Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENCIPTAAN IKLIM KELAS


(Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliahManajemen Kelas SD)

Dosen Pengampu :
Dra.Eizar, M.Pd.

Disusun oleh

Indra Hermawan 1986206035


Daesya Kusuma Miranti 1986206018
Jumi Nurfaizah 1986206038

Prodi :Pendidikan Guru Sekolah Dasar

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIIDKAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KOTABUMI
LAMPUNG UTARA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kasih
dan sayangnya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul
“Penciptaan Iklim Kelas“. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepadanya baginda Nabi besar kita Muhammad SAW, yang telah membawa kita
dalam alam yang gelap gulita menuju alam yang terang-benderang.
Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu syarat penyelesaian tugas
mata kuliahManajemen Kelas SD Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Pada dasarnya kami sebagai manusia tidak luput segala kesalahan yang
dilakukan, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu saran dan kritik dari semua pihak sangat kami harapkan guna
kesempurnaan makalah ini nantinya.Akhirnya hanya kepada Allah SWTkita
kembalikan semua urusan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak, khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.Semoga Allah
SWT meridhoi dan dicatat sebagai ibadah disisinya, aamiin yaa robbal alamin.

Kotabumi, 16April 2021


Penyusun,

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................
C. Tujuan Penulisan .............................................................................
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Iklim Kelas ..................................................................
B. Penciptaan Iklim Kelas ..................................................................
C. Kondisi Fisik Kelas ........................................................................
D. Prinsip Penataan Lingkungan Kelas...............................................
E. Gaya Penataan Kelas......................................................................
F. Langkah Mendesain Kelas..............................................................
G. Menciptakan Suasana Kelas Yang Kondusif..................................

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan.....................................................................................
B. Saran...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah


kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran yang diajarkan. Ada
banyak faktor yang mempengaruhi sukses tidaknya peserta didik dalam
menguasai materi pembelajaran, salah satunya adalah kualitas proses
pembelajaran. Kualitas proses pembelajaran akan semakin meningkat, jika
antusiasme belajar peserta didik juga meningkat, yang ditandai oleh peningkatan
rasa keingintahuan (curiousity), tingginya motivasi untuk bertanya, rajin menulis
makalah, dan senantiasa sensitif terhadap isu-isu pengetahuan mutakhir. Proses
pembelajaran seharusnya mampu menciptakan suasana kelas atau iklim kelas
yang kondusif untuk mendukung terciptanya kualitas proses pembelajaran.
Namun sayangnya proses pembelajaran yang terjadi selama ini masih cenderung
satu arah, kurang memperhatikan partisipasi aktif siswa dalam proses
pembelajaran. Guru cenderung belum menempatkan dirinya sebagai fasilitator,
motivator, dan dinamisator dalam suatu proses pembelajaran yang lebih
menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar. Guru lebih cenderung
menempatkan dirinya sebagai satu-satunya sumber belajar, sehingga peserta didik
selama ini lebih cenderung dinggab sebagai objek belajar yang harus menerima
segala sesuatu yang akan diberikan oleh guru. Iklim belajar demikian tentunya
kurang kondusif untuk mengembangkan kreatifitas, daya analisis, dan sikap kritis
siswa dalam proses pembelajaran. Akibatnya proses pembelajaran yang terjadi
selama ini kurang bermakna bagi siswa, sehingga belum mampu mengembangkan
kompetensi dan potensi kemampuan siswa secara lebih optimal.

Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu proses interaksi


belajar antara guru dengan murid dan antara murid dengan murid yang lainnya.
Berhasil tidaknya suatu interaksi proses pembelajaran dipengaruhi oleh banyak
faktor, baik faktor dari guru sendiri, siswa, fasilitas penunjang, maupun suasana
proses interaksi pembelajaran tersebut. Suatu proses pembelajaran di sekolah yang
penting bukan saja materi yang diajarkan atau pun siapa yang mengajarkan,
melainkan bagaimana materi tersebut diajarkan. Bagaimana guru menciptakan
iklim kelas (Classroom Climate) dalam proses pembelajaran tersebut.

Dapat dimengerti bahwa kondisi belajar berpengaruh terhadap pembelajaran.


Salah satu faktor penting untuk keberhasilan pembelajaran adalah terpenuhinya
kondisi dan suasana belajar yang optimal. Tindakan manajemen kelas adalah
tindakan yang dilakukan guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar
pembelajaran berlangsung efektif. Tindakan guru tersebut dapat berupa tindakan
pencegahan yaitu dengan menyediakan kondisi lingkungan belajar yang baik,
mengatur siswa, mengatur peralatan, dan lingkungan sosio-emosional.

Keadaan fisik kelas mempunyai pengaruh yang besar bagi perkembangan


murid. Fisik kelas dapat berdampak positif dan Negatif bagi pembentukan
keperibadian anak. Lebih- lebih bila di ingat bahwa anak- anak itu berdiam di
dalam kelas selama lima jam setiap hari, selama enam tahun di sekolah dasar.
Murid- murid sekolah dasar merupakan anak- anak yang sedang dalam masa
pertumbuhan baik fisik maupun psikisnya. Oleh sebab itu fisik kelas harus diatur
sebaik- baiknya untuk menunjang pengembangan fisik dan psikis anak.

B.RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud iklim kelas ?
2. Apa pentingnya penciptaan iklim kelas ?
3. Apa dan bagaimana syarat dan kondisi kelas yang baik ?
4. Apa saja prinsip penataan lingkungan kelas ?
5. Bagaimana saja gaya penataan kelas ?
6. Apa saja langkah- langkah mendesain kelas ?
7. Bagaimana cara Menciptakan Suasana Kelas yang Kondusif ?

C.TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian iklim kelas
2. Untuk mengetahui betapa pentingnya penciptaan iklim kelas
3. Mahasiswa dapat menjelaskan alasan bahwa kondisi fisik tempat belajar
berpengaruh terhadap hasil belajar.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip penataan lingkungan kelas
5. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja gaya penataan kelas
6. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja langkah- langkah mendesain kelas
7. Mahasiswa dapat Menciptakan Suasana Kelas yang Kondusif
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Iklim Kelas


Iklim kelas adalah kondisi lingkungan kelas dalam hubungannya dengan
kegiatan pembelajaran.Iklim kelas merupakan suasana yang ditandai oleh adanya
pola interaksi atau komunikasi antara guru-siswa, siswa-guru dan siswa-
siswa.Tinjauan tentang suasana kelas (classroom climate) dikemukakan oleh
Nasution (2003: 119-120). Menurutnya ada tiga jenis suasana yang dihadapi siswa
dalam proses pembelajaran di sekolah berdasarkan sikap guru terhadap anak
dalam mengajarkan materi pelajaran. Pertama, suasana kelas dengan sikap guru
yang “otoriter”.Suasana kelas dengan sikap guru yang otoriter, terjadi bila guru
menggunakan kekuasaannya untuk mencapai tujuannya tanpa lebih jauh
mempertimbangkan akibatnya bagi anak, khususnya bagi perkembangan
pribadinya.Dengan hukuman dan ancaman anak dipaksa untuk menguasai bahan
pelajaran yang dianggab perlu untuk ujian dan masa depannya.Kedua, Suasana
kelas dengan sikap guru yang “permisif”.Suasana kelas dengan sikap guru yang
permisif ditandai dengan membiarkan anak berkembang dalam kebebasan tanpa
banyak tekanan frustasi, larangan, perintah, atau paksaan.Pelajaran selalu dibuat
menyenangkan. Guru tidak menonjolkan dirinya dan berada di belakang untuk
memberi bantuan bila dibutuhkan. Sikap ini mengutamakan perkembangan
pribadi anak khususnya dalam aspek emosional, agar anak bebas dari
kegoncangan jiwa dan menjadi anak yang dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.Ketiga, Suasana kelas dengan sikap guru yang “riil”.Suasana kelas
dengan sikap guru yang riil ditandai dengan adanya kebebasan anak yang disertai
dengan pengendalian.Anak-anak diberi kesempatan yang cukup untuk bermain
bebas tanpa diawasi atau diatur dengan ketat.Dilain pihak anak diberi tugas sesuai
petunjuk dan pengawasan guru.

Sementara, A. Sholah (1989: 25-26) yang mengutip pendapat Dreikurs dan


Leron Grey yang menggunakan pendekatan sosio-emosional kelas,
mengemukakan tiga jenis suasana yang dihadapi oleh siswa setiap hari.Pertama,
suasana autokrasi.Dalam suasana outokrasi guru banyak menerapkan perintah,
menggunakan kekerasan, penekanan, persaingan, hukuman dan ancaman untuk
maksud pengawasan perilaku siswa, serta dominan guru yang sangat
menonjol.Kedua, suasana Laissez-faire. Dalam suasana ini, guru terlalu sedikit
bahkan sama sekali tidak memperlihatkan kegiatannya atau kepemimpinannya
serta banyak memberikan kebebasan kepada siswanya. Guru melepaskan
tanggung jawab kepada anggota kelompok; dan; Ketiga suasana demokratis. Guru
memperlakukan siswanya sebagai individu yang dapat bertanggung jawab,
berharga, mampu mengambil keputusan dan dapat memecahkan masalah yang
dihadapi. Dampak yang ditimbulkan dari suasana demokratis adalah tumbuhnya
rasa percaya diri, saling menerima dan percaya satu sama yang lain, baik antara
guru dengan siswa maupun antar siswa. Guru membimbing, mengembangkan, dan
membagi tanggung jawab untuk semua warga kelas termasuk guru. Dengan
demikian suasana kelas yang demokratis ini akan memberikan dampak positif,
karena guru dan siswa mempunyai kesempatan untuk saling memahami,
membantu, mengemukakan segala sesuatu yang dirasakan secara terbuka. Guru
akan memahami keadaan siswa, dan di sisi lain siswa akan melihat keteladanan
dan merasa ada contoh yang dapat dilihat. Berkaitan dengan hal tersebut Nana
Sudjana (2002: 42), mengemukakan bahwa suasana belajar yang demokratis akan
memberi peluang mencapai hasil belajar yang optimal, dibandingkan dengan
suasana belajar yang kaku, disiplin yang ketat dengan otoritas pada guru.
Berdasarkan beberapa penjelasan dan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa suasana yang dihadapi siswa dalam pembelajaran di sekolah dapat
dibedakan tiga jenis yaitu pertama suasana autokratis dengan sikap guru yang
otoriter, kedua, suasana Laissez-faire dengan sikap guru yang permisif, dan
ketiga, suasana demokratis dengan sikap guru yang riil. Dari ketiga jenis suasana
pembelajaran tersebut, suasana demokratis dengan sikap guru yang riil lebih
memungkinkan untuk memberi peluang dalam mencapai hasil belajar yang
optimal.

B. Penciptaan Iklim Kelas


Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam menciptakan iklim kelas
yang berkualitas dan kondusif guna meningkatkan prestasi belajar siswa. Adapun
beberapa faktor yang perlu diperhatikan tersebut antara lain, yaitu: pertama,
pendekatan pembelajaran hendaknya berorientasi pada bagaimana siswa belajar
(student centered); Kedua, adanya penghargaan guru terhadap partisipasi aktif
siswa dalam setiap konteks pembelajaran. Ketiga, guru hendaknya bersikap
demokratis dalam memeneg kegiatan pembelajaran. Keempat, setiap
permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran sebaiknya dibahas secara
dialogis. Kelima, lingkungan kelas sebaiknya disetting sedemikian rupa sehingga
memotivasi belajar siswa dan mendorong terjadinya proses pembelajaran.
Keenam, menyediakan berbagai jenis sumber belajar atau informasi yang
berkaitan dengan berbagai sumber belajar yang dapat diakses atau dipelajari siswa
dengan cepat. Pada faktor yang pertama, pendekatan pembelajaran berorientasi
pada bagaimana siswa belajar (student centered), mengandung pengertian bahwa
proses pembelajaran hendaknya diarahkan pada siswa yang aktif mengkonstruksi
atau membangun sendiri pengetahuannya. Dengan demikian, proses pembelajaran
yang dilaksanakan hendaknya berusaha memberi peluang terjadinya proses aktif
siswa dalam mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuannya. Guru
hanya bertindak sebagai fasilitator, motivator, dan dinamisator dalam
pembelajaran. Pendekatan ini biasa disebut dengan pendekatan konstruktivistik.
Dalam pendekatan ini yang perlu dilakukan guru adalah membantu siswa
membangun pengetahuan sendiri di dalam benaknya, dengan cara membuat
informasi pembelajaran menjadi sangat bermakna dan relevan bagi siswa. Hal ini
menurut Mustaji (2005) dapat dilakukan guru dengan cara memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan sendiri ide-idenya
dan mengajak siswa agar menyadari dan secara sadar menggunakan cara-cara
mereka sendiri untuk belajar. Dengan pendekatan pembelajaran ini diharapkan
proses pembelajaran menjadi lebih berkualitas dan bermakna bagi siswa yang
pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kompetensi dan prestasi belajar
siswa.
Faktor kedua, adanya penghargaan guru terhadap partisipasi aktif siswa
dalam proses kegiatan pembelajaran akan mendorong siswa untuk berani
mengemukakan pendapatnya, dan berani mengkritisi materi pembelajaran yang
sedang dibahas. Dengan demikian siswa akan terbiasa untuk berpikir kritis,
kreatif, dan terlatih untuk mengemukakan pendapatnya tanpa adanya perasaan
minder atau rendah diri. Dalam kaitannya dengan penghargaan terhadap
partisipasi aktif siswa ini, hendaknya tidak sekedar dinilai dari segi keaktifannya
saja, tetapi juga perlu diperhatikan sikap penghargaan siswa terhadap aktivitas
teman-temannya dan kemampuannya didalam bekerja sama dengan orang lain.
Oleh karena itu, guru hendaknya mampu mengarahkan siswa untuk dapat
bekerjasama dengan anggota kelompok yang lain dan selalu bersikap positif
terhadap teman-temannya serta selalu berusaha sebaik mungkin dalam setiap
kesempatan yang diberikan saat interaksi pembelajaran berlangsung. Shindler
(2001: 2) menjelaskan bahwa partisipasi siswa yang tergolong baik dalam proses
pembelajaran secara garis besar antara lain diindikasikan sebagai berikut: siswa
dapat bekerjasama dengan anggota kelompok yang lain, siswa selalu bersikap
positif terhadap teman-temannya dan selalu berusaha sebaik mungkin dalam
setiap kesempatan. Berikut indikasi iklim kelas dengan partisipasi siswa yang
tergolong baik yang dikemukakan oleh Shindler (2001: 2)

Faktor ketiga, guru hendaknya bersikap demokratis dalam memeneg


kegiatan pembelajaran.Mengapa demikian? Hal ini karena kepemimpinan guru
yang demokratis dalam mengelola proses pembelajaran akan dapat menjadikan
siswa merasa nyaman untuk dapat belajar semaksimal mungkin. Hal ini sesuai 7
dengan pandangan Goodlad (Dede Rosyada, 2004: 19) yang menyatakan bahwa
setting demokrasi merupakan pemberian kesempatan seluas-luasnya pada siswa
untuk belajar, yaitu bahwa sekolah menjadi tempat yang nyaman bagi siswa untuk
semaksimal mungkin mereka belajar. Kemampuan guru dalam menanamkan
setting demokrasi pada siswa sangat berpengaruh terhadap pencapaian misi
pendidikan. Dengan demikian suasana pembelajaran yang disetting secara
demokratis sangat penting untuk menciptakan proses pembelajaran yang kondusif,
berkualitas dan bermakna. Keempat, setiap permasalahan yang muncul dalam
proses pembelajaran hendaknya dibahas secara dialogis. Hal ini karena proses
dialogis dalam interaksi pembelajaran lebih mendudukkan siswa sebagai subyek
didik yang mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dalam setiap interaksi
pembelajaran. Proses dialogis juga akan mampu mengembangkan pemikiran kritis
siswa dalam membahas dan menyelesaikan setiap permasalahan yang muncul
dalam proses pembelajaran. Sebagaimana pandangan Freire (1972: 80), seorang
praktisi pendidikan yang banyak menggagas pendidikan liberatif menyatakan
bahwa dengan dialog akan memungkinkan munculnya pemikiran kritis, karena
hanya dialoglah yang memerlukan pemikiran kritis. Lebih lanjut Friere,
menyatakan bahwa tanpa dialog tidak akan ada komunikasi, dan tanpa komunikasi
tidak mungkin ada pendidikan sejati. Dengan demikian proses dialogis cukup
penting peranannya dalam menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan
berkualitas.

Kelima, lingkungan kelas sebaiknya disetting sedemikian rupa sehingga


memotivasi belajar siswa dan mendorong terjadinya proses pembelajaran. Salah
satu cara yang dapat dilakukan dalam menyetting lingkungan kelas yang kondusif
untuk belajar siswa yaitu dengan cara mengatur tempat duduk atau meja-kursi
siswa secara variatif dan pengaturan perobot sekolah yang cukup artistik, serta
pemanfaatan dinding-dinding rungan kelas sebagai media penyampai pesan
pembelajaran. Pengaturan setting tempat duduk hendaknya dilakukan sesuai
kebutuhan dan strategi pembelajaran yang digunakan.Pesan yang ditempel di
dinding hendaknya kontekstual dengan materi pembelajaran.Oleh karena itu, 8
icon-icon, grafis-grafis di dinding yang memuat pesan pembelajaran hendaknya
selalu di perbaharui atau diganti-ganti setiap bulannya. Pengaturan lingkungan
kelas ini, jika diperhatikan akan mampu mendukung terciptanya iklim
pembelajaran yang kondusif dan berkualitas. Haryanto (2001) menyatakan bahwa
pengaturan ruang secara tepat dapat menciptakan suasana yang wajar, tanpa
tekanan, dan menggairahkan siswa untuk belajar secara efektif.Lebih lanjut
Haryanto menyatakan bahwa agar tercipta suasana belajar yang aktif (mampu
mengaktifkan siswa), pengaturan ruang belajar dan perabot sekolah perlu
diperhatikan.Pengaturan itu hendaknya memungkinkan siswa duduk berkelompok
dan memudahkan guru secara leluasa membimbing dan membantu siswa dalam
belajar. Pengaturan meja secara berkelompok, akan mampu meningkatkan
kerjasama yang baik antar siswa. Dengan terciptanya gairah siswa dalam belajar,
tentunya akan berpengaruh pada efektifitas belajar siswa. Dan dengan terciptanya
suasana belajar yang wajar tanpa tekanan tentunya akan memungkinkan
munculnya daya kritis dan kreatifitas siswa.

Keenam, menyediakan berbagai jenis sumber belajar atau informasi yang


berkaitan dengan berbagai sumber belajar yang dapat diakses atau dipelajari. Hal
ini mengandung pengertian bahwa guru bukan satu-satunya sumber belajar dalam
proses pembelajaran. Siswa dapat belajar dalam ruang perpustakaan, dalam
”ruang sumber belajar” yang khusus atau bahkan di luar sekolah, bila ia
mempelajari lingkungan yang berhubungan dengan tugas atau masalah tertentu.
Peranan guru adalah memberi bimbingan konsultasi, pengarahan jika ada
kesulitan siswa dalam memahami materi pembelajaran.Selain itu guru juga
dituntut untuk memberikan informasi tentang dimana sumber belajar yang harus
dipelajari tersebut berada, sehingga siswa secara aktif dan mandiri dapat
menemukan dan mengakses sumber belajar tersebut.Keberadaan berbagai jenis
sumber belajar yang memadai di lingkungan sekolah cukup membantu siswa
untuk membangun dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Jenis sumber
belajar tersebut bisa dalam bentuk: buku, modul, pembelajaran berprograma,
audio, video, dan lain sebagainya. Hal ini akan mempermudah siswa untuk dapat
belajar sesuai dengan kemampuan dan karakteristik gaya belajarnya masing-
masing. Dengan demikian pembelajaran diharapkan akan lebih bermakna dan
berkualitas.

C. Kondisi fisik kelas


Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting dalam hasil
pembelajaran. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat akan
mendukung meningkatnya intensitas pembelajaran siswa dan mempunyai
pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan belajar. Syarat-syarat kelas yang
baik:
a) Rapi, bersih, sehat dan tidak lembab
b) Cukup cahaya dan sirkulasi udara
c) Sirkulasi udara cukup
d) Perabot dalam keadaan baik, cukup jumlahnya, dan ditata dengan rapi
e) Jumlah siswa tidak lebih dari 40 orang
f) Ukuran ruang kelas 8m x 7m
g) Dapat memberikan keleluasaan gerak, komunikasi pandangan dan
pendengaran
h) Pengaturan perabot agar memungkinkan guru dan siswa dapat bergerak
leluasa
i) Daun jendela tidak mengganggu lalu lintas

D. Prinsip Penataan Lingkungan Kelas


Menurut Winzer (dalam winataputra, 1998; 16), beberapa penelitian
menunjukan bahwa penataan lingkungan yang tepat akan berpengaruh terhadap 
tingkat keterlibatan dan paratisipasi siswa dalam proses pembelajaran.
Pada prinsipnya lingkungan fisik kelas yang baik adalah ruang kelas yang
menarik, efektif dan mendukung siswa dan guru dalam proses pembelajaran.
Sedangkan menurut Loisell (Winataputra, 2003) Adapun prinsip-prinsip yang
perlu diperhatikan oleh seorang guru dalam menata lingkungan fisik kelas adalah
sebagai berikut :
a. Visibility ( Keleluasaan Pandangan)
Visibility artinya penempatan dan penataan barang-barang di dalam kelas
tidak mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat
memandang guru, benda atau kegiatan yang sedang berlangsung. Begitu
pula guru harus dapat memandang semua siswa kegiatan pembelajaran.
b. Accesibility (mudah dicapai)
Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa untuk meraih atau
mengambil barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran.
Selain itu jarak antar tempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh siswa
sehingga siswa dapat bergerak dengan mudah dan tidak mengganggu
siswa lain yang sedang bekerja.
c. Fleksibilitas (Keluwesan)
Barang-barang di dalam kelas hendaknya mudah ditata dan dipindahkan
yang disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. Seperti penataan tempat
duduk yang perlu dirubah jika proses pembelajaran menggunakan metode
diskusi, dan kerja kelompok.
d. Kenyamanan
Kenyamanan disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara,
dan kepadatan kelas.
e. Keindahan
Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas
yang menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas
yang indah dan menyenangkan dapat berpengaruh positif pada sikap dan
tingkah laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Selain seperti yang disebutkan diatas, sebaiknya guru juga
mempertimbangan pula pada aspek biologis seperti, postur tubuh siswa,
dimana menempatkan siswa yang mempunyai tubuh tinggi dan atau
rendah. Dan bagaimana menempatkan siswa yang mempunyai kelainan
dalam arti secara psikologis, misalnya siswa yang hiper aktif, suka
melamun, dan lain sebagainya sehingga penataan lingkungan kelas dapat
dikondisikan seefektif mungkin.

E. Gaya Penataan Kelas


Dalam mempertimbangkan bagaimana anda akan mengatur ruang fisik
kelas, tergantung dari model dan model aktivitas pembelajaran apa yang akan
anda terapkan. Apakah aakan melakukan aktivitas siswa melibatkan diri seluruh
kelas, kelompok kecil, tugas indivisual dsb. Pertimbangkanlah jumlah penyusunan
fisik yang paling mendukung. (Crane, 2001; Fickes, 2001; Weinstein, 2007). Ada
beberapa model penyusunan ruang kelas adalah sebagai berikut:
a. Gaya Auditorium, semua murid duduk menghadap guru. Penataan ini
mengurangi kontak murid tatap muka dan guru bebas bergerak kemana
saja.
b. Gaya tatap Muka , murid saling menghadap. Kemungkinan gangguan dari
murid besar sekali.
c. Gaya seminar, sejumlah besar murid (biasanya 10 orang) duduk disusun
lingkaran, persegi atau bentuk U. ini efektif jika guru ingin agar murid
berbicara satu sama lainnya atau bercakap cakap dengannya.
d. Gaya Offset, murid biasanya 3 – 4 orang duduk dibangku tetapi tidak
berhadapan langsung satu sama lain. Cocok untuk gaya pembelajaran
kooperatif.
e. Gaya Klaster, biasanya 4 – 8 murid bekerja dalam kelompok kecil. Cocok
untuk pembelajaraan kolaboratif.

Selain itu Pengaturan tempat duduk juga bisa sebagai berikut:

a) Pola berderet / berbaris-berjajar


Tipe pengaturan tempat duduk seperti ini cocok untuk pengajaran formal.
Semua siswa duduk dalam deretan lurus dengan siswa yang tertinggi
duduk dibelakang dan yang pendek duduk di depan. Tempat duduk seperti
ini memudahkan para siswa / guru bergerak dari deetan satu kederetan
yang lain. Namun, terdapat kelemahan-kelemahan yaitu ; mengurangi
keleluasaan siswa belajar siswa. Posisi guru membuat dirinya mempunyai
otoritas mutlak dan memberikan pengaruh langsung yang besar pada
siswa. Akhirnya siswa menjadi terlalu tergantung, tidak ada kegiatan kerja
kelompok yang dapat dilakukan, dan komunikasi antarsiswa menjadi
terbatas.
b) Pola susunan berkelompok
Pola ini memungkinkan siswa dapat berkomunikasi dengan mudah satu
sama lain dan dapat berpindah dari kelompok satu ke kelompok lain.
Otoritas guru berperan dalam posisi desentralisasi, guru hanya
memberikan bimbingan pada siswa.
c) Pola formasi tapal kuda
Pola ini menempatkan posisi guru berada di tengah-tengah para siswanya.
Pengaturan formasi ini memberikan kemudahan pada siswa untuk saling
berkomunikasi dan berkonsultasi. Pola tapal kuda biasa dipakai jika
pelajaran banyak memerlukan diskusi antarsiswa atau dengan guru.
d) Pola lingkaran atau persegi
Dalam pola lingkaran atau persegi biasanya tidak ada pemimpin
kelompok. Bila ada yang harus direkam atau dicatat, bentuk pola inilah
yang tepat. Seandainya ada suau kegiatan / alat yang harus ditunjukkan /
diperagakan, kegiatan atau alat itu dapat diletakkan di tengah-tengah
sehingga mudah dilihat dan dikomentari oleh siswa.

F. Langkah Mendesain Kelas


Berikut ini langkah-langkah mendesain kelas (Weinstein,1997; Weinstein &
Mignano 1997) :
a. Pertimbangkan apa yang akan dilakukan murid.
Jika kita akan mengajar TK atau SD, kita perlu menciptakan setting untuk
membaca dengan suara keras,mengajar membaca secara berkelompok,
tempat untuk berbagi pandangan,pengajaran matematika, dan tempat
pelajaran keterampilan dan seni.
b. Buat gambar rencana tata ruang.
Sebelum kita memindahkan perabot, buatlah gambar beberapa rancangan
tata ruang, kemudian pilih salah satu gambar yang menurut kita paling
baik.
c. Libatkan murid dalam perencanaan tata ruang kelas.
Kita dapat merencanakan tata ruang kelas sebelum sekolah dimulai. Tetapi
setelah sekolah dimulai, baiknya kita tanyakan kepada murid tentang
rencana yang sudah kita buat sebelum masuk sekolah. Jika murid member
saran yang masuk akal, maka ada baiknya kita mencoba.
d. Cobalah rancangan dan bersikaplah fleksibel dalam mendesainnya.
Evaluasilah efektivitas tata ruangan kita, beberapa minggu setelah masuk
sekolah. Misalnya mengatur  posisi murid setengah lingkaran agar dapat
mengurangi keributan.

G. Menciptakan Suasana Kelas yang Kondusif


Salah satu faktor penting yang dapat memaksimalkan kesempatan
pembelajaran bagi anak adalah penciptaan lingkungan atau suasana pembelajaran
yang kondusif. Lingkungan pembelajaran dalam hal ini adalah segala sesuatu
yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan. Sedangkan
kondusif berarti kondisi yang benar-benar sesuai dan mendukung
keberlangsungan proses pembelajaran.

Menurut Naim (2009), ada dua aspek penting yang perlu dikembangkan
oleh seorang guru sehingga mampu menciptakan pembelajaran yang kondusif
bagi siswa, yaitu pribadi guru dan suasana pembelajaran. Perpaduan kedua aspek
tersebut akan menjadikan dimensi inspiratif semakin menemukan momentum
untuk mengkristal dan membangun energi perubahan positif dalam diri siswa.
Kepribadian guru sebagai orang dewasa dapat menjadi model sekaligus pengarah
dan fasilitator belajar yang tercermin dari suasana atau iklim pembelajaran yang
diciptakan di dalam kelas. Kedua aspek ini, pada gilirannya akan mampu
mengakumulasi potensi diri para siswa untuk semakin meningkatkan kapasitas
dan kapabilitasnya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suatu proses pembelajaran di sekolah yang penting bukan saja materi yang
diajarkan atau pun siapa yang mengajarkan, melainkan bagaimana materi tersebut
diajarkan. Bagaimana guru menciptakan iklim kelas (Classroom Climate) dalam
proses pembelajaran tersebut.
Iklim kelas adalah kondisi lingkungan kelas dalam hubungannya dengan
kegiatan pembelajaran. Iklim kelas merupakan suasana yang ditandai oleh adanya
pola interaksi atau komunikasi antara guru-siswa, siswa-guru dan siswa-siswa.
Suasana yang dihadapi siswa dalam pembelajaran di sekolah dapat
dibedakan tiga jenis yaitu pertama suasana autokratis dengan sikap guru yang
otoriter, kedua, suasana Laissez-faire dengan sikap guru yang permisif, dan
ketiga, suasana demokratis dengan sikap guru yang riil. Dari ketiga jenis suasana
pembelajaran tersebut, suasana demokratis dengan sikap guru yang riil lebih
memungkinkan untuk memberi peluang dalam mencapai hasil belajar yang
optimal.
Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam menciptakan iklim kelas
yang berkualitas dan kondusif guna meningkatkan prestasi belajar siswa, antara
lain yaitu: pertama, pendekatan pembelajaran hendaknya berorientasi pada
bagaimana siswa belajar (student centered); Kedua, adanya penghargaan guru
terhadap partisipasi aktif siswa dalam setiap konteks pembelajaran. Ketiga, guru
hendaknya bersikap demokratis dalam memeneg kegiatan pembelajaran.
Keempat, setiap permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran sebaiknya
dibahas secara dialogis. Kelima, lingkungan kelas sebaiknya disetting sedemikian
rupa sehingga memotivasi belajar siswa dan mendorong terjadinya proses
pembelajaran. Keenam, menyediakan berbagai jenis sumber belajar atau informasi
yang berkaitan dengan berbagai sumber belajar yang dapat diakses atau dipelajari
siswa dengan cepat. 
Menurut Winzer (dalam winataputra, 1998; 16), beberapa penelitian
menunjukan bahwa penataan lingkungan yang tepat akan berpengaruh terhadap 
tingkat keterlibatan dan paratisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Yang
disesuaikan dengan prinsip- prinsip penataan lingkungan kelas sehingga
terciptanya gaya pengaturan kelas yang dapat menunjang proses belajar mengajar
Untuk dapat mengatur kelas secara efektif maka dibutuhkan kerjasama
antara guru dan murid. Selain itu ruang kelas,tata letak dan metode pengajaran di
dalam kelas tidak kalah penting dalam proses belajar mengajar yang efektif.
Menurut Naim (2009), ada dua aspek penting yang perlu dikembangkan
oleh seorang guru sehingga mampu menciptakan pembelajaran yang kondusif
bagi siswa, yaitu pribadi guru dan suasana pembelajaran. Perpaduan kedua aspek
tersebut akan menjadikan dimensi inspiratif semakin menemukan momentum
untuk mengkristal dan membangun energi perubahan positif dalam diri siswa.
Kepribadian guru sebagai orang dewasa dapat menjadi model sekaligus pengarah
dan fasilitator belajar yang tercermin dari suasana atau iklim pembelajaran yang
diciptakan di dalam kelas. Kedua aspek ini, pada gilirannya akan mampu
mengakumulasi potensi diri para siswa untuk semakin meningkatkan kapasitas
dan kapabilitasnya.

B. Saran
Kita sebagai calon guru SD yang nantinya sebagai guru kelas diharapkan
dengan mempelajari dan mengetahui pengaturan kondisi dan penciptaan iklim
belajar yang menunjang, sehingga dapat menciptakan kondisi kelas baik secara
fisik yang menyenangkan sehingga dapat mencapai tujuan-tujuan belajar yang
ingin dicapai secara efisien dan optimal.
DAFTAR PUSTAKA

 Ekosiswoyo, Rasdi. & Maman Ranchman. 2000. Manajemen kelas.


Semarang: cv. Ikip semarang press
 Winataputra, 1998. Strategi Belajar Mengajar. Universitas Terbuka.
Jakarta.
 Missmelind, 2011. Pengaturan kondisi dan penciptaan klim belajar yang
menunjang. http://missmelind.blogspot.com/2011_03_01_archive.html.
diakses tanggal 18 September 2012
 A. Sholah. (1989).”Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap mandiri
praktek mesin siswa STM Negeri prodi mesin produksi se-Kotamadya
Surabaya”. Tesis S2, Jakarta: Program Pascasarjana IKIP Jakarta.
 Dede Rosyada. (2004). Paradigma pendidikan demokratis: sebuah model
pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Jakarta:
Prenada Media.
 Freire, P. (2000).
 Pendidikan kaum tertindas. (Terjemahan Otomo Danarjaya, dkk.).
Jakarta: LP3ES. (Buku asli diterbitkan tahun 1972)
 Haryanto. (Nopember, 2001). Penciptaan iklim belajar yang kondusif di
SD melalui penataan lingkungan kelas. Dinamika Pendidikan: Majalah
Ilmu Pendidikan FIP Universitas Negeri Yogyakarta. No. 2/Th. VIII, P.
73-81. 
 Mustamaji & Sugiarso (2005). Pembelajaran Berbasis Konstruktivistik:
Penerapan dalam Pembelajaran Berbasis Masalah. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya.
 Nana Sudjana. (2002). Dasar-dasar proses belajar-mengajar. Bandung:
Sinar Baru Algensindo. Nasution. (2003), Berbagai pendekatan dalam
proses belajar & mengajar. Jakarta: 

Anda mungkin juga menyukai