RESUME PENGAUDITAN II TM 13
CHAPTER 24: COMPLETING THE AUDIT
Kewajiban bersyarat adalah kemungkinan potensi kewajiban di masa mendatang kepada pihak
ketiga untuk jumlah yang tidak diketahui sebagai akibat aktivitas yang telah terjadi. Kondisi yang
menyebabkan adanya kewajiban bersyarat :
1. Terdapat kemungkinan pembayaran dimasa datang kepada pihak ketiga akibat kondisi saat ini
2. Terdapat ketidakpastian atas jumlah pembayaran di masa datang
3. Hasilnya akan ditentukan oleh peristiwa di masa datang Ketidakpastian pembayaran dimasa
datang dapat bervariasi. PSAK 8 menguraikan tiga tingkat kemungkinan :
1. Tinggi (probable) peristiwa mendatang mungkin terjadi.
2. Sedang (reasonably possible) kemungkinan terjadi lebih besar dari remote tetapi lebih kecil
dari probable.
3. Rendah (remote) kesempatan terjadinya peristiwa di masa datang rendah.
Apabila potensi kerugian tinggi dan jumlah kerugian dapat diestimasi, kerugian tersebut diakui
dan dimasukkan dalam laporan keuangan. Pengungkapan dalam catatan kaki diperlukan kalau
jumlah potensi kerugian tidak dapat diestimasi dengan memadai atau kalau kemungkinan terjadi
sedang. Potensi kerugian rendah tidak perlu akrual maupun pengungkapan.Catatan kaki
menguraikan sifat kewajiban bersyarat tersebut seluas yang diketahui dan pendapat penasehat
hukum atau manajemen atas hasil yang diharapkan.
Prosedur Audit
1. Prosedur audit yang lazim digunakan untuk mencari kewajiban bersyarat di antaranya :
2. Tanya jawab dengan manajemen (lisan atau tulisan) mengenai kemungkinan kewajiban
bersyarat yang belum dicatat
3. Telaah surat ketetapan pajak untuk melihat penyelesaian perselisihan atas pajak penghasilan
4. Telaah notulen rapat direksi, komisaris, pemegang saham atas adanya indikasi tuntutan atau
kewajiban lain
5. Analisa beban hukum untuk periode yang diaudit dan telaah faktur dan pernyataan dari
penasehat hukum atas adanya indikasi kewajiban bersyarat khususnya tuntutan dan penetapan
pajak yang ditunda
6. Dapatkan konfirmasi dari seluruh pengacara utama mengenai status kewajiban bersyarat
7. Telaah kertas kerja yang ada mengenai informasi yang menunjukkan potensi hal bersyarat
8. Dapatkan letter of credit dekat tanggal neraca dan konfirmasi saldo yang digunakan maupun
belum
Prosedur utama untuk mengungkapkan kewajiban bersyarat adalah surat konfirmasi dari penasehat
hukum klien yang memberitahukan auditor atas perkara yang tertunda atau informasi lain yang
melibatkan penasehat hukum yang relevan kepada pengungkapan laporan keuangan. Sifat dari
penolakan pengacara untuk memberitahukan auditor informasi lengkap mengenai kewajiban
hukum dibagi menjadi dua kategori :
1. Penolakan akibat tidak adanya pengetahuan mengenai hal yang melibatkan kewajiban
bersyarat
2. Penolakan untuk mengungkapkan informasi karena dipertimbangkan sebagai informasi yang
rahasia
Pengacara menolak menyediakan informasi kepada auditor mengenai tuntutan yang secara
material ada (asserted claims) atau unasserted claims, laporan audit harus dimodifikasi untuk
mencerminkan tidak tersedianya bahan bukti. Surat konfirmasi standar dari pengacara harus
mencakup informasi :
1. Daftar perkara tertunda yang material,klaim,atau penetapan yang telah melibatkan pengacara
2. Daftar klaim material yang belum didaftarkan dan taksirannya
3. Permintaan informasi mengenai perkembangan masing-masing klaim, kemungkinan hasil
yang tidak menguntungkan dan estimasi jumlah potensi kerugian
4. Permintaan pernyataan bahwa daftar klien telah lengkap
5. Pernyataan tangungjawab pengacara untuk memberitahukan manajemen apabila dalam
pertimbangan pengacara terdapat masalah hukum yang memerlukan pengungkapan dalam
laporan keuangan
Permintaan identifikasi dan menguraikan alasan atas adanya pembatasan jawaban pengacara.
Auditor menyimpulkan bahwa terdapat kewajiban bersyarat maka harus mengevaluasi signifikansi
dari potensi kewajiban dan sifat pengungkapan yang diperlukan dalam laporan keuangan.
Auditor mempunyai tanggungjawab untuk menelaah transaksi dan peristiwa yang terjadi setelah
tanggal neraca untuk menentukan apakah terjadi sesuatu yang mempengaruhi penilaian atau
pengungkapan atas laporan keuangan yang diaudit. Tanggungjawab auditor dibatasi untuk periode
yang diawali tanggal neraca dan berakhir pada tanggal laporan audit.
PENELAAHAN PERISTIWA KEMUDIAN
Prosedur auditing yang diminta oleh PSA 46 untuk memverifikasi transaksi dan peristiwa ini lazim
disebut sebagai penelaahan peristiwa kemudian atau penelaahan pasca-neraca. Tanggung jawab
auditor menelaah peristiwa kemudian dibatasi untuk periode dengan diawali tanggal neraca dan
berakhir pada tanggal laporan audit.
1. Peristiwa kemudian yang mempunyai dampak langsung terhadap laporan keuangan dan
memerlukan penyesuaian. Peristiwa kemudian yang memerlukan penyesuaian atas saldo
perkiraan dalam laporan keuangan periode berjalan jika jumlahnya material : a. Pengumuman
pailit pelanggan
b. Penyelesaian perkara hukum dengan jumlah yang berbeda dari jumlah yang dicatat dalam
buku
c. Pelepasan peralatan yang tidak digunakan dalam operasi pada harga dibawah nilai buku
saat ini
d. Penjualan investasi pada harga dibawah harga perolehan yang dicatat
2. Peristiwa yang tidak berdampak langsung terhadap laporan keuangan tetapi pengungkapannya
dianjurkan. Peristiwa ini cukup diungkapkan dengan menggunakan catatan kaki, namun bila
signifikan dibuat pelengkap laporan keuangan historis berupa laporan yang memperhitungkan
dampak peristiwa tersebut seandainya telah terjadi pada tanggal neraca Transaksi yang terjadi
dalam periode berikutnya yang memerlukan pengungkapan dan bukan penyesuaian dalam
laporan keuangan :
a. Penurunan dalam nilai pasar efek-efek yang disimpan sebagai investasi sementara atau
penjualan kembali efek-efek
b. Penerbitan obligasi atau efek-efek ekuitas
c. Penurunan nilai pasar persediaan sebagai konsekuensi tindakan pemerintah yang
menghalangi penjualan barang
d. Kerugian persediaan yang tidak diasuransikan akibat kebakaran
Pengujian Audit
Prosedur audit untuk menelaah peristiwa kemudian dibagi dua kategori :
1. Prosedur terpadu sebagai bagian dari verifikasi atas saldo perkiraan akhir tahun meliputi
pengujian pisah batas dan penilaian yang dilakukan sebagai bagian dari pengujian terinci atas
saldo.
2. Prosedur yang dilaksanakan secara khusus dengan tujuan menemukan transaksi atau peristiwa
yang harus diakui sebagai peristiwa kemudian, untuk dimasukkan dalam saldo perkiraan tahun
berjalan atau diungkapkan dengan catatan kaki
Auditor menentukan bahwa peristiwa kemudian yang penting terjadi setelah pekerjaan lapangan
selesai,tetapi sebelum laporan audit diterbitkan.
PENGUMPULAN BAHAN BUKTI AKHIR
MENGEVALUASI HASIL
Ditekankan pada kesimpulan yang ditarik melalui pengujian atas transaksi , prosedur analitis ,
pengujian terinci atas saldo dari kelima siklus transaksi. Aspek dari evaluasi :
1. Kecukupan bahan bukti untuk menentukan apakah seluruh aspek penting telah secara cukup
diuji setelah mempertimbangkan situasi penugasan dengan menggunakan Check list
penyelesaian penugasan .
2. Bahan bukti yang mendukung pendapat auditor mencatat jejak kekeliruan dan
menggabungkannya , biasanya digunakan metode neraca lajur kekeliruan yang tidak
disesuaikan atau ikhtisar penyesuaian yang mungkin .
3. Pengungkapan laporan keuangan auditor menggunakan daftar periksa pengungkapan laporan
keuangan dan harus ditambah dengan pengalaman dalam akuntansi .
4. Menelaah kertas kerja, Tujuannya :
a. Mengevaluasi pelaksanaan staf yang belum berpengalaman
b. Meyakinkan bahwa audit memenuhi standar pelaksanaan kantor akuntan publik.
c. Menetralkan kepemihakan yang seringkali masuk kedalam pertimbangan auditor .
5. Penelaahan Independen, tim audit harus dapat membenarkan bahan bukti yang dikumpulkan
dan kesimpulan yang ditarik berdasarkan situasi tertentu dari penugasan .
KOMUNIKASI DENGAN KOMITE AUDIT DAN MANAJEMEN
Setelah audit diselesaikan, terdapat beberapa komunikasi yang potensial dari auditor kepada
pegawai klien, komunikasi ini lebih diarahkan kepada komite audit dan manajemen senior.
1. Mengkomunikasikan ketidakberesan dan tindakan melawan hukum. Dalam PSA 32
diwajibkan tanpa memperhatikan materialitas , tujuannya untuk membantu komite audit dalam
melaksanakan peranan supervisi atas laporan keuangan yang andal .
2. Mengkomunikasikan kondisi Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang dapat dilaporkan .
3. Komunikasi lain dengan komite audit. PSA 48 meminta untuk semua penugasan dari
BAPEPAM dan audit lain dimann terdapat komite audit atau badan yang sejenis yang unsurnya
meliputi :
a. Tanggung jawab auditor yang meliputi ; untuk mengevaluasi SPI dan konsep keyakinan
memadai
b. Pokok pokok kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan .
c. Penyesuaian laporan keuangan yang signifikan yang ditemukan sepanjang audit dan
implikasi keduanya.
d. Ketidaksepakatan dengan manajemen yang meliputi ruang lingkup,penerapan prinsip
akuntansi, kalimat laporan
e. Kesulitan dalam melaksanakan audit.
4. Surat kepada manajemen (management letter) untuk memberikan rekomendasi akuntan publik
untuk memperbaiki usaha klien. Rekomendasi memusatkan pada saran untuk dapat beroperasi
lebih efisien.
Auditor sebaiknya meminta klien menerbitkan dengan segera laporan keuangan yang direvisi yang
berisi penjelasan mengenai alasan revisi tersebut. Kalau laporan keuangan periode berikutnya
telah selesai sebelum laporan revisi diterbitkan dapat diungkapkan laporan periode berikutnya,
kalau berhubungan dengan publik harus memberitahukan BAPEPAM . Jika klien menolak auditor
harus memberitahu dewan direksi dan komisaris. Penemuan fakta kemudian yang memerlukan
penerbitan kembali bukan berasal dari kejadian yang terjadi setelah tanggal laporan auditor.
ISA 220
“Dalam ISA 220 mengatur tanggung jawab tertentu auditor dalam memperhatikan prosedur
pengendalian mutu untuk audit atas laporan keuangan. Auditor harus mengembangkan,
mengimplementasikan, dan mendokumentasikan prosedur pengendalian mutunya agar sesuai dan
benar-benar memenuhi persyaratan. Pengendalian mutu merupakan system kendali yang
terintregrasi didalam proses dan berfungsi untuk mencegah terjadinya cacat atau kesalahan karena
kebijakan dan prosedur pengendalian mutu juga membahas hal-hal seperti tingkat risiko, toleransi
terhadap risiko.”
Tujuan :
Auditor melakukan prosedur pengendalian mutu :
1. Audit dilakukan dengan mematuhi standar profesi serta ketentuan hukum dan peraturan yang
berlaku.
2. Laporan auditor yang diterbitkan telah sesuai kondisinya.
Unsur-unsur QC di tingkat penugasan menurut ISA 220 :
1. Control Environment : tanggung jawab pimpinan atas mutu di dalam KAP, kewajiban etika
yang relevan, penetapan anggota tim audit.
2. Risk assessment : menerima dan melanjutkan hubungan dengan klien.
3. Information system : dokumentasi audit.
4. Control activities : pelaksanaan penugasan.
5. Monitoring : terapan hasil pemantauan berjalan atas penugasan audit yang spesifik.
ISA 450
Membahas tentang tanggung jawab auditor untuk mengevaluasi dampak kesalahan penyajian yang
diidentifikasi dalam audit dan kesalahan penyajian yang tidak koreksi, jika ada, terhadap laporan
keuangan. Tujuan auditor ialah mengevaluasi:
1. Dampak salah saji yang ditemukan dalam auditnya
2. Dampak salah saji yang tidak dikoreksi, jika ada atas laporan keuangan.
Rangkuman ISA 450 :
1. Auditor wajib mengumpulkan salah saji yang ditemukan dalam auditnya, kecuali salah saji
yang jelas-jelas sepele.
2. Auditor wajib menentukan apakah strategi audit secara keseluruhan dan rencana audit perlu
direvisi jika:
a) sifat salah saji yang ditemukan dan situasi dimana salah saji itu terjadi mengindikasikan
bahwa salah saji lainnya mungkin juga (masih) ada, yang jika digabungkan dengan salah
saji yang ditemukan selama audit, bisa material; atau
b) gabungan salah saji yang ditemukan selama audit mendekati angka materialitas yang
ditentukan sesuai ISA 320
3. Jika, atas permintaan auditor, manajemen telah memeriksa jenis transaksi, saldo akun atau
pengungkapan dan mengoreksi salah saji yang ditemukannya, auditor wajib melaksanakan
prosedur audit tambahan untuk menentukan apakah salah saji masih ada.
4. Auditor wajib mengkomunikasikan dengan tepat waktu salah saji yang ditemukan selama audit,
dengan tingkat manajemen yang tepat, kecuali jika dilarang oleh ketentuan
perundangundangan. Auditor wajib meminta manajemen mengkoreksi salah saji.
5. Jika manajemen menolak mengoreksi beberapa atau seluruh salah saji yang dikomunikasikan
oleh auditor, auditor wajib memperoleh pemahaman mengenai alasan penolakan manajemen.
Auditor akan mempertimbangkan pemahaman tersebut ketika mengevaluasi apakah laporan
keuangan secara keseluruhan bebas salah saji yang material.
6. Auditor wajib menentukan apakah salah saji yang tidak dikoreksi adalah material, baik sendiri-
sendiri atau jika digabungkan. Dalam menentukan hal ini, auditor wajib mempertimbangkan:
a) besar dan sifat salah saji, dalam hubungannya dengan jenis transaksi, saldo akun, atau
pengungkapan tertentu, maupun dalam hubungan dengan laporan keuangan secara
keseluruhan, serta situasi dimana salah saji itu terjadi; dan
b) dampak salah saji yang tidak dikoreksi dalam hubungannya dengan jenis transaksi, saldo
akun, atau pengungkapan terkait, serta laporan keuangan secara keseluruhan tahun lalu.
7. Auditor wajib mengkomunikasikan dengan TCWG mengenai salah saji yang tidak dikoreksi
dan dampaknya, baik sendiri-sendiri ataupun jika digabungkan, terhadappendapat auditor,
kecuali jika dilarang oleh ketentuan perundang-undangan. Komunikasi auditor wajib
mengidentifikasi masing-masing salah saji yang material yang tidak dikoreksi. The auditor shall
request that uncorrected misstatements be corrected.
8. Auditor juga wajib mengkomunikasikan dengan TCWG mengenai dampak salah saji yang tidak
dikoreksi dalam hubungannya dengan jenis transaksi, saldo akun, atau pengungkapan terkait,
serta laporan keuangan secara keseluruhan tahun lalu
9. Auditor wajib meminta pernyataan tertulis dari manajemen dan, jika perlu, dari TCWG
mengenai apakah mereka percaya bahwa dampak salah saji yang tidak dikoreksi adalah tidak
material, sendiri-sendiri atau jika digabungkan, atas laporan keuangan secara keseluruhan.
Rincian dari salah saji yang tidak dikoreksi tersebut dapat dimasukkan dalam pernyataan
tertulis atau sebagai lampiran.
ISA 520
Standar Internasional tentang Audit ini (ISA) berkaitan dengan penggunaan auditor atas prosedur
analitik sebagai prosedur substantif (“analitik substantif Prosedur"). Ini juga berkaitan dengan
tanggung jawab auditor untuk melakukan prosedur analitik di dekat akhir audit yang membantu
auditor ketika membentuk kesimpulan keseluruhan atas laporan keuangan. Penawaran ISA 315 1
dengan menggunakan prosedur analitik sebagai prosedur penilaian risiko. ISA 330 termasuk
persyaratan dan pedoman mengenai sifat, waktu dan luasnya prosedur audit dalam menanggapi
risiko yang dinilai; prosedur audit ini mungkin termasuk prosedur analitik substantif.
Tanggal berlaku
SPA ini berlaku untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah
15 Desember 2009.
Tujuan
a. Untuk memperoleh bukti audit yang relevan dan andal saat menggunakan substantif prosedur
analitis; dan
b. Untuk merancang dan melakukan prosedur analitik di dekat akhir audit yang membantu auditor
saat membuat kesimpulan keseluruhan apakah laporan keuangan konsisten dengan auditor
memahami entitas.
Definisi
Untuk keperluan SPA, istilah "prosedur analitis" berarti evaluasi informasi keuangan melalui
analisis yang masuk akal hubungan antara data keuangan dan non-keuangan. Analitik prosedur
juga mencakup penyelidikan seperti yang diperlukan untuk diidentifikasi fluktuasi atau hubungan
yang tidak konsisten dengan yang relevan lainnya informasi atau yang berbeda dari nilai yang
diharapkan dengan jumlah yang signifikan.
Persyaratan Prosedur Analitik Substantif :
Ketika merancang dan melakukan prosedur analitik substantif, baik sendiri atau dalam kombinasi
dengan pengujian perincian, sebagai prosedur substantif dalam sesuai dengan ISA 330, 3 auditor
harus:
a. Tentukan kesesuaian analitik substantif tertentu prosedur untuk asersi yang diberikan, dengan
mempertimbangkan risiko yang dinilai salah saji material dan pengujian detail, jika ada, untuk
ini
b. Mengevaluasi keandalan data dari mana harapan auditor dari jumlah atau rasio yang dicatat
dikembangkan, dengan mempertimbangkan sumber, komparabilitas, dan sifat dan relevansi
informasi yang tersedia, dan kontrol atas persiapan
c. Kembangkan harapan jumlah atau rasio yang tercatat dan evaluasi apakah harapan tersebut
cukup tepat untuk mengidentifikasi salah saji itu, secara individu atau ketika digabungkan
dengan yang lain salah saji, dapat menyebabkan laporan keuangan material salah saji; dan
d. Tentukan jumlah perbedaan dari jumlah yang dicatat dari nilai yang diharapkan yang dapat
diterima tanpa penyelidikan lebih lanjut.
Berbagai metode dapat digunakan untuk melakukan prosedur analitik. Ini metode berkisar dari
melakukan perbandingan sederhana hingga melakukan kompleks menganalisis menggunakan
teknik statistik canggih. Prosedur analitik mungkin diterapkan pada laporan keuangan
konsolidasian, komponen dan individu elemen informasi.
Dalam beberapa kasus, bahkan model prediksi yang tidak canggih mungkin efektif prosedur
analitis. Misalnya, di mana entitas memiliki nomor yang diketahui karyawan dengan tingkat
pembayaran tetap selama periode tersebut, dimungkinkan bagi auditor untuk menggunakan data
ini untuk memperkirakan total biaya penggajian untuk periode dengan tingkat akurasi yang tinggi,
sehingga memberikan bukti audit untuk item signifikan dalam laporan keuangan dan mengurangi
kebutuhan untuk melakukan tes rincian pada daftar gaji. Penggunaan perdagangan yang diakui
secara luas rasio (seperti margin laba untuk berbagai jenis entitas ritel) sering dapat digunakan
secara efektif dalam prosedur analitik substantif untuk memberikan bukti untuk mendukung
kewajaran jumlah yang dicatat.
Berbagai jenis prosedur analitik memberikan tingkat yang berbeda jaminan. Prosedur analitik yang
melibatkan, misalnya, prediksi total pendapatan sewa bangunan dibagi menjadi apartemen,
mengambil sewa harga, jumlah apartemen dan tingkat lowongan menjadi pertimbangan, bisa
memberikan bukti persuasif dan dapat menghilangkan kebutuhan untuk lebih lanjut verifikasi
melalui pengujian rincian, asalkan unsur-unsurnya diverifikasi dengan tepat. Sebaliknya,
perhitungan dan perbandingan bruto persentase margin sebagai sarana untuk mengkonfirmasi
angka pendapatan dapat memberikan bukti yang kurang meyakinkan, tetapi dapat memberikan
bukti yang berguna jika digunakan dalam dikombinasikan dengan prosedur audit lainnya.
Penentuan kesesuaian analitik substantif tertentu prosedur dipengaruhi oleh sifat asersi dan auditor
penilaian risiko salah saji material. Misalnya, jika kontrol pemrosesan order penjualan kurang,
auditor dapat menempatkan lebih banyak mengandalkan tes rincian daripada prosedur analitik
substantif untuk asersi yang terkait dengan piutang. Prosedur analitik substantif khusus juga dapat
dianggap sesuai saat pengujian perincian dilakukan dengan asersi yang sama. Sebagai contoh,
ketika mendapatkan bukti audit tentang pernyataan penilaian untuk akun saldo piutang, auditor
dapat menerapkan prosedur analitik untuk penuaan akun pelanggan selain melakukan pengujian
detail pada penerimaan kas selanjutnya untuk menentukan kolektibilitas piutang.
Keandalan Data
Keandalan data dipengaruhi oleh sumber dan sifat serta tergantung pada keadaan di mana ia
diperoleh. Dengan demikian, berikut ini relevan ketika menentukan apakah data dapat diandalkan
untuk keperluan merancang prosedur analitik substantif:
a. Sumber informasi yang tersedia. Sebagai contoh, informasi mungkin menjadi lebih dapat
diandalkan ketika diperoleh dari sumber independen di luar entitas;
b. Keterbandingan informasi yang tersedia. Misalnya luas data industri mungkin perlu ditambah
agar dapat dibandingkan dengan itu dari suatu entitas yang memproduksi dan menjual produk-
produk khusus;
c. Sifat dan relevansi informasi yang tersedia. Sebagai contoh, apakah anggaran telah ditetapkan
sebagai hasil yang diharapkan bukan sebagai tujuan yang ingin dicapai; dan
d. Kontrol atas persiapan informasi yang dirancang untuk memastikan kelengkapan, keakuratan,
dan validitasnya. Misalnya, kontrol atas persiapan, peninjauan, dan pemeliharaan anggaran.
Auditor dapat mempertimbangkan untuk menguji efektivitas operasi kontrol, jika setiap, atas
persiapan entitas atas informasi yang digunakan oleh auditor dalam melakukan prosedur analitik
substantif dalam menanggapi risiko yang dinilai. Ketika kontrol tersebut efektif, auditor umumnya
memiliki kepercayaan diri yang lebih besar dalam keandalan informasi dan, oleh karena itu, dalam
hasil analitis Prosedur. Efektivitas operasi pengendalian atas non-keuangan informasi mungkin
sering diuji bersama dengan uji kontrol lainnya. Misalnya, dalam menetapkan kontrol atas
pemrosesan faktur penjualan, suatu entitas dapat mencakup kontrol atas pencatatan penjualan unit.
Dalam hal ini keadaan, auditor dapat menguji efektivitas operasi kontrol atas pencatatan penjualan
unit bersamaan dengan tes operasi
efektivitas kontrol atas pemrosesan faktur penjualan. Kalau tidak, auditor dapat
mempertimbangkan apakah informasi tersebut harus diaudit pengujian. ISA 500 menetapkan
persyaratan dan memberikan panduan dalam menentukan prosedur audit yang harus dilakukan
pada informasi yang akan digunakan untuk prosedur analitik substantif.
Hal-hal yang dibahas dalam paragraf A12 (a) –A12 (d) relevan terlepas dari apa pun apakah auditor
melakukan prosedur analitik substantif pada laporan keuangan periode-akhir entitas, atau pada
tanggal sementara dan berencana untuk melakukan prosedur analitik substantif untuk periode yang
tersisa. ISA 330 menetapkan persyaratan dan memberikan panduan tentang prosedur substantif
dilakukan pada tanggal sementara. 6 Evaluasi Apakah Harapannya Cukup Tepat
Hal-hal yang relevan dengan evaluasi auditor tentang apakah harapan tersebut dapat
dikembangkan cukup tepat untuk mengidentifikasi salah saji itu, kapan diagregasi dengan salah
saji lain, dapat menyebabkan laporan keuangan salah saji material, termasuk:
• Keakuratan yang diharapkan dengan hasil yang substantif prosedur analitis dapat diprediksi.
Sebagai contoh, auditor dapat mengharapkan konsistensi yang lebih besar dalam
membandingkan margin laba kotor dari satu periode ke periode selain membandingkan biaya
diskresioner, seperti sebagai riset atau iklan.
• Sejauh mana informasi dapat dipilah. Sebagai contoh, prosedur analitik substantif mungkin
lebih efektif ketika diterapkan untuk informasi keuangan pada setiap bagian dari operasi atau
untuk laporan keuangan komponen dari entitas yang terdiversifikasi, daripada kapan
diterapkan pada laporan keuangan entitas secara keseluruhan.
• Ketersediaan informasi, baik finansial maupun non-finansial. Sebagai contoh, auditor dapat
mempertimbangkan apakah informasi keuangan, seperti anggaran atau perkiraan, dan
informasi non-keuangan, seperti jumlah unit yang diproduksi atau dijual, tersedia untuk desain
prosedur analitik substantif. Jika informasi tersedia, maka auditor juga dapat
mempertimbangkan keandalan informasi
Jumlah Perbedaan Jumlah Tercatat dari Nilai yang Diharapkan yang Dapat Diterima
Penentuan jumlah perbedaan dari harapan auditor yang dapat diterima tanpa penyelidikan lebih
lanjut dipengaruhi oleh materialitas dan konsistensi dengan tingkat jaminan yang diinginkan,
dengan mempertimbangkan kemungkinan salah saji, secara individu atau ketika digabungkan
dengan yang lain salah saji, dapat menyebabkan laporan keuangan salah saji material. ISA 330
mengharuskan auditor untuk mendapatkan bukti audit yang lebih persuasif, semakin tinggi
penilaian risiko auditor. 8 Oleh karena itu, seiring meningkatnya risiko yang dinilai, risiko jumlah
perbedaan yang dianggap dapat diterima tanpa investigasi berkurang untuk mencapai tingkat bukti
persuasif yang diinginkan.
Hasil dari prosedur analitik tersebut dapat mengidentifikasi yang sebelumnya risiko salah saji
material yang tidak diakui. Dalam keadaan seperti itu, ISA 315 mengharuskan auditor untuk
merevisi penilaian auditor atas risiko material salah saji dan memodifikasi prosedur audit yang
direncanakan lebih lanjut sesuai.
ISA 560
ISA ini membahas tanggung jawab auditor mengenai apa yang dikenal sebagai peristiwa kemudian
atau subsequent event. Tujuan auditor dalam mengaudit peritiwa kemudian yaitu :
a. Memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai apakah peritiwa antara tanggal
pelaporan keuangan dan tanggal laporan auditor yang memerlukan penyesuaian atau
pengungkapan telah ditunjukkan dengan benar dalam laporan keuangan sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
b. Menanggapi dengan tepat, fakta yang diketahui auditor sesudah tanggal laporan auditor yang
jika diketahui sebelumnya dapat menyebabkan auditor mengubah laporan auditnya.
ISA 560 menjelaskan auditor tidak berkewajiban melaksanakan prosedur audit apa pun atas
laporan keuangan sesudah tanggal laporan auditor, namun jika sesudah tanggal laporan auditor
tapi sebelum tanggal diterbitkannya laporan keuangan, auditor mengetahui adanya fakta yang jika
diketahui pada tanggal laporan auditor, mungkinakan membuat auditor mengubah laporannya.
Dalam hal ini auditor wajib :
a. Mendiskusikan hal tersebut dengan manajemen dan TCWG
b. Menentukan apakah laporan keuangan harus diubah dan jika demikian
c. Menanyakan bagaimana manajemen akan menangani hal ini dalam laporan keuangan
ISA 570
ISA ini membahas tanggung jawab auditor sehubungan dengan penggunaan asumsi going concern
oleh manajemen dan penilaian manajemen mengenai kemampuan entitas untuk melanjutkan usaha
yang berkesinambungan. Hal-hal yang diwajibkan oleh ISA 570.10 dan ISA 570.11 ialah :
1. Apakah peristiwa atau kondisi yang menimbulkan keraguan tentang kesinambungan
2. Sudahkah manajemen melakukan penilaian pendahuluan mengenai kemampuan
kesinambungan usaha entitas
3. Jika iya, Identifikasi peristiwa yang menimbulkan keraguan dan dapatkan rencana tanggapan
manajemen
4. Jika tidak, bahas dengan manajemen adanya peristiwa/kondisi dan dapatkan tanggapan
manajemen
5. Evaluasi rencana tanggapan manajemen dan atau dokumen pendukungnya
6. Simpulkan apakah ada ketidakpastian material atau jika penggunaan asumsi kesinambungan
usaha tidak tepat
ISA 580
ISA ini menjelaskan bagaimana memperleh penegasan tertulis tentang representasi manajemen.
Tujuan auditor ialah :
a. Memperoleh representasi tertulis dari manajemen dan jika perlu dari TCWG
b. Mendukung bukti audit lainnya yang relevan bagi laporan keuangan atau asersi tertentu dalam
laporan keuangan dengan meminta representasi tertulis jika auditor merasa perlu atau
diwajibkan oleh ISA lainnya
c. Menanggapi dengan tepat representasi tertulis dari manajemen dan jika perlu dari TCWG
Representasi tertulis harus dalam bentuk surat representasi yang dialamatkan kepada auditor.
Jika ketentuan perundang-undangan mewajibkan manajemen membuat representasi tertulis
kepada public tentang tanggung jawabnya dan auditor memastikan bahwa pernyataan tersebut
memberikan sebagian atau seluruh representasi. Bentuk-bentuk representasi manajemen antara
lain :
a. Hal-hal yang dikomunikasikan dalam diskusi
b. Hal-hal yang dikomunikasikan secara elektronis
c. Skedul, analisis dan laporan yang dibuat entitas serta notasi/disposisi dan komentar yang dibuat
manajemen atas analisis tersebut
d. Memo dan korespondensi internal dan eksternal
e. Risalah rapat TCWG
f. Laporan keuangan yang ditandatangani
g. Surat representasi manajemen
ISA 260
Tujuan :
1. Mengkomunikasikan dengan jelas kepada TCWG tanggung jawab auditor berkenaan dengan
audit atas laporan keuangan, dan tinjauan umum mengenai lingkup audit yang direncanakan
dan waktu pelaksanaan audit yang direncanakan
2. Memperoleh informasi yang relevan untuk audit dari TCWG
3. Memberikan kepada TCWG pengamatan yang berasal dari pelaksanaan audit (temuan dan
informasi), yang penting dan relevan bagi tanggung jawab pengawasan umum atas proses
pelaporan keuangan.
4. Mendorong komunikasi dua arah yang efektif antara auditor dan TCWG