oleh :
Om Swastyastu,
Om Awighnam Astu Namo Siddham Om Sidhirastu Tad Astu Swaha, puji dan
syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan Asung Kertha Wara
Nugraha-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah “Analisis Kasus Dugaan
Penggelembungan Laporan Keuangan PT Tiga Pilar Sejahtera Food dalam Etika Bisnis
Perspektif Tri Hita Karana” ini dengan baik.
Pengerjaan dan penyelesaian makalah ini adalah guna memenuhi tugas ujian tengah
semester dalam mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi Perspektif Tri Hita Karana yang
diampu oleh Prof. Dr. Anantawikrama Tungga Atmadja, S.E., Ak., M.Si.
Pengerjaan makalah ini masih jauh dari kata sempurna serta memiliki banyak
kekurangan namun, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam memberikan
pemahaman tentang sebuah kasus berikut dengan saran tidak pemecahannya dari sudut
pandang Etika Bisnis Perspektif Tri Hita Karana. Sebagai penutup, penulis mengharapkan
kritik dan saran agar dapat menyempurnakan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
memiliki pedoman hidup menghargai sesama aspek sekelilingnya. Prinsip
pelaksanaannya harus seimbang, selaras antara satu dan lainnya. Apabila
keseimbangan tercapai, manusia akan hidup dengan mengekang dari pada segala
tindakan berakses buruk. Hidupnya akan seimbang, tenteram, dan damai.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3
perhitungan, pemindah bukuan, penerapan prinsip-prinsip akuntansi yang tidak
disengaja.
b. Irregularities
Kesalahan ini merupakan kesalahan yang sengaja dilakukan pemegang
buku/manajemen atau pegawainya yang mengakibatkan kesalahan material
terhadap penyajian laporan keuangan, misalnya kecurangan atau fraud.
Fraud merupakan salah satu bentuk irregularities. Bentuknya misalnya
perusahaan tidak melakukan pencatatan, mencatat biaya lebih tinggi dari yang
sebenarnya, mencatat hasil lebih rendah dari yang sebenarnya, dan lain-lain.
Kedua tipe kesalahan ini harus diwaspadai dan diusahakan harus
ditemukan. Untuk itu akuntan publik harus mencari prosedur pemeriksaan yang
dapat menjamin menemukan kedua tipe kesalahan ini. Kesalahan ini biasanya
dapat ditemukan dengan lebih dahulu mengamati dengan cermat kelemahan
sistem pengawasan intern, menilai tingkat kejujuran manajemen, melihat
transaksi yang tidak biasa, dan lain-lain.
Cabang-cabang Fraud antara lain:
1) Corruptions
Terdiri dari ranting-ranting:
i. Conflict of interest merupakan benturan kepentingan. Benturan
kepentingan ini bisa terjadi dalam skema permainan pembelian maupun
penjualan. Pembeli dapat melakukan kolusi korupsi nepotisme dengan
penjual. Lembaga pemerintah atau bisnis baik selaku penjual maupun
pembeli dapat melakukan KKN. Praktik ini mencolok dalam hal pembeli
sebenarnya merupakan captive market dari penjual, namun penjual tetap
mengeluarkan marketing fee yang tidak lain adalah penyuapan.
ii. Bribery (penyuapan)
iii. Illegal Gragtuities merupakan hadiah yang merupakan bentuk
terselubung dari penyuapan.
iv. Economic Extortion
4
2) Asset Misappropiation
merupakan aset secara ilegal yang dilakukan oleh seseorang yang diberi
wewenang untuk mengelola atau mengawasi aset tersebut (penggelapan).
Cabang-cabang dari penggelapan ini adalah:
i. Cash
Yang menjadi sasaran penjarahan adalah uang kas maupun di bank yang
dapat dimanfaatkan langsung oleh pelakunya. Asset Misappropiation
dalam bentuk penjarahan kas dapat dilakukan dalam tiga bentuk yaitu:
a) Skimming
Dalam Skimming uang dijarah sebelum uang tersebut secara fisik
masuk ke perusahaan. Cara ini terlihat dalam fraud yang sangat
dikenal akuntan publik, yaitu Lapping.
b) Larcency
Kalau uang sudah masuk ke perusahaan dan kemudian dicuri maka
fraud ini disebut larcency atau pencurian.
c) Fraudulent Disbursement
Jika penggelapan dilakukan pada saat arus uang sudah terekam dalam
sistem maka penggelapan ini disebut Fraudulent Disbursement.
Pencurian melalui pengeluaran yang tidak sah ini sebenarnya satu
langkah lebih jauh dari pencurian.
ii. Inventory and all other assets
Aset lainnya juga bisa menjadi sasaran adalah aktiva tetap. Modus
operandi dalam penjarahan aset yang bukan uang tunai di bank adalah
missue dan larcency. Missue adalah penyalahgunaan aset perusahaan
untuk kepentingan pribadi. Tetapi jika yang disalahgunakan tersebut
tidak dikembalikan maka dikatakan sebagai larcency
3) Fraudulent Statements
Jenis fraud ini sangat dikenal para auditor yang melakukan general audit.
Ini merupakan fraud yang berkenaan dengan penyajian laporan keuangan,
berkenaan dengan salah saji, misstatements baik overstatements maupun
understatements. Salah saji aset atau pendapatan lebih tinggi dari yang
sebenarnya (overstatement). Terlihat dalam banyak perusahaan publik
5
raksasa Amerika Serikat seperti Enron. Undang-undang Sarbanes Oxley
merupakan ketentuan yang keras terhadap praktik-praktik tersebut. Salah
saji aset atau pendapatan lebih rendah dari yang sebenarnya
(understatement). Banyak berhubungan dengan laporan keuangan yang
disampaikan kepada instansi perpajakan atau instansi bea dan cukai.
6
kesan baik kepada pihak lain terutama untuk menarik investor. Hal tersebut
menjadikan informasi keuangan tidak benar, keakuratan ini dapat berupa mark up
(overstated) untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya.
7
kaidah norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di dalam tempat kerjanya. Oleh
karena itu, setiap individu yang terjun ke dalam dunia bisnis atau fokus pada
profesinya harus membaca dan memahami makalah etika bisnis serta materi etika
bisnis yang mungkin dimiliki masing-masing organisasi dan perusahaan. Tujuannya
agar individu dapat memahami etika bisnis yang diterapkan tempat kerjanya masing-
masing (StudiIlmu, 2019).
8
dapat dipakai sebagai etika khusus, yakni diterapkan pada kegiatan bisnis.
Penerapannya masuk akal, mengingat kegiatan bisnis melibatkan hubungan antar
manusia yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Hal ini membutuhkan manusia
ideal, yakni etika keutamaan Bhagavad Gita. Penerapannya dalam etika bisnis ialah
sebagai berikut :
1) Kejujuran. 13) Tanpa kekerasan.
2) Kebenaran. 14) Tidak membenci
3) Keberanian. 15) Tidak marah.
4) Kepahlawanan. 16) Tidak Serakah.
5) Tahan Uji. 17) Kedermawanan.
6) Keinginan dan Ketetapan Hati. 18) Berterima kasih.
7) Hidup Sederhana. 19) Bersih, murni dan suci.
8) Hidup Semangat. 20) Pantang Seksual
9) Pengendalian Diri. 21) Menundukkan nafsu
10) Kebijaksanaan yang mantap. 22) Kesabaran.
11) Tidak mencari-cari kesalahan 23) Pengampunan
orang lain. 24) Welas Asih.
12) Rendah Hati. 25) Kedamaian
9
BAB III
PEMBAHASAN
10
"Kami menelusuri, cari data, dan undang para pihak untuk menjelaskan. Kami
juga mengecek ke Kemenkumham (Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia)
dan ternyata hasilnya ada kesamaan kepemilikan, perusahaan-perusahaan itu dimiliki
oleh pak Joko dan pak Budhi," katanya.
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Pasar Modal tahun 1995, lanjut Edi,
dinyatakan bahwa setiap pihak yang sengaja menghilangkan, memalsukan atau
menyembunyikan informasi sehingga berpotensi merugikan perusahaan itu sama saja
melanggar pidana.
Dalam persidangan, Joko dan Budhi membantah seluruh pernyataan Sjambiri.
"Untuk laporan keuangan, saudara saksilah yang seharusnya bertanggung
jawab, karena ia CFO (Chief Financial Officer)," kata Budhi.
Pernyataan Budhi itu lantas dibantah Sjambiri. Menurutnya ia tidak berada
dalam tingkat direksi. Pasalnya status direksi hanya bisa diemban jika sudah diangkat
melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
"Saya bukan CFO. Dan saya tidak memiliki kewenangan menandatangani
terkait akuntansi, perpajakan, dan laporan keuangan mana pun," ujarnya.
Untuk memperjelas perkara, majelis hakim meminta JPU untuk kembali
menghadirkan saksi-saksi.
"Mohon saksi-saksi lain dipanggil biar clear pak Jaksa, sudah lama kasus ini
berjalan," kata Ketua Majelis Hakim Akhmad Sayuti.
11
manipulasi laporan keuangan pada bagian piutang. Selain itu, dalam perspektif THK
telah terjadi keserakahan yakni menaikkan jumlah piutang pada laporan keuangan
sehingga akan terlihat seolah-olah tagihan dari perusahaan rekanan naik dan
penjualan meningkat, dengan laporan keuangan yang baik tersebut akan lebih mudah
menarik bank untuk memberi pinjaman dan harga saham AISA pun meningkat.
12
5) Bersih, murni dan suci. Budaya ini harus ditanamkan agar setiap lapisan
terhindar dari keserakahan, kesombongan, kemarahan dan lainnya.
13
BAB IV
PENUTUP
Dalam perspektif Tri Hita Karana, kasus tersebut bisa terjadi akibat adanya sifat
dari keserakahan (lobha) untuk memperoleh pinjaman bank dengan mudah dan
menaikkan harga saham. Hal tersebut tentu saja merupakan pelanggaran etika bisnis,
karena memadukan antara Laba dan Lobha. Saran pencegahan fraud yang dapat
dianjurkan, ialah menerapkan etika bisnis Tri Hita Karana seperti yang telah disebutkan
pada bab-bab sebelumnya, dan juga melaksanakan yajna, dhana dan tapa.
14
DAFTAR PUSTAKA
Gugus, I., & Nurlita, N. (2018). Dealing With Fraud. Malang: UB Press.
Saputra, K. A., Sujana, E., & Tama, G. M. (2018). Perspektif Budaya Lokal Tri Hita
Karana dalam Pencegahan Kecurangan pada Pengelolaan Dana Desa. Jurnal
Akuntansi Publik, 28-41.
StudiIlmu. (2019). Etika Bisnis: Definisi, Tujuan, Contoh dan Manfaatnya dalam
Perusahaan. Retrieved from https://studilmu.com/blogs/details/etika-bisnis-
definisi-tujuan-contoh-dan-manfaatnya-dalam-perusahaan
Tavinayanti, & Qamariyanti, Y. (2009). Hukum Pasar Modal di Indonesia. Bandung:
Sinar Grafika.
Tungga Atmadja, A., & Atmadja, N. B. (2020). Etika Bisnis: Perspektif Kearifan Lokal
Tri Hita Karana dan Pemikiran Lainnya Secara Intergralistik. Denpasar: Pustaka
Larasan.
Wahyuni, W. S. (2013, August 27). Tanggung Jawab Akuntan Publik atas Laporan
Keuangan yang Overstated di Pasar Modal. Retrieved from https://text-
id.123dok.com/document/7q0vnegz6-pengertian-laporan-keuangan-yang-
overstated-terjadinya-laporan-keuangan-yang-overstated.html
15