Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MATA KULIAH : ETIKOLEGAL DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

TOPIK : INFORMED CHOISE DAN INFORMED CONSENT

DOSEN PENGAMPU : SHERLYANSIE V. BOIMAU, SST, M. Kes

OLEH :

NAMA : NINING DJU BIRE

NIM : PO530324019531

TINGKAT :1C

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES KUPANG

JURUSAN KEBIDANAN

TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa telah melimpahkan rahmat dan
karunianya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas untuk
mata kuliah Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan dengan judul “Informed Choise dan
Informed Consent”.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu, saya
mengharapkan segala bentuk saran, serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Kupang, 26 Maret 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................1

DAFTAR ISI....................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan....................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Informed Choice....................................................................................................4
B. Informed Consent..................................................................................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................................................14
B. Saran....................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Informed Choice yaitu membuat pilihan setelah mendapat penjelasan dalam
pelayanan kebidanan tentang alternatif asuhan yang akan di alaminya. Peran bidan
dalam Informed Choice tidak hanya membuat asuhan dalam manajemen asuhan
kebidanan tetapi juga menjamin bahwa hak wanita untuk memilih asuhan dan
keinginannya terpenuhi. Sebagai seorang bidan dalam memberikan informed choise
kepada klien harus memperlakukan klien dengan baik, berinteraksi dengan nyaman,
membantu klien mengenali kebutuhannya dan membuat pilihan yang sesuai dengan
kondisinya, serta mendorong wanita memilih asuhannya. Selain itu, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam memberikan informed choise yaitu bidan harus
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, wajib memberikan informasi secara
rinci dan jujur dan dimengerti klien, asuhan berpusat pada klien dan sebagainya.
Persetujuan penting dilihat dari sudut pandang bidan, karena berkaitan
dengan aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang akan di
lakukan oleh bidan. Ada beberapa pengertian informed consent yaitu secara
etimologis informed (sudah diberikan informasi) dan consent (persetujuan atau izin).
Persetujuan dari pasien atau keluarganya terhadap tindakan medik yang akan
dilakukan terhadap dirinya atau keluarganya setelah mendapat penjelasan yang
adekuat dari dokter/tenaga medis.

B. Rumusan Masalah
Apa itu Informed Choice dan Informed Consent ?

C. Tujuan
Mahasiswa mampu mengetahui tentang Informed Choice dan Informed Consent !

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Informed Choice
1. Pengertian Informed Choice
Informed Choice yaitu membuat pilihan setelah mendapat penjelasan tentang
alternatif asuhan yang akan di alaminya.
2. Prinsip Informed Choice
Hal yang harus di ingat dalam Informed Choice yaitu :
a. Informed Choice bukan sekedar mengetahui berbagai pilihan namun mengerti
manfaat dan resiko dari pilihan yang ditawarkan
b. Informed Choice tidak sama dengan membujuk atau memaksa klien mengambil
keputusan yang menurut orang lain baik (meski pun di lakukan secara halus).
3. Peran Bidan Dalam Informed Choice
Setelah memberikan informasi mengenai berbagai pilihan yang ada, bidan
harus memberikan kesempatan kepada klien dan kelarganya untuk memikirkan atau
mempertimbangkan semua pilihan tersebut. Bidan harus menjamin bahwa hak wanita
untuk memilih asuhan dan keinginannya terpenuhi. Hal ini sejalan dengan kode etik
International bidan yang di nyatakan oleh International Confederation Of Midwives
(ICM) 1993, bahwa bidan harus menghormati hak wanita setelah mendapatkan
penjelasan dan mendorong wanita untuk menerima tanggung jawab untuk hasil dari
pilihannya.
Sebagai seorang bidan dalam memberikan Informed Choice kepada klien
harus :
a. Memperlakukan klien dengan baik
b. Berinteraksi dengan nyaman
c. Membantu klien mengenali kebutuhannya dan membuat pilihan yang sesuai
dengan kondisinya
d. Mendorong wanita memilih asuhannya

4
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses Informed Choice yaitu :
a. Bidan harus terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
b. Bidan wajib memberikan informasi secara rinci dan jujur dan di mengerti
klien
c. Bidan harus belajar untuk membantu klien melatih diri dalam menggunakan
haknya dan menerima tanggung jawab untuk keputusan yang mereka ambil
d. Asuhan berpusat pada klien
e. Tidak perlu takut pada konflik tetapi menganggapnya sebagai suatu
kesempatan untuk saling memberi dan mungkin melakukan penilaian ulang
yang objektif, bermitra dengan klien dan suatu tekanan positif terhadap
perubahan.
4. Contoh Informed Choice Dalam Pelayanan Kebidanan
Beberapa jenis pelayanan kebidanan yang dapat dipilih oleh klien yaitu :
a. Tempat melahirkan dan kelas perawatan
b. Masuk kamar bersalin pada tahap awal persalinan
c. Pendamping waktu melahirkan
d. Metode monitor denyut jantung janin
e. Percepatan persalinan/augmentasi
f. Diet selama proses persalinan
g. Mobilisasi selama proses persalinan
h. Pemakain obat penghilang rasa sakit
i. Metode pengurangan rasa sakit
j. Pemecahan ketuban secara rutin
k. Posisi ketika melahirkan
l. Episiotomi
m. Keterlibatan suami waktu bersalin
n. Pemeriksaan laboratorium dan screening antenatal
o. Pilihan pemakaian alat kontrasepsi

5
5. Perbedaan Informed Choice dan Informed Consent
a. Persetujuan atau consent penting dari sudut pandang bidan karena berkaitan
dengan aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang akan
dilakukan bidan
b. Pilihan atau choice penting dari sudut pandang klien sebagai penerima jasa asuhan
kebidanan, yang memberikan gambaran pemahaman masalah yang sesungguhnya
dan menerapkan aspek otonomi pribadi menentukan “pilihannya” sendiri.
6. Praktikum Informed Choice
Persiapan :
Sebelum melaksanakan praktikum mahasiswa harus mempersiapkan alat dan
bahan yang diperlukan, form untuk observasi, menyampaikan permohonan izin
kepada pimpinan instansi tempat praktek /tempat kerja, dan melakukan kontrak waktu
dengan instruktur praktikum untuk pelaksanaan waktu praktikum. Jenis praktikum ini
bersifat perorangan.

Alat dan bahan :


1. Alat tulis
2. Kamera
3. Lembar observasi penerapan informed choice

Petunjuk pelaksanaan praktikum

1. Tempat pelaksanaan praktikum dilaksanakan dikelas waktu TTM


2. Tempat pelaksanaan observasi kepada bidan dalam aplikasi informed choice
dilakukan di tempat kerja /dinas mahasiswa
3. Ruang lingkup meliputi asuhan antenatal, intranatal, postnatal dan KB
4. Setiap mahasiswa memilih satu ruang lingkup asuhan
5. Lakukan observasi pada seorang bidan dengan menggunakan lembar observasi
penerapan informed choice dan buatlah evaluasi tentang aplikasi informed choice
dalam praktik dan pelayanan kebidanan.

6
6. Observasi ditujukan untuk melihat keseuaian teori dengan aplikasi lapangan
7. Anda cukup melakukan observasi pada seorang bidan tetapi bila perlu bisa
ditambah dengan wawancara
8. Setelah melakukan observasi, praktikkan oleh anda bagaimana melakukan
informed choice pada klien yang dilakukan pada saat TTM. Klien didapatkan dari
teman sekelas.
9. Pilihlah ruang lingkup asuhan yang sesuai dengan pilihan anda
10. Pelaksanaan praktikum dan hasil evaluasi observasi yang telah dilakukan akan
dinilai oleh instruktur praktikum.

Petunjuk penulisan laporan praktikum

1. Penulisan laporan praktikum


Laporan praktikum di buat dalam bentuk makalah dengan sistematika sebagai
berikut :
a. Pendahuluan : memuat latar belakang dan tujuan praktikum
b. Tinjauan pustaka : memuat teori praktikum
c. Alat, bahan dan prosedur yang digunakan dalam praktikum
d. Hasil dan pembahasan : berisikan hasil observasi yang diperoleh dan
kesesuaian antara teori dan hasil observasi
e. Kesimpulan
f. Daftar pustaka
2. Penyerahan laporan
Laporan dikumpulkan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh
pengajar/instruktur
3. Penilaian oleh instruktur praktikum
Instruktur praktikum akan melakukan penilaian terhadap pelaksanaan informed
choice yang anda lakukan.

7
B. Informed Consent
1. Pengertian Informed Consent
Persetujuan/consent penting dilihat dari sudut pandang bidan, karena berkaitan
dengan aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang akan
dilakukan oleh bidan.

Ada beberapa pengertian Informed Consent yaitu :


a. Menurut D. Veronika Komalawati, SH, “Informed Consent” dirumuskan sebagai
“suatu kesepakatan/persetujuan pasien atas upaya medis yang akan dilakukan
dokter terhadap dirinya setelah memperoleh informasi dari dokter mengenai upaya
medis yang dapat dilakukan untuk menolong dirinya disertai informasi mengenai
segala resiko yang mungkin terjadi.
b. Persetujuan dari pasien atau keluarganya terhadap tindakan medik yang akan
dilakukan terhadap dirinya atau keluarganya setelah mendapat penjelasan yang
adekuat dari dokter/tenaga medis.
2. Tujuan Informed Consent
Tujuan Informed Consent yaitu untuk melindungi pasien dari tindakan medis
yang dilakukan tanpa sepengetahuannya, tindakan medis yang sebenarnya tidak
diperlukan dan secara medik tidak ada dasar pembenarannya, tindakan medis yang
bertentangan dengan hak asasi pasien dan standar profesi medis, penyalahgunaan alat
canggih yang berbiaya tinggi yang sebenarnya tidak perlu.
Melindungi dokre/tenaga kesehatan terhadap suatu kegagalan, karena prosedur
medik modern tidak tanpa resiko dan pada setiap tindakan medik melekat suatu
resiko.
3. Dasar Hukum
Informed Consent untuk tindakan medik telah diatur dalam Permenkes No. 290/2008
sebagai langkah yang paling penting untuk mencegah terjadinya konflik dalam
masalah etik antara tenaga kesehatan/bidan dengan pasien.

8
Dasar hukum proses Informed Consent :
a. UUD RI tahun 1945
b. UU No.39/1999 tentang HAM
c. UU No.36/2009 tentang Kesehatan
d. UU No.44/2009 tentang Rumah Sakit
e. UU No.29/2004 tentang Praktik Kedokteran
f. Permenkes No.290/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran

Sedangkan aspek hukum persetujuan tindakan medis :

a. Pasal 1320 KUH Perdata syarat sahnya persetujuan


b. KUH pidana pasal 531
c. UU No.23/1992 tentang Kesehatan pasal 53
d. UU No.29/2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 45 ayat 1-6
4. Bentuk Informed Consent
Terdiri dari 2 bentuk yaitu :
a. Implied Consent
Yaitu persetujuan yang dianggap telah diberikan walaupun tanpa pernyataan resmi
yaitu pada keadaan emergency yang mengancam jiwa pasien, tindakan
penyelamatan kehidupan tidak memerlukan persetujuan tindakan medik
b. Expressed Consent
Yaitu persetujuan tindakan medik yang diberikan secara explisit baik secara lisan
maupun tertulis. Sekalipun bentuk persetujuan secara tersirat dapat dibenarkan
namun akan lebih baik bila persetujuan klien dinyatakan dalam bentuk tertulis
karena hal ini dapat menjadi bukti yang lebih kuat dimasa mendatang bila
dibutuhkan.

9
5. Fungsi Informed Consent
Fungsinya :
a. Penghormatan terhadap harkat dan martabat pasien selaku manusia
b. Promosi terhadap hak untuk menentukan nasibnya sendiri
c. Membantu kelancaran tindakan medis sehingga diharapkan dapat mempercepat
proses pemulihan
d. Untuk mendorong dokter melakukan kehati-hatian dalam mengobati pasien
(rangsangan pada profesi medis untuk instropeksi/evaluasi diri) sehingga dapat
mengurangi efek samping pelayanan yang diberikan
e. Menghindari penipuan oleh dokter
f. Mendorong diambil keputusan yang lebih rasional
g. Mendorong keterlibatan publik dalam masalah kedokteran dan kesehatan
h. Sebagai suatu proses edukasi masyarakat dalam bidang kedokteran dan kesehatan
(keterlibatan masyarakat)
i. Meningkatkan mutu pelayanan
6. Unsur Informed Consent
Suatu Informed Consent baru sah diberikan oleh pasien jika memenuhi minimal 3
(tiga) unsur sebagai berikut :
a. Keterbukaan informasi yang cukup diberikan oleh dokter
b. Kompetensi pasien dalam memberikan persetujuan
c. Kesukarelaan (tanpa paksaan atau tekanan) dalam memberikan persetujuan.
7. Dimensi Informed Consent
Dimensi dalam Informed Consent yaitu :
a. Dimensi hukum, merupakan perlindungan baik untuk pasien maupun bidan yang
berperilaku memaksakan kehendak, memuat :
1) Keterbukaan informasi antara bidan dengan pasien
2) Informasi yang diberikan harus dimengerti pasien
3) Memberikan kesempatan pasien untuk memperoleh yang terbaik

10
b. Dimensi etik, mengandung nila-nilai :
1) Menghargai kemandirian/otonomi pasien
2) Tidak melakukan intevensi melainkan membantu pasien bila diminta atau
dibutuhkan sesuai dengan informasi yang diberikan
3) Bidan menggali keinginan pasien baik secara subyektif atau hasil
pemikiran
8. Pembuatan dan Penggunaan Informed Consent
Hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan Informed Consent :
a. Tidak harus selalu tertulis
b. Tindakan bedah (invatif) seharusnya dibuat tertulis
c. Fungsi informed consent tertulis untuk memudahkan pembuktian bila kelak ada
tuntutan
d. Informed consent tidak berarti sama sekali bebas dari tuntutan bila dokter
melakukan kelalaian.
9. Praktikum Informed Consent
Persiapan :
Sebelum melaksanakan praktikum mahasiswa harus mempersiapkan alat dan
bahan yang diperlukan, form untuk observasi, menyampaikan permohonan izin
kepada pimpinan instansi tempat praktek /tempat kerja, dan melakukan kontrak waktu
dengan instruktur praktikum untuk pelaksanaan waktu praktikum. Jenis praktikum ini
bersifat perorangan.

Alat dan bahan :


1. Alat tulis
2. Kamera
3. Lembar observasi penerapan informed consent

11
Petunjuk pelaksanaan praktikum

1. Tempat pelaksanaan praktikum dilaksanakan dikelas waktu TTM


2. Tempat pelaksanaan observasi kepada bidan dalam aplikasi informed consent
dilakukan di tempat kerja /dinas mahasiswa
3. Ruang lingkup meliputi asuhan antenatal, intranatal, postnatal dan KB
4. Setiap mahasiswa memilih satu ruang lingkup asuhan
5. Lakukan observasi pada seorang bidan dengan menggunakan lembar observasi
penerapan informed consent dan buatlah evaluasi tentang aplikasi informed
consent dalam praktik dan pelayanan kebidanan
6. Observasi ditujukan untuk melihat keseuaian teori dengan aplikasi lapangan
7. Anda cukup melakukan observasi pada seorang bidan tetapi bila perlu bisa
ditambah dengan wawancara
8. Setelah melakukan observasi, praktikkan oleh anda bagaimana melakukan
informed consent pada klien yang dilakukan pada saat TTM. Klien didapatkan
dari teman sekelas.
9. Pilihlah ruang lingkup asuhan yang sesuai dengan pilihan anda
10. Pelaksanaan praktikum dan hasil evaluasi observasi yang telah dilakukan akan
dinilai oleh instruktur praktikum.

12
Petunjuk penulisan laporan praktikum

1. Penulisan laporan praktikum


Laporan praktikum di buat dalam bentuk makalah dengan sistematika sebagai
berikut :
g. Pendahuluan : memuat latar belakang dan tujuan praktikum
h. Tinjauan pustaka : memuat teori praktikum
i. Alat, bahan dan prosedur yang digunakan dalam praktikum
j. Hasil dan pembahasan : berisikan hasil observasi yang diperoleh dan
kesesuaian antara teori dan hasil observasi
k. Kesimpulan
l. Daftar pustaka
2. Penyerahan laporan
Laporan dikumpulkan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh
pengajar/instruktur
3. Penilaian oleh instruktur praktikum
Instruktur praktikum akan melakukan penilaian terhadap pelaksanaan informed
consent yang anda lakukan.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Informed Choice yaitu membuat pilihan setelah mendapat penjelasan dalam
pelayanan kebidanan tentang alternatif asuhan yang akan di alaminya. Peran bidan
dalam Informed Choice tidak hanya membuat asuhan dalam manajemen asuhan
kebidanan tetapi juga menjamin bahwa hak wanita untuk memilih asuhan dan
keinginannya terpenuhi.
Persetujuan penting dilihat dari sudut pandang bidan, karena berkaitan dengan
aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang akan di lakukan
oleh bidan. Ada beberapa pengertian informed consent yaitu secara etimologis
informed (sudah diberikan informasi) dan consent (persetujuan atau izin). Persetujuan
dari pasien atau keluarganya terhadap tindakan medik yang akan dilakukan terhadap
dirinya atau keluarganya setelah mendapat penjelasan yang adekuat dari dokter/tenaga
medis.

B. Saran
Sebelum melakukan tindakan kebidanan perlu mendapatkan persetujuan dari
klien/pasien terlebih dahulu karena berkaitan dengan otoritas bidan dalam melakukan
tindakan dan melindunngi pasien dari tindakan yang tidak sesuai.

14
DAFTAR PUSTAKA

Patimah, Siti dkk. 2016. Modul Praktikum Konsep Kebidanan dan Etikolegal Dalam Praktik
Kebidanan.

Riyanti. 2018. Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan. Malang: Wineka Media

Modul Pendidikan Jarak Jauh, dan Pendidikan Tinggi Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai