Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH TEORI DAN KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA

DISUSUN OLEH:

1. Yanuar Noer Romadhoni (18.2129.P)


2. Arsy Andriyanto (18.2123.P)
3. Celfi Khaerunisa Meliani (18.2125.P)
4. Dewi Hastutik fitriani (18.2127.P)
5. Dian Arum Puspitarini ( 18.2128.P)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan sebagai pelayanan profesional, dalam aplikasinya harus dilandasi oleh dasar
keilmuan keperawatan yang kokoh. Dengan demikian perawat harus mampu berfikir logis, dan
kritis dalam menelaah dan mengidentifikasi fenomena respon manusia. Banyak bentuk-bentuk
pengetahuan dan ketrampilan berfikir kritis harus dilakukan pada setiap situasi klien, antara lain
dengan menggunakan model-model keperawatan dalam proses keperawatan dan tiap model
dapat digunakan dalam praktek keperawatan sesuai dengan kebutuhan.
Pemilihan model keperawatan yang tepat dengan situasi klien yang spesifik, memerlukan
pengetahuan yang mendalam tentang variabel-variabel utama yang mempengaruhi situasi klien.
Langkah-langkah yang harus dilakukan perawat dalam memilih model keperawatan yang tepat
untuk kasus spesifik adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan informasi awal tentang fokus kesehatan klien, umur, pola hidup dan
aktifitas sehari-hari untuk mengidentifikasi dan memahami keunikan klien. 
2. Mempertimbangkan model keperawatan yang tepat dengan menganalisa asumsi yang
melandasi, definisi konsep dan hubungan antar konsep.

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui model Dorothea E. Orem tentang perawatan diri
2. Untuk mengetahui teori Martha E. Rogers tentang manusia seutuhnya
3. Untuk mengetahui model Friedman

C. Manfaat
Memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang teori dan model keperawatan
keluarga.
BAB II
PEMBAHASAN

A. MODEL DOROTHEA E. OREM


1. Model Konsep Keperawatan
Model konsep menurut Dorothea Orem yang dikenal dengan Model Self Care (perawatan
diri) memberikan pengertian jelas bahwa bentuk pelayanan keperawatan dipandang dari suatu
pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar dengan tujuan
mempertahankan kehidupan, kesehatan, kesejahteraan sesuai dengan keadaan sehat dan sakit,
yang ditekankan pada kebutuhan klien tentang perawatan diri sendiri.

Model Self Care (perawatan diri) ini memiliki keyakinan dan nilai yang ada dalam
keperawatan di antaranya dalam pelaksanaan berdasarkan tindakan atas kemampuan. Self Care
didasarkan atas kesengajaan serta dalam pengambilan keputusan dijadikan sebagai pedoman
dalam tindakan, setiap manusia menghendaki adanya Self Care (perawatan diri) dan sebagai
bagian dari kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow
dalam Teori Hierarki kebutuhan masyarakat bahwa setiap manusia memiliki lima dasar
kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis (makan, minum), keamanan,cinta, harga diri dan
aktualisasi diri. Seseorang mempunyai hak dan tanggung jawab dalam perawatan diri sendiri dan
orang lain dalam memelihara kesejahteraan, Self Care (perawatan diri) merupakan perubahan
tingkah laku secara lambat dan terus menerus didukung atas pengalaman sosial sebagai
hubungan interpersonal (hubungan antara satu individu dengan individu lain), hubungan
interpersonal dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan,
tetapi juga menentukan sekedar hubungan interpesonal. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak
hanya menuntukan conten (isi pesan) melainkan juga menentukan relationship (hubungan). Self
Care akan meningkatkan harga diri seseorang dan dapat mempengaruhi dalam perubahan
(konsep diri). Konsep diri merupakan representasi fisik seseorang individu, pusat inti dari “aku”
dimana semua persepsi dan pengalaman terorganisasi.

Konsep terdiri dari ada lima komponen yaitu:


a. Gambaran Diri
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar atau tidak sadar
termasuk persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh
saat ini dan masa lalu. Gambaran diri ini harus realistis (nyata) karena lebih banyak seseorang
menerima dan menyukai tubuhnya akan lebih aman sehingga harga dirinya meningkat.
Perubahan pada tubuh seperti perkembangan payudara, perubahan suara, menstruasi. Hal ini
merupakan perubahan yang dapat mempengaruhi gambaran diri seseorang.
b. Ideal Diri
Idel diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan
standar pribadi. Standar ini dapat berhubungan dengan tipe orang atau sejumlah aspirasi cita-cita
nilai yang di capai. Ideal diri di mulai berkembang pada masa kanak-kanak yang di pengaruhi
oleh orang-orang penting yang memberikan tuntutan atau harapan. Pada masa remaja, ideal diri
akan di bentuk melalui proses indentifikasi pada orang tua, guru dan teman. Ideal diri sebaiknya
di tetapkan lebih tinggi dari kemampuan individu saat ini tapi masih dalam batas yang dapat di
capai. Ini di perlukan oleh individu untuk memacu dirinya ketingkat yang lebih tinggi.
c. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribaditerhadap hasil yang di capai dengan menganalisa
seberapa jauh periluku memenuhi ideal diri.
Harga diri yang tinggi berakar dari penerimaan diri tanpa syuarat sebagai individu yang berarti
dan penting walaupun salah, gagal atau kalah. Harga diri di peroleh dari penghargaan diri sendiri
dan dari orang lain yaitu perasaan dicintai, dihargai, dan dihormati.
d. Peran
Peran adalah pola sikap, prilaku, nilai dan tujuan yang di harapkan dari seseorang
berdasarkan posisinya di masyarakat. Posisi di massyarakat dapat menjadikan stressor terhadap
peran karena stuktur sosial yang menimbulkan kesukaran atau tuntutan posisi yang tidak
mungkin dilaksanakan.
e. Indentitas
Indentitas adalah kesadaran diri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang
merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri terhadap sebagai suatu kesatuan yang utuh
seseorang yang mempuyai perasaan indentitas yang diri kuat adalah seseorang yang memandang
dirinya berbeda dengan orang lain termasuk persepsinya terhadap jenis kelamin, mempuyai
otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, respek diri mampu dan menguasai diri, mengatur diri
sendiri dan menerima diri.
Dalam pemahaman konsep keperawatan khususnya dalam pandangan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar, Orem membagi dalam kelompok kebutuhan dasar yang terdiri dari
pemeliharaan dalam pengambilan udara (oksigenasi) yang mempunyai tiga tahap dalam proses
oksigenasi yaitu , ventilasi (proses keluar dan masuknya udara kedalam system pernapasan),
perfusi dan difusi. Pemeliharaan dalam pengambilan air, pemeliharaan dalam pegambilan
makanan, pemeliharaan kebutuhan, proses eliminasi, pemeliharaan keseimbangan aktivitas dan
istirahat, pemeliharaan dalam keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial, kebutuhan
akan pencegahan risiko pada kehidupan manusia dalam keadaan sehat dan kebutuhan dalam
perkembangan kelompok sosial sesuai dengan potensi, pengetahuan dan keinginan manusia.

2. Teori Keperawatan Orem


Pandangan Teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada kebutuhan
individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta mengatur dalam kebutuhannya.
Dalam konsep praktek keperawatan Orem mengembangkan tiga bentuk teori Self care di
antaranya:

a. Perawatan Diri Sendiri ( Self Care )

Dalam teori self care, Orem mengemukakan bahwa self care meliputi Self Care itu sendiri,
yang merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta dilaksanakan oleh individu itu sendiri
dalam memenuhi serta mempertahankan kehidupan, kesehatan serta kesejahteraan.

1. Self Care Agency, merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri
sendiri, yang dapat dipengaruhi oleh usia, perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan lain-
lain.
2. Adanya tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan
mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan
menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat.
3. Kebutuhan Self Care merupakan suatu tindakan yang ditujukan pada penyediaan dan
perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan berhubungan dengan proses kehidupan
manusia serta dalam upaya mempertahankan fungsi tubuh.
b. Self Care Defisit

Merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum dimana segala perencanaan
keperawatan diberikan pada saat perawatan dibutuhkan yang diterapkan pada anak yang belum
dewasa, atau kebutuhan yang melebihi kemampuan serta adanya perkiraan penurunan
kemampuan dalam perawatan dan tuntutan dalam peningkatan self care baik secara kualitas.
Dalam pemenuhan perawatan diri serta membantu dalam proses penyelesaian masalah, Orem
memiliki metode untuk proses tersebut diantaranya bertindak atau berbuat untuk orang lain,
sebagai pembimbing orang lain,memberi support , meningkatkan pengembangan lingkungan
pribadi serta mengajarkan atau mendidik pada orang lain.

Dalam praktek keperawatan Orem melakukan identifikasi kegiatan praktek dengan


melibatkan pasien dan keluarga dalam pemecahan masalah (contohnya, masalah yang terjadi
pada pasien atau keluarga yaitu masalah keuangan). Menentukan kapan dan bagaimana pasien
memerlukan bantuan secara teratur bagi pasien dan mengkoordinasi serta mengintegrasikan
keperawatan dalam kehidupan sehari-hari dan asuhan keperawatan diperlukan ketika klien tidak
mampu memenuhi kebutuhan biologis, psikologis, perkembangan dan sosial.

c. Teori Sistem Keperawatan

Merupakan teori yang menguraikan secara jelas bagaimana kebutuhan perawatan diri pasien
terpenuhi oleh perawat atau pasien sendiri yang didasari pada Orem yang mengemukakan
tentang pemenuhan kebutuhan diri sendiri kebutuhan pasien dan kemampuan pasien dalam
melakukan perawatan mandiri. Dalam pandangan teori sistem ini Orem memberikan identifikasi
dalam sistem pelayanan keperawatan diantaranya :

1. Sistem bantuan secara penuh (Wholly Compensatory system)

Merupakan suatu tindakan keperawatan dengan memberikan bantuan secara penuh pada
pasien dikarenakan ketidakmampuan pasien dalam memenuhi tindakan perawatan secara mandiri
yang memerlukan bantuan dalam pergerakan, pengontrolan, dan ambulasi serta adanya
manipulasi gerakan. Contohnya, pemberian bantuan pada pasien koma (penurunan kesadaran
akibat penyakit).
2. Sistem bantuan sebagian (Partially Compensatory System )

Merupakan sistem dalam pemberian perawatan diri secara sebagian saja dan ditujukan
kepada pasien yang memerlukan bantuan secara minimal seperti pada pasien yang post operasi
abdomen dimana pasien ini memiliki kemampuan seperti cuci tangan, gosok gigi, cuci muka
akan tetapi butuh pertolongan perawat dalam ambulasi dan melakukan perawatan luka.
Contohnya perawatan pada pasien post operasi apendikstomi(operasi pembuangan total
apendiks pada saluran pencernaan) dimana pasien tidak memiliki kemampuan untuk melakukan
perawatan pada luka bekas operasi tersebut.

3. Sistem Suportif dan Edukatif

Merupakan sistem bantuan yang diberikan pada pasien yang membutuhkan dukungan
pendidikan dengan harapan pasien mampu memerlukan perawatan secara mandiri. Sistem ini
dilakukan agar pasien mampu melakukan tindakan keperawatan setelah dilakukan pembelajaran.
Contoh pemberian pendidikan kesehatan pada ibu dan bapak (keluarga) yang memerlukan
informasi tentang pengaturan kelahiran anak dengan menggunakan kontasepsi (alat mencegah
pembuahan).

3. Aplikasi Model Keperawatan Orem


Kasus :
Tn. J (50 th ) didiagnasis Diabetes Melitus tipe 2 (Diabetes Tidak Tergantung Pada
Insulin).Dia memiliki riwayat hipertensi dan seorang perokok berat (30 batang/hari).
Perawatan yang dapat diberikan kepada Tn. J berdasarkan model keperawatan Orem adalah :
a. Udara (educative/supportif). Perawatan harus mampu memberikan penjelasan Tn. J (50
tahun) tentang hubungan penyakit Hipertensi dengan merokok yaitu menghisap udara
yang mengandung zat kimia aktif dari rokok.
b. Air (enducative/supportif). Perawat harus mampu meyakinkan adanya hydration-rist
yang cukup dari polidipsia (sering haus) yang memicu Hiperglicemia (kadar gula yang
tinggi dalam darah).
c. Activity and rest (adecative/supportif). Perawat menginformasikan pada pasien tentang
kegiatan aktivitas yang cocok untuk pasien Diabetes Melitus.
d. Elimination (educative/supportif) klien membutuhkan monitoring bagaimana melakukan
Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK).
e. Food (portial compensatory). Perawat menganjurkan atau mengatur pola diet yang cocok
untuk pasien dengan Hipertensi dan mengalami Diabetes Melitus serta mengontrol gula
darah setelah makan.
f. Solitude and social interaction (partial compensatory) interaksi sosial dengan perawat
dapat memberikan perubahan interaksi dengan tingkah sosial yang mengarah pada
perilaku yang adaptif (baik).
g. Hazard prevention (partial compensatory). Perawat memberikan pendidikan pada pasien
tentang kelebihan dan kekurangan pengobatan yang akan diambil oleh pasien pada
penyakit yang dialaminya saat ini.
h. Promote Normality (partial compensatory). Perawat diharapkan dapat membantu pasien
untuk mengembalikan diri pada kehidupan normal pasien, sehingga menjadi normal
kembali.

4. Aplikasi Teori Orem


Kilen dewasa dengan diabetes militus menurut teori self care Orem dipandang sebagai
individu yang memiliki kemampuan untuk merawat dirinya sendiri untuk memenuhi kebutuhan
hidup, memelihara kesehatan dan mencapai kesejahteraan.
Kondisi klien yang dapat mempengaruhi self-care dapat berasal dari faktor internal (dari
dalam diri individu) dan eksternal (dari luar diri individu), faktor internal meliputi usia, tinggi
badan, berat badan, budaya/suku, status perkawinan, agama, pendidikan dan pekerjaan. Adapun
faktor luar meliputi dukungan keluarga dan budaya masyarakan dimana klien tinggal.
Klien dengan kondisi tersebut membutuhkan perawatan diri yang bersifat kontinun atau
berkelanjutan. Adanya perawatan diri yang baik akan mencapai kondisi yang sejahtera. Klien
membutuhkan tiga kebutuhan self care berdasarkan teori Orem yaitu:

a. Universal self care requisites (kebutuhan perawatan diri secara menyeluruh) kondisi yang
seimbang.
b. Development self care requisites (kebutuhan perawatan diri pengembangan) fungsi klien
sesuai dengan fungsi perannya. Perubahan fisik pada klien dengan Diabetes Melitus
antara lain menimbulkan peningkatan dalam rasa haus, peningkatan selera makan,
keletihan, kelemahan, luka pada kulit yang lama penyembuhannya, infeksi vagina atau
pandangan pada mata berakibat mata kabur.
c. Health deviation self care requisites (kebutuhan perawatan diri penyimpangan kesehatan)
penyimpangan kesehatan seperti adanya Sindrom Hipergilkemik (kumpulan penyakit
akibat peningkatan kadar gula dalam darah) yang dapat menimbulkan kehilangan cairan
dan elektrolit (dehidrasi), hipotensi (tekanan darah rendah) ,perubahan sensorik
(perubahan pada indera perasa), kejang-kejang, takikardi (frekuensi jantung yang
meningkat) dan hemiparesis (kelumpuhan separu badan). Klien Diabetes Melitus akan
mengalami penurunan pola makan dan adanya komplikasi yang dapat mengurangi
kerharmonisan pasangan dalam melakukan hubungan intim (misal infeksi vagina dan
bagian tubuh lainnya).

Ketidakseimbangan baik secara fisik maupun mental yang di alami oleh klien dengan
Diabetes Melitus menurut Orem disebut dengan self care-deficit. Menurut Orem peran perawat
dalam hal ini yaitu mengkaji klien sejauh mana klien mampu untuk merawat dirinya sendiri dan
mengklasifisikannya sesuai dengan klafisikasi kemampuan klien.

B. TEORI MARTHA E. ROGERS

1. Defenisi Keperawatan Menurut Martha E. Rogers


Keperawatan adalah ilmu humanisti/humanitarian yang menggambarkan dan memperjelas
bahwa manusia dalam strategi yang utuh dan dalam perkembangan hipotesis secara umum
dengan memperkirakan prinsip – prinsip dasar untuk ilmu pengetahuan praktis. Ilmu
keperawatan adalah ilmu kemanusiaan, mempelajari tentang alam dan hubungannya dengan
perkembangan manusia.
Rogers mengungkapkan bahwa aktivitas yang di dasari prinsip – prinsip kreatifitas, seni dan
imaginasi. Aktifitas keperawatan dinyatakan Rogers merupakan aktifitas yang berakar pada
dasar ilmu pengetahuan abstrak, pemikiran intelektual, dan hati nurani. Rogers menekankan
bahwa keperawatan adalah disiplin ilmu yang dalam aktifitasnya mengedepankan aplikasi
keterampilan, dan teknologi. Aktivitas keperawatan meliputi pengkajian, intervensi, dan
pelayanan rehabilitatif senantiasa berdasar pada konsep pemahaman manusia / individu
seutuhnya.
2. Asumsi Dasar
Dasar teori Rogers adalah ilmu tentang asal usul manusia dan alam semesta seperti
antropologi, sosiologi, agama, filosofi, perkembangan sejarah dan mitologi. Teori Rogers
berfokus pada proses kehidupan manusia secara utuh. Ilmu keperawatan adalah ilmu yang
mempelajari manusia, alam dan perkembangan manusia secara langsung.
Berdasarkan pada kerangka konsep yang dikembangkan oleh Roger ada 5 asumsi mengenai
manusia, yaitu :
a. Manusia merupakan makhluk yang memiliki kepribadian unik, antara satu dan lainnya
berbeda di beberapa bagian. Secara signifikan mempunyai sifat-sifat yang khusus jika
semuanya jika dilihat secara bagian perbagian ilmu pengetahuan dari suatu subsistem
tidak efektif bila seseorang memperhatikan sifat-sifat dari sistem kehidupan manusia.
Manusia akan terlihat saat bagiannya tidak dijumpai.
b. Berasumsi bahwa individu dan lingkungan saling tukar-menukar energi dan material satu
sama lain. Beberapa individu mendefenisikan lingkungan sebagai faktor eksternal pada
seorang individu dan merupakan satu kesatuan yang utuh dari semua hal.
c. Bahwa proses kehidupan manusia merupakan hal yang tetap dan saling bergantung dalam
satu kesatuan ruang waktu secara terus menerus. Akibatnya seorang individu tidak akan
pernah kembali atau menjadi seperti yang diharapkan semula.
d. Perilaku pada individu merupakan suatu bentuk kesatuan yang inovatif.
e. Manusia bercirikan mempunyai kemampuan untuk abstrak, membayangkan, bertutur
bahasa dan berfikir, sensasi dan emosi. Dari seluruh bentuk kehidupan di dunia hanya
manusia yang mampu berfikir dan menerima dan mempertimbangkan luasnya dunia.
Berdasar pada asumsi-asumsi terdapat 4 batasan utama yang ditunjukkan oleh Martha E
Roger :
1. Sumber energi.
2. Keterbukaan.
3. Pola-pola perilaku.
4. Ukuran – ukuran 4 dimensi.

Disini terdapat elemen-elemen yang saling berhubungan pada ini adalah manusia dan
lingkungannya. Sebagai sistem hidup dan sumber energi, individu mampu mengambil energi dan
informasi dari lingkungan dan menggunakan energi dan informasi untuk lingkungan. Karena
pertukaran ini individu adalah sistem terbuka yang mendasari dan membatasi asumsi-asumsi
utama Martha E Roger.
Menurut Martha E Roger ilmu tentang keperawatan berhubungan langsung dengan proses
kehidupan manusia dan bertujuan untuk menjelaskan dan memperkirakan kealamiahan dan
hubungannya dengan perkembangan. Untuk memperkuat teorinya Martha E. Rogers
mengkombinasikan konsep manusia seutuhnya dengan prinsip homeodinamik yang kemudian di
kemukakannya.

3. Prinsip-prinsip Hemodinamika
Teori menyatakan bahwa dalam keperawatan dipergunakan prinsip hemodinamika untuk
melayani manusia, yaitu :
a. Integritas (Integrality), adalah proses berhubungan yang menguntungkan antar manusia
dan lingkungannya secara berkesinambungan.
b. Resonansi (Resonancy), Prinsip ini membicarakan tentang alam dan perubahan yang
terjadi antara manusia dan lingkungan. Resonansi dapat dijelaskan sebagai suatu pola-
pola gelombang yang ditunjukkan dengan perubahan-perubahan dari frekuensi terendah
ke frekuensi yang lebih tinggi pada gelombang perubahan.
c. Helicy, Prinsip yang menyatakan bahwa keadaan alami dan hubungan manusia dan
lingkungan adalah berkesinambungan, inovatif, ditunjukkan dengan peningkatan jenis
pola-pola perilaku manusia dan lingkungan yang menimbulkan kesinambungan,
menguntungkan, merupakan interaksi yang simultan antara manusia dan lingkungan
bukan menyatakan ritmitasi.

4. Perbandingan dengan Teori Lain


Prinsip hemodinamika lebih mudah daripada teori sistem pada umumnya. Prinsip
hemodinamika yaitu helicy dibandingkan pada prinsip equifinalli dan negetropi. Equifinally
merupakan sistem terbuka yang mungkin dicapai tergantung pada keadaan dan ditentukan oleh
suatu pengukuran yang mempunyai tujuan.

5. Komponen dalam proses keperawatan Prinsip Hemodinamik


Integrality Resonancy Helicy
Komponen Pengkajian Keperawatan Mengkaji interaksi antara indvidu dan lingkungan,
bagaimana keduannya saling mempengaruhi Mengkaji kejadian yang bervariasi selama proses
kehidupan Mengkaji ritmisasi pola kehidupan dan lingkungan perubahan waktu dan perubahan
kebutuhan yang terjadi selama terjadinya perubahan pola kehidupan yang berirama mengkaji
tujuan hidup.
Komponen Diagnosa Keperawatan Menggambarkan pengabungan medan energi antara
individu dengan lingkungan Menggambarkan proses kehidupan yang bervariasi sebagai individu
yang utuh Menggambarkan pola yang berirama antara individu dan lingkungan.
Komponen Rencana dan Implementasi Keperawatan Menciptakan lingkungan yang sebaik
baiknya bagi individu Mendukung atau memodifikasi variasi proses kehidupan individu dalam
konteks seutuhnya Mendukung terciptanya dinamisasi pola yang berirama antara individu dan
lingkungan. Menerima perbedaan sebagai evolusi yang cepat
Komponen Evaluasi Keperawatan Mengevaluasi perubahan di dalam integrasi lingkungan
dan individu Mengevaluasi modifikasi yang diciptakan dalam variasi proses kehidupan manusia
Mengevaluasi pola yang berirama dari individu dan lingkungan. Mengevaluasi hasil yang di
harapkan.

6. Hubungan Teori Keperawatan Martha E. Rogers dengan Riset Keperawatan


Model konseptual abstrak yang di kemukakan Martha E Rogers secara langsung memiliki
hubungan dengan riset dan pengembangan ilmu keperawatan. Model konseptualnya memberikan
arah dan stimulus untuk aktifitas keilmuan tersebut. Model keperawatan Rogers menunjukkan
betapa uniknya realita profesi keperawatan. Peneliti yang memiliki asumsi dan pemahaman
seperti konsep Martha E Rogers akan menemukan mendapatkan pandangan yang jelas tentang
seperti apakah sesungguhnya bekerja sebagai perawat. Secara jelas dalam konsepnya Martha E
Roger menunjukkan bahwa kebutuhan kritis dalam keperawatan adalah merupakan dasar
pengetahuan dalam aktifitas penelitian keperawatan.

7. Hubungan Teori Keperawatan Martha E. Rogers dengan Pendidikan Keperawatan


Pada tahun 1963, Rogers mencetuskan ide untuk mendirikan kembali program
undergraduated dan graduated dalam pendidikan keperawatan. Hal ini adalah di lakukannya
sebagai refleksi terhadap evolusi perubahan dalam ilmu keperawatan. Konsistensi terhadap
definisi yang ia berikan untuk keperawatan bahwa keperawatan adalah profesi yang di pelajari,
unik serta memiliki batang tubuh pengetahuan, maka ia sangat menganjurkan bagi perawat untuk
menempuh pendidikan dalam keperawatan.

8. Hubungan teori keperawatan Martha E. Rogers dengan Praktik Keperawatan


Martha E Rogers mengungkapkan bahwa teori yang diambilnya dari konsepnya sangat
mungkin untuk di terapkan dalam praktik keperawatan. Malinski (1986) mencatat ada tujuh trend
yang ada dalam praktik keperawatan, yang kesemuanya berdasar pada konsep teori yang di
kemukakan Martha E Rogers.
 Pemberian kewenangan penuh dalam hubungan perawat klien
 Menerima perbedaan sebagai sesuatu yang wajar
 Penyesuaian terhadap pola
 Menggunakan modalitas gelombang seperti lampu musik, pergerakan dalam proses
penyembuhan.
 Menunjukkan suatu perubahan yang positif
 Memperluas fase pengkajian dalam proses keperawatan
 Menerima hubungan yang menyeluruh dalam hidup.

C. MODEL FRIEDMAN
1. Teori Friedman
Model pengkajian keluarga Friedman merupakan integrasi dari teori sistem, teori
perkembangan keluarga, dan teori struktural fungsional sebagai teori-teori utama yang
merupakan dasar dari model dan alat pengkajian keluarga. Teori-teori lain yang ikut berperan
kedalam dimensi struktural dan fungsional adalah teori komunikasi, peran dan stress keluarga.
Diagnosa keperawatan keluarga dan strategi intervensi didasarkan pada identifikasi data, sosial
kultural, perkembangan, struktural, fungsional, dan pengkajian stress serta koping.
Dalam teori sistem, keluarga dipandang sebagai suatu sistem terbuka dengan batas-batasnya.
Sebuah sistem didefinisikan sebagai suatu unit kesatuan yang diarahkan pada tujuan, dibentuk
dari bagian-bagian yang berinteraksi dan bergantungan satu dengan yang lainnya dan yang dapat
bertahan dalam jangka waktu tertentu. Teori sistem merupakan suatu cara untuk menjelaskan
sebuah unit keluarga sebagai sebuah unit yang berkaitan dan berinteraksi dengan sistem yang
lain. 
Pendekatan perkembangan keluarga didasarkan pada observasi bahwa keluarga adalah
kelompok berusia panjang dengan suatu sejarah alamiah, atau siklus kehidupan, yang perlu dikaji
jika dinamika kelompok diinterpretasikan secara penuh dan akurat (Duvall, dan Miller, 1985).
Teori perkembangan keluarga menguraikan perkembangan keluarga dari waktu ke waktu dengan
membaginya ke dalam satu seri tahap perkembangan yang diskrit. Konsep tentang tahap-tahap
siklus kehidupan keluarga terdapat saling ketergantungan yang tinggi antara anggota keluarga;
keluarga dipaksa untuk berubah setiap kali ada penambahan atau pengurangan anggota keluarga.
Sedangkan dalam teori struktural fungsional keluarga dipandang sebagai sistem sosial, tapi
lebih berorientasi pada hasil daripada proses, yang lebih merupakan karakteristik teori sistem.
Perspektif struktural fungsional yang diterapkan pada keluarga bersifat komprehensif dan
mengakui pentingnya interaksi antara keluarga dan lingkungan eksternal dan internal.

2. Model Pengkajian Keluarga Friedman


Model Pengkajian Keluarga Menurut Friedman terdiri dari enam kategori yaitu:
a. Mengidentifikasi data
b. Tahap dan riwayat perkembangan
c. Data lingkungan
d. Struktur keluarga
e. Fungsi keluarga
f. Koping keluarga

Setiap kategori terdiri dari banyak sub kategori, perawat yang mengkaji keluarga  harus
mampu memutuskan kategori mana yang relevan dengan kasus yang dihadapi sehingga dapat
digali lebih dalam pada saat kunjungan dengan demikian masalah dalam keluarga dapat mudah
diidentifikasi. Tidak semua dari kategori harus di kaji tetapi tergantung pada tujuan, masalah dan
sumber-sumber yang dimiliki oleh keluarga. Berikut adalah uraian dari pengkajian keluarga
model Friedman:
a. Identifikasi Data Keluarga.
Informasi identifikasi tentang anggota keluarga sangat diperlukan untuk mengetahui
hubungan masing-masing anggota keluarga dan sebagi upaya untuk lebih mengenal masing-
masing anggota keluarga. Data yang diperlukan meliputi :
1. Nama keluarga
2. Alamat dan Nomor telepon
3. Komposisi Keluarga
Komposisi keluarga menyatakan anggota keluarga yang diidentifikasi sebagai bagian dari
keluarga mereka. Friedman dalam bukunya mengatakan bahwa komposisi tidak hanya terdiri
dari penghuni rumah, tetapi juaga keluarga besar lainnya atau keluarga fiktif yang menjadi
bagian dari keluarga tersebut tetapi tidak tinggal dalam rumah tangga yang sama.
Pada komposisi keluarga, pencatatan dimulai dari anggota keluarga yang sudah dewasa
kemudian diikuti anak sesuai dengan urutan usia dari yang tertua, bila terdapat orang lain yang
menjadi bagian dari keluarga tersebut dimasukan dalam bagian akhir dari komposisi keluarga.
Strategi lain untuk mengetahui keluarga adalah genogram keluarga atau pohon
keluarga.Genogram merupakan sebuah diagram yang menggambarkan konstelasi keluarga atau
pohon keluarga dan merupakan pengkajian informatif untuk mengetahui keluarga dan riwayat
serta sumber-sumber keluarga. Diagram ini menggambarkan hubungan vertikal ( lintas generasi )
dan horisontal ( dalam generasi yang sama )dan dapat membantu kita berfikir secara sistematis
tentang suatu peristiwa dalam keluarga dilihat dari hubungan keluarga dengan pola penyakit,
sehingga dapat menciptakan hipotesis tentatif tentang apa yang sedang terjadi dalam keluarga.
Genogram keluarga memuat informasi tentang tiga generasi ( keluarga inti dan keluarga asal
masing-masing / orang tua keluarga inti ). Genogram juga dapat menentukan tipe dari keluarga.

4. Tipe Bentuk Keluarga


Tipe keluarga didasari oleh anggota keluarga yang berada dalam satu rumah. Tipe keluarga
dapat dilihat dari komposisi dan genogram dalam keluarga.

5. Latar Belakang Budaya Keluarga


Latar belakang kultur keluarga merupakan hal yang penting untuk memahami perilaku
sistem nilai dan fungsi keluarga, karena budaya mempengaruhi dan membatasi tindakan-
tindakan individual maupun keluarga. Perbedaan budaya menjadikan akar miskinnya komunikasi
antar individu dalam keluarga. Dalam konseling keluarga kbudayaan merupakan hal yang sangat
penting. Pengkajian terhadap kultur / kebudayaan keluarga meliputi :
 Identitas suku bangsa
 Jaringan sosial keluarga ( kelopok etnis yang sama )
 Tempat tinggal keluarga ( bagian dari sebuah lingkungan yang secara etnis bersifat
homogen )
 Kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial, budaya, rekreasi dan pendidikan
 Bahasa yang digunakan sehari-hari
 Kebiasaan diit dan berpakaian
 Dekorasi rumah tangga ( tanda-tanda pengaruh budaya )
 Porsi komunitas yang lazim bagi keluarga-komplek teritorial keluarga ( Apakah porsi
tersebut semata-mata ada dalam komunitas etnis )
 Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi. Bagaimana keluarga
terlibat dalam praktik pelayanan kesehatan tradisional atau memiliki kepercayaan
tradisional yang berhubungan dengan kesehatan.
 Negara asala dan berapa lama keluarga tinggal di suatu wilayah.

6. Identifikasi Religius
Pengkajian meliputi perbedaan keyakinan dalam keluarga, seberapa aktif keluarga dalam
melakukan ibadah keagamaan, kepercayaan dan nilai-nilai agama yang menjadi fokus dalam
kehidupan keluarga.   

7. Status Kelas Sosial ( Berdasarkan Pekerjaan, Pendidikan dan Pendapatan )


Kelas sosial keluarga merupakan pembentuk utama dari gaya hidup keluarga. Perbedaan
kelas sosial dipengaruhi oleh gaya hidup keluarga, karakteristik struktural dan fungsional,
asosiasi dengan lingkungan eksternal rumah. Dengan mengidentifikasi kelas sosial keluarga,
perawat dapat mengantisipasi sumber-sumber dalam keluarga dan sejumlah stresornya secara
baik. Bahkan fungsi dan struktur keluarga dapat lebih dipahami dengan melihat latar belakang
kelas sosial keluarga. Hal-hal yang perlu dikaji dalam status sosial ekonomi dan mobilitas
keluarga adalah :
a. Status kelas Sosial
Status kelas sosial keluarga ditentukan berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan sumber
pendapatan keluarga, pekerjaan dan pendidikan keluarga. Friedman membagi kelas sosial
menjadi enam bagian yaitu kelas atas-atas, kelas atas bawah, kelas menegah atas, kelas
menengah bawah, kelas pekerja dan kelas bawah.
b. Status Ekonomi
Status ekonomi ditentukan oleh jumlah penghasilan yang diperoleh keluarga. Perlu juga
diketahui siapa yang menjadi pencari nafkah dalam keluarga, dana tambahan ataupun bantuan
yang diterima oleh keluarga, bagaimana keluaraga mengaturnya secara finansial. Selain itu juga
perawat perlu mengetahui sejauhmana pendapatan tersebut memadai serta sumber-sumber apa
yang dimiliki oleh keluarga terutama yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan seperti
asuransi kesehatan dan lain-lain.
c. Mobilitas Kelas Sosial
Menggambarkan perubahan yang terjadi sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan kelas
sosial, serta bagaimana keluarga menyesuaikan diri terhadap perubahan tersebut.

8. Aktifitas  rekreasi keluarga


Kegiatan-kegiatan rekreasi  keluarga yang dilakukan pada waktu luang. Menggali perasaan
anggota keluarga tentang aktifitas rekreasi pada waktu luang.Bentuk rekreasi tidak harus
mengunjungi tempat wisata, tetapi bagaimana keluarga memanfaatkan waktu luang untuk
melakukan kegiatan bersama ( nonton TV, mendengarkan radio, berkebun bersama keluarga ,
bersepeda bersama keluarga dll )
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga yang perlu dikaji pada tahap perkembangan
adalah :
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
2. Tugas  perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan tentang tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh keluarga serta
kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3. Riwayat keluarga Inti.
Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini, yang meliputi riwayat penyakit keturunan,
riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit
( imunisasi ), sumber pelayanan kesehatan yang bisa digunakan serta riwayat perkembangan dan
kejadian-kejadian atau pengalaman penting yang berhubungan dengan kesehatan ( perceraian,
kematian, kehilangan)
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat asal kedua orang tua ( riwayat kesehatan, seperti apa keluarga
asalnya, hubungan masa silam dengan kedua orang tua )

c. Lingkungan Keluarga
Meliputi seluruh alam kehidupan keluarga mulai dari pertimbangan bidang-bidang yang
paling kecil seperti aspek dalam rumah sampai komunitas yang lebih luas dimana keluarga
tersebut berada. Pengkajian lingkungan meliputi :
1. Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan :
 Tipe tempat tinggal ( rumah sendiri, apartemen, sewa kamar),
 Gambaran kondisi rumah (baik interior maupun eksterior rumah).
Interior rumah meliputi : jumlah ruangan, tipe kamar/pemanfaatan ruangan ( ruang tamu,
kamar tidur, ruang keluarga ), jumlah jendela, keadaan ventilasi dan penerangan ( sinar
matahari ), macam perabot rumah tangga dan penataannya, jenis lantai, kontruksi bangunan,
keamanan lingkungan rumah, kebersihan dan sanitasi rumah, jenis septic tank, jarak sumber air
minum dengan septic tank, sumber air minum yang digunakan, keadaan dapur ( kebersihan,
sanitasi, keamanan ). Perlu dikaji pula perasaan subyektif keluarga terhadap rumah, identifikasi
teritorial keluarga, pengaturan privaci dan kepuasan keluarga terhadap pengaturan rumah.
Lingkungan luar rumah meliputi keamanan ( bahaya-bahaya yang mengancam ) dan
pembuangan sampah.
2. Karakteristik Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal yang Lebih Luas.
Menjelaskan tentang :
 Karakteristik fisik dari lingkungan, yang meliputi : tipe lingkungan/komunitas ( desa, sub
kota, kota ), tipe tempat tinggal ( hunian, industri, hunian dan industri, agraris ),
kebiasaan , aturan / kesepakatan, budaya yang mempengaruhi kesehatan, lingkungan
umum ( fisik, sosial, ekonomi )
 Karakteristik demografis dari lingkungan dan komunitas, meliputi kelas sosial rata-rata
komunitas, perubahan demografis yang sedang berlangsung.
 Pelayanan kesehatan yang ada di sekitar lingkungan serta fasilitas-fasilitas umum lainnya
seperti pasar, apotik dan lain-lain.
 Bagimana fasilitas-fasilitas mudah diakses atau dijangkau oleh keluarga.
 Tersediannya transportasi umum yang dapat digunakan oleh keluarga dalam mengakses
fasilitas yang ada.
 Insiden kejahatan disekitar lingkungan.

3. Mobilitas geografis keluarga


Mobilitas keluarga ditentukan oleh : kebiasaan keluarga berpindah tempat, berapa lama
keluarga tinggal di daerah tersebut, riwayat mobilitas geografis keluarga tersebut ( transportasi
yang digunakan keluarga, kebiasaan anggota keluarga pergi dari rumah : bekerja, sekolah ).
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan tentang waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan
keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga melakukan interak dengan masyarakat. Perlu juga
dikaji bagaimana keluarga memandang kelompok masyarakatnya.
5. Sistem pendukung keluarga
Siapa yang menolong keluarga pada saat keluarga membutuhkan bantuan, dukungan
konseling aktifitas-aktifitas keluarga. Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah
Informal ( jumlah anggota keluarga yang sehat, hubungan keluarga dan komunitas, bagaimana
keluarga memecahkan masalah, fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan )
dan formal yaitu hubungan keluarga dengan pihak yang membantu yang berasal dari lembaga
perawatan kesehatan atau lembaga lain yang terkait ( ada tidaknya fasilitas pendukung pada
masyarakat  terutama yang berhubungan dengan kesehatan )

d. Struktur Keluarga
Struktur keluarga yang dapat dikaji menurut Friedman adalah :
1. Pola dan komunikasi keluarga
Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga, sistem komunikasi yang
digunakan, efektif tidaknya ( keberhasilan ) komunikasi dalam keluarga.
2. Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan keluarga mmengendalikan dan mempengaruhi orang lain/anggota keluarga
untuk merubah perilaku. Sistem kekuatan yang digunakan dalam mengambil keputusan, yang
berperan mengambil keputusan, bagaimana pentingnya keluarga terhadap putusan tersebut.
3. Struktur Peran
Mengkaji struktur peran dalam keluarga meliputi :
a. Struktur peran formal.
 Posisi dan peran formal yang telah terpenuhi dan gambaran keluarga dalam
melaksanakan peran tersebut.
 Bagaimana peran tersebut dapat diterima dan konsisten dengan harapan keluarga, apakah
terjadi konflik peran dalam keluarga.
 Bagaimana keluarga melakukan setiap peran secara kompeten
 Bagaimana fleksibilitas peran saat dibutuhkan.

b. Struktur peran informal.


 Peran-peran informal dan peran-peran yang tidak jelas yang ada dalam keluarga, serta
siapa yang memainkan peran tersebut dan berapa kali peran tersebut sering dilakukan
secara konsisten.
 Identifikasi tujuan dari melakukan peran indormal, ada tidaknya peran disfungsional serta
bagaimana dampaknya  terhap anggota keluarga

c. Analisa Model Peran


 Siapa yang menjadi model yang dapat mempengaruhi anggota keluarga dalam kehidupan
awalnya, memberikan perasaan dan nilai-nilai tentang perkembangan, peran-peran dan
teknik komunikasi.
 Siapa yang secara spesifik bertindak sebagai model peran bagi pasangan dan sebagai
orang tua.

d. Variabel-variabel yang mempengaruhi struktur peran


 Pengaruh-pengaruh kelas sosial : bagaimana latar belakang kelas sosial mempengaruhi
struktur peran formal dan informal dalam keluarga.
 Pengaruh budaya terhadap struktur peran.
 Pengaruh tahap perkembangan keluarga terhadap struktur peran.
 Bagaimana masalah kesehatan mempengaruhi struktur peran.

4. Nilai-Nilai Keluarga
Hal-hal yang perlu dikaji pada struktur nilai keluarga menurut Friedman adalah :
a. Pemakaian nilai-nilai yang dominan dalam keluarga
b. Kesesuaian nilai keluarga dengan masyarakat sekitarnya
c. Kesesuaian antara nilai keluarga dan nilai subsistem keluarga
d. Identifikasi sejauhman keluarga menganggap penting nilai-nilai keluarga serta kesadaran
dalam menganut sistem nilai.
e. Identifikasi konflik nilai yang menonjol dalam keluarga
f. Pengaruh kelas sosial, latar belakang budaya dan tahap perkembangan keluarga terhadap
nilai keluarga
g. Bagaimana nilai keluarga mempengaruhi

e. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga yang perlu dikaji menurut Friedman  meliputi :
1. Fungsi Afektif
Pengkajian fungsi afektif menurut Friedman meliputi :
a. Pola kebutuhan keluarga
 Sejauh mana keluarga mengetahui kebutuhan anggota keluarganya, serta bagaimana
orang tua mampu menggambarkan kebutuhan dari anggota keluarganya.
 Sejauhmana keluarga mengahargai kebutuhan atau keinginan masing-masing anggota
keluarga
b. Saling memperhatikan dan keakraban dalam keluarga
 Sejauhmana keluarga memberi perhatian pada anggota keluarga satu sama lain serta
bagaimana mereka saling mendukung
 Sejauhmana keluarga mempunyai perasaan akrab dan intim satu sama lain, serta bentuk
kasih sayang yang ditunjukkan keluarga.
c. Keterpisahan dan Keterikatan  dalam keluarga
Sejauhmana keluarga menanggapi isu-isu tentang perpisahan dan keterikatakan serta
sejauhmana keluarga memelihara keutuhan rumah tangga sehingga terbina keterikatan dalam
keluarga

2. Fungsi sosialisasi
Pengkajian fungsi sosialisasi meliputi :
a. Praktik dalam membesarkan anak meliputi : kontrol perilaku sesuai dengan usia,
memberi dan menerima cinta serta otonomi dan ketergantungan dalam keluarga
b. Penerima tanggung jawab dalam membesarkan anak
c. Bagaimana anak dihargai dalam keluarga
d. Keyakinan budaya yang mempengaruhi pola membesarkan anak
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola pengasuhan anak
f. Identifikasi apakah keluarga beresiko tinggimendapat masalah dalam membesarkan anak
g. Sejauhmana lingkungan rumah cocok dengan perkembangan anak.

3. Fungsi Perawatan Kesehatan


Pengkajian fungsi perawatan kesehatan meliputi :
a. Sejauh mana keluarga mengenal masalah kesehatan pada keluarganya.
 Keyakinan, nilai-nilai dan perilaku terhadap pelayanan kesehatan
 Tingkat pengetahuan keluarga tentang sehat sakit.
 Tingkat pengetahuan keluarga tentang gejala atau perubahan penting yang berhubungan
ddengan masalah kesehatan yang dihadapi.
 Sumber-sumber informasi kesehatan yang didapat
b. Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan.
c. Kemampuan keluarga melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit.
d. Kemampuan keluarga memodifikasi dan memelihara lingkungan
e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan

f. Koping Keluarga
Pengkajian koping keluarga meliputi :
1. Stressor-stressor jangka panjang dan jangka pendek yang dialami oleh keluarga, serta
lamanya dan kekuatan strssor yang dialami oleh keluarga.
2. Tindakan obyektif dan realistis keluarga terhadap stressor yang dihadapi.
3. Sejauhmana keluarga bereaksi terhadap stressor, strategi koping apa yang digunakan
untuk menghadapi tipe-tipe masalah, serta  strategi koping internal dan eksternal yang
digunakan oleh keluarga.
4. Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan oleh keluarga. Identifikasi bentuk yang
digunakan secara ekstensif : kekerasan, perlakukan kejam terhadap anak,
mengkambinghitamkan, ancaman, mengabaikan anak, mitos keluarga yang merusak,
pseudomutualitas, triangling dan otoritarisme.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Salah satu tujuan penting dari keperawatan keluarga adalah membantu keluarga dan
anggotanya bergerak ke arah penyelesaian tugas-tugas perkembangan individu dan keluarga.
Untuk mencapai tujuan ini, perawat keluarga harus mampu membantu keluarga untuk mencapai
dan mempertahankan keseimbangan antara kebutuhan pribadi dari anggota keluarga secara
individual dan fungsi keluarga yang optimum. Friedman mencoba membuat suatu format
pengkajian keluarga yang mampu menggali aspek-aspek yang penting dalam membantu keluarga
dengan didasari oleh tiga teori utama yaitu teori perkembangan keluarga, teori sistem dan teori
struktural fungsional.
Bila bekerja dengan keluarga atau individu yang bermasalah, teori perkembangan keluarga
membantu para profesional kesehatan keluarga berpikir tentang siklus kehidupan keluarga yang
telah membentuk konteks dimana masalah-masalah keluarga dan individu terjadi. Sedangkan
teori sistem lebih memandang keluarga sebagai suatu sistem sosial yang hidup. Keluarga
merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri dari individu-individu yang mempunyai
hubungan erat satu sama lain dan saling tergantung, yang diorganisir dalam satu unit tunggal
dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tertentu  yakni fungsi-fungsi keluarga. Perspektif
struktural fungsional yang diterapkan pada keluarga bersifat komprehensif dan mengakui
pentingnya interaksi antara keluarga dengan lingkungan eksternal dan internal.
Pendekatan perkembangan dibutuhkan untuk memberikan informasi tentang perkembangan
keluarga dan tugas-tugas siklus kehidupan, menguji perubahan-perubahan dalam kehidupan
keluarga dari waktu ke waktu dan mengkaji bagaimana sebuah keluarga menangani tugas-tugas
perkembangan. Pendekatan sistem umum yang diterapkan pada keluarga juga diperlukan untuk
memandang proses adaptasi dan komunikasi dalam keluarga. Analisa struktural fungsional
cenderung mengemukakan suatu pandangan terhadap keluarga yang bersifat statis, sementara itu
teori perkembangan dan teori sistem menangani peruabahan dari waktu ke waktu dengan baik.
Ketiga teori ini saling melengkapi dalam format pengkajian keluarga Friedman untuk membantu
perawat keluarga memberikan asuhan keperawatan yang optimal.
B.     Saran
Dalam berusaha melengkapi makalah ini, tentu ada sesuatu yang kurang dan kami sebagai
penulis baik dari pembahasan ataupun dari segi tulisan menyadari akan hal demikian. Maka dari
itu kami akan berusaha lebih baik dengan selalu mengedapankan sumber-sumber yang lebih
layak sebagai reverensi. Kami sangatlah mengharapkan masukan baik berupa kritik ataupun
saran sehingga dapat menjadi sebuah instropeksi dari karya kami juga sebagai semangat dan
landasan baru untuk terus berinovasi dalam berkarya.
DAFTAR PUSTAKA

A.  Aziz Alimul H. 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika


Friedman, Marilyn M. 1998. Family Nursing : Research,Theory and Practice. 4th edition.
Norwalk CT : Appleton & Lange
Friedman, Marilyn M. 1998. Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik, edisi 3.
Jakarta : EGC
H. Zaidin Ali. 2001. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya Medika.
Hidayat, A.Aziz Alimul. 2007. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
http://nsharmoko.blogspot.com. Diakses pada tanggal 25 November 2016 pkl 20.00 wib
Wright, Lorraine M. 1994. Nurses and Families : A Guide toFamily Asseement and Intervention,
second edition, DNLM

Anda mungkin juga menyukai