Anda di halaman 1dari 3

PEMERINTAH KABUPATEN GORONTALO

DINAS KESEHATAN
BLUD PUSKESMAS BUHU
Jalan Abdullah Amu No 16 Desa Buhu Kecamatan Tibawa email:puskesmas_buhu@yahoo.co.id

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELACAKAN BALITA GIZI


BURUK DAN GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BUHU TAHUN 2021

I. PENDAHULUAN
Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik negara miskin,
negara berkembang dan negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah gizi kurang,
hubungan dengan penyakit infeksi dan negara maju cenderung dengan masalah gizi lebih
(Soekirman, 2000).
Saat ini di dalam era globalisasi dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan,
Indonesia menghadapi permasalahan gizi ganda. Di satu pihak masalah gizi kurang yang
pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya
kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi. Selain itu masalah gizi
lebih yang disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai
dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi (Azrul,2004).
Secara makro, dibutuhkan ketegasan kebijakan, strategi, regulasi, dan koordinasi lintas
sektor dari pemerintah dan semua stakeholders untuk menjamin terlaksananya poin- poin
penting seperti pemberdayaan masyarakat, pemberantasan kemiskinan, ketahanan pangan,
dan pendidikan yang secara tidak langsung akan mengubah budaya buruk dan paradigma di
tataran bawah dalam hal perawatan gizi terhadap keluarga termasuk anak.
Keberhasilan pembangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah dan masyarakat
sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia. Indikator yang digunakan untuk
mengukur tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia antara lain Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) dan Indeks Kemiskinan Manusia (IKM). Pada umumnya IPM dan IKM
mempunyai komponen yang sama, yaitu angka harapan hidup (tingkat kesehatan),
penguasaan ilmu pengetahuan (tingkat pendidikan) dan standar kehidupan yang layak
(tingkat ekonomi). Pada IPM, standar hidup layak dihitung dari pendapatan per kapita,
sementara IKM diukur dengan persentase penduduk tanpa akses terhadap air bersih, fasilitas
kesehatan, dan balita kurang gizi.
Salah satu prioritas pembangunan nasional di bidang kesehatan adalah upaya perbaikan
gizi yang berbasis pada sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal. Kurang gizi akan
berdampak pada penurunan kualitas SDM yang lebih lanjut dapat berakibat pada kegagalan
pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan kecerdasan, menurunkan produktivitas,
meningkatkan kesakitan serta kematian.
II. LATAR BELAKANG
Kurang Energi Protein pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan
masyarakat di indonesia.Berdasrkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2010,sebanyak 13% anak
berstatus gizi kurang,diantaranya 4,9% berstatus gizi buruk.Data yang sama menunjukkan
13,3% anak kurus,diantaranya 6,0% anak sangat kurus dan 17,1% anak memiliki kategori
sangat pendek.
Keadan ini berpengaruh pada masih tingginya angka kematian bayi.Menurut WHO
lebih dari 50% kematian bayi dan anak terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk,oleh
karena itu masakah gizi perlu ditangani secara cepat dan tepat.
Salah satu cara untuk menanggulangi masalah gizi kurang dan gizi buruk adalah
dengan menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya untuk menangani setiap kasus
yang ditemukan.Pada saat ini seiring dengan perkembangan ilmu dan tehnologi tatalaksana
gizi buruk menunjukkan bahwa kasus ini dapat ditangani dengan dua pendekatan.Gizi
buruk dengan konplikasidan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat
jalan.
III. TUJUAN
Tujuan dari program pelacakan gizi buruk dan gizi kurang adalah :
1. Mengcover balita yang status gizinya buruk agar segera di tangani oleh Petugas
Kesehatan setempat.
2. Mengetahui status gizi dan keadaan anak tersebut agar Petugas Kesehatan bisa
melakukan tindakan pemulihan status gizi menjadi lebih baik.
IV. SASARAN
Sasarannya adalah balita gizi buruk dan gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Buhu
V. PENDANAAN
Dana berasal dari Anggaran BOK Puskesmas Buhu Tahun 2021.
VI. PELAKSANAAN
1. Pelaksanaan pelacakan balita gizi buruk dan gizi kurang dilakukan setelah mendapatkan
informasi dari kader setempat.
2. Setelah informasi di dapatkan, barulah petugas kesehatan melakukan kunjungan rumah
dan melakukan antropometri kepada balita yang bersangkutan
3. Kemudian diberikan PMT Pemulihan agar status gizinya lebih baik.
VII. PERAN SERTA LINTAS PROGRAM DAN LINTAS SEKTOR
Pada kegiatan pelacakan ini program gizi berkolaborasi semua lintas program,karena
mengenai gizi buruk bukan dilihat dari konsumsi makanan saja tapi juga dari faktor-faktor
yang lain yang ada hubungannya dengan penyakitnya,sedangkan untuk lintas sektornya
program gizi bekerja sama dengan kader agar nantinya diharapkan kader dapat
menginformasikan apabila diwilayahnya ditemukan kejadian-kejadian gizi buruk.
VIII. MONITORING DAN EVALUASI
1. Monitoring dan evaluasi oleh Petugas Puskesmas berupa :
 Mengambil foto balita saat awal pelacakan, awal pendampingan, pertengahan
pendampingan dan setelah didampingi (status gizi sudah normal).
 Sebelum di dampingi, petugas harus melakukan pendataan dan mengisi data-data
yang diperlukan. Petugas juga harus melakukan proses antropometri (dapat
melalui penimbangan bulanan di posyandu).
 Setelah diketahui status gizinya, barulah di berikan tindakan pendampingan oleh
Petugas Pendamping.
 Petugas Pendamping harus melakukan kunjungan dan mengukur BB dan TB
balita tersebut setiap bulannya dan di evaluasi status gizinya. Tidak lupa juga
dokumentasi setiap kunjungan.
 Membuat laporan kegiatan pendampingan setiap bulannya

IX. PENUTUP
Demikian kerangka acuan ini dibuat untuk dipergunakan sebagai dasar pelaksanaan dan
evaluasi penyelenggaraan.

MENGETAHUI
KEPALA PUSKESMAS BUHU

H. MUHTAR RAHIM, S.Kep,Ns


NIP. 19730525 199903 1 008

Anda mungkin juga menyukai