Anda di halaman 1dari 28

M. Januar Ibnu Adham, S.Pd., M.Pd.

 Pada tanggal 25 april 1945 di bentuk


Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai
 Ketua Dr. Radjiman Wedyodiningrat,
Itibbangsase yosio (angggota luar biasa) R.
Pandji soeroso merangkap Tata Usaha.
 Pelaksanaan : 29 Mei s/d 1 juni 1945 dan
10 Juli s/d 17 juli 1945
 M. Yamin (29 Mei 1945)
 Mr Soepomo (31 Mei 1945)
 Ir. Soekarno (1 Juni 1945)
Anggota panitia sembilan
 Ir. Soekarno (ketua)
 Drs. Mohammad Hatta (wakil ketua)
 Mr. Achmad Soebardjo (anggota)
 Mr. Mohammad Yamin (anggota)
 KH. Wahid Hasjim (anggota)
 Abdoel Kahar Moezakir (anggota)
 Abikoesno Tjokrosoejoso (anggota)
 H. Agus Salim (anggota)
 Mr. Alexander Andries Maramis (anggota)
PANCASILA
Pembukaan
UUD 1945
Pasal-pasal
UUD 1945

Rakyat
TM
Atas berkat rahmat Allah Yang
Maha Kuasa dan dengan
didorongkan oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas,
maka rakyat Indonesia menyatakan
dengan
ini kemerdekaannya.
14 abad pengaruh
Hinduisme dan Budhisme
7 Abab pengaruh Islam
4 Abad pengaruh Kristen
Konsolidasi
(memperkuat/memperteguh)
pemerintah kolonial sangat
berkempentingan untuk
melucuti peran sosial-politik
keagamaan (terutama islam)
Sekolah-
sekolah Lembaga
sekuler penelitian

Klub-klub
dan
asosiasi
bergaya
Eropa
Memunculkan elite baru yaitu kaum
intelegensia sebagai elit baru Bumiputera

Praktik kolonial yang diskriminatif justru


mendorong untuk meruntuhkan kolonialisme
Proyek sekularisasi
masyarakat dan politik
Nusantara oleh rezim
kolonial

Komunitas agama menjadi simpul pemberontakan –


terutama sepanjang abad ke – 19 yang memberi
dasar bagi munculnya kesadaran “nasionalisme
purba” (archaic nationalism)
Sarekat dagang Islam (SDI) berdiri
1908/1909) pergerakan ekonomi
Muhammadiyah (berdiri 1912) yang disusul
oleh Nahdltul Ulama (1926) untuk pergerakan
pendidikan
Sarekat Islam (SI) 1911/1912 untuk
pergerakan politik
Pada 1923 orang-orang Katolik di Jawa
mulai mendirikan perhimupunan politik
dan melepaskan diri dari bayang-bayang
Eropa Pekempalan Politik Djawi (PPKD)
Kemudian mempersatukan diri dengan ke
Indonesian dibawah nama Persatuan
Politik Katolik Indonesia (PPKI) Juli
1938
Federasi Perkumpulan Kristen Indonesia
(FPKI) di Yogyakarta 1939
Hindu-Buddha mempertautkan diri
dengan ke Indonesian melalui
keterlibatan anggota-anggotanya dalam
berbagai pergerakan partai politik yang
ada
Nasionalisme Indonesia
adalah nasionalisme
yang berdasarkan atas
ketuhanan dengan
tidak menempelkan
kepada benda dan rupa
dunia
Golongan Golongan
Islam Kebangsaan
Negara berdasarkan atas Ketuhanan
yang Maha Esa dengan kewajiban
menjalankan syari’at Islam bagi
pemeluk-pemeluknya

Presiden ialah orang Indonesia asli yang


bergama Islam
Negara memiliki kebebasan
secara konstitusional
Individu-individu dan komunitas
agama harus memiliki kebebasan
penuh untuk beribadat secara
privat
Hubungan secara Formal
Tercantumnya pancasila secara formal di dalam
pembukaan yang mengandung pengertian
bahwa tata kehidupan bernegara tidak hanya
bertopang pada asas sosial, ekonomi, politik.
Akan tetapi melekat keseluruh asas yaitu asas
kultural, religius, dan asas kenegaraan
Hubungan secara material :
Menunjukan pada materi pokok atau isi
pembukaan.
• Pasal 1 Ayat 1
Sistem • Pasal 4 Ayat 1
• Pasal 17 Ayat 1 s/d 4
pemerintahan

• BPK
Lembaga • MPR (DPR dan DPD)
• Presiden dan Wakil Presiden
Negara • Kekuasaan Kehakiman (MK, MA, KY)
Warga negara ialah
orang-orang Penduduk ialah
bangsa Indonesia warga negara
Warga
asli dan orang- Indonesia dan
Negara
orang lain yang orang asing
dan
disahkan dengan yang bertempat
Penduduk
UU sebagai warga tinggal di
negara (pasal 26 Indonesia
(1))

Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan


pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya (pasal 27 (1))
Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan (Pasal 27 (2))

Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara
(pasal 27 (3))
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan
dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang (pasal 28)
Kebijakan
Politik

Kebijakan
Kebijakan
Negara Kebijakan
Sosial
Budaya dalam UUD Ekonomi
1945

Kebijakan
Hankam
 Pasal 26 ayat (1, 2 dan ) penduduk dan
warganegara
 Pasal 27 ayat (1) kesamaan kedudukan warga
negara di dalam hukum
 Pasal 28 hak kebebasan berserikat, hak
kebebsan berkumpul, dan hak kebebasan
untuk berpendapat.
Diselenggarakan
berdasarkan asas
demokrasi ekonomi
dengan prinsip
kebersamaan, efisien
berkeadilan,
berkelanjutan,
Bumi dan air dan kekayaan alam berwawasan, lingkungan, Negara bertanggung jawab
yang terkandung di dalamnya kemandirian, serta dengan atas penyediaan fasilitas
dikuasai oleh negara dan menjaga keseimbangan pelayanan kesehatan dan
dipergunakan untuk sebesar-besar fasilitas umum yang layak
kemajuan dan kesatuan
kemakmauran rakyat (pasal 33 (3)) (pasal 34 (3))
ekonomi nasional ( pasal
33 (4))

Negara mengembangkan
sistem jaminan sosial bagi
Cabang-cabang produksi
seluruh rakyat dan
yang penting baga negara
memberdayakan masyarakat
dan menguasai hajat hidup
yang lemah dan tidak
orang banyak dikuasai oleh
mampu sesuai dengan
negara (pasal 33 (2))
martabat kemanuasiaan
(pasal 34 (3))

Perekonomian
Disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan atas nasional dan Fakir miskin dan anak-anak
terlantar dipelihara oleh
kesejahteraan
asas kekeluargaan (pasal 33
negara (pasal 34(1))
(1))

sosial
Asas Ketuhanan
Yang Maha Esa
(pasal 29 (1)).
Kebebsan
memeluk agama
(pasal 29 (2))

Kebijakan
bidang
agama dan
Kebudayaan
sosial budaya Sistem
nasional (pasal Pendidikan (pasal
32 (1 dan 2) 31 (1 s/d 5)
PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA
Tiap-tiap warga TNI (AD, AL, AU) POLRI Usaha pertahanan
negara berhak dan dan keamanan negara
wajib ikut serta dalam Sebagai alat negara Sebagai alat negara dilaksanakan melalaui
usaha pertahanan dan bertugas yang menjaga sistem pertahanan
keamanan negara mempertahankan, keamanan dan dan keamanan rakyat
(pasal 30 (1)) melindungi, dan ketertiban masyarakat semesta oleh TNI dan
memelihara keutuhan bertugas melindungi, POLRI, sebagai
dan kedaulatan negara mengayomi, melayani kekuatan utama dan
(pasal 30 (3)) masyarakat serta rakyat sebagai
menegakan hukum kekuatan pendukung
(pasal 30 (4)) (pasal 30 (2)

Susunan dan kedudukan TNI, POLRI hubungan


kewenangan TNI dan POLRI, syarat-syarat
keikutsertaan warga negara dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara, serta hal-hal
yang terkait dengan pertahanan dan keamanan
diatur dengan UU (pasal 30 (5))

Anda mungkin juga menyukai