electric dari Brake ECM akan menyebabkab selector solenoid valve (1) untuk
membuka dan memilih parking brake kanan atau kiri. Jika selector valve membuka
parking brake hydraulic circuit, oli akan di-drain. Reducing spool kiri pada control
valve dapat dirubah dan membuat engage parking brake.
Brake ECM akan meng-energize selector solenoid valve dengan +Battery voltage
(24 Volts). Resistansi normal pada selector solenoid adalah antara 18 dan 45 Ohms.
2. Propotional solenoid
Propotional solenoid valve (2) mengontrol jumlah oli yang akan di-drain dari parking
brake circuit yang dipilih. Jumlah aliran akan dikontrol oleh signal dari Brake ECM.
Propotional solenoid menerima arus antara 100 dan 680 mA dari Brake ECM. Lebih
banyak arus yang dikirim, akan lebih banyak bukaan pada propotional solenoid
valve, lebih banyak tekanan oli yang di-drain dari brake. Resistansi normal pada
solenoid ini antara 12 dan 22 Ohms.
Pressure tap (3) atau pressure sensor (4) dapat digunakan untuk mengukur tekanan
brake release kanan dan kiri saat melakukan diagnostic test pada TCS. Pada HIGH
ILDE, tekanan pada tap TCS valve akan kurang lebih 138 kPa (20 psi) kurang dari
tekanan brake release yang diukur pada wheel.
¾ Oli dari parking brake release pump melalui brake release oil filter dimana
aliran akan dicabangkan. Satu saluran dari filter akan mengarahkan oli
langsung ke paking brake release valve. Saluran lainya akan mengirimkan oli
ke signal port (ujung kanan pada signal piston) pada TCS control valve.
¾ Oli yang mengalir ke TCS control signal port akan menyebabkan ball check
piston untuk bergerak ke kiri dan menjauh dari drain ball check valve.
Pembukaan pada drain ball check valve akan membuka saluran drain ke
hydraulic tank.
¾ Tekanan udara akan naik pada parking brake release valve untuk mendorong
valve spool turun.
¾ Oli dari parking brake release akan dapat mengalir melalui parking brake
release valve ke TCS control valve.
¾ Pada control valve, oli akan menutup parking/secondary ball check valve dan
mengalir melalui screen.
¾ Oli mengalir melalui brake control circuit orifice kanan dan kiri.
¾ Oli mengalir ke ujung brake reducing valve spool kanan dan kiri.
¾ Saat takanan pada control circuit cukup tinggi, reducing spool akan bergeser
ke tengah pada TCS control valve dan oli parking brake release akan
mengalir untuk me-release brake.
Schematic di atas mempelihatkan TCS dengan engine running dan brake kiri
ENGAGED. Saat signal dari sensor mengindikasikan kalau roda kiri slip 60% lebih
cepat dari roda kanan, makan urutan yang akan terjadi adalah:
¾ Selector solenoid valve akan membuka saluran di antara bagian ujung luar
dari brake pressure reducing valve kiri dan propotional solenoid valve.
¾ Oli dari control circuit akan di-drain melalui selector valve dan masuk ke
porpotional valve.
¾ Reducing valve spool untuk parking brake kiri akan dibuka, dan menutup
aliran oli yang ke parking brake.
¾ Brake orifice kiri menghambat aliran oli dari parking brake release valve.
Saat signal dari sensor mengindikasikan bahwa roda kiri tidak lagi mengalami slip,
urutan yang akan terjadi adalah:
¾ Selector solenoid valve dan propotional solenoid valve menutup saluran drain
dan mengijinkan tekanan pada control circuit untuk naik.
¾ Brake reducing valve kiri bergerak keposisi tengah dan menutup saluran
drain.
¾ Oli parking brake release diarahkan ke parking brake kiri dan brake akan
RELEASED.
KESIMPULAN
Pelajaran ini membahas mengenai pengenalan dasar pada Caterpillar 777D Update
Off-highway Truck. Semua komponen dan lokasi telah dibahas. Ketika
menggunakan buku ini dengan service manual, informasi pada materi ini harus
dapat membantu serviceman untuk menganalisa permasalahan pada semua system
pada truck.
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar Model (sisi kanan)
2. Gambar Model (sisi kiri)
3. Gambar Model (depan)
4. Gambar Model (belakang)
5. Subtitle slide--Walk around inspection
6. Daily maintenance
7. Front wheel
8. Front Suspension
9. Front brake
10. Primary fuel filter dan oil level switch
11. Jacket water coolant S•O•S tap
12. Transmission charge filter
13. Fuel tank
14. Brake cylinder breather
15. Final drive
16. Rear suspension cylinders
17. Body up retaining pin
18. Hydraulic tank dan air tanks
19. Left frame filters dan air dryer
20. Engine oil filters
21. Engine oil S•O•S tap
22. Engine fuel filters
23. Manual shutdown switch
24. Battery disconnect switch
25. Batteries
26. Radiator top tank
27. Steering tank dan filters
28. Air filters
29. Engine oil dipstick
30. Windshield washer reservoir
31. A/C filter
32. Operator's station--right side
33. Operator's station--left side
34. Operator's station--left side
35. Operator's station/instrument panel
36. Operator's station/wiper switch
37. Operator's station/instrument panel
38. Operator's station/operator controls
39. Operator's station/operator controls
40. Hoist lever
41. Caterpillar Monitoring System schematic
42. Dash schematic
43. Caterpillar Monitoring System schematic
44. Operator's station/instrument panel
45. Speed/tach
46. Operator's station/dash switches
47. Operator's station/message center
48. Operator's station/circuit breakers