Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

“GEOGRAFI pembangunan dan perencanaan


wilayah”

OLEH :

Yemima otoluwa
451 416 012

JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan pembangunan dapat dibedakan menjadi beberapa tingkatan, yakni:
“rencana” yang terkait dengan ekonomi sebagai suatu keseluruhan dibagi dalam
sector-sektor utama (perencanaan sektoral) dan dapat terjadi dalam wilayah-wilayah
(perencanaan regional); dan “program” yang terkait dengan penentuan secara lebih
detail yaitu berupa tujuan tujuan khusus yang harus dicapai dalam berbagai sector
atau wilayah; dan “proyek” merupakan komponen-komponen individual yang dapat
bersama-sama menjadikan suatu program. Perumusan setiap strategi pembangunan
harus mempertimbangkan sejumlah kondisi dasar. Tahapan pengembangan jelas
sangat penting artinya.
Makna perencanaan dan perancangan merupakan dasar atau landasan pema-
haman pembangunan wilayah dan terapannya. Bahasan ini secara rinci mencakup
pengertian dan unsur-unsur perencanaan, makna perencanaan bagi masa depan, serta
faktor-faktor dan persyaratan rencana.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep dasar geografi pembangunan dan perencanaan
wilayah ?
2. Bagaimanakah wilayah sebagai suatu sistem, luas wilayah, bentuk wilayah
dan karakteristik wilayah ?
3. Bagaimanakah landasan atau asas perencanaan wilayah ?
4. Bagaimanakah sumbangan ilmu geografi dalam pertimbangan pembangunan ?
5. Bagaimana penerapan geografi pembangunan dan perencanaan ?
6. Bagaimanakah perencanaan wilayah untuk berbagai kawasan ?
7. Bagaimanakah faktor penduduk bagi perencanaan wilayah ?
8. Bagaimanakah keterampilan dan implementasi perencanaan wilayah ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Konsep Dasar Geografi Pembangunan Dan Perencanaan
Wilayah

2
2. Untuk mengetahui wilayah sebagai suatu sistem, luas wilayah, bentuk wilayah
dan karakteristik wilayah
3. Untuk mengetahui Landasan Atau Asas Perencanaan Wilayah
4. Untuk mengetahui Sumbangan Ilmu Geografi Dalam Pertimbangan
Pembangunan
5. Untuk mengetahui tentang penerapan geografi dan perencanaan pembangunan
6. Untuk mengetahui Perencanaan Wilayah Untuk Berbagai Kawasan
7. Untuk mengetahui Faktor Penduduk Bagi Perencanaan Wilayah
8. Untuk mengetahui Keterampilan dan implementasi Perencanaan Wilayah

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep dasar Geografi pembangunan dan perencanaan wilayah
2.1.1 Pengertian Geografi Pembangunan
Perkataan geografi berasal dari bahasa Yunani : geo berarti bumi dan graphein
berarti tulisan. Jadi secara harfiah geografi berarti tulisan tentang bumi. Geografi
dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari/ mengkaji bumi dan segala sesuatu
yang ada di atasnya seperti penduduk, fauna, flora, iklim, udara dan segala
interaksinya. Dengan kata lain geografi adalah studi tentang gejala-gejala di
permukaan bumi secara keseluruhan dalam hubungan interaksi dan keruangan tanpa
mengabaikan setiap gejala yang merupakan bagian dari keseluruhan itu.
Pembangunan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja oleh suatu region
untuk memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat dengan cara perencanaan dalam
segala aspek kehidupan masyarakat. Geografi Pembangunan adalah cabang dari
disiplin geografi yang mempelajari/ menkaji mengenai keterkaitan antara proses
pembangunan yang dilakukan sesuatu region dengan keadaan alam serta penduduk
region tersebut. Atau dengan kata lain merupakan bagian dari ilmu geografi yang
mempelajari alam semesta dengan segala isinya (aspek keruangan geografi) yang
diperlukan untuk menyusun rancangan atau perencanaan pembangunan.

2.1.2 fungsi pembangunan dan perencanaan wilayah


1. Dengan perencanaan diharapkan terdapatnya suatu pengarahan kegiatan, adanya
pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditu-jukan kepada pencapaian
tujuan pembangunan.
2. Dengan perencanaan dapat dilakukan suatu perkiraan potensi-potensi, prospek-
prospek perkembangan, hambatan serta resiko yang mungkin dihadapi pada masa
yang akan datang.
3. Perencanaan memberikan kesempatan untuk mengadakan pilihan yang terbaik.
4. Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas dari segi pentingnya
tujuan.

4
5. Perencanaan sebagai alat untuk mengukur atau standar untuk mengadakan
pengawasan evaluasi.

2.1.3 Manfaat Perencanaan:


1. Standar pelaksanaan dan pengawasan
2. Pemilihan sebagai alternatif terbaik
3. Penyusunan skala prioritas, baik sasaran maupun kegiatan
4. Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi
5. Membantu manajer menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan
6. Alat memudahakan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait
7. Alat meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.
2.2 Wilayah sebagai suatu sistem, luas wilayah, bentuk wilayah dan
karakteristik wilayah

STUDI KASUS ( KOTA JAKARTA SEBAGAI SUATU SISTEM )

Sebuah kota atau pusat merupakan inti dari berbagai kegiatan pelayanan, 
sedangkan wilayah di luar kota atau pusat tersebut adalah daerah yang harus
dilayaninya, atau daerah belakangnya (hinterland). Sebuah pusat yang kecil akan
memberikan  penawaran pelayanan yang lebih terbatas jika dibandingkan dengan
pusat yang lebih  besar. Jarak wilayah yang dilayaninyapun relatif lebih dekat dengan
luasan yang kecil (Tarigan, 2005 : 123).
Dalam struktur kepemerintahan yang ada saat ini di DKI Jakarta diatur oleh UU
No. 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Negara
Republik Indonesia Jakarta. Berdasarkan Pasal 4 UU ini, DKI Jakarta merupakan
Daerah Otonom yang hanya melaksanakan otonomi tunggal di tingkat Propinsi.
Pemberian kedudukan khusus yang demikian dalam penyelenggaraan pemerintahan di
Jakarta menurut UU ini dilandaskan pada sebuah pemikiran bahwa Jakarta sebagai
Ibukota Negara Republik Indonesia memiliki peranan yang penting dalam
mendukung penyelenggaraan pemerintahan Negara Republik Indonesia, membangun
masyarakat Jakarta yang sejahtera, dan mewujudkan citra bangsa Indonesia.

5
Apa yang diharapkan melalui pemberian otonomi tunggal kepada DKI Jakarta,
yakni tersedianya pelayanan yang cepat, tepat, dan terpadu kepada masyarakat
ternyata belum dapat tercapai. Sampai saat ini, kita bisa melihat dan merasakan begitu
banyaknya permasalahan yang dihadapi di Jakarta dalam berbagai bidang seperti
permasalahan akan kebutuhan lahan, pengangguran, lingkungan hidup, sarana dan
prasarana, pembiayaan pembangunan, perumahan kumuh, kriminalitas, rasa aman,
kemiskinan, banjir, pengelolaan sampah, serta kemacetan.
Permasalahan-permasalahan yang terjadi tersebut mencerminkan kegagalan
Pemerintah Propinsi DKI Jakarta dalam memberikan pelayanan yang cepat, tepat dan
terpadu. Pada akhirnya, apabila kondisi tersebut tidak diupayakan untuk diselesaikan
secara baik akan berpengaruh terhadap kemampuan Jakarta dalam berkompetisi
dengan kota-kota besar lainnya di dunia serta dalam menjadikan Jakarta sebagai
sebuah kota yang layak huni. Upaya yang dapat dilakukan guna mengatasi
permasalahan-permasalahan tersebut diantaranya melalui pengelolaan kota yang
holistik dan terintegrasi dengan mempertimbangkan banyak aspek diantaranya aspek
kependudukan, ketersediaan ruang muka bumi, serta infrastruktur kota. Ketiga aspek
tersebut merupakan aspek yang perlu dipertimbangkan dalam pengelolaan sebuah
kota metropolitan seperti Jakarta. Besarnya jumlah penduduk apabila dibandingkan
dengan ketersediaan ruang muka bumi untuk mengakomodasi kebutuhan mereka dan
juga ketersediaan infrastruktur dalam mendukung aktivitas kehidupan sehari-hari
perlu dikelola dengan baik, melalui suatu perencanaan yang komprehensif dan
hatihati. Kegiatan perencanaan ini haruslah juga melibatkan semua stakeholders kota
atau setidaknya pihak yang berwenang dalam perencanaan kota haruslah memiliki
informasi dan pengetahuan yang cukup mengenai kondisi terkini dan sebenarnya yang
ada di masyarakat. Lebih jauh lagi, perencanaan tersebut harus dapat diintegrasikan
dengan perencanaan dan kondisi yang ada di wilayah-wilayah lain di sekitar kota. Hal
ini perlu dilakukan mengingat dalam banyak hal sebuah kota seperti Jakarta akan
membutuhkan bantuan dari Daerah lain dalam menyelesaikan permasalahan
permasalahan kotanya. Sebut saja misalnya permasalahan penanganan sampah,

6
dimana Jakarta akan membutuhkan bantuan dari Daerah lain dalam menyediakan
lahan yang akan digunakan Jakarta dalam mengelola sampahnya tersebut. Karena
cukup sulit bagi Jakarta apabila harus mengelola sampah didalam wilayahnya sendiri
yang hanya memiliki luas sekitar 740,28 kilometer persegi.
Berangkat dari gambaran di atas, terlihat bahwa dalam mengupayakan Jakarta
menjadi sebuah kota yang layakhuni dan mampu berkompetisi di tingkat Internasional
diperlukan adanya sejumlah paradigma dalam pengelolaan Jakarta. Paradigma yang
harus dianut dalam pengelolaan Jakarta adalah paradigma yang mengedepankan
partipasi dari segenap stakeholders yang ada di tingkat lokal serta paradigma yang
menekankan keterhubungan kebijakan dengan wilayah yang lebih luas yang ada di
sekitarnya. Dengan kata lain, kebijakan yang dibuat dalam mengelola Jakarta harus
dapat mengakomodir kepentingan masyarakat lokal di satu sisi, sementara pada sisi
lainnya kebijakan tersebut harus terintegrasi dengan kebijakan Daerah lain yang ada
di sekitar kota Jakarta.
Upaya pengintegrasian kebijakan antara Jakarta dengan Daerah-Daerah
disekitarnya melalui kerjasama antar Daerah sangat mungkin untuk dilaksanakan dan
diperkenankan oleh sejumlah peraturan yang ada dan sedang disiapkan, baik
peraturan yang mengatur mengenai Pemerintahan Daerah maupun Penataan Ruang.
Peraturan-peraturan tersebut memberikan kemungkinan bagi Pemerintah Propinsi
DKI Jakarta untuk dapat membentuk lembaga bersama dengan Pemerintah
Kota/Kabupaten yang wilayahnya berbatasan langsung untuk mengelola kawasan
tertentu yang memiliki nilai strategis nasional secara terpadu. Dalam konteks ini,
kawasan tersebut adalah kawasan yang dikenal sebagai “JABODETABEKJUR” yang
terdiri atas Jakarta; Kabupaten dan Kota Bogor; Kota Depok; Kabupaten dan Kota
Tangerang; Kabupaten dan Kota Bekasi; serta Kabupaten Cianjur.
Menyebarkan & meratakan pembangunan sehingga dapat menghindari adanya
pemusatan kegiatan, Menjamin keserasian & koordinasi terhadap berbagai kegiatan
pembangunan yang ada di tiap - tiap daerah, Memberikan pengarahan kegiatan

7
pembangunan, tidak saja kepada para aparatur pemerintah di pusat / daerah, tapi juga
kepada masyarakat & para pengusaha.

a. Penyamarataan wilayah
            Penyamarataan(generalisasi) wilayah adalah usaha membagi permukaan
bumi menjadi beberapa bagian. Generalisasi dilakukan dengan cara
mengubah/menghilangkan faktor - faktor tertentu yang dianggap kurang penting /
tidak relevan.
            Skala peta merupakan komponen yang paling penting dalam peta dan sangat
mempengaruhi derajat generalisasi wilayah tertentu. Akibat dari penggunaan peta
dengan skala berbeda a.l :
- Makin besar skala peta yang digunakan, makin kecil derajat generalisasi
wilayah yang dilakukan
- Makin kecil skala peta yang digunakan , makin besar derajat generalisasi
wilayah yang dilakukan.
b. Delimitasi dalam penyeramaan ilayah
            Delimitasi adalah cara - cara penentuan batas terluar suatu wilayah untuk
tujuan tertentu. Didalam generalisasi wilayah, delimitasi dapat dilakukan dengan 2
cara, yaitu delimitasi secara kualitatif dan delimitasi secara kuantitatif.
            Delimitasi kualitatif merupakan cara penentuan batas terluar suatu wilayah
berdasarkan kenampakan - kenampakan yang dominan pada suatu tempat. Dalam
konsep ini, yang ditekankan bukan batas wilayah, melainkan inti wilayah tersebut.
            Delimitasi kuantitatif adalah cara penentuan batas wilayah berdasarkan ukuran
- ukuran yang bersifat kuantitatif. Ukuran tersebut diambil dari data yang terkumpul
kemudian digambarkan ke dalam peta sehingga memberikan gambaran persebaran
data tersebut secara keruangan.
c. Klasifikasi wilayah
Klasifikasi wilayah adalah usaha untuk menggolongkan wilayah secara
sistematis ke dalam bagian - bagian tertentu. Klasifikasi wilayah mempunyai 2 tujuan
utama, yaitu untuk mengetahui perbedaan jenis dan perbedaan tingkat.

8
1.Perbedaan jenis dalam klasifikasi wilayah
sangat diperlukan untuk mendapatkan gambaran tentang karakteristik suatu
wilayah.
2. Perbedaan tingkat dalam klasifikasi wilayah
guna membuat perbedaan tingkat dalam klasifikasi wilayah, dapat dilakukan
dengan 2 metode, yaitu:
a)  Metode interval
Harus memperhatikan parameter kelas yang dgunakan sebagai dasar
penggolongan. Makin banyak kelas yang digunakan, makin kecil interval kelas
sehingga makin banyak informasi yang dapat diperoleh dari data yang bersangkutan.
b) Metode hierarkis
 Dalam metode ini tiap kelas mempunyai hubungan dengan kelas -kelas di
bawahnya/   
 diatasnya. Hal itu karena orde yang lebih tinggi merupakangabungan dari kelas -
kelas 
2.3 Landasan atau asas perencanaan wilayah
A. Azas
Dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, penataan ruang
diselenggarakan berdasarkan asas:
1. Keterpaduan, maksudnya penataan ruang diselenggarakan dengan
mengitegrasikan berbagai kepentingan yang bersifat lintas sektor, lintas
wilayah, dan lintas pemangku kepentingan.
2. keserasian, keselarasan, dan keseimbangan, maksudnya penataan ruang
diselenggarakan dengan mewujudkan keserasian antara struktur ruang dan
pola ruang, keselarasan antara kehidupan manusia dan lingkungannya,
keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan antar daerah dan kawasan
perkotaan dan kawasan perdesaan.
3. Keberlanjutan, maksudnya penataan ruang diselenggarakan dengan menjamin
kelestarian dan kelangsungan daya dukung (kemampuan lingkungan hidup
untuk mendukung kehidupan yang berlangsung padanya secara wajar, yang

9
berimplikasi dengan kerusakan lingkungan hidup) dan daya tampung
(menyangkut kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat dan benda
lainnya yang masuk pada badan lingkungan hidup tersebut, dan berimplikasi
dengan pencemaran lingkungang hidup) lingkungan hidup dengan
memerhatikan kepentingan generasi mendatang.
4. keberdayagunaan dan keberhasilgunaan, maksudnya penataan ruang
diselenggrakan dengan mengoptimalkan manfaat ruang dan sumber daya
(SDA) yang terkandung di dalamnya serta menjamin terwujudnya tata ruang
yang berkulitas.
5. Keterbukaan, maksudnya penataan ruang diselenggarakan dengan
memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk
mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penataan ruang.
6. kebersamaan dan kemitraan, maksudnya penataan ruang diselenggarakan
dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
7. Perlindungan kepentingan umum, maksudnya penataan ruang diselenggarakan
dengan mengutamakan kepentingan masyarakat.
8. kepastian hukum dan keadilan, maksudnya penataan runag diselenggarakan
dengan berlandaskan hukum atau ketentuan peraturan perundang-rundangan
dan bahwa penataan ruang dilaksanakan dengan mempertimbangkan rasa
keadilan masyarakat serta melindungi hak dan kewajiban semua pihak secara
adil dengan jaminan kepastian hukum.
9. Akuntabilitas, maksudny penataan ruang dapat dipertanggungkan jawabkan,
baik prossnya , pembiayaannya, maupun hasilnya.

2.4 Sumbangan ilmu Geografi dalam pertimbangan pembangunan


Geografi sebagai salah satu disiplin ilmu, yang memandang pembangunan dari
berbagai sisi, atau menggunakan cara pandang yang holistik, turut berusaha mencari
solusi permasalahan pembangunan. Secara umum, geografi mampu menjelaskan
berbagai fenomena perbedaan yang terjadi antara satu tempat dengan tempat yang
lain. Atau minimal, geografi memiliki sense of place yang lebih tinggi dibandingkan

10
dengan disiplin ilmu lain.
Jika disiplin ilmu lain selalu menjelaskan fenomena dengan menggunakan
sistem thinking yang telah terjadi, maka geografi berusaha menjelaskan fenome
secara aktual. Contoh kasus adalah pembangunan jalur busway di Jakarta, yang
sesungguhnya dirancang oleh orang Teknik Sipil - UI. Pendekatan yang dilakukan
pada awalnya, yakni untuk mengatasi kemacetan di Jakarta, dalam tanda kutip bisa
dinyatakan tidak berhasil. Hal ini karena pendekatan program dijalankan
menggunakan pendekatan kuantitatif, atau untuk rugi dalam mengatasi permasalahan
kemacetan. Sehingga dapat dikatakan program kurang berhasil. Perhitungan yang
dilkukan lebih banyak menghitung kost pengembalian, tapi kost kerusakan
lingkungan tidak pernah terhitung.
Dalam kontek kekinian, AMDAL sudah tidak relevan untuk prinsip
pembangunan berkelanjutan. Karena AMDAL diberlakukan setelah program
disahkan. Apa yang terjadi adalah lingkungan menjadi korban pembangunan.
Ada pendekatan pembangunan yang sedang dirumuskan kembali, bahkan
dirancang sudah mendunia yakni Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS). Dalam
pendekatanya, KLHS berusahamenggagas visi pembangunan berkelanjutan yang
dimulai dari pembuatan kebijakan. Hal ini penting karena banyak kerusakahan
lingkungan yang disebabakan oleh pembanguna itu sendiri. Sebagai sebuah proses
yang sistematis, KLHS berusaha menggagas pembangunan yang bervisikan
berkelanjutan.
Secara umum, KLHS berusaha meningkatkan manfaat pembangun,
mengurangi kemungkinan kekeliruan dalam pembuatan perkiraan pada awal proses
perencanaan kebijakan atau projek pembangunan.
2.5 Perencanaan wilayah untuk berbagai kawasan
1. Penetapan Kawasan Lindung
Kawasan lindung adalah kawasan yang berfungsi untuk melindungi kelestarian
lingkungan hidup. Penentuan kawasan lindung diatur di dalam UU PR No 24 Pasal 7.
Dan Keppres RI No 32/1990 tentang pengelolaan kawasan hutan lindung, dijelaskan
pada pasal 37 sebagai berikut:

11
1) Kawasan hutan lindung;
2) Kawasan bergambut;
3) Kawasan resapan air;
4) Sempadan panati;
5) Sempadan sungai;
6) Kawasan ssekitar danau/waduk;
7) Kawasan sekitar mata air;
8) Kawasan suaka alam;
9) Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya;
10) Kawasan pantai berhutan bakau;
11) Taman nasional;
12) Taman hutan raya;
13) Taman wisat alam;
14) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
15) Kawasan rawan rawan bencana alam.
2. Penetapan Kawasan Budi Daya yang di atur
Kawasan budi daya adalah kawasan di mana manusia dapat melakukan kegiatan
dan memanfaatkan lahan baik sebagai tempat tinggal atau berkativitas untuk
memperoleh pendapatan/kemakmuran. Tujuannya adalah untuk menghindari kerugian
yang dapat ditimbulkan terhadap alam, masyarakat atau pengelola sendiri agar nilai
atau kegunaan kekayaan alam tidak menurun drastic.
Kebijakan yang diterapkan adalah mengkhususkan suatu subwilayah hanya boleh
untuk kegiatan tertentu atau melarang suatu kegiaan tertentu pada suatu subwilayah
lain. Kawasan yang sudah ditetepkan untuk penggunaan khusus tidak boleh dirubah
penggunaan atau kalaupun memungkinkan harus melalui prosedur yang ditentukan.
Bentuk lain dari pengaturan adalah melarang kegiatan tertentu berlokasi pada
kawasan yang tidak diperuntukkan baginya atau pun menetapkan aturan tertenti bagi
yang melakukan aktivitas dilokasi tersebut. Bentuk kebijakannya adalah tidak
member izin pada pemohon baru dan meminta usaha yang telah ada agar
menyesuaikan atau merelokasi tempat kegiatannya.

12
3. Kawasan Budi Daya yang diarahkan
Cara pemanfataan kawasan budi daya yang diarahkan tidak dinyatakan dengan
tegas bahkan seringkali pengarahannya dilakukan secara sektoral. Hal ini berarti
kebijakan itu berlaku untuk seluruh wilayah yang kondisinya memenuhi criteria untuk
diarahkan. Tujuan pengarahan adalah agar penggunaan lahan menjadi optimal dan
mencegah timbulnya kerugian bagi para pengelola. Salah satu kebijakan yang bersifat
mengarahkan adalah mendorong masyarakat berbudi daya sesuai dengan kemampuan
atau daya dukung lahan.
Kemampuan lahan ditentukan oleh bahan organic lahan, tofografi, curah hujan,
dsb. Selain masalah kesesuaian lahan, penggunaan lahan juga perlu diarahkan agar
tercipta manfaat yang optimal atau untuk mengindari ada pihak lain yang dirugikan.

4. Kawasan Budi Daya yang diarahkan


Adalah kawasan yang tidak diatur atau diarahkan secara khusus, kawasan ini
biasanya berada diluar kota dan tidak ada permasalahan dalam penggunaan lahan.
Daerah itu juga bukan persawahan beririgasi teknis, kegunaannya biasanya untuk
pertanian tanaman campuran dan rumah tinggal

5. Hierarki Perkotaan
Hiaerarki perkotaan menggambarkan jenjang fungsi prkotaan sebagai akibat
perbedaan jumlah, jenis dan kualitas dari fasilitas yang tersdia di kota tersebut.Atas
dasar perbedaan itu, volume dan keragaman pelayanan yang dapat di berikan setiap
jenis fasilitas juga berbeeda.
Hierarki perkotaan seringkali sudah tercipta secara alamiah (mechanism pasar)
ttapi bias juga dimodifikas/diubah sbagai akibat kputusan pemrintah. Misalnya sebuah
kota kecil yang diputuskan pmerintah mnjadi ibukota kabupaten, secara perlahan akan
menaikkan hierarki dari kota trsebut, apanila keputusan itu direspons oleh
masyarakat/pasar. Hierarki perkotaan sangat perlu diperhatikan dalam perencanaan
wilayah karena menyangkut fungsi yang ingin diarahkan untuk masing-masing kota.
Dalam suatu wilayah, kota orde tertinggi diberi peringkat ke-1. Penentuan orde

13
(tingkat) sangat terkait dngan luas wilayah analisis. Bagi Indonesia Jakarta adalah
kota orde ke-1, bagi provinsi Sumatera Utara, Medan adalah kota ode ke-1. Bagi
sebuah kabupaten kemungkinan besar ibu kota kabupaten itu yang menjadi orde ke-1,
seandainya ibu kota itu adalalah kota terbesar di kabupaten trsebut.
Orde suatu kota bisa di ubah secara bertahap dengan merencanakan penambahan
fasilitas di kota tersebut, dimana masyarakat diperkirakan akan mau memanfaatkan
fasilitas tersbut sebagaimana mestinya (direspons oleh pasar).
Penentuan jenis dan besarnya fasilitas dimasing masing kota harus tepat. Apabila
kekurangan akan merugikan masyarakat sedangkan apabila berlebih, akan membuat
investasi menjadi mubazir.
6. Pengelolaan Wilayah Pedesaan
Pada setiap desa perlu dittapkan deliniasi desa, yaitu wilayah yang dijadikan
permukiman dengan wilayah budidaya. Desa di Indonesia dikategorikan atas
swadaya, swakarya dan swasembada. Kebijakan yang di terapkan adalah bagaimana
meningkatkan status desa tersebut dengan bantuan yang sminimum mungkin dari
pemerintah. Untuk meningkatkan status desa maka tidak cukup hanya dari usaha
pemerintah saja tetapi juga terkait dengan partisipasi atau kegiatan ekonomi
masyarakat.
Oleh karena itu pertumbuhan ekonomi perlu di rangsang baik melalui pendkatan
sektoral maupun pendekatan regional, yang kebijakannya tentu berbeda dari satu desa
ke desa berikutnya. Desa yang berkembang kemungkinan akan mendorong desa
tetangganya untuk turut berkembang, karena adanya keterkaitan kgiatan antar desa.
7. Sistem Prasarana Wilayah
Sistm prasarana wilayah adalah jaringan yang menghubungkan satu pusat kegiatan
lainnya, yaitu antara satu permukiman dengan permukiman lainnya, antara lokasi budi
dayua dengan lokasi permukiman, dan antara lokasi budi daya satu dengan lokasi budi
daya lainnya.
Bentuk jaringan itu adalah prasarana berupa jalan raya, jalur kereta api, jalur
sungai, laut dan danau, jaringan listrik, jaringan telepon, saluran irigasi, pipa air
minum, pipa gas, atau pipa bahan bakar yang dapat dipergunakan untuk berpindahnya

14
orang/bahan/energy/informasi dari satu pusat kegiatan ke pusat kegiatan lainnya.
Tujuan perencanaan jaringan adalah agar pergerakkan orang dan barang dapat
mencapai seluruh wilayah secara efisien, yaitu cepat, murah, dan aman.
Pada umumnya jaringan penghubung utama di suatu wilayah adalah jalan raya,
sehingga perlu mendapat perhatian khusus. Berdasarkan petunjuk dari Direktorat
Jenderal Bina Marga Departemen PU, jalan raya dibagi atas beberapa kelas sebagai
berikut (Dirjen Bina Marga, 1976)
1. Menurut daya dukungf/lebar jalan, jalan dibagi atas : jalan utama yaitu kelas I ;
jalan sekunder yaitu kelas IIA,IIB, dan IIC, dan jalan penghubung yaitu kelas III.
2. Menurut fungsinya, Jalan terbagi atas jalan arteri, jalan kolektor, dan jalan local.
3. Menurut tanggung jawab pengelolaannya dan sekaligus juga menurut fdungsinya,
jalan dibagi atas ; jalan Negara, jalan provinsi, jalan kabupaten/kota.
8. Kawasan yang diprioritaskan pengembangnnya
Kawasan yang diprioritaskan pengembangannya adalah kawasan yang
diperkirakan akan dapat berkembang dimasa yang akan datang, baik karena kekuatan
internal yang terdapat dikawasan itu ataupun karena adanya investor baru yang akan
masuk ke wilayah tersebut.
9. Penatagunaan Tanah, Air, Udara, dan Sumber Daya Alam Lainnya
Penataguanaan tanah intinya dalah penatagunaan lahan dengan tujuan agar lahan
dapat digunakan secara aman, tertib, dan efisien sehiungga pemanfaatan lahan untuk
budi dayadan prasarana meenjadi optimal. Penatagunaan air adalah pemanfaatan
sumber air yang tersedia (air tanah dan air permukaan) secara optimal dengan tetap
Penatagunaan udara adalah penataan penggunaan lahan yang terkait dengan ruang
udara dan pemanfaatan udara sebagai sumberdaya.
2.6 Faktor penduduk dalam perencanaan wilayah
Dalam perencanaan pembangunan desa partisipasi masyarakat mempunyai
peran penting karena pembangunan desa sebenarya ditujukan untuk memajukan desa
itu sendiri dan memanfaatkan berbagai potensi serta sumber daya yang ada, maka
dengan terlaksananya partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan diharapkan
hasil dari pembangunan dapat sesuai dengan yang diharapkan dan kebutuhan

15
masyarakat itu sendiri.
Perencanaan pembangunan desa merupakan proses yang sangat penting dalam
pelaksanaan pembangunan, salah satu kunci dari keberhasilan tujuan pembangunan
adalah sejauh mana perencanaan pembangunan dilakukan. Dalam Undang-Undang
Nomor 06 Tahun 2014 tentang desa sudah seharusnya dan menjadi prasyarat
penerimaan dana desa,  maka desa harus membuat perencanaan dalam bentuk
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes), dan  merupakan
penjabaran Visi Misi Kepala desa dengan partisipasi masyarakat.
Proses penyusunan RPJM Desa diharapkan menghasilkan sebuah dokumen
perencanaan yang benar-benar berkualitas dan terukur. RPJMDesa yang baik tidak
hanya mampu mengakomodasikan aspirasi atau partisipasi masyarakat tetapi memiliki
bobot yang memadai, tingkat adaptasi  tinggi  terhadap perubahan dan dapat
diimplementasikan secara optimal,  maka :
1. Pembangunan melalui partisipasi masyarakat merupakan salah satu upaya untuk
memberdayakan potensi masyarakat dalam merencanakan pembangunan yang
berkaitan dengan potensi sumber daya lokal berdasarkan kajian musyawarah,
yaitu peningkatan aspirasi berupa keinginan dan kebutuhan nyata yang ada dalam
masyarakat, peningkatan motivasi dan peran-serta kelompok masyarakat dalam
proses pembangunan, dan peningkatan rasa-memiliki pada kelompok masyarakat
terhadap program kegiatan yang telah disusun.
2. Prinsip kerja dari pembangunan melalui partisipasi masyarakat, sebagai berikut ;

 program kerja disampaikan secara terbuka kepada masyarakat dengan


melakukan komunikasi partisipatif agar mendapat dukungan masyarakat,
 program kerja dilaksanakan melalui kerjasama dan kerja bersama kelompok
antara masyarakat, pejabat  dan segenap warga dalam rangka memperkecil
hambatan dalam program,
 program kerja tidak mengarah pada golongan tertentu di masyarakat atau
kelompok agar tidak menimbulkan perpecahan,

16
 selama program berjalan, koordinasi selalu dilakukan secara vertikal maupun
horizontal.

2.7 Keterampilan dalam perencanaan wilayah


Perencana profesional membantu menciptakan visi yang luas bagi masyarakat
dengan melakukan penelitian, desain, dan pengembangan program; memimpin proses
publik; mempengaruhi perubahan sosial; melakukan analisis teknis; mengelola; dan
mendidik masyarakat. Namun di berbagai negara, beberapa perencana hanya fokus
pada beberapa peran sektoral, seperti : perencanaan transportasi, perencanaan tata
ruang, dll. Tetapi sebagian besar akan bekerja di berbagai jenis perencanaan sepanjang
karier mereka. Elemen dasar dalam perencanaan wilayah dan kota adalah penciptaan
rencana. Perencana mengembangkan rencana melalui analisis data dan identifikasi
tujuan bagi masyarakat atau proyek yang bersangkutan. Perencana membantu
masyarakat dan berbagai kelompok untuk mengidentifikasi tujuan dan membentuk
visi tertentu.

Dalam penciptaan rencana, perencana mengidentifikasi strategi agar masyarakat


dapat mencapai tujuan dan visi tersebut. Perencana juga bertanggung jawab untuk
pelaksanaan atau penegakan banyak strategi sehingga seringkali harus
mengkoordinasikan pekerjaan dari banyak kelompok orang. Hal ini penting untuk
mengetahui bahwa rencana dapat tercipt dalam berbagai bentuk termasuk:
rekomendasi kebijakan, rencana aksi masyarakat, rencana yang komprehensif,
rencana lingkungan, strategi regulasi dan insentif, atau rencana pelestarian bersejarah.
Contoh lain dari rencana meliputi: rencana pembangunan kembali, strategi
pertumbuhan pintar, rencana strategis pembangunan ekonomi, rencana situs budaya,
dan rencana mitigasi bencana.

1. Asosiasi Perencanaan Profesional di Berbagai Negara

17
Perencanaan adalah profesi dan praktek internasional. Banyak negara memiliki
sejarah panjang dalam perencanaan masyarakatnya dan memiliki lembaga profesional
seperti Asosiasi Perencanaan Amerika dan AICP.
Perencanaan adalah bidang yang sangat kolaboratif, dan perencana menghabiskan
banyak waktu mereka untuk bekerja dengan orang lain atau mungkin aktivitas
perencana dimulai dengan rapat staf untuk membahas pengelolaan proyek
perencanaan. Pertemuan-pertemuan lain termasuk pertemuan tim dengan insinyur,
arsitek, profesional kesehatan, dan arsitek lansekap untuk meninjau spesifik dari
rencana atau dengan pengembang sebagai bagian dari proses pra-aplikasi. Peran
perencana adalah untuk memberikan gambaran besar dan berhubungan dengan proyek
untuk berbagai tujuan dan pedoman, seperti tata cara atau desain dalam rangka
mencapai sebuah tujuan akhir yang memenuhi kebutuhan masyarakat termasuk desain
yang tepat, pertimbangan lingkungan, dukungan bagi ekonomi lokal atau akses yang
adil bagi semua anggota masyarakat.
Seorang perencana wilayah dan kota juga bertanggung jawab untuk
mengetahui hukum di negara yang bersangkutan dan undang-undang federal dan
pengadilan putusan yang berhubungan dengan proyek, rencana, atau pedoman yang
mereka kerjakan. Sekali lagi, perencana bertanggung jawab untuk menyediakan
pengetahuan teknis ini untuk proyek-proyek. Dalam proyek-proyek yang kompleks,
pengembang mungkin akan berkonsultasi dengan ahli hukum tersendiri.
Perencana juga dapat melakukan penelitian dan mengumpulkan data dari
berbagai sumber, termasuk pengembangan atau riset pasar studi ekonomi, laporan
sensus, atau studi lingkungan. Perencana juga perlu memahamii tentang pentingnya
pengumpulan data dengan menggunakan berbagai teknologi. Salah satu alat yang
biasa digunakan dalam perencanaan adalah Sistem Informasi Geografis (GIS) dan
pemetaan elektronik. Alat lain mungkin termasuk alat-alat bangunan skenario
visualisasi, spreadsheet analisis keuangan, dan database kependudukan. Perencana
menyiapkan laporan temuan dan analisis mereka kemudian memberikan alternatif
bagi para pembuat kebijakan untuk sebagai bahan pertimbangan.

18
Seorang perencana wilayah dan kota juga melakukan presentasi. Perencana
sering memberikan presentasi kepada dewan kota, kelompok bisnis, kelompok
lingkungan, dan profesional. Presentasi ini membahas proyek tertentu atau isu dalam
konteks rencana dan pedoman untuk pengembangan dan perubahan masyarakat.
Kemampuan presentasi yang sangat penting bagi perencana yang harus
mempresentasikan proyek pada berbagai tahap untuk klien, pejabat, atau publik.
Manajemen proyek juga merupakan keterampilan penting bagi para perencana,
terutama bagi mereka yang bekerja di sektor swasta. Perencana mengelola berbagai
proyek dari program perencanaan lingkungan skala kecil atau mikro dan proyek-
proyek dengan skala yang jauh lebih besar. Perencana juga terlibat dalam proses
partisipasi masyarakat. Dalam proyek ini, perencana berperan sebagai fasilitator untuk
menyalurkan keterampilan masyarakat. Proses ini cenderung sangat kreatif dan
perencana sering menggunakan teknik visualisasi, dan kerja kelompok dalam
pengembangan rencana.

2. Spesialisasi dalam Profesi Perencanaan Wilayah dan Kota


Berikut adalah beberapa spesialisasi yang paling umum dalam profesi
perencanaan:

a. Pengembangan Masyarakat
b. Penggunaan Lahan
c. Perencanaan Transportasi
d. Perencanaan Lingkungan / Sumber Daya Alam
e. Pertumbuhan ekonomi
f. Desain perkotaan
g. Manajemen Perencanaan / Keuangan
h. Perumahan
i. Taman & Rekreasi
j. Pelestarian Kawasan Bersejarah / Heritage
k. Pengembangan Kegiatan Komunitas / Pemberdayaan Masyarakat

19
Karena perencana adalah profesi yang dinamis dan beragam, serta banyak bidang
spesialisasi.maka Perencana sukses sebaiknya memiliki keterampilan sebagai berikut:

1. Pengetahuan tentang tata ruang kota atau desain fisik 


2. Kemampuan menganalisa informasi demografis untuk membedakan tren
populasi, pekerjaan, dan kesehatan. 
3. Pengetahuan tentang pembuatan rencana dan evaluasi proyek. 
4. Penguasaan teknik untuk melibatkan berbagai orang dalam membuat
keputusan. 
5. Pemahaman program dan proses pemerintahan yang berlaku. 
6. Pemahaman tentang dampak sosial dan lingkungan dari keputusan
perencanaan 
7. Kemampuan untuk bekerja dengan isu-isu perencanaan publik dan
mengartikulasikan ke berbagai khalayak. 
8. Kemampuan sebagai mediator atau fasilitator bagi masyarakat. 
9. Pemahaman tentang landasan hukum untuk peraturan penggunaan lahan 
10. Pemahaman tentang interaksi antara ekonomi, transportasi, kesehatan dan
pelayanan manusia, dan guna lahan. 
11. Kemampuan untuk memecahkan masalah dengan menggunakan
keseimbangan kompetensi teknis, kreativitas, dan pragmatisme. 
12. Kemampuan untuk menyusun alternatif rencana untuk perubahan lingkungan
fisik dan sosial. 
13. Penguasaan sistem informasi geografis dan perangkat teknologi.

3.Etika Profesi Perencanaan


Ada standar yang ditetapkan untuk perilaku etis di bidang perencanaan wilayah
dan kota antara lain:

1. Kewajiban utama Perencana adalah melayani kepentingan publik 


2. Perencana bertanggung jawab untuk rajin dan kompeten melakukan pekerjaan 

20
3. Perencana bertanggung jawab untuk berkontribusi terhadap pengembangan
profesi perencanaan dan rekan-rekan sesama perencana. 
4. Perencana bertanggung jawab untuk integritas profesional, kemampuan dan
pengetahuan.

2. Implementasi Pembangunan Berkelanjutan.


Konsep pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat
memenuhi kebutuhan generasi saat ini dengan tanpa mengorbankan kepentingan
generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya. Pembangunan
berkelanjutan mencakup upaya memaksimumkan net benefit dari pembangunan
ekonomi yang berhubungan dengan pemeliharaan jasa dan kualitas sumberdaya alam
setiap waktu. Oleh sebab itu pembangunan ekonomi tidak hanya mencakup
peningkatan pendapatan per kapita riil, tetapi juga mencakup elemen-elemen lain
dalam kesejahteraan sosial (Pearce dan Turner, 1990). Hal ini sejalan dengan konsep
pembangunan berkelanjutan yang dikemukakan oleh Serageldin (1994) yakni
pembangunan yang memungkinkan generasi sekarang dapat meningkatkan
kesejahteraannya tanpa mengurangi kesempatan generasi yang akan datang untuk
meningkatkan kesejahteraannya. Oleh karena itu maka konsep pembangunan
berkelanjutan adalah mengintegrasikan tiga aspek kehidupan (ekonomi, sosial dan
ekologi) dalam satu hubungan yang sinergis, sehingga makna keberlanjutan dalam
konsep tersebut juga didefinisikan sebagai keberlanjutan ekonomi, sosial dan
lingkungan.
Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah pembangunan
yang berguna untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan saat ini tanpa perlu
merusak atau menurunkan kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Pada dasarnya konsep ini merupakan strategi pembangunan yang memberikan
batasan pada laju pemanfaatan ekosistem alamiah dan sumberdaya yang ada
didalamnya. Ambang batas ini tidak absolut (mutlak) tetapi merupakan batas yang
luwes (flexible) yang bergantung pada teknologi dan sosial ekonomi

21
tentang pemanfaatan sumberdaya alam, serta kemampuan biosfer dalam menerima
akibat yang ditimbulkan dari kegiatan manusia.
Dengan kata lain, pembangunan berkelanjutan adalah semacam strategi dalam
pemanfaatan ekosistem alamiah dengan cara tertentu sehingga kapasitas
fungsionalnya tidak rusak untuk memberikan manfaat bagi kehidupan umat manusia.
Hal ini bukan saja untuk kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, tetapi juga
untuk kesejahteraan masyarakat generasi mendatang. Dengan demikian diharapkan
bahwa kita tidak saja mampu melaksanakan pengelolaan pembangunan yang
ditugaskan (to do the thing right), tetapi juga dituntut untuk mampu mengelolanya
dengan suatu lingkup yang lebih menyeluruh (to do the right thing)
Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup perlu memanfaatkan sumber
daya yang dimiliki secara cermat dan bijaksana.
a. Sumber daya alam yang mencakup air, tanah, udara, hutan, kandungan
b. mineral, dan keanekaragaman hayati.
c. Sumber daya manusia yang mencakup jumlah penduduk, pendidikan,
d. kesehatan, keterampilan, dan kebudayaan.
e. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang mencakup transportasi, informasi,
f. komunikasi, dan hasil-hasil ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) lainnya.
Sumber-sumber daya tersebut sifatnya terbatas, sehingga dalam
penggunaannya harus cermat dan bijaksana. Ketidakcermatan dan
kekurangbijaksanaan dalam penggunaan sumber daya dapat menimbulkan beragam
masalah, seperti polusi lingkungan, kerusakan sumber daya alam, dan timbulnya
masalah permukiman. Pembangunan berwawasan lingkungan yang dikenal dengan
pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan
kebutuhan manusia melalui pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana,
efisiensi, dan memerhatikan pemanfaatannya, baik untuk masa kini maupun yang
akan datang.
Pembangunan berwawasan lingkungan yang memerhatikan keberlanjutan lingkungan
hidup memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Menjamin Pemerataan dan Keadilan. Strategi pembangunan yang berwawasan

22
lingkungan dilandasi oleh pemerataan distribusi lahan dan faktor produksi,
pemerataan kesempatan bagi perempuan, dan pemerataan ekonomi untuk
peningkatan kesejahteraan.
b. Menghargai Keanekaragaman Hayati Keanekaragalan hayati merupakan dasar
bagi tatanan lingkungan. Pemeliharaan keanekaragaman hayati memiliki kepastian
bahwa sumber daya alam selalu tersedia secara berlanjut untuk masa kini dan
masa yang akan datang.
c. Menggunakan Pendekatan Integratif Dengan menggunakan pendekatan integratif,
maka keterkaitan yang kompleks antara manusia dengan lingkungan dapat
dimungkinkan untuk masa kini dan masa yang akan datang.
d. Menggunakan Pandangan Jangka Panjang Pandangan jangka panjang dilakukan
untuk merencanakan pengelolaan pemanfaatan sumber daya yang mendukung
pembangunan agar secara berlanjut dapat digunakan dan dimanfaatkan.
2.8 Implementasi pembangunan berkelanjutan
Konsep pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat
memenuhi kebutuhan generasi saat ini dengan tanpa mengorbankan kepentingan
generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya. Pembangunan
berkelanjutan mencakup upaya memaksimumkan net benefit dari pembangunan
ekonomi yang berhubungan dengan pemeliharaan jasa dan kualitas sumberdaya alam
setiap waktu. Oleh sebab itu pembangunan ekonomi tidak hanya mencakup
peningkatan pendapatan per kapita riil, tetapi juga mencakup elemen-elemen lain
dalam kesejahteraan sosial (Pearce dan Turner, 1990). Hal ini sejalan dengan konsep
pembangunan berkelanjutan yang dikemukakan oleh Serageldin (1994) yakni
pembangunan yang memungkinkan generasi sekarang dapat meningkatkan
kesejahteraannya tanpa mengurangi kesempatan generasi yang akan datang untuk
meningkatkan kesejahteraannya. Oleh karena itu maka konsep pembangunan
berkelanjutan adalah mengintegrasikan tiga aspek kehidupan (ekonomi, sosial dan
ekologi) dalam satu hubungan yang sinergis, sehingga makna keberlanjutan dalam
konsep tersebut juga didefinisikan sebagai keberlanjutan ekonomi, sosial dan

23
lingkungan.
Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah pembangunan
yang berguna untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan saat ini tanpa perlu
merusak atau menurunkan kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Pada dasarnya konsep ini merupakan strategi pembangunan yang memberikan
batasan pada laju pemanfaatan ekosistem alamiah dan sumberdaya yang ada
didalamnya. Ambang batas ini tidak absolut (mutlak) tetapi merupakan batas yang
luwes (flexible) yang bergantung pada teknologi dan sosial ekonomi tentang
pemanfaatan sumberdaya alam, serta kemampuan biosfer dalam menerima akibat
yang ditimbulkan dari kegiatan manusia. Dengan kata lain, pembangunan
berkelanjutan adalah semacam strategi dalam pemanfaatan ekosistem alamiah dengan
cara tertentu sehingga kapasitas fungsionalnya tidak rusak untuk memberikan manfaat
bagi kehidupan umat manusia. Hal ini bukan saja untuk kesejahteraan masyarakat
secara keseluruhan, tetapi juga untuk kesejahteraan masyarakat generasi mendatang.
Dengan demikian diharapkan bahwa kita tidak saja mampu melaksanakan
pengelolaan pembangunan yang ditugaskan (to do the thing right), tetapi juga dituntut
untuk mampu mengelolanya dengan suatu lingkup yang lebih menyeluruh (to do the
right thing)
1. Hakikat dan Ciri-Ciri Pembangunan Berkelanjutan
Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup perlu memanfaatkan sumber
daya yang dimiliki secara cermat dan bijaksana.
a. Sumber daya alam yang mencakup air, tanah, udara, hutan, kandungan
mineral, dan keanekaragaman hayati.
b. Sumber daya manusia yang mencakup jumlah penduduk, pendidikan,
kesehatan, keterampilan, dan kebudayaan.
c. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang mencakup transportasi, informasi,
d. komunikasi, dan hasil-hasil ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) lainnya.
Sumber-sumber daya tersebut sifatnya terbatas, sehingga dalam
penggunaannya harus cermat dan bijaksana. Ketidakcermatan dan

24
kekurangbijaksanaan dalam penggunaan sumber daya dapat menimbulkan beragam
masalah, seperti polusi lingkungan, kerusakan sumber daya alam, dan timbulnya
masalah permukiman.
Pembangunan berwawasan lingkungan yang dikenal dengan pembangunan
berkelanjutan adalah pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan
manusia melalui pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana, efisiensi, dan
memerhatikan pemanfaatannya, baik untuk masa kini maupun yang akan datang.
Pembangunan berwawasan lingkungan yang memerhatikan keberlanjutan lingkungan
hidup memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Menjamin Pemerataan dan Keadilan. Strategi pembangunan yang berwawasan
lingkungan dilandasi oleh pemerataan distribusi lahan dan faktor produksi,
pemerataan kesempatan bagi perempuan, dan pemerataan ekonomi untuk
peningkatan kesejahteraan.
2. Menghargai Keanekaragaman Hayati Keanekaragalan hayati merupakan dasar
bagi tatanan lingkungan. Pemeliharaan keanekaragaman hayati memiliki kepastian
bahwa sumber daya alam selalu tersedia secara berlanjut untuk masa kini dan
masa yang akan datang.
3. Menggunakan Pendekatan Integratif Dengan menggunakan pendekatan integratif,
maka keterkaitan yang kompleks antara manusia dengan lingkungan dapat
dimungkinkan untuk masa kini dan masa yang akan datang.
4. Menggunakan Pandangan Jangka Panjang Pandangan jangka panjang dilakukan
untuk merencanakan pengelolaan pemanfaatan sumber daya yang mendukung
pembangunan agar secara berlanjut dapat digunakan dan dimanfaatkan.
Adapun ciri-ciri pembangunan berwawasan lingkungan antara lain

1.      Menjamin pemerataan dan keadilan.

2.      Menghargai keanekaragaman hayati.

3.      Menggunakan pendekatan integratif.

4.      Menggunakan pan


Permasalahan pembangunan berkelanjutan sekarang telah merupakan

25
komitmen setiap orang, sadar atau tidak sadar, yang bergelut di bidang pembangunan.
Permasalahan pembangunan berkelanjutan juga tak dapat diabaikan dalam
perkembangan berbagai ilmu pengetahuan dan tekonologi,
Konsep pembangunan berkelanjutan diperkenalkan sebagai hasil debat antara
pendukung pembangunan dan pendukung lingkungan. Konsep pembangunan yang
berkelanjutan ini terus berkembang. Pada tahun 1987, Edward B. Barbier
mengusulkan bahwa pembangunan berkelanjutan harus dilihat sebagai interaksi antara
tiga system : sistem biologis dan sumber daya, sistem ekonomi dan sistem sosial.
Selain itu, dalam menjelaskan konsep pembangunan berkelanjutan ini,
Budimanta membandingkan perkembangan kota Jakarta dengan kota-kota lain
di Asia, yaitu Bangkok, Singapura, Tokyo yang memiliki kualitas pembangunan yang
berkelanjutan yaitu cara berpikir yang integrative, perspektif jangka panjang
mempertimbangkan keanekaragaman dan distribusi keadilan social ekonomi. (Arif
Budimanta Dalam Bunga Rampai, 2005: 375-377)
Kemiskinan serta kerusakan lingkungan hidup merupakan ancaman utama
bagi proses pembangunan berkelanjutan dengan melihat tujuan dari pembangunan
berkelanjutan yaitu mencapai masyarakat sejahtera (masyarakat berkelanjutan) dalam
lingkungan hidup yang berkelanjutan. (Madrim Djody Gondokusumo dalam Bunga
Rampai, 2005: 405)
Berikut dibahas mengenai tiga masalah yang merupakan hambatan dalam
mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan yaitu masalah kemiskinan, masalah
kualitas lingkungan hidup  dan masalah keamanan dan ketertiban.
1.      Masalah Kemiskinan
Kemiskinan merupakan salah satu contoh ketidakadilan yang dialami suatu
kelompok (masyarakat pra sejahtera), dan terdapat di mana-mana, baik di Negara
maju maupun di Negara-negara yang sedang berkembang. Ketidakadilan itu terlihat
dari tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan mereka untuk bertahan hidup dalam
kesehatan yang baik, sulitnya mendapat akses ke pelayanan publik (sanitasi sehat, air
bersih, pengelolaan sampah ) rumah sehat, RTH, pelayanan pendidikan dan

26
sebagainya. Ketidakadilan juga terlihat dari tidak adanya akses kepemilikan hak atas 
tanah yang mereka huni. Sebagai akibat itu semua, sulit bagi mereka untuk mendapat
akses ke pekerjaan yang baik dan stabil.
Ketidakadilan itu menyebabkan masyarakat miskin tetap miskin dan
mengancam proses pembangunan yang berkelanjutan. Kerusakan lingkungan, kondisi
permukiman buruk atau kumuh dalam suatu kawasan memperlihatkan bahwa
kawasan tersebut sedang dalam proses tidak berkelanjutan. (Madrim Djody
Gondokusumo dalam Bunga Rampai, 2005: 410).
Krisis ekonomi yang menyebabkan naiknya harga kebutuhan bahan pokok
telah menimbulkan berbagai kerusuhan. Kerusuhan ini bahkan telah menembus
sampai kawasan pedesaan atau kawasan pinggiran kota. Hal ini disebabkan desa telah
kehilangan daya tahan menghadapi krisis. Kultur agraris yang menjadi basis
pertahanan ekonomi desa telah hilang maupun ditinggalkan, diganti dengan pola
modern yang tergantung pada industri.
Sementara industry yang diharapkan mampu menopang sektor pertanian,
kondisinya sangat rentang dan keropos, karena ketergantungannya pada bahan baku
impor.
Kebijakan tegas untuk meninggalkan kultur agraris, karena ada pandangan
bahwa pola pertanian yang ada selama ini tidak memberikan nilai tambah, sangatlah
naif. Nilai tambah yang dimaksud dalam konteks tersebut adalah yang bisa
memberikan konstribusi devisa, bukan dalam pengertian mampu memberikan daya
hidup pada komunitas desa. Bahkan kecenderungannya adalah mengubah kawasan
pedesaan yang mampu mandiri berbasis pertanian keanekaragaman hayati, sebagai
ajang konversi, menjadi kawasan industri dan kawasan permukiman perkotaan.
Ketahanan kita akan kebutuhan bahan pokok sangatlah kurang, karena
investasi yang ada selama ini bukan untuk pembangunan industri yang berbasis
sumber daya alam hayati (agroindustry). Tempe, yang merupakan makanan Indonesia
sejak dahulu kala, ternyata kita belum mampu menjadi produsen bahan baku
kedelainya hingga kini. Kedelai hingga kini masih harus diimpor. Semuanya itu

27
disebabkan kita belum pernah mengadakan penelitian bioteknologi, yang dapat
mendukung pola agraris yang kita  miliki agar efisien. Penelitian yang ada selama ini
bukan membumi, tetapi menuju ke langit. Untuk itu, dalam rangka peningkatan
ketahanan akan kebutuhan bahan pokok, diperlukan upaya pembangunan daerah yang
berbasis keanekaragaman hayati setempat.(Sugandi, 2007: 46-50)
Penelitian – penelitian terbaru menunjukkan bahwa kemiskinan tidaklah statis.
Orang miskin bukanlah orang yang pasif. Ia adalah manajer seperangkat asset yang
ada di seputar diri dan lingkungannya. Keadaan ini terjadi pada orang yang miskin
yang hidup di Negara yang tidak menerapkan sistem Negara kesejahteraan (welfare
state). Sistem yang dapat melindungi warganya menghadapi kondisi-kondisi yang
memburuk yang mampu ditangani oleh dirinya sendiri. Kelangsungan hidup individu
dalam situasi seringkali tergantung pada keluarga yang secara bersama-sama dengan
jaringan sosial membantu para anggotanya dengan pemberian bantuan keuangan,
tempat tinggal dan bantuan-bantuan mendesak lainnya.
Pendekatan kemiskinan yang berkembang selama ini perlu dilengkapi dengan
konsep keberfungsian sosial yang lebih bermatra demorasi-sosial ketimbang neo-
liberalisme. Rebounding atau pelurusan kembali makna keberfungsian sosial ini akan
lebih memperjelas analisis mengenai bagaimana orang miskin mengatasi
kemiskinannya, serta bagaimana struktur rumah tangga, keluarga kekerabatan, dan
jaringan sosial mempengaruhi kehidupan orang miskin. Paradigma baru lebih
menekankan pada “apa yang dimiliki si miskin ” ketimbang ” apa yang tidak dimiliki
si miskin ”. (Suharto, 2005 : 148)
Pada akhirnya kebijakan pengurangan kemiskinan yang selama ini yaitu
pendekatan top-down dalam perencanaan kebijakan yang sekarang dilakukan, yaitu
pemerintah dan para pakar menganggap dirinya yang paling mengetehaui tentang
proses-proses yang terjadi dimasyarakat, perlu diganti dengan pendeketan bottom-up,
yaitu melibatkan partisipasi masyarakat melalui dialog-dialog yang demokratis,
menghargai perbedaan-perbedaan, keadilan dan kesetaraan jender. Ilmu pengetahuan
modern antroposentris sebagai dasar perencanaan kebijakan publik untuk mengelola

28
kehidupan masyarakat dan lingkungan perlu diganti dengan ilmu pengetahuan yang
bersifat non-antroposentris, menghargai etika dan nilai-nilai yang ada di masyarakat
dan di lingkungan alam. (Madrim Djody Gondokusumo Dalam Bunga Rampai, 2005 :
418)
2.      Masalah Kualitas Lingkungan Hidup
Pembangunan pada hakikatnya adalah perubahan lingkungan, yaitu
mengurangi resiko lingkungan atau dan memperbesar manfaat lingkungan. Sejak
berabad tahun yang lalu nenek moyang kita telah merubah hutan menjadi daerah
pemukiman dan pertanian. Perubahan hutan menjadi sawah merupakan usaha untuk
memanfaatkan lahan untuk produksi  bahan makanan dibawah kondisi curah hujan
yang tinggi dan juga untuk mengurangi resiko erosi di daerah pegunungan. Hingga
sekarang pencetakan sawah masih berjalan terus. Dengan perubahan hutan atau tata
guna lahan lain menjadi sawah berubahlah pula keseimbangan lingkungan.
Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan pada hakekatnya
tidak bisa dilepaskan dari pembangunan manusia itu sendiri. Manusia merupakan
subjek sekaligus objek pembangunan. Manusia berada pada posisi sentral sahingga
pelaksanaan pembangunan dan hasil-hasilya tidak boleh mengabaikan dimensi
manusianya. Untuk dapat melakukan hal tersebut, diperlukan pendekatan
pembangunan yang menitikberatkan pada segi manusia. Pembangunan dilakukan
untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup manusia. Di lain pihak,
pembangunan yang makin meningkat akan memberikan dampak negatif, berupa
resiko pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, yang mengakibatkan rusaknya
struktur dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan. Kerusakan
ini pada akhirnya akan menjadi beban yang malah menurunkan mutu hidup manusia,
sehingga apa yang menjadi tujuan pembangunan akan sia-sia.
Terpeliharanya keberlanjutan fungsi lingkungan hidup merupakan kepentingan
manusia, sehingga menuntut tanggung jawab dan perannya untuk memelihara dan
meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Keberlanjutan
pembangunan harus memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya alam,

29
sumber daya manusia, serta pengembangan sumber daya buatan, dan menjadi sarana
untuk mencapai keberlanjutan pembangunan, serta menjadi jaminan bagi
kesejahteraan serta mutu hidup generasi masa kini dan generasi mendatang.
3.      Masalah Keamanan dan Ketertiban
Permasalahan ini diperberat dengan masalah ketertiban Karena tidak
disiplinnya masyarakat. Hal ini tercermin dengan jelas antara lain dalam disiplain
berlalu lintas. Saat ini juga semakin sering terjadi demonstrasi yang dilakukan oleh
masyarakat terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang dijalankan oleh
pemerintah, terutama di kota-kota besar. Hal ini dapat terjadi karena berbagai hal
seperti tidak adanya sosialisasi dari pemerintah, kurangnya pelibatan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan, kurangnya pemahaman akan hak-hak dan tanggung
jawab masyarakat dalam pembangunan dan lain sebagainya.( Gita Chandrika
Napitupulu dalam Bunga rampai, 2005 : 9-10)
dangan jangka panjang.

30
BAB II
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut Chaprin, perencanaan wilayah (Regional Planning) adalah upaya
intervensi terhadap kekuatan-kekuatan pasar yang dalam konteks pengembangan
wilayah yang memiliki tiga tujuan pokok yakni meminimalkan konflik kepentingan
antar sektor,meningkatkan kemajuan sektoral dan membawa kemajuan bagi
masyarakat secara keseluruhan.
Pengembangan wilayah (Regional Development) adalah upaya Untuk memacu
perkembangan sosial ekonomi,mengurangi kesenjangan wilayah dan menjaga
kelestarian lingkungan hidup.
Konsep pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat
memenuhi kebutuhan generasi saat ini dengan tanpa mengorbankan kepentingan
generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya. Pembangunan
berkelanjutan mencakup upaya memaksimumkan net benefit dari pembangunan
ekonomi yang berhubungan dengan pemeliharaan jasa dan kualitas sumberdaya alam
setiap waktu. Oleh sebab itu pembangunan ekonomi tidak hanya mencakup
peningkatan pendapatan per kapita riil, tetapi juga mencakup elemen-elemen lain
dalam kesejahteraan sosial (Pearce dan Turner, 1990). Hal ini sejalan dengan konsep
pembangunan berkelanjutan yang dikemukakan oleh Serageldin (1994) yakni
pembangunan yang memungkinkan generasi sekarang dapat meningkatkan
kesejahteraannya tanpa mengurangi kesempatan generasi yang akan datang untuk
meningkatkan kesejahteraannya. Oleh karena itu maka konsep pembangunan
berkelanjutan adalah mengintegrasikan tiga aspek kehidupan (ekonomi, sosial dan
ekologi) dalam satu hubungan yang sinergis, sehingga makna keberlanjutan dalam
konsep tersebut juga didefinisikan sebagai keberlanjutan ekonomi, sosial dan
lingkungan.
3.2 Saran
Kritikan dan saran yang membangun diharapkan guna memperbaiki makalah ini
menuju kesempurnaan.

31
DAFTAR PUSTAKA
Bunga, Rampai. 2005. Pembangunan Kota Indonesia Dalam Abad 21, Konsep dan
Pedekatan Pembangunan Perkotaan di Indonesia. Jakarta: Fakultas
Ekonomi UI
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan,
Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah.
SILALAHI, DAUD., 2001. HUKUM LINGKUNGAN (dalam sistem penegakan
hukum lingkungan indonesia). Bandung : Penerbit Alumni.
Soemarwoto, Otto. 1983. Ekologi Lingkungan hidup dan Pembangunan. Djambatan :
Jakarta
Sugandhy,  Aca dan Hakim, Rustam. 2007. Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan
Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. Bumi Aksara.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG
PENATAAN RUANG.

32

Anda mungkin juga menyukai