Fisiologi Persalinan 2016 09
Fisiologi Persalinan 2016 09
Definisi:
Persalinan (partus) ialah: suatu peristiwa dimana hasil konsepsi (dengan janin
viable) dikeluarkan dari rahim kedunia luar dengan melalui jalan lahir.
Pembagian persalinan:
Berdasar umur kehamilan.
Berdasar umur kehamilan,maka persalinan dibagi menjadi:
1. partus immaturus: umur kehamilan 20-28 minggu
2. partus prematurus: umur kehamilan 29-36 minggu
3. partus aterm: umur kehamilan 37-41 minggu
4. partus serotinus: umur kehamilan ≥ 42 minggu
Kontraksi rahim ini dimulai pada 2 pace-maker yang letaknya didekat cornu uteri.
Kontraksi dimulai dari kedua pace-maker tersebut, bergerak ketengah secara
sagital kemudian dibawah dekat cervix kontraksi menjadi cilculer (melingkar).
His menimbulkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini mula-mula terasa dibelakang; daerah
pinggang, kemudian terasa di panggul. Perasaan nyeri ini timbul, karena:
- Tekanan pada serat-serat syaraf oleh otot-otot pada cervix waktu dilatasi
dan oleh serat-serat otot rahim waktu kontraksi.
Pengaruh his:
1. Terhadap desakan darah: meningkat.
2. Terhadap detik jantung janin:menurun
Karena pada waktu otot rahim berkontraksi, aliran darah ke plasenta
menurun sehingga terjadi hipoxia. Setelah his berakhir: aliran darah ke
plasenta kembali normal dan detik jantung janin kembali normal. Itulah
sebabnya auscultasi djj dilakukan setelah his.
3. Terhadap janin: penurunan (descensus).
4. Terhadap corpus uteri: dinding menjadi tebal.
5. Terhadap istmus uteri: teregang dan menipis
6. Terhadap canalis cervicalis: effacement dan pembukaan.
Show
Ialah: keluarnya darah bercampur lendir pervaginam.
Pengeluaran darah disebabkan robeknya pembuluh-pembuluh darah pada cervix
membuka. Pengeluaran darah bercampur lendir, kadang-kadang sudah terjadi
24-48 jam sebelum persalinan.
Bila effacement sudah sempurna; maka pada canalis canalis cervicalis yang
tinggal hanyalah ostium uteri externum sedang ostium uteri internum hilang dan
canalis cervicalis menjadi satu dengan segmen bawah rahim (SBR).
2. Isthmus uteri
Adalah: batas antara corpus uteri dan canalis cervicalis pada keadaan
tidak hamil.
Pada waktu inpartu: SAR memberi gerakan-gerakan retraksi pada otot-
ototnya, yaitu pemendekan dan penebalan otot-ototnya. Akibat gerakan
retraksi otot-otot SAR, maka secara pasif: istmus uteri teregang, karena
tertarik keatas oleh gerakan retraksi SAR.
Pada waktu isthmus uteri mulai teregang, keregangan ini masih diimbangi
oleh terbukanya cervix, sehingga isthmus uteri tidak mengalami
keregangan secara berlebih-lebihan.
Isthmus uteri yang TEREGANG DAN MELEBAR, pada waktu inpartu
sekarang disebut: Segmen Bawah Rahim (SBR).
Tiap timbul his pada SAR, otot-otot SAR memendek, menimbulkan tarikan
pada isthmus uteri, sehingga isthmus uteri teregang dan melebar (disebut
SBR) yang diikuti pula dengan terbukanya cervix. Demikian berlangsung
terus sampai akhirnya cervix terbuka lengkap.
Bila cervix sudah terbuka lengkap, tetapi his dari SAR masih berlangsung
terus, maka peregangan SBR tidak ada yang mengimbangi lagi
(sebelumnya oleh terbukanya cervix). Akibatnya SBR kian teregang kian
melebar dan kian tipis dan tepi atas SBR akan bergerak naik.
Bila tepi atas SBR sudah mencapai setinggi ½ pusat symphisis, maka
keadaan ini sudah dianggap sudah berbahaya dan patologis. Maka
lingkaran tepi atas SBR yang sudah melewati batas ini disebut
“Patological Retraction Ring” = Lingkaran Kekejangan Bandl = “Bandl
Ring”.
Dibawah batas ini, keregangan SBR masih dianggap fisiologis, sehingga
lingkaran atas SBR dibawah batas ini disebut: “Physiological Retraction
Ring”.
Apa sebab timbulnya “Lingkaran Kekejangan Bandl” merupakan keadaan
berbahaya? Sebab, dengan timbulnya lingkaran kekejangan bandl (yaitu
setelah melewati batas ½ pusat symphisis), SBR kian teregang dan kian
tipis dan bila dibiarkan terus menerus peregangan dan penipisan SBR
melewati batas maksimal, sehingga akhirnya terjadi robekan pada dinding
3. Cervix
Pada cervix akan terjadi dilatasi dan effacement.
Pada primi gravida effacement berlangsung lebih dulu baru disusul
pembukaan cervix. Tetapi pada multi gravida effacement dan pembukaan
cervix berlangsung hampir bersamaan. Hal ini merupakan salah satu
faktor, mengapa pembukaan cervix pada multi gravida lebih cepat
dibanding pada primi gravida.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembukaan cervix ialah:
- his
- tekanan air ketuban
- bila ketuban pecah, tekanan bagian terendah
Menurut Emmanuel Friedman, kecepatan pembukaan cervix ternyata
mempunyai pola tertentu. Bentuk pola ini, digambarkannya dalam suatu
“grafik Friedman”.
Menurut grafik friedman kala I dibagi menjadi 2 fase yaitu:
- Fase latent: yaitu waktu antara mulai inpartu (latent phase) sampai
pembukaan cervix 3 cm lamanya lebih kurang 8,5 jam
- Fase aktif: yaitu waktu antara 3 cm, sampai (active phase)
pembukaan lengkap, lamanya 5-6 jam.
Dibagi lagi menjadi:
a. Fase akselerasi (acceleration phase):
Dalam waktu 2 jam, pembukaan cervix berlangsung dari 3 cm
menjadi 4 cm.
b. Fase dilatasi maksimal : (phase of maximal Sloop).
Dalam waktu 2 jam, pembukaan cervix dari 4 cm menjadi 9 cm.
c. Fase Deselerasi: (deceleration phase)
Pembukaan cervix menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam,
pembukaan cervix 9 cm menjadi lengkap.
Ringkasan:
Corpus uteri:
- bagian yang aktip
- bagian retraksi
- otot memendek dan menebal
- mendorong fetus
Cervix:
- bagian pasip
- menipis, membuka
- jadi jalan lahir
Kala II:
Perubahan pada kala II
- His kian lama kian sering dan kian kuat.
- Kepala janin kian turun kedalam panggul.
Oleh karena itu, adanya perasaan ingin mengejan ini, dimanfaatkan yaitu
penolong persalinan menyuruh si ibu mengejan pada waktu timbul his, untuk
melahirkan janin. Dengan demikian tenaga yang dipakai untuk melahirkan janin
berasal dari his dan tenaga mengejan.
Tekanan intra uterine akan meningkat 3 kali lipat pada kala II: 4-8kg dan bisa
mencapai 12-21 kg pada waktu mengejan.
Lama kala II pada –primi 2 jam dan multi 1 jam.
Kala III:
Setelah janin seluruhnya lahir, rahim berhenti berkontraksi. Beberapa saat
kemudian his timbul kembali untuk mengeluarkan plasenta. Pada mekanisme
lahirnya plasenta dibagi menjadi 2 tahap, yaitu:
1. Tahap I : Fase separasi
Fase lepasnya plasenta dari insertionya. Setelah janin lahir, maka :
volume cavum uteri mengecil. Dengan mengecilnya cavum uteri
disusul timbulnya his, maka bagian uterus tempat insertio plasenta
akan mengecil, sedang plasenta tetap. Akibatnya plaenta akan lepas
dari tempat insertionya. Dengan lepasnya plasenta dari insertionya,
maka timbul hematoma antara plasenta dengan desidua.
Lepasnya plasenta dari insertionya ada 2 cara yaitu:
a. Secara Schultze: yaitu plasenta mulai lepas dari tengah.
b. Secara Duncan: yaitu plasenta mulai lepas dari tepi.
Membrana Amnii akhirnya akan lepas, bersamaan dengan lepasnya
plasenta. Plasenta yang sudah lepas akan terletak di bagian bawah
uterus, sedang dinding uterus akan saling melekat satu dengan yang
lain dan cavum uteri boleh dikatakan hilang.
Kepala janin berbentuk bulat lonjong (ovoid) dan keras (ukuran tak dapat
berubah)
Mekanisme persalinan
Anamnesa persalinan.
Anamnesa meliputi keadaan his, tanda-tanda pecahnya ketuban dan lain-lain.
HIS
Ditanyakan:
- Kapan his mulai teratur dan berapa lama jarak waktu antara his?
TANDA
Ditanyakan:
Apakah penderita mengeluarkan lendir bercampur darah dari liang senggama,
bila ya, kapan?
KETUBAN
Ditanyakan:
Apakah penderita sudah banyak mengeluarkan cairan dari kemaluannya yang
dirasakan bukan sebagai air seni?
Bila ya, kapan terjadi pengeluaran tersebut?
Dari keterangan ini dapat diperkirakan kemungkinan ketuban pecah pada waktu
pembukaan cervix masih kecil yaitu adanya ketuban pecah dini.
Pada kejadian ketuban pecah dini bahaya keradangan meningkat. Anamnesa
mengenai lain-lain adalah yang meliputi: buang air kecil, buang air besar,
kesempatan tidur dan kemungkinan keluhan-keluhan.
Palpasi
Auskultasi
Pemeriksaan dalam
Pada pemeriksaan dalam seorang paturiente: hal-hal yang harus diperiksa:
1. Jalan lahir:
- Vagina: darah + lendir
- cervix: terbuka,berapa cm, effacement berapa %
- keadaan panggul: pramontorium tercapai/tidak, panjang linea inominata,
keadaan sacrum cekung/tidak, spina ischiadica menonjol/tidak, arcus
pubis, distansia tuber
2. Ketuban masih utuh/tidak
3. Janin: bagian terendah: kepala, bokong , denominator
4. Penurunan: H1-H4
d. persiapan alat-alat dan obat-obat untuk ibu dan bayi baru lahir
Pada fase ini hendaknya penolong memberi dukungan moril. Bila paturiente
sudah memasuki masa aktif hendaknya ia dibaringkan, karena his sudah
semakin kuat dan intervalnya kian sering.
Penolong hendaknya tetap disampingnya sambil melakukan pengawasan.
Kadang-kadang meskipun pembukaan cervix belum lengkap, paturiente sudah
ingin mengejan,maka penolong hendaknya dapat mencegah rasa ingin
mengejan dengan menyuruhnya bernafas dalam-dalamsambil mulut dibuka.
Pada kala III yang perlu dilakukan adalah pertolongan pelepasan plasenta
secara aktif. Hal ini disebut dengan manajemen aktif kala tiga yang tujuannya
dapat mengurangi risiko perdarahan paska salin sehingga menurunkan angka
kematian ibu, menurunkan angka kesakitan, menurunkan pemberian transfusi.
Keuntungan dari penatalaksanaan ini adalah memperpendek waktu persalinan
kala tiga, mengurangi kejadian perdarahan paska salin, dan mencegah
terjadinya atonia dan retensio plasenta.
Setelah plasenta lahir, maka perhatian ditujukan kembali pada si ibu. Diperiksa
pada daerah perineum dan vagina, apakah terdapat robekan-robekan. Bila
terdapat robekan-robekan yang perlu dijahit maka segera dijahit. Kandung seni
bila penuh harus dikosongkan dengan catheter.
Robekan perineum terjadi ketika kepala lahir, karena kepala merupakan bagian
terbesar dari badan janin.
Ditinjau dari jaringan-jaringan yang ikut robek, maka ruptura perinei dapat dibagi
menjadi:
Cervix
18 jam setelah persalinan, cervix kembali pada bentuk semula. Pada hari ke-3,
cervix masih terbuka dan dapat dilalui 2 jari. Pada 4 minggu kemudian canalis
cervicalis tidak dapat dilalui jari lagi.
Endometrium
Vagina
Setelah persalinan, vagina edematous. Sehari kemudian, keadaan berangsur-
angsur pulih. Rugae timbul kembali setelah hari ke-3. Hymen akibat robekan
waktu partus, akan berubah menjadi jaringan-jaringan parut, disebut: Carunculae
hymenalis.
Dinding abdomen
Dinding abdomen waktu hamil akan teregang, sehingga setelah persalinan
menjadi kendor. Dinding abdomen menjadi kencang kembali setelah lebih
kurang 6 minggu.
Laktasi
Glandula mammae, sudah mulai mengeluarkan colostrum, pada bulan ke-3
kehamilan. Colostrum akan diproduksi terus sampai 2-3 hari post-partum.
Colostrum dibanding ASI, lebih banyak mengandung protein dan mineral tetapi
lebih sedikit mengandung gula dan lemak.
Progesteron, Estrogen dan Chorionic somatomammotropin yang dihasilkan
plasenta berpengaruh terhadap pertumbuhan glandula mammae.
Segera setelah persalinan, kadar hormon tersebut menurun dan segera
dikeluarkan prolactin dari kelenjar hypofise, yang berpengaruh dalam produksi
asi.
Produksi ASI juga sangat dipengaruhi oleh reflex menghisap si bayi. Hisapan
pada puting susu menyebabkan hipofise memproduksi oksitosin yang
mempunyai pengaruh dalam menimbulkan kontraksi-kontraksi myoepithelium
pada alveoli dan ductus sehingga ASI dapat dikeluarkan. Pada hari ke-2-4,
glandula mammae mulai mengeras dan terasa nyeri, kadang-kadang ibu menjadi
sub-febril. Keadaan ini merupakan tanda bahwa laktasi sebenarnya akan mulai.
Diambil dari:
Catatan Kuliah Ilmu Kebidanan. Prof. dr. R. Prajitno Prabowo, Sp.OG(K). Guru
Besar Ilmu Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga.
RCOG. Green top guideline no 29. The Management of third- and fourth-degree
perineal tears. March 2007