PAP SMEAR
Oleh:
Junifer Maria Leonora Dalope
17014101352
Masa KKM 16 Juli 2018 – 23 September 2018
Supervisor Pembimbing:
dr. Joice J. Kaeng, Sp.OG (K)
Kanker Kanker serviks merupakan kanker terbanyak keempat pada wanita di seluruh
dunia dan pada tahun 2012 terdapat 527.624 kasus baru. Kematian akibat kanker serviks
adalah 7,5% dari semua kematian akibat kanker pada wanita dan hampir 50% dari kasus baru
kanker serviks yang mengalami kematian yaitu 265.653 pada tahun 2012. Hampir sembilan
dari sepuluh (87%) kematian akibat kanker serviks terjadi di daerah tertinggal.1
Indonesia memiliki populasi 89.070.000 wanita berusia sama dengan dan lebih dari
15 tahun yang berisiko terkena kanker serviks. Kanker serviks di Indonesia menempati urutan
kedua setelah kanker payudara. Prevalensi tertinggi Indonesia pada tahun 2013 yaitu kanker
serviks sebesar 0.8%. Kepulauan Riau, Provinsi Maluku Utara, dan Provinsi D.I.Yogyakarta
menjadi daerah dengan prevalensi kanker serviks terbesar yaitu sebesar 1,5%.1,2
Kanker serviks merupakan penyakit yang diam pada tahap prakanker dan kanker awal
tidak menimbulkan gejala atau keluhan. Oleh karena itu, skrining rutin diperlukan untuk
mendeteksi secara dini kanker serviks. Program skrining sitologi serviks atau yang lebih
popular dikenal dengan sebutan Papanicolaou (pap) smear sangat membantu menurun-kan
insiden kanker serviks. Pemeriksaan Pap smear tidak hanya berguna untuk deteksi kanker
serviks pada stadium rendah, tetapi juga efektif untuk mendeteksi lesi prakanker sehingga
dapat menurunkan mortalitas akibat kanker dan meningkatkan angka ketahanan hidup.3
Meskipun program skrining telah berjalan dengan baik di Amerika Serikat, tetapi
diperkirakan 30% dari kasus kanker kanker serviks terjadi pada wanita yang tidak pernah
menjalani Pap smear.1 Program skrining di negara berkembang tidak berjalan rutin atau
bahkan tidak dilakukan. Wanita di negara berkembang yang melakukan Pap smear yaitu
hanya sekitar kurang dari 5% seluruh total populasi wanita dan hampir 60% dari kasus kanker
serviks di negara berkembang terjadi pada wanita yang tidak pernah melakukan Pap smear.1
Oleh karena itu perlu dilakukan skrining kanker serviks dengan pemeriksaaan Pap
smear untuk mendapatkan data kelainan sitologi serviks yang meliputi data normal smear,
proses keradangan, low grade intraepithelial lesion (LSIL), high grade intraepithelial lesion
(HSIL), carcinoma insitu, dan carcinoma invasive serta IVA untuk mendapatkan data
kelainan serviks.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pap smear adalah metode skrining ginekologi. Dilakukan pertama kali oleh Georgios
Papanikolaou untuk menemukan proses proses premalignant atau prakeganasan dan
malignancy atau keganasan di ektoserviks atau leher rahim bagian luar dan infeksi dalam
endoserviks atau leher rahim bagian dalam atau endometrium. Pap smear merupakan suatu
cara deteksi dini kanker serviks sederhana yang paling populer dan merupakan standar
pemeriksaan untuk deteksi dini kanker serviks.meskipun cara ini cukup sederhana di Negara
berkembang pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya masih banyak kendala untuk
masih bisa di lakukan pemeriksaan pap test ini secara luas sebagai cara deteksi dini Ca
cerviks.3,4
a. Mencoba menemukan sel-sel yang tidak normal dan dapat berkembang menjadi
kanker serviks
b. Alat untuk mendeteksi adanya gejala pra kanker leher rahim bagi seseorang yang
belum menderita kanker
c. Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel kanker leher rahim
d. Mengerahui tingkat berapa keganasan serviks
a. Evaluasi sitohormonal
Penilaian hormonal pada seorang wanita dapat dievaluasi melalui pemeriksaan pap
smear yang bahan pemeriksaannya adalah sekret vagina yang berasal dari dinding
lateral vagina sepertiga bagian atas.
b. Mendiagnosis Peradangan
Peradangan pada vagina dan servik pada umumnya dapat didiagnosa dengan
pemeriksaan pap smear. Baik peradangan akut maupun kronis. Sebagian besar akan
memberi gambaran perubahan sel yang khas pada sediaan pap smear sesuai dengan
organisme penyebabnya. Walaupun kadang-kadang ada pula organisme yang tidak
menimbulkan reaksi yang khas pada sediaan pap smear
d. Mendiagnosis kelainan prakanker (displasia) leher rahim dan kanker leher rahim dini
atau lanjut (karsinoma/invasif)
Pap smear paling banyak dikenal dan digunakan adalah sebagai
alat pemeriksaan untuk mendiagnosis lesi prakanker atau kanker leher rahim.Pap
smaer yang semula dinyatakan hanya sebagai alat skrining deteksi kanker mulut
rahim, kini telah diakui sebagai alat diagnostik prakanker dan kanker leher rahim
yang ampuh dengan ketepatan diagnostik yang tinggi, yaitu 96% terapi didiagnostik
sitologi tidak dapat mengantikan diagnostik histopatologik sebagai alat pemasti
diagnosis. Hal itu berarti setiap diagnosik sitologi kanker leher rahim harus
dikonfirmasi dengan pemeriksaan histopatologi jaringan biobsi leher rahim, sebelum
dilakukan tindakan sebelumya.
1. Umur
Perubahan sel-sel abnormal pada leher rahim paling sering ditemukan pada usia 35-55 tahun
dan memiliki resiko 2-3 kali lipay untuk menderita kanker leher rahim. Semakin tua umur
seseorang akan mengalami proses kemunduran, sebenarnya proses kemunduran itu tidak
terjadi pada suatu alat saja, tetapi pada seluruh organ tubuh. Semua bagian tubuh mengalami
kemunduran, sehingga pada usia lebih lama kemungkinan jatuh sakit.
2. Sosial ekonomi
Golongan sosial ekonomi yang rendah sering kali terjadi keganasan pada sel-sel mulut rahim,
hal ini karena ketidakmampuan melakukan pap smear secara rutin.
3. Paritas
Paritas adalah seseorang yang sudah pernah melahirkan bayi yang dapat hidup. Paritas dengan
jumlah anak lebih dari 2 orang atau jarak persalinan terlampau dekat mempunyai resiko
terhadap timbulnya perubahan sel-sel abnormal pada leher rahim. Jika jumlah anak
menyebabkan perubahan sel abnormal pada keganasan.
Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda sudah menikah atau belum
menikah namun aktivitas seksualnya sangat tinggi
Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berganti ganti pasangan seksual atau
pernah menderita infeksi HIV atau kutil kelamin,
Setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun
Setiap tahun wanita yang memakai pil KB
Pap smear tes setahun sekali bagi wanita antara umur 40-60 tahun
Sesudah 2 kali pap smear tes (-) dengan interval 3 tahun dengan catatan bahwa
wanita resiko tinggi harus lebih sering menjalankan pap smear.
Sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukan abnormal sesering
mungkin setelah penilaian dan pengobatan prakanker maupun kanker serviks
Hal-hal yang penting yang harus diperhatikan saat melakukan pap smear yaitu :1,3
a. Persetujuan pemeriksaan
b. Persiapan alat
Alat yang akan di pakai pada klien:
Kapas dan larutan antiseptik
Spekulum cocor bebek (Grave’s speculum)
Penjepit khasa
Kapas lidi/cytobrush
Spray atau wadah dan lampu sorot
Ranjang ginekologi dengan penopang kaki
Manekin panggul wanita dengan porsio dan uterus didalamnya
Objek glass dan label nama
g. Pencegahan Infeksi
Kumpulkan semua peralatan dan lakukan dekontaminasi
Buang sampah pada tempatnya
Bersihkan dan lakukan dekontaminasi sarung tangan
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan keringkan dengan
handuk yang bersih
1. Mastutik Gondo, Alia Rahmi, Rahniayu Alphania, Kurniasari Nila, Rahaju AS,
Mustokowesi S. Skrining Kanker Serviks dengan Pemeriksaan Pap Smear di
Puskesmas Tanah Kali Kedinding Surabaya dan Rumah Sakit Mawadah Mojokoerto.
2015;23(2):54-60
2. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Stop Kanker. 2013 [diakses 26
July 2018]. Tersedia dari : www.depkes.go.id/.../pusdatin/infodatin/infodatin-kanker.pdf
5. Lubis HP, Barus RP, Barus MNG, Lintang LS, Munthe IG, Dina S. Hubungan
Karakteristik Dengan Tingkat Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Bidan Puskesmas Di
Kota Medan Tentang Pap Smear Dan Kanker Serviks. Majalah Kedokteran
Nusantara. 2014;47(2):73