Anda di halaman 1dari 14

TIAZ NURRAHMAH HIDAYATI

041911535015
RESUME PENGAUDITAN II TM 13
CHAPTER 24
COMPLETING THE AUDIT

MENELAAH KEWAJIBAN BERSYARAT

Kewajiban bersyarat adalah kemungkinan potensi kewajiban di masa mendatang kepada pihak
ketiga untuk jumlah yang tidak diketahui sebagai akibat aktivitas yang telah terjadi. Kondisi
yang menyebabkan adanya kewajiban bersyarat :
1. Terdapat kemungkinan pembayaran dimasa datang kepada pihak ketiga akibat kondisi saat
ini
2. Terdapat ketidakpastian atas jumlah pembayaran di masa datang
3. Hasilnya akan ditentukan oleh peristiwa di masa datang Ketidakpastian pembayaran dimasa
datang dapat bervariasi. PSAK 8 menguraikan tiga tingkat kemungkinan :
1. Tinggi (probable) peristiwa mendatang mungkin terjadi.
2. Sedang (reasonably possible) kemungkinan terjadi lebih besar dari remote tetapi lebih kecil
dari probable.
3. Rendah (remote) kesempatan terjadinya peristiwa di masa datang rendah.

Apabila potensi kerugian tinggi dan jumlah kerugian dapat diestimasi, kerugian tersebut diakui
dan dimasukkan dalam laporan keuangan. Pengungkapan dalam catatan kaki diperlukan kalau
jumlah potensi kerugian tidak dapat diestimasi dengan memadai atau kalau kemungkinan terjadi
sedang. Potensi kerugian rendah tidak perlu akrual maupun pengungkapan.Catatan kaki
menguraikan sifat kewajiban bersyarat tersebut seluas yang diketahui dan pendapat penasehat
hukum atau manajemen atas hasil yang diharapkan.

Kewajiban bersyarat yang merupakan kepentingan utama auditor :


1. Pending litigation atas paten,kewajiban produk,atau tindakan lain
2. Perselisihan mengenai pajak penghasilan
3. Garansi barang
4. Wesel tagih didiskontokan
5. Jaminan atas kewajiban pihak lain
6. Saldo yang belum digunakan dalam letter of credit yang outstanding

Prosedur Audit

1. Prosedur audit yang lazim digunakan untuk mencari kewajiban bersyarat di antaranya :
2. Tanya jawab dengan manajemen (lisan atau tulisan) mengenai kemungkinan kewajiban
bersyarat yang belum dicatat
3. Telaah surat ketetapan pajak untuk melihat penyelesaian perselisihan atas pajak penghasilan
4. Telaah notulen rapat direksi, komisaris, pemegang saham atas adanya indikasi tuntutan atau
kewajiban lain
5. Analisa beban hukum untuk periode yang diaudit dan telaah faktur dan pernyataan dari
penasehat hukum atas adanya indikasi kewajiban bersyarat khususnya tuntutan dan
penetapan pajak yang ditunda
6. Dapatkan konfirmasi dari seluruh pengacara utama mengenai status kewajiban bersyarat
7. Telaah kertas kerja yang ada mengenai informasi yang menunjukkan potensi hal bersyarat
8. Dapatkan letter of credit dekat tanggal neraca dan konfirmasi saldo yang digunakan
maupun belum

TANYA JAWAB DENGAN PENASIHAT HUKUM KLIEN

Prosedur utama untuk mengungkapkan kewajiban bersyarat adalah surat konfirmasi dari
penasehat hukum klien yang memberitahukan auditor atas perkara yang tertunda atau informasi
lain yang melibatkan penasehat hukum yang relevan kepada pengungkapan laporan keuangan.
Sifat dari penolakan pengacara untuk memberitahukan auditor informasi lengkap mengenai
kewajiban hukum dibagi menjadi dua kategori :
1. Penolakan akibat tidak adanya pengetahuan mengenai hal yang melibatkan kewajiban
bersyarat
2. Penolakan untuk mengungkapkan informasi karena dipertimbangkan sebagai informasi
yang rahasia
Pengacara menolak menyediakan informasi kepada auditor mengenai tuntutan yang secara
material ada (asserted claims) atau unasserted claims, laporan audit harus dimodifikasi untuk
mencerminkan tidak tersedianya bahan bukti. Surat konfirmasi standar dari pengacara harus
mencakup informasi :
1. Daftar perkara tertunda yang material,klaim,atau penetapan yang telah melibatkan
pengacara
2. Daftar klaim material yang belum didaftarkan dan taksirannya
3. Permintaan informasi mengenai perkembangan masing-masing klaim, kemungkinan hasil
yang tidak menguntungkan dan estimasi jumlah potensi kerugian
4. Permintaan pernyataan bahwa daftar klien telah lengkap
5. Pernyataan tangungjawab pengacara untuk memberitahukan manajemen apabila dalam
pertimbangan pengacara terdapat masalah hukum yang memerlukan pengungkapan dalam
laporan keuangan
Permintaan identifikasi dan menguraikan alasan atas adanya pembatasan jawaban pengacara.
Auditor menyimpulkan bahwa terdapat kewajiban bersyarat maka harus mengevaluasi
signifikansi dari potensi kewajiban dan sifat pengungkapan yang diperlukan dalam laporan
keuangan.

Auditor mempunyai tanggungjawab untuk menelaah transaksi dan peristiwa yang terjadi setelah
tanggal neraca untuk menentukan apakah terjadi sesuatu yang mempengaruhi penilaian atau
pengungkapan atas laporan keuangan yang diaudit. Tanggungjawab auditor dibatasi untuk
periode yang diawali tanggal neraca dan berakhir pada tanggal laporan audit.

PENELAAHAN PERISTIWA KEMUDIAN

Prosedur auditing yang diminta oleh PSA 46 untuk memverifikasi transaksi dan peristiwa ini
lazim disebut sebagai penelaahan peristiwa kemudian atau penelaahan pasca-neraca. Tanggung
jawab auditor menelaah peristiwa kemudian dibatasi untuk periode dengan diawali tanggal
neraca dan berakhir pada tanggal laporan audit.

Jenis-jenis peristiwa kemudian antara lain :

1. Peristiwa kemudian yang mempunyai dampak langsung terhadap laporan keuangan dan
memerlukan penyesuaian. Peristiwa kemudian yang memerlukan penyesuaian atas saldo
perkiraan dalam laporan keuangan periode berjalan jika jumlahnya material :
a. Pengumuman pailit pelanggan
b. Penyelesaian perkara hukum dengan jumlah yang berbeda dari jumlah yang dicatat dalam
buku
c. Pelepasan peralatan yang tidak digunakan dalam operasi pada harga dibawah nilai buku
saat ini
d. Penjualan investasi pada harga dibawah harga perolehan yang dicatat
2. Peristiwa yang tidak berdampak langsung terhadap laporan keuangan tetapi
pengungkapannya dianjurkan. Peristiwa ini cukup diungkapkan dengan menggunakan
catatan kaki, namun bila signifikan dibuat pelengkap laporan keuangan historis berupa
laporan yang memperhitungkan dampak peristiwa tersebut seandainya telah terjadi pada
tanggal neraca Transaksi yang terjadi dalam periode berikutnya yang memerlukan
pengungkapan dan bukan penyesuaian dalam laporan keuangan :
a. Penurunan dalam nilai pasar efek-efek yang disimpan sebagai investasi sementara atau
penjualan kembali efek-efek
b. Penerbitan obligasi atau efek-efek ekuitas
c. Penurunan nilai pasar persediaan sebagai konsekuensi tindakan pemerintah yang
menghalangi penjualan barang
d. Kerugian persediaan yang tidak diasuransikan akibat kebakaran

Pengujian Audit
Prosedur audit untuk menelaah peristiwa kemudian dibagi dua kategori :
1. Prosedur terpadu sebagai bagian dari verifikasi atas saldo perkiraan akhir tahun meliputi
pengujian pisah batas dan penilaian yang dilakukan sebagai bagian dari pengujian terinci atas
saldo.
2. Prosedur yang dilaksanakan secara khusus dengan tujuan menemukan transaksi atau
peristiwa yang harus diakui sebagai peristiwa kemudian, untuk dimasukkan dalam saldo
perkiraan tahun berjalan atau diungkapkan dengan catatan kaki
Auditor menentukan bahwa peristiwa kemudian yang penting terjadi setelah pekerjaan lapangan
selesai,tetapi sebelum laporan audit diterbitkan.

PENGUMPULAN BAHAN BUKTI AKHIR

Pengumpulan bahan bukti akhir meliputi :


1. Prosedur analitis akhir, digunakan sebagai bagian perencanaan audit, pelaksanaan dan
penyelesaian audit.
2. Evaluasi atas asumsi kelangsungan hidup, auditor mengevaluasi apakah terdapat keraguan
mengenai kemampuan klien menjaga kelangsungan hidup paling tidak satu tahun setelah
tanggal neraca
3. Surat pernyataan klien, auditor perlu mendapatkan surat pernyataan yang
mendokumentasikan pernyataan lisan manajemen terpenting sepanjang audit. Penolakan
menandatangani surat pernyataan menyebabkan pemberian pendapat dengan pengecualian
atau pernyataan tidak memberikan pendapat.
4. Informasi lain dalam laporan tahunan. PSA 44, informasi lain adalah informasi yang bukan
merupakan bagian dari laporan keuangan tetapi diterbitkan bersamanya.

Dua tujuan surat pernyataan manajemen :


1. Mengingatkan manajemen akan tanggungjawab mengenai asersi dalam laporan keuangan
2. Mendokumentasikan tanggapan manajemen atas pertanyaan mengenai berbagai aspek dari
audit

MENGEVALUASI HASIL

Ditekankan pada kesimpulan yang ditarik melalui pengujian atas transaksi , prosedur analitis ,
pengujian terinci atas saldo dari kelima siklus transaksi. Aspek dari evaluasi :
1. Kecukupan bahan bukti untuk menentukan apakah seluruh aspek penting telah secara cukup
diuji setelah mempertimbangkan situasi penugasan dengan menggunakan Check list
penyelesaian penugasan .
2. Bahan bukti yang mendukung pendapat auditor mencatat jejak kekeliruan dan
menggabungkannya , biasanya digunakan metode neraca lajur kekeliruan yang tidak
disesuaikan atau ikhtisar penyesuaian yang mungkin .
3. Pengungkapan laporan keuangan auditor menggunakan daftar periksa pengungkapan laporan
keuangan dan harus ditambah dengan pengalaman dalam akuntansi .
4. Menelaah kertas kerja, Tujuannya :
a. Mengevaluasi pelaksanaan staf yang belum berpengalaman
b. Meyakinkan bahwa audit memenuhi standar pelaksanaan kantor akuntan publik.
c. Menetralkan kepemihakan yang seringkali masuk kedalam pertimbangan auditor .
5. Penelaahan Independen, tim audit harus dapat membenarkan bahan bukti yang dikumpulkan
dan kesimpulan yang ditarik berdasarkan situasi tertentu dari penugasan .
KOMUNIKASI DENGAN KOMITE AUDIT DAN MANAJEMEN

Setelah audit diselesaikan, terdapat beberapa komunikasi yang potensial dari auditor kepada
pegawai klien, komunikasi ini lebih diarahkan kepada komite audit dan manajemen senior.

1. Mengkomunikasikan ketidakberesan dan tindakan melawan hukum. Dalam PSA 32


diwajibkan tanpa memperhatikan materialitas , tujuannya untuk membantu komite audit
dalam melaksanakan peranan supervisi atas laporan keuangan yang andal .
2. Mengkomunikasikan kondisi Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang dapat dilaporkan .
3. Komunikasi lain dengan komite audit. PSA 48 meminta untuk semua penugasan dari
BAPEPAM dan audit lain dimann terdapat komite audit atau badan yang sejenis yang
unsurnya meliputi :
a. Tanggung jawab auditor yang meliputi ; untuk mengevaluasi SPI dan konsep keyakinan
memadai
b. Pokok pokok kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan .
c. Penyesuaian laporan keuangan yang signifikan yang ditemukan sepanjang audit dan
implikasi keduanya.
d. Ketidaksepakatan dengan manajemen yang meliputi ruang lingkup,penerapan prinsip
akuntansi, kalimat laporan
e. Kesulitan dalam melaksanakan audit.
4. Surat kepada manajemen (management letter) untuk memberikan rekomendasi akuntan
publik untuk memperbaiki usaha klien. Rekomendasi memusatkan pada saran untuk dapat
beroperasi lebih efisien.

PENEMUAN FAKTA KEMUDIAN

Auditor sebaiknya meminta klien menerbitkan dengan segera laporan keuangan yang direvisi
yang berisi penjelasan mengenai alasan revisi tersebut. Kalau laporan keuangan periode
berikutnya telah selesai sebelum laporan revisi diterbitkan dapat diungkapkan laporan periode
berikutnya, kalau berhubungan dengan publik harus memberitahukan BAPEPAM . Jika klien
menolak auditor harus memberitahu dewan direksi dan komisaris. Penemuan fakta kemudian
yang memerlukan penerbitan kembali bukan berasal dari kejadian yang terjadi setelah tanggal
laporan auditor.

ISA 220

“Dalam ISA 220 mengatur tanggung jawab tertentu auditor dalam memperhatikan prosedur
pengendalian mutu untuk audit atas laporan keuangan. Auditor harus mengembangkan,
mengimplementasikan, dan mendokumentasikan prosedur pengendalian mutunya agar sesuai dan
benar-benar memenuhi persyaratan. Pengendalian mutu merupakan system kendali yang
terintregrasi didalam proses dan berfungsi untuk mencegah terjadinya cacat atau kesalahan
karena kebijakan dan prosedur pengendalian mutu juga membahas hal-hal seperti tingkat risiko,
toleransi terhadap risiko.”
Tujuan :
Auditor melakukan prosedur pengendalian mutu :
1. Audit dilakukan dengan mematuhi standar profesi serta ketentuan hukum dan peraturan yang
berlaku.
2. Laporan auditor yang diterbitkan telah sesuai kondisinya.

Unsur-unsur QC di tingkat penugasan menurut ISA 220 :


1. Control Environment : tanggung jawab pimpinan atas mutu di dalam KAP, kewajiban etika
yang relevan, penetapan anggota tim audit.
2. Risk assessment : menerima dan melanjutkan hubungan dengan klien.
3. Information system : dokumentasi audit.
4. Control activities : pelaksanaan penugasan.
5. Monitoring : terapan hasil pemantauan berjalan atas penugasan audit yang spesifik.

ISA 450

Membahas tentang tanggung jawab auditor untuk mengevaluasi dampak kesalahan penyajian
yang diidentifikasi dalam audit dan kesalahan penyajian yang tidak koreksi, jika ada, terhadap
laporan keuangan. Tujuan auditor ialah mengevaluasi:
1. Dampak salah saji yang ditemukan dalam auditnya
2. Dampak salah saji yang tidak dikoreksi, jika ada atas laporan keuangan.
Rangkuman ISA 450 :
1. Auditor wajib mengumpulkan salah saji yang ditemukan dalam auditnya, kecuali salah saji
yang jelas-jelas sepele.
2. Auditor wajib menentukan apakah strategi audit secara keseluruhan dan rencana audit perlu
direvisi jika:
a) sifat salah saji yang ditemukan dan situasi dimana salah saji itu terjadi mengindikasikan
bahwa salah saji lainnya mungkin juga (masih) ada, yang jika digabungkan dengan salah
saji yang ditemukan selama audit, bisa material; atau
b) gabungan salah saji yang ditemukan selama audit mendekati angka materialitas yang
ditentukan sesuai ISA 320
3. Jika, atas permintaan auditor, manajemen telah memeriksa jenis transaksi, saldo akun atau
pengungkapan dan mengoreksi salah saji yang ditemukannya, auditor wajib melaksanakan
prosedur audit tambahan untuk menentukan apakah salah saji masih ada.
4. Auditor wajib mengkomunikasikan dengan tepat waktu salah saji yang ditemukan selama
audit, dengan tingkat manajemen yang tepat, kecuali jika dilarang oleh ketentuan perundang-
undangan. Auditor wajib meminta manajemen mengkoreksi salah saji.
5. Jika manajemen menolak mengoreksi beberapa atau seluruh salah saji yang dikomunikasikan
oleh auditor, auditor wajib memperoleh pemahaman mengenai alasan penolakan manajemen.
Auditor akan mempertimbangkan pemahaman tersebut ketika mengevaluasi apakah laporan
keuangan secara keseluruhan bebas salah saji yang material.
6. Auditor wajib menentukan apakah salah saji yang tidak dikoreksi adalah material, baik
sendiri-sendiri atau jika digabungkan. Dalam menentukan hal ini, auditor wajib
mempertimbangkan:
a) besar dan sifat salah saji, dalam hubungannya dengan jenis transaksi, saldo akun, atau
pengungkapan tertentu, maupun dalam hubungan dengan laporan keuangan secara
keseluruhan, serta situasi dimana salah saji itu terjadi; dan
b) dampak salah saji yang tidak dikoreksi dalam hubungannya dengan jenis transaksi, saldo
akun, atau pengungkapan terkait, serta laporan keuangan secara keseluruhan tahun lalu.
7. Auditor wajib mengkomunikasikan dengan TCWG mengenai salah saji yang tidak dikoreksi
dan dampaknya, baik sendiri-sendiri ataupun jika digabungkan, terhadappendapat auditor,
kecuali jika dilarang oleh ketentuan perundang-undangan. Komunikasi auditor wajib
mengidentifikasi masing-masing salah saji yang material yang tidak dikoreksi. The auditor
shall request that uncorrected misstatements be corrected.
8. Auditor juga wajib mengkomunikasikan dengan TCWG mengenai dampak salah saji yang
tidak dikoreksi dalam hubungannya dengan jenis transaksi, saldo akun, atau pengungkapan
terkait, serta laporan keuangan secara keseluruhan tahun lalu
9. Auditor wajib meminta pernyataan tertulis dari manajemen dan, jika perlu, dari TCWG
mengenai apakah mereka percaya bahwa dampak salah saji yang tidak dikoreksi adalah tidak
material, sendiri-sendiri atau jika digabungkan, atas laporan keuangan secara keseluruhan.
Rincian dari salah saji yang tidak dikoreksi tersebut dapat dimasukkan dalam pernyataan
tertulis atau sebagai lampiran.

ISA 520

Standar Internasional tentang Audit ini (ISA) berkaitan dengan penggunaan auditor atas prosedur
analitik sebagai prosedur substantif (“analitik substantif Prosedur"). Ini juga berkaitan dengan
tanggung jawab auditor untuk melakukan prosedur analitik di dekat akhir audit yang membantu
auditor ketika membentuk kesimpulan keseluruhan atas laporan keuangan. Penawaran ISA 315 1
dengan menggunakan prosedur analitik sebagai prosedur penilaian risiko. ISA 330 termasuk
persyaratan dan pedoman mengenai sifat, waktu dan luasnya prosedur audit dalam menanggapi
risiko yang dinilai; prosedur audit ini mungkin termasuk prosedur analitik substantif.

Tanggal berlaku
SPA ini berlaku untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah
15 Desember 2009.

Tujuan
a. Untuk memperoleh bukti audit yang relevan dan andal saat menggunakan substantif prosedur
analitis; dan
b. Untuk merancang dan melakukan prosedur analitik di dekat akhir audit yang membantu
auditor saat membuat kesimpulan keseluruhan apakah laporan keuangan konsisten dengan
auditor memahami entitas.
Definisi
Untuk keperluan SPA, istilah "prosedur analitis" berarti evaluasi informasi keuangan melalui
analisis yang masuk akal hubungan antara data keuangan dan non-keuangan. Analitik prosedur
juga mencakup penyelidikan seperti yang diperlukan untuk diidentifikasi fluktuasi atau
hubungan yang tidak konsisten dengan yang relevan lainnya informasi atau yang berbeda dari
nilai yang diharapkan dengan jumlah yang signifikan.

Persyaratan Prosedur Analitik Substantif :


Ketika merancang dan melakukan prosedur analitik substantif, baik sendiri atau dalam kombinasi
dengan pengujian perincian, sebagai prosedur substantif dalam sesuai dengan ISA 330, 3 auditor
harus:
a. Tentukan kesesuaian analitik substantif tertentu prosedur untuk asersi yang diberikan, dengan
mempertimbangkan risiko yang dinilai salah saji material dan pengujian detail, jika ada,
untuk ini
b. Mengevaluasi keandalan data dari mana harapan auditor dari jumlah atau rasio yang dicatat
dikembangkan, dengan mempertimbangkan sumber, komparabilitas, dan sifat dan relevansi
informasi yang tersedia, dan kontrol atas persiapan
c. Kembangkan harapan jumlah atau rasio yang tercatat dan evaluasi apakah harapan tersebut
cukup tepat untuk mengidentifikasi salah saji itu, secara individu atau ketika digabungkan
dengan yang lain salah saji, dapat menyebabkan laporan keuangan material salah saji; dan
d. Tentukan jumlah perbedaan dari jumlah yang dicatat dari nilai yang diharapkan yang dapat
diterima tanpa penyelidikan lebih lanjut.

Prosedur Analitik yang Membantu Saat Membentuk Kesimpulan Keseluruhan


Auditor harus merancang dan melakukan prosedur analitik menjelang akhir audit yang
membantu auditor ketika membuat kesimpulan keseluruhan untuk apakah laporan keuangan
konsisten dengan auditor memahami entitas. (Ref: Para. A17 – A19)

Investigasi Hasil Prosedur Analitik


Jika prosedur analitik dilakukan sesuai dengan identifikasi ISA ini fluktuasi atau hubungan yang
tidak konsisten dengan yang relevan lainnya informasi atau yang berbeda dari nilai yang
diharapkan dengan jumlah yang signifikan auditor harus menyelidiki perbedaan tersebut dengan:
a. Menanyakan manajemen dan memperoleh bukti audit yang sesuai relevan dengan tanggapan
manajemen; dan
b. Melakukan prosedur audit lainnya yang diperlukan dalam keadaan.

Aplikasi dan Bahan Penjelasan Lainnya


Definisi Prosedur Analitik
Prosedur analitik meliputi pertimbangan perbandingan informasi keuangan entitas dengan,
misalnya:
 Informasi yang sebanding untuk periode sebelumnya.
 Hasil yang diantisipasi dari entitas, seperti anggaran atau perkiraan, atau harapan auditor,
seperti estimasi depresiasi
 Informasi industri serupa, seperti perbandingan entitas rasio penjualan terhadap piutang
usaha dengan rata-rata industri atau dengan entitas lain dengan ukuran yang sebanding dalam
industri yang sama.

Prosedur analitik juga mencakup pertimbangan hubungan, misalnya:

 Di antara elemen informasi keuangan yang akan diharapkan sesuai dengan pola yang dapat
diprediksi berdasarkan pengalaman entitas, seperti persentase margin kotor.
 Antara informasi keuangan dan informasi non-keuangan yang relevan, seperti biaya
penggajian ke jumlah karyawan.

Berbagai metode dapat digunakan untuk melakukan prosedur analitik. Ini metode berkisar dari
melakukan perbandingan sederhana hingga melakukan kompleks menganalisis menggunakan
teknik statistik canggih. Prosedur analitik mungkin diterapkan pada laporan keuangan
konsolidasian, komponen dan individu elemen informasi.

Prosedur Analitik Substantif


Prosedur substantif auditor pada tingkat asersi dapat berupa pengujian perincian, prosedur
analitik substantif, atau kombinasi keduanya. Itu keputusan tentang prosedur audit mana yang
harus dilakukan, termasuk apakah akan digunakan prosedur analitik substantif, didasarkan pada
penilaian auditor tentang efektivitas dan efisiensi yang diharapkan dari prosedur audit yang
tersedia untuk mengurangi risiko audit pada tingkat asersi ke tingkat yang dapat diterima rendah.
Auditor dapat menanyakan manajemen tentang ketersediaan dan keandalan informasi yang
diperlukan untuk menerapkan prosedur analitik substantif, dan hasil dari setiap prosedur analitik
yang dilakukan oleh entitas. Itu mungkin efektif untuk menggunakan data analitik yang
disiapkan oleh manajemen, asalkan auditor merasa puas bahwa data tersebut dipersiapkan
dengan baik.

Kecocokan Prosedur Analitik Tertentu untuk Asersi yang Diberikan


Prosedur analitik substantif umumnya lebih berlaku untuk yang besar volume transaksi yang
cenderung dapat diprediksi dari waktu ke waktu. Penerapan prosedur analitis yang direncanakan
didasarkan pada harapan bahwa hubungan antara data ada dan terus berlanjut tanpa adanya
kondisi yang diketahui kebalikan. Namun, kesesuaian prosedur analitik tertentu akan tergantung
pada penilaian auditor tentang seberapa efektif akan mendeteksi salah saji itu, secara individual
atau ketika diagregasi dengan salah saji lain, dapat menyebabkan laporan keuangan salah saji
material.

Dalam beberapa kasus, bahkan model prediksi yang tidak canggih mungkin efektif prosedur
analitis. Misalnya, di mana entitas memiliki nomor yang diketahui karyawan dengan tingkat
pembayaran tetap selama periode tersebut, dimungkinkan bagi auditor untuk menggunakan data
ini untuk memperkirakan total biaya penggajian untuk periode dengan tingkat akurasi yang
tinggi, sehingga memberikan bukti audit untuk item signifikan dalam laporan keuangan dan
mengurangi kebutuhan untuk melakukan tes rincian pada daftar gaji. Penggunaan perdagangan
yang diakui secara luas rasio (seperti margin laba untuk berbagai jenis entitas ritel) sering dapat
digunakan secara efektif dalam prosedur analitik substantif untuk memberikan bukti untuk
mendukung kewajaran jumlah yang dicatat.

Berbagai jenis prosedur analitik memberikan tingkat yang berbeda jaminan. Prosedur analitik
yang melibatkan, misalnya, prediksi total pendapatan sewa bangunan dibagi menjadi apartemen,
mengambil sewa harga, jumlah apartemen dan tingkat lowongan menjadi pertimbangan, bisa
memberikan bukti persuasif dan dapat menghilangkan kebutuhan untuk lebih lanjut verifikasi
melalui pengujian rincian, asalkan unsur-unsurnya diverifikasi dengan tepat. Sebaliknya,
perhitungan dan perbandingan bruto persentase margin sebagai sarana untuk mengkonfirmasi
angka pendapatan dapat memberikan bukti yang kurang meyakinkan, tetapi dapat memberikan
bukti yang berguna jika digunakan dalam dikombinasikan dengan prosedur audit lainnya.

Penentuan kesesuaian analitik substantif tertentu


prosedur dipengaruhi oleh sifat asersi dan auditor penilaian risiko salah saji material. Misalnya,
jika kontrol pemrosesan order penjualan kurang, auditor dapat menempatkan lebih banyak
mengandalkan tes rincian daripada prosedur analitik substantif untuk asersi yang terkait dengan
piutang. Prosedur analitik substantif khusus juga dapat dianggap sesuai saat pengujian perincian
dilakukan dengan asersi yang sama. Sebagai contoh, ketika mendapatkan bukti audit tentang
pernyataan penilaian untuk akun saldo piutang, auditor dapat menerapkan prosedur analitik
untuk penuaan akun pelanggan selain melakukan pengujian detail pada penerimaan kas
selanjutnya untuk menentukan kolektibilitas piutang.

Pertimbangan Khusus untuk Entitas Sektor Publik


Hubungan antara item-item laporan keuangan individual secara tradisional dipertimbangkan
dalam audit entitas bisnis mungkin tidak selalu relevan dalam audit pemerintah atau entitas
sektor publik non-bisnis lainnya; sebagai contoh, di banyak entitas sektor publik, mungkin ada
sedikit hubungan langsung di antara keduanya pendapatan dan pengeluaran. Selain itu, karena
pengeluaran untuk akuisisi aset mungkin tidak dikapitalisasi, mungkin tidak ada hubungan antara
pengeluaran untuk, misalnya, inventaris dan aktiva tetap dan jumlah aset tersebut dilaporkan
dalam laporan keuangan. Juga, data industri atau statistik untuk tujuan perbandingan mungkin
tidak tersedia di sektor publik. Namun, hubungan lain mungkin relevan, misalnya, variasi dalam
biaya per kilometer konstruksi jalan atau jumlah kendaraan yang diperoleh dibandingkan dengan
kendaraan yang sudah pensiun.

Keandalan Data
Keandalan data dipengaruhi oleh sumber dan sifat serta tergantung pada keadaan di mana ia
diperoleh. Dengan demikian, berikut ini relevan ketika menentukan apakah data dapat
diandalkan untuk keperluan merancang prosedur analitik substantif:
a. Sumber informasi yang tersedia. Sebagai contoh, informasi mungkin menjadi lebih dapat
diandalkan ketika diperoleh dari sumber independen di luar entitas;
b. Keterbandingan informasi yang tersedia. Misalnya luas data industri mungkin perlu ditambah
agar dapat dibandingkan dengan itu dari suatu entitas yang memproduksi dan menjual
produk-produk khusus;
c. Sifat dan relevansi informasi yang tersedia. Sebagai contoh, apakah anggaran telah
ditetapkan sebagai hasil yang diharapkan bukan sebagai tujuan yang ingin dicapai; dan
d. Kontrol atas persiapan informasi yang dirancang untuk memastikan kelengkapan,
keakuratan, dan validitasnya. Misalnya, kontrol atas persiapan, peninjauan, dan pemeliharaan
anggaran.

Auditor dapat mempertimbangkan untuk menguji efektivitas operasi kontrol, jika setiap, atas
persiapan entitas atas informasi yang digunakan oleh auditor dalam melakukan prosedur analitik
substantif dalam menanggapi risiko yang dinilai. Ketika kontrol tersebut efektif, auditor
umumnya memiliki kepercayaan diri yang lebih besar dalam keandalan informasi dan, oleh
karena itu, dalam hasil analitis Prosedur. Efektivitas operasi pengendalian atas non-keuangan
informasi mungkin sering diuji bersama dengan uji kontrol lainnya. Misalnya, dalam
menetapkan kontrol atas pemrosesan faktur penjualan, suatu entitas dapat mencakup kontrol atas
pencatatan penjualan unit. Dalam hal ini keadaan, auditor dapat menguji efektivitas operasi
kontrol atas pencatatan penjualan unit bersamaan dengan tes operasi

efektivitas kontrol atas pemrosesan faktur penjualan. Kalau tidak, auditor dapat
mempertimbangkan apakah informasi tersebut harus diaudit pengujian. ISA 500 menetapkan
persyaratan dan memberikan panduan dalam menentukan prosedur audit yang harus dilakukan
pada informasi yang akan digunakan untuk prosedur analitik substantif.

Hal-hal yang dibahas dalam paragraf A12 (a) –A12 (d) relevan terlepas dari apa pun apakah
auditor melakukan prosedur analitik substantif pada laporan keuangan periode-akhir entitas, atau
pada tanggal sementara dan berencana untuk melakukan prosedur analitik substantif untuk
periode yang tersisa. ISA 330 menetapkan persyaratan dan memberikan panduan tentang
prosedur substantif dilakukan pada tanggal sementara. 6 Evaluasi Apakah Harapannya Cukup
Tepat

Hal-hal yang relevan dengan evaluasi auditor tentang apakah harapan tersebut dapat
dikembangkan cukup tepat untuk mengidentifikasi salah saji itu, kapan diagregasi dengan salah
saji lain, dapat menyebabkan laporan keuangan salah saji material, termasuk:
 Keakuratan yang diharapkan dengan hasil yang substantif prosedur analitis dapat
diprediksi. Sebagai contoh, auditor dapat mengharapkan konsistensi yang lebih besar dalam
membandingkan margin laba kotor dari satu periode ke periode selain membandingkan biaya
diskresioner, seperti sebagai riset atau iklan.
 Sejauh mana informasi dapat dipilah. Sebagai contoh, prosedur analitik substantif mungkin
lebih efektif ketika diterapkan untuk informasi keuangan pada setiap bagian dari operasi atau
untuk laporan keuangan komponen dari entitas yang terdiversifikasi, daripada kapan
diterapkan pada laporan keuangan entitas secara keseluruhan.
 Ketersediaan informasi, baik finansial maupun non-finansial. Sebagai contoh, auditor dapat
mempertimbangkan apakah informasi keuangan, seperti anggaran atau perkiraan, dan
informasi non-keuangan, seperti jumlah unit yang diproduksi atau dijual, tersedia untuk
desain prosedur analitik substantif. Jika informasi tersedia, maka auditor juga dapat
mempertimbangkan keandalan informasi

Jumlah Perbedaan Jumlah Tercatat dari Nilai yang Diharapkan yang Dapat Diterima
Penentuan jumlah perbedaan dari harapan auditor yang dapat diterima tanpa penyelidikan lebih
lanjut dipengaruhi oleh materialitas dan konsistensi dengan tingkat jaminan yang diinginkan,
dengan mempertimbangkan kemungkinan salah saji, secara individu atau ketika digabungkan
dengan yang lain salah saji, dapat menyebabkan laporan keuangan salah saji material. ISA 330
mengharuskan auditor untuk mendapatkan bukti audit yang lebih persuasif, semakin tinggi
penilaian risiko auditor. 8 Oleh karena itu, seiring meningkatnya risiko yang dinilai, risiko
jumlah perbedaan yang dianggap dapat diterima tanpa investigasi berkurang untuk mencapai
tingkat bukti persuasif yang diinginkan.

Prosedur Analitik yang Membantu Saat Membentuk Kesimpulan Keseluruhan


Kesimpulan diambil dari hasil prosedur analitis yang dirancang dan dilakukan sesuai dengan ayat
6 dimaksudkan untuk menguatkan kesimpulan yang terbentuk selama audit komponen individu
atau elemen laporan keuangan. Ini membantu auditor untuk masuk akal kesimpulan yang
mendasari pendapat auditor.

Hasil dari prosedur analitik tersebut dapat mengidentifikasi yang sebelumnya risiko salah saji
material yang tidak diakui. Dalam keadaan seperti itu, ISA 315 mengharuskan auditor untuk
merevisi penilaian auditor atas risiko material salah saji dan memodifikasi prosedur audit yang
direncanakan lebih lanjut sesuai.

Investigasi Hasil Prosedur Analitik


Bukti audit yang relevan dengan tanggapan manajemen dapat diperoleh oleh mengevaluasi
tanggapan tersebut dengan mempertimbangkan pemahaman auditor tentang entitas dan
lingkungannya, dan dengan bukti audit lainnya yang diperoleh selama jalannya audit. Kebutuhan
untuk melakukan prosedur audit lainnya dapat timbul ketika, misalnya, manajemen tidak dapat
memberikan penjelasan, atau penjelasan, bersama-sama dengan bukti audit yang diperoleh
relevan dengan respons manajemen, tidak dianggap memadai.

ISA 560
ISA ini membahas tanggung jawab auditor mengenai apa yang dikenal sebagai peristiwa
kemudian atau subsequent event. Tujuan auditor dalam mengaudit peritiwa kemudian yaitu :
a. Memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai apakah peritiwa antara tanggal
pelaporan keuangan dan tanggal laporan auditor yang memerlukan penyesuaian atau
pengungkapan telah ditunjukkan dengan benar dalam laporan keuangan sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
b. Menanggapi dengan tepat, fakta yang diketahui auditor sesudah tanggal laporan auditor yang
jika diketahui sebelumnya dapat menyebabkan auditor mengubah laporan auditnya.
ISA 560 menjelaskan auditor tidak berkewajiban melaksanakan prosedur audit apa pun atas
laporan keuangan sesudah tanggal laporan auditor, namun jika sesudah tanggal laporan auditor
tapi sebelum tanggal diterbitkannya laporan keuangan, auditor mengetahui adanya fakta yang
jika diketahui pada tanggal laporan auditor, mungkinakan membuat auditor mengubah
laporannya. Dalam hal ini auditor wajib :
a. Mendiskusikan hal tersebut dengan manajemen dan TCWG
b. Menentukan apakah laporan keuangan harus diubah dan jika demikian
c. Menanyakan bagaimana manajemen akan menangani hal ini dalam laporan keuangan

ISA 570

ISA ini membahas tanggung jawab auditor sehubungan dengan penggunaan asumsi going
concern oleh manajemen dan penilaian manajemen mengenai kemampuan entitas untuk
melanjutkan usaha yang berkesinambungan. Hal-hal yang diwajibkan oleh ISA 570.10 dan ISA
570.11 ialah :
1. Apakah peristiwa atau kondisi yang menimbulkan keraguan tentang kesinambungan
2. Sudahkah manajemen melakukan penilaian pendahuluan mengenai kemampuan
kesinambungan usaha entitas
3. Jika iya, Identifikasi peristiwa yang menimbulkan keraguan dan dapatkan rencana tanggapan
manajemen
4. Jika tidak, bahas dengan manajemen adanya peristiwa/kondisi dan dapatkan tanggapan
manajemen
5. Evaluasi rencana tanggapan manajemen dan atau dokumen pendukungnya
6. Simpulkan apakah ada ketidakpastian material atau jika penggunaan asumsi kesinambungan
usaha tidak tepat

ISA 580

ISA ini menjelaskan bagaimana memperleh penegasan tertulis tentang representasi manajemen.
Tujuan auditor ialah :
a. Memperoleh representasi tertulis dari manajemen dan jika perlu dari TCWG
b. Mendukung bukti audit lainnya yang relevan bagi laporan keuangan atau asersi tertentu dalam
laporan keuangan dengan meminta representasi tertulis jika auditor merasa perlu atau
diwajibkan oleh ISA lainnya
c. Menanggapi dengan tepat representasi tertulis dari manajemen dan jika perlu dari TCWG
Representasi tertulis harus dalam bentuk surat representasi yang dialamatkan kepada auditor.
Jika ketentuan perundang-undangan mewajibkan manajemen membuat representasi tertulis
kepada public tentang tanggung jawabnya dan auditor memastikan bahwa pernyataan tersebut
memberikan sebagian atau seluruh representasi. Bentuk-bentuk representasi manajemen antara
lain :
a. Hal-hal yang dikomunikasikan dalam diskusi
b. Hal-hal yang dikomunikasikan secara elektronis
c. Skedul, analisis dan laporan yang dibuat entitas serta notasi/disposisi dan komentar yang
dibuat manajemen atas analisis tersebut
d. Memo dan korespondensi internal dan eksternal
e. Risalah rapat TCWG
f. Laporan keuangan yang ditandatangani
g. Surat representasi manajemen

ISA 260

Pernyataan ISA 260


“Komunikasi dengan TCWG (Those Charged with Governance)”

Tujuan :
1. Mengkomunikasikan dengan jelas kepada TCWG tanggung jawab auditor berkenaan dengan
audit atas laporan keuangan, dan tinjauan umum mengenai lingkup audit yang direncanakan
dan waktu pelaksanaan audit yang direncanakan
2. Memperoleh informasi yang relevan untuk audit dari TCWG
3. Memberikan kepada TCWG pengamatan yang berasal dari pelaksanaan audit (temuan dan
informasi), yang penting dan relevan bagi tanggung jawab pengawasan umum atas proses
pelaporan keuangan.
4. Mendorong komunikasi dua arah yang efektif antara auditor dan TCWG

Anda mungkin juga menyukai