DI SUSUN OLEH :
RIDWAN RAPIYUDDIN
NIM :105361108918
KELAS 2018D
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......................................................................................................... 2
Daftar Isi .................................................................................................................... 3
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang .............................................................................................. 4
B. Tujuan............................................................................................................. 6
C. Manfaat .......................................................................................................... 6
BAB II Kajian Pustaka
A. Landasan......................................................................................................... 7
B. Paparan Materi (Matriks)............................................................................... 17
BAB III Langkah-langkah survei
A. Faktor yang diselidiki..................................................................................... 52
B. Lokasi dan Subjek.......................................................................................... 53
C. Prosedur Survei.............................................................................................. 53
BAB IV Pembahasan Survey
BAB V Penutup
A. Kesimpulan....................................................................................................58
B. Saran...............................................................................................................59
Daftar Pustaka............................................................................................................60
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses pendewasaan manusia dari tidak tahu
menjadi tahu untuk meningkatkan intelektual atau kecerdasan untuk
membentuk kepribadian yang mulia. Islam mewajibkan umatnya untuk
menuntut ilmu dan Allah akan memuliakan derajat umat yang mempunyai
ilmu pengetahuan. Salah satu ilmu yang di pelajari di sekolah adalah mata
pelajaran matematika, mulai dari tingkatan rendah sampai pada tingkatan
perguruan tinggi. Dalam dunia pendidikan pelajaran matematika merupakan
salah satu mata pelajaran pokok yang penting untuk diajarkan, bahkan
matematika merupakan salah satu mata uji dalam ujian nasional. Sebagian
besar siswa masih menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang
menakutkan dan sangat dibenci hal tersebut dikarenakan matematika sebagian
bersifat abstrak, dalam benak mereka matematika hanya menghafal berbagai
rumus, sulit dan membosankan. Ini yang sering membuat para siswa antipati
dengan matematika. Padahal dalam kehidupan sehari – hari kita semua tidak
bisa lepas dari matematika. Baik untuk urusan dunia maupun urusan akhirat
matematika sangat diperlukan.
Matematika juga mempunyai peran penting dalam perkembangan
berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi serta daya pikir manusia.
Oleh karena itu pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta
didik mulai dari tingkat dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan
berpikir logis, sistematis, kritis dan kreatif serta mampu bekerja sama. Hal
tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan untuk
memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup
pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan penuh persaingan. Untuk
mewujudkan harapan tersebut pembelajaran matematika haruslah kreatif dan
inovatif, maka diperlukan model – model pembelajaran yang sesuai dengan
materi pokok bahasan serta media pembelajaran yang sesuai, sehingga
matematika yang bersifat abstrak bisa dikonkritkan dan mudah difahami.
Menurut sumber yang didapat oleh peneliti, masih banyak siswa yang
kurang aktif dalam pembelajaran, belum terbiasa untuk mengungkapkan
pendapat, bahkan masih ada siswa yang tidak tertarik pada pelajaran
matematika sehingga kurang antusias dan semangat mengikuti proses
pembelajaran. Hal ini terjadi karena pada proses pembelajaran, metode yang
digunakan pada pokok bahasan matrik kurang tepat, permasalahan
4
pembelajaran matematika pada materi pokok matriks di kelas X SMA dapat
diselesaikan dengan menerapkan metode pembelajaran yang berbasis aktif,
inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Aktif dimaksudkan dalam proses
pembelajaran adalah guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa
sehingga siswa aktif untuk bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan
pendapat. Inovatif dimaksudkan dalam proses pembelajaran diharapkan
muncul ide-ide baru yang lebih baik. Kreatif dimaksudkan bahwa dalam
proses pembelajaran guru harus mampu menciptakan kegiatan yang beragam
serta mampu membuat alat bantu yang sederhana yang dapat memudahkan
pemahaman siswa. Efektif yaitu selama pembelajaran berlangsung
mewujudkan ketercapaian tujuan pembelajaran, siswa menguasai kompetensi
serta ketrampilan yang diharapkan. Menyenangkan adalah suasana belajar
mengajar yang menyenangkan dan nyaman . Bentuk pembelajaran tersebut
salahsatunya menggunakan metode Team Assisted Individualization (TAI).
Team Assisted Individualization (TAI) merupakan model
pembelajaran kooperatif, dimana siswa ditempatkan dalam tim belajar
kelompok beranggotakan 4 – 6 siswa secara heterogen baik jenis kelamin,
kecakapan dan kinerja. Team Assisted Individualization (TAI) merupakan
model pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk dapat menyelesaikan
permasalahan secara individual kemudian dilakukan saling memeriksa
jawaban teman dalam kelompoknya, melalui diskusi dalam kelompok itu
siswa memperoleh jawaban dari permasalahan matrik yang muncul. Hasil
diskusi kelompoknya dipertanggungjawabkan bersama dalam presentasi.
Kegiatan belajar Team Assisted Individualization (TAI) ini akan
menimbulkan siswa aktif baik dalam kegiatan individu, aktif dalam diskusi
kelompoknya, karena mereka tidak canggung apabila bertanya atau
mempertahankan pendapatnya. Langkah berikutnya guru memberikan
beberapa permasalahan matrik bentuk berbeda dikerjakan individu untuk
memperkuat hasil kesimpulan yang telah diperoleh. Diharapkan dengan
menggunakan metode Team Assisted Individualization (TAI) minat dan
antusias belajar siswa akan bertambah, menyenangkan, yang akhirnya akan
meningkatkan hasil belajar siswa.
Berpijak pada latar belakang di atas, maka perlu diadakan penelitian
“Penerapan Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)
Dalam Materi pokok Matriks Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta
Didik Kelas X SMA Tahun Pelajaran 2021”.
5
B. Tujuan
Untuk mengetahui apakah penerapan model Team Assisted
Individualization (TAI) mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik pada
pokok bahasan matriks di kelas X SMA.
C. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari laporan ini adalah :
1. Manfaat bagi peserta didik
Bagi peserta didik penelitian ini dapat melatih agar peserta didik lebih
aktif, mengembangkan kerja sama, menghargai satu sama lain,
membangun kepercayaan diri dalam menyelesaikan masalah-masalah.
2. Manfaat bagi guru
Khususnya guru matematika, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan
masukan dan kajian dalam rangka meningkatkan hasil pembelajaran
dengan metode dan strategi yang tepat sehubungan dengan penerapan
pembelajaran model Team Assisted Individualization (TAI) terhadap hasil
belajar matematika.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan
1. Pengertian Belajar
Pemahaman guru terhadap pengertian belajar mengajar akan
mempengaruhi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
Pengertian maupun definisi belajar mengajar harus dipahami oleh guru
agar kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dapat membuahkan hasil
yang memuaskan sehingga akan lahir berbagai bentuk kegiatan yang
mungkin dilakukan baik oleh siswa maupun oleh guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Menurut Gagne dalam Dimyati (2002) belajar merupakan kegiatan
yang kompleks. Hasil belajar merupakan kapabilitas. Setelah belajar
orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya
kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulasi yang berasal dari lingkungan,
dan (ii) proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar. Hasil belajar
merupakan kapabilitas siswa yang berupa informasi verbal, keterampilan
intelektual, strategi koginitif, keterampilan motorik, dan sikap.
Rogers berpendapat bahwa pentingnya guru memperhatikan
prinsip pendidikan, yaitu sebagai berikut:
a. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar untuk belajar.
b. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
c. Pengorganisasian bahan pengajaran.
d. Belajar yang bermakna berarti belajar tentang proses belajar mengajar,
keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerja sama dengan
melakukan pengubahan diri terus menerus.
e. Belajar yang optimal akan terjadi, bila siswa berpartisipasi secara
bertanggung jawab dalam proses belajar.
f. Belajar mengalami dapat terjadi, bila siswa mengevaluasi dirinya
sendiri.
Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat
dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-
ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk mengoptimalkan proses
belajar mengajar dan meningkatkan hasil belajar siswa dengan
"pendekatan keterampilan proses", faktor utamanya adalah dari siswa.
Maka guru seyogyanya mengetahui prinsipprinsip pengaktifan siswa
dalam belajar dengan membuat pelajaran itu menantang, merangsang
daya cipta untuk menemukan, serta mengesankan.
7
Pengertian hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari apa yang
terjadi dari kegiatan belajar baik di kelas, disekolah maupun diluar
sekolah. Hasil belajar menurut Gagne dan Brigss adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai akibat perbuatan belajar
dan dapat diamati melaui penampilan peserta didik. Reigeluth
berpendapat bahwa hasil belajar atau pembelajaran dapat juga dipakai
sebagai pengaruh yang memberikan suatu ukuran nilai dari metode
(strategi) alternatif dalam kondisi yang berbeda.
Pembelajaran dikatakan berhasil jika terjadi perubahan pada diri
peserta didik yang terjadi akibat belajar. Sesuai dengan taksonomi tujuan
pembelajaran, hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu :
a) Aspek kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengan
berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah seperti
pengetahuan komprehensif, aplikatif, sintesis, analisis dan
pengetahuan evaluatif
b) Aspek afektif adalah kemampuan yang berhubungan dengan sikap,
nilai, minat, dan apresiasi. Menurut Uno ada lima tingkat afektif
yaitu kemauan menerima, kemauan menanggapi, berkeyakinan,
penerapan karya, serta ketekunan dan ketelitian.
c) Aspek psikomotorik mencakup tujuan yang berkaitan dengan
keteramoilan (skill ) yang bersifat manual atau motorik. Tingkatan
dalam aspek ini yaitu persepsi, kesiapan melakukan suatu kegiatan,
mekanisme, respons terbimbing, kemahiran, adaptasi, dan
organisasi.
Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi
berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor
internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Yang tergolong
faktor internal adalah:
a. Faktor jasmani, meliputi kesehatan dan cacat tubuh.
b. Faktor psikologis, meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motif,kematangan, dan kesiapan.
c. Faktor kelelahan.
8
pengajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung,
metode belajar, dan tugas rumah.
Lingkungan masyarakat, meliputi kegiatan peserta didik dalam
masyarakat, media masa,teman bergaul, serta bentuk kehidupan
masyarakat,
b. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan
kesenian.
c. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.
d. Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.
3. Teori Belajar
a) Teori Bruner
Salah satu teori pembelajaran yang memberikan andil bagi dunia
pembelajaran adalah belajar penemuan (discovery learning) yang
di kemukakan oleh Jerome Bruner. Manusia harus aktif mencari
pengetahuan mereka sendiri agar apa yang dicarinya lebih
bermakna. Dalam hal ini termasuk ketika manusia memecahkan
masalah melalui pengetahuan yang dimiliknya sehingga
pengetahuan yang digunakannya benar-benar bermakna. Aplikasi
teori ini adalah pembelajaran aktif, dimana peserta didik
hendaknya belajar sendiri, mengonstruksi pengetahuan sendiri
melalui berbagai macam pengalaman
Belajar matematika menurut Bruner adalah :
1. Belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur
matematika yang tepat di dalam materi pelajaran.
2. Mencari hubungan tentang konsep-konsep dan struktur-
struktur matematika.
9
pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan
peserta didik menemukan prinsip - prinsip untuk diri mereka
sendiri. Pembelajaran ini membangkitkan keingintahuan peserta
didik, memotivasinya untuk bekerja sampai menemukan
jawabannya. Jika seseorang mempelajari sesuatu pengetahuan,
pengetahuan itu perlu dipelajari dalam tahap - tahap tertentu agar
pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran ( struktur
kognitif ) orang tersebut. Proses internalisasi akan terjadi secara
sungguh - sungguh (yang berarti proses belajar terjadi secara
optimal) jika pengetahuan yang dipelajari dalam tiga tahapan
sebagai berikut :
10
(advance organizers). Dengan demikian, akan mempengaruhi
kemajuan belajar siswa. Advance memberikan tiga macam
manfaat:
1. menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang
akan dipelajari,
2. berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara yang
sedang dipelajari dan yang akan dipelajari,
3. dapat membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara
lebih mudah.
11
siswa berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam
pembelajaran, pada tahapan ini pengetahuan jadi tidak
mendapatkan penekanan, melainkan siswa di dorong menemukan
sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan
lingkungannya, tahapan yang ketiga adalah memaklumi adanya
perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan.
Menurut undang-undang no. 20 tahun 2003, pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Amin Suyitno
mengungkapkan, pembelajaran merupakan upaya menciptakan
iklim dan pelayanan terhadap kemampuan peserta, potensi, minat,
bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi
interaksi yang optimal antara guru dengan peserta serta antara
peserta didik dengan peserta didik.14 Menurut Hamzah B. Uno,
matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat
pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan
praktis, yang unsurunsurnya logika dan intuisi, analisis dan
konstruksi, generalitas dan individualitas serta mempunyai
cabang-cabang antara lain aritmetika, aljabar, geometri, dan
analisis.15 Sedangkan Hudojo menyatakan bahwa matematika
adalah ilmu yang berkenaan dengan gagasan berstruktur yang
hubungan-hubungannya diatur secara logis.
Dari pengertian di atas terdapat ciri-ciri khusus atau
karakteristik yang dapat merangkum pengertian secara umum.
Beberapa karakteristik matematika tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Memiliki objek kajian abstrak.
2. Bertumpu pada kesepakatan.
3. Berpola pikir deduktif.
4. Memiliki simbol yang kosong dari arti.
5. Memperbaiki semesta pembicaraan.
6. Konsisten dalam sistemnya.
12
memberikan kemudahan belajar (to facilitate of learning) kepada
siswa. Siswa terlibat secara aktif dan berperan dalam proses
pembelajaran, sedangkan guru lebih banyak memberikan arahan
dan bimbingan, serta mengatur sirkulasi dan jalannya proses
pembelajaran.
4. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang mengutamakan
kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran
13
kooperatif, guru berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai
jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan
catatan peserta didik sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan
pada peserta didik, tetapi harus membangun dalam pikirannya juga.
Peserta didik mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan
langsung dalam menerapkan ide-ide mereka. Pembelajaran kooperatif
atau cooperative learning mengacu pada metode pembelajaran, yang mana
peserta didik bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu
dalam belajar. Anggota kelompok bertanggung jawab atas ketuntasan
tugas – tugas kelompok dan untuk mempelajari materi itu sendiri.
Pembelajaran kooperatif(cooperative learnings) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara peserta didik belajar dan bekerja dalam
kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4 sampai
6 orang, dengan struktu rkelompok yang brsifat heterogen. Tujuan
dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan
kepada semua peserta didik untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses
berfikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas
anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh
guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai
ketuntasan belajar.
Jadi dalam pembelajaran kooperatif peserta didiksaling memberi
dan menerima serta adanya saling ketergantungan. Dengan bekerja secara
kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan barsama, maka peserta didik
akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama yang
akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.
Menurut Johnson & Johnson dalam bukuStrategi Pembelajaran,
mengemukakan terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif,
yaitu:
a. Saling ketergantungan secara positif (Positive Interdependence)
Dalam belajar kooperatif mereka bekerja sama saling terikat
satu sama lain, dirinya merupakan bagian dari kelompok yang
mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok untuk mencapai
satu tujuan
b. Interaksi Tatap Muka Semakin Maningkat ( Face to face
Promotive Interaction ) Interaksi yang terjadi dalam belajar
koperatif dalam hal tukar – menukar ide mengenai masalah yang
sedang dihadapi bersama, mereka saling memberi bantuan
secara alamiah karena kegagalan seseorang dalam kelompok
akan mempengaruhi suksesnya kelompok.
14
c. Tanggung jawab individual (Individual Accountabilty /Personal
Responsibility) Tanggung jawab individual dalam belajar
kelompok dapat berbentuk bantuan terhadap peserta didik yang
membutuhkan bantuan, atau tidak hanya sekedar “titip nama”
pada hasil kerja kelompoknya, namun secara individual
bertanggung jawab keseksesan bersama.
d. Keterampilan Interpersonal dan Kelompok Kecil (Interpersonal
and Small Group skill ) Dalam belajar kooperatif, selain dituntut
untuk mempelajari materi yang diberikan, peserta didik dituntut
untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan peserta didik lain
dalam kelompoknya, bagaimana bersikap, menyampaikan ide
dalam kelompoknya
e. Proses Kelompok (Group Processing ) Belajar kooperatif tidak
akan terjadi tanpa proses kelompok, dan proses kelompok dapat
terlaksana apabila anggota kelompok mendiskusikan untuk
mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja
dengan baik.
15
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang efektif bagi
bermacam karakteristik dan latar belakang sosial peserta didik.
Pembelajaran ini mendorong untuk saling bekerja sama, menghargai,
menjalin persahabatan serta meningkatkan hasil belajar.
16
Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) adalah salah
satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan,
melibatkan, aktivitas seluruh peserta didik tanpa harus ada perbedaan
status, melibatkan peran peserta didik sebagai tutor sebaya dan
mengandung unsur permainan dan reinforcement. Model pembelajaran
kooperatif tipe ini menekankan bahwa individu yang belum memahami
materi merupakan tanggung jawab anggota kelompok lain sehingga
anggota yang sudah paham perlu memberikan bantuan kepada anggota lain
yang belum paham. Dengan demikian, secara ringkas sintak model ini
sebagai berikut :
B. Paparan Materi
A. Sejarah matriks
17
Doughty. Arthur menghabiskan delapan tahun pertamanya di Saint
Petersburg.
Dia terus berada di Cambridge selama empat tahun, selama waktu itu
dia mengambil beberapa murid, tapi pekerjaan utamanya adalah persiapan
28 memoir untuk Journal Matematika. Dia membantu mendirikan sekolah
di Inggris modern matematika murni. Dia bekerja sebagai pengacara
selama 14 tahun. Ia membuktikan teorema Cayley-Hamilton-bahwa setiap
matriks persegi akar polinomial karakteristik sendiri. Dia adalah yang
pertama untuk mendefinisikan konsep grup dengan cara modern-sebagai
satu set dengan operasi biner memuaskan hukum tertentu. Dahulu, ketika
matematikawan berbicara tentang “kelompok”, mereka berarti kelompok
permutasi.
B. Pengertian matriks
1. Definisi Matriks
Sebuah matriks didefinisikan sebagai susunan bilangan yang di
atur dalam baris dan kolom yang berbentuk persegi atau persegi
panjang dan diletakan di antara dua kurung biasa ( ) atau kurung siku [ ]
Baris sebuah matriks adalah susunan bilangan-bilangan yang mendatar
sedangkan kolom atau lajur sebuah matriks adalah susunan bilangan-
bilangan yang tegak dalam matrik itu.
Letak sebuah elemen dalam sebuah matrik ditentukan
berdasarkan baris dan kolom di mana elemen terletak.Untuk sebuah
18
elemen yang terletak pada baris ke-i dan kolom –j sebuah matrik A
akan dilambangkan aij.
2. Simbol Matriks
Amxn =
[ a21 a 22
⋮
⋮
⋮
ai 1 ai 2
⋮
am 1 a m 2
⋯ a2 j
⋮
⋯ aij
⋮
⋯ a mj
⋯ a2n
⋮
⋯ a in
⋮
⋯ amn
]
Matriks juga dapat dinyatakan sebagai: Amxn = [aij]mxn
Dimana: aij = elemen atau unsur matriks
i = 1,2,3,...m, indeks baris
j = 1,2,3,...n, indeks kolom
3. Ordo Matriks
a
Misalnya:
[]b
a b
Misalnya:
[ ]
c d
a b c
Misalnya:
[ ]
d e f
g h i
19
C. Jenis – jenis matriks
Jenis matriks dapat dibedakan berdasarkan susunan elemen matriks
dan berdasarkan sifat operasi dari matriksnya.
1. Matrik Baris
Matrik baris adalah matrik yang berordo 1 x n, untuk n > 1 Contohnya
B = [ 1 2 3].
2. Matrik kolom
Matrik baris adalah matrik yang berordo m x 1, untuk m > 1
2
Contohnya C = []
3
3. Matrik persegi
Matrik persegi adalah matrik yang memiliki banyak baris dan kolom
yang sama, misalnya matrik A berordo 2 x 2. Dalam matriks persegi
terapat istilah diagonal utama dan diagonal samping. Perhatikanlah
matrik berikut.
[
B = 4 −3 0
4 5 8 ]
5. Matriks segitiga atas (upper triangular matrix, U) adalah matriks
diagonal dimana elemen sebelah kanan (atas) diagonal utama ada yang
bernilai tidak sama dengan nol.
20
5 3 2
Contoh: U =
[10 23 ] , U=
[ ]
0 4 1
0 0 5
0 0 0
Contoh: A =
[00 00 ] , B=
[ ]
0 0 0
0 0 0
1 2 3
Contoh: A =
[12 34 ] , B=
[ ]
6 5 4
7 8 9
8. Matriks diagonal
Matrik diagonal matriks yang mempunyai elemenelemen nya nol,
kecuali elemen-elemen yang terletak pada diagonal utamanya.
2 0 0
9.
[ ]
B= 0 5 0
0 0 1
Matriks identitas
Suatu matriks dikatakan sebagai matriks identitas apabila diagonal
yang elemen-elemen diagonal utamanya bernilai 1 ( satu ) Contohnya
1 0 0
[ ]
B= 0 1 0
0 0 1
21
2 3 2
4 1 5
2 4
0 0 0
Contoh: A = 2 4 , B=
2 2 1
1 2 2
4 5
2 1 2
Contoh: A = 1 2 , B=
1 1 i 2 1 1 i 2
1 i 3 i 1 i 3 i
2 i 0 M 2 i 0
Contoh: M = , =
1 1 i 2
1 i 3 i
M = 2 i 0
T
=M
i 1 i 2 i 1 i 2
1 i 3i i 1 i 3i i
2 i 0 M 2 i 0
Contoh: M = , =
1 1 i 2
1 i 3i i
T
M = 2 i 0
= -M
22
5. Matriks uniter (uniter matrix) adalah matriks bujur sangkar yang
T
transposenya sama dengan invers conjugate-nya atau M T = M atau
1
M M T = MM = I.
0 i 0 i 0 i
i 0 i 0
Contoh: M = , M = dan MT= i 0
0 i 0 i i 2 0 1 0
i 0
i 2 0 1
M MT = i 0 = 0 =
1 1 1 1
2 2 2 2
1 1 1 1
2 2
Contoh: M = 2 , dan MT = 2
1 1 1 1
2 2 2 2
1 1 1 1 1 0
MT M = 2 2 2 2 = 0 1 = I
1 2 i 1 2 i
2 i 1 , dan M 2 i 1
Contoh: M = =
1 2 i
T 2 i 1
M =
1 2 i 1 2 i
T T 1 2 i 1
MM =M M ↔ 2 i
1 2 i 1 2 i 2 4 2i
2 i
1 2 i
1 = 4 2i 2
=
23
1 2 i
2 i 1 = 2 M
T
=2
2 1
5 5
1 2
5
Contoh: M = 5
2 1 2 1
5 5 5 5
1 2 1 2 1 0
5 0 1
M2= M.M = 5 5 5 = =I
2 2 4
1 3 4
1 2 3
Contoh: M =
2 2 4 2 2 4 2 2 4
1 3 4 1 3 4 1 3 4
1 2 3 1 2 3 1 2 3
M2= = =
M
10. Matriks nilpotent (nilpotent matrix) adalah matriks yang jika dikalikan
dengan matriks itu sendiri akan menghasilkan matriks nol atau MP = 0,
untuk p = bilangan bulat positif > 2.
1 1 3
5 2 6
2 1 3
Contoh: M =
24
1 1 3 1 1 3 1 1 3
5 2 6 5 2 6 5 2 6
M 3 = 2 1 3 2 1 3 2 1 3
0 0 0
0 0 0
M =
3 0 0 0
1 0 0
0 1 0
0 0 1
Contoh: I =
0 1 0
1 0 0
0 0 1
I12 =
1 0 0
0 1 0
0 0 k
I3(k) =
1 0 0
0 1 k
0 0 1
I23(k) =
Keterangan:
D. ALJABAR MATRIKS
a. Penjumlahan dan Pengurangan Matriks
25
Penjumlahan dan pengurangan matriks harus memperhatikan hal-hal
berikut:
Matriks dapat dijumlahkan atau dikurangkan jika mempunyai
ukuran atau dimensi yang sama.
Matriks yang ukurannya berbeda tidak dapat dijumlahkan atau
dikurangkan.
Matriks hasil penjumlahan atau pengurangan mempunyai ukuran
yang sama dengan matriks asal.
Penjumlahan matriks adalah menambahkan elemen pada posisi
yang sama pada matriks.
Pengurangan (selisih) matriks adalah mengurangi elemen pada
posisi yang sama pada matriks.
j= 1,2, ..., n;
j= 1,2, ..., n;
A+B+C=C+B+A
A+0=A
A–0=A
Contoh:
2 −1 3 4 7 −8
A=
[ 0 4 6
−6 10 −5 , ] B=
[ 9 3 5
1 −1 2 ]
26
Penyelesaian:
A+B=
[ 0+9 4+3 6+5
−6+1 10+(−1 ) −5+2 = ] [ 9 7 11
−5 9 3 ]
2−4 −1−7 3−(−8 ) −2 −8 11
A-B=
[0−9 4−3 6−5
−6−1 10−(−1) −5−2 = ] [ −9 1 1
−7 11 −7 ]
b. Perkalian Matriks
atau
k1 = Ak1
(k1k2)A = k1(k2A)
1A = A
(-1) A= -A
27
K1(A+B) = k1A + k1B
Contoh:
2 1 3
0 4 6
6 10 5
1. Jika A = dan k = 2 tentukan kA dan Ak
Penyelesaian:
2 1 3 2 2 6
0 4 6 0 8 12
6 10 5 12 20 10
kA = 2 =
2 1 3 2 2 6
0 4 61 0 8 12
6 10 5 12 20 10
Ak = 2=
4 0 5 1 1 1
A = 1 3 2 , B = 3 5 7
Penyelesaian:
4 0 5 8 0 10
2A = 2 1 3 2 = 2 6 4
4 0 5 1 1 1 7 1 9
5 1 3
2A-B = 2 1 3 2 - 3 5 7 =
28
a11 a12 a1 p b11 b12 b1n
a a 22 a 2 p b21 b22 b 2 n
21
AB = a m1 am2 a mp b p1 b p 2 b pn
p
aik bkj
atau AB = k 1 mxn
(B + C ) A = BA + C Distributif kanan
Contoh:
2 1 3 9 2
5 7 6
1. Jika diketahui A = 3 4 dan B = tentukan AB
Penyelesaian:
29
2 1 3 9 2
5 7 6
AB = 3 4 x
1 25 10
18
= 29 1
c. Perpangkatan Matriks
Contoh:
1 2
Diketahui matriks A = 1 3 , tentukan:
a. A2 b. A3 c. 2A4
Penyelesaian:
1 2 1 2 3 8
a. A2 = 1 3 1 3 = 4 11
1 2 3 8 11 30
b. A3 = 1 3 4 11 = 15 41
1 2 11 30
c. 2A4 = 2A x A3 = 2 1 3 15 41
41 112 82 224
112 306
= 2 56 153 =
d. Transpose matriks
30
kolom atau sebaliknya, sehingga beordo n x m. Notasi transpose A m x n
T
adalah A nxm .
Contoh:
Penyelesaian:
a11 a 21 a31
a a 22 a32
12
a13 a 23 a33 2 1 5
AT = a14 a 24 a34
BT = 3 4 6
e. Determinan Matriks
a b
Misalkan A = c d adalah matriks yang berordo 2 x 2 dengan
elemen a dan d terletak pada diagonal utama, sedangkan b dan c
terletak pada diagonal utama kedua. Determinan matriks A dinotasikan
A
“det A” atau adalah suatu bilangan yang diperoleh dengan
mengurangi hasil kali elemen-elemen pada diagonal utama pertama
dengan hasil kali pada diagonal utama kedua.
a b
det A = c d = ad –bc
Contoh:
31
5 2 4 1
2
A = 4 3 b. 3
Penyelesaian:
5 2
a. det A = 4 3 = (5) (3) - (2) (4) = 7
4 1
2 = (-4) (2) – (-1) (3) = -5
b. det B = 3
aturan sarrus
= a11 a 22 a33 a12 a 23 a31 a 13 a 21a32 a13 a 22 a31 a11 a 23 a32 a12 a 21a33
metode minor-kofaktor
32
ke-i dan kolom ke-j dihilangkan. Misalnya dari matriks A 3x3 kita
a12 a13
a a33
Akan diperoleh M21 = 32 . M21 adalah minor dari elemen
matriks A baris ke-2 kolom ke-1 atau M21 = a21.
Kofaktor elemen aij dinotasikan dengan Kij adalah hasil kali (-1)i+j
dengan minor elemen tersebut. Dengan demikian kofaktor suatu
matriks dirumuskan dengan:
Dari matriks A diatas, kita peroleh misalnya kofaktor a21 dan a13
berturut-turut adalah :
K21=(-1)2+1M21= -M21
K13=(-1)1+3M13= -M13
33
11 1 2 1 3
= a11 (1) M 11 a12 (1) M 12 a13 ( 1) M 13
a a 23 a a 23 a a 22
a11 22 a12 21 a13 21
= a32 a33 a31 a33 a31 a 32
=
a11 (a 22 a33−a23 a 32 )−a 12(a 21 a33−a23 a 31 )+a13 (a21 a32−a22 a31 )
=
a11 a 22 a33 −a11 a23 a32−a12 a 21 a33 +a 12 a23 a31 +a13 a21 a32−a13 a22 a31
=
a11 a 22 a33 +a 12 a23 a31 +a13 a21 a32−a 11 a23 a32−a12 a21 a33−a13 a22 a31
Contoh:
1 2 3
2 1 4
3 1 2
Tentukan determinan dari matriks A = dengan aturan sarrus
dan minor kofaktor!
Penyelesaian:
1 2 3
2 1 4
3 1 2
det A =
= (1 x 1 x 2) + (2 x 4 x 3) + (3 x 2 x 1) – (3 x 1 x 3) – (1 x 4 x1)
– (2 x 2 x 2)
= 2 + 24 + 6 – 9 – 4 – 8
= 11
Cara 2 (minor-kofaktor):
34
1 4 2 4 2 1
1 2 23 2 33 1
det A = 1
= 1 (2 – 4) – 2 (4 – 12) + 3 (2 – 3)
= -2 + 16 – 3
= 11
1. jika semua elemen dari salah satu baris/kolom sama dengan nol
maka determinan matriks itu nol.
2 3 1
0 0 0 B 0
0 0
2 3 A 0 5 4 1
Misal: A = → , B=
4 3 2
5 7 8 B 0
4 3 2
Misal: B = (karena elemen-elemen baris ke-1
dan ke-3 sama).
1 2 3
5 7 0 A 0
2 4 6
Misal: A = (karena elemen-elemen baris ke-3
merupakan kelipatan elemen-elemen baris ke-1)
AB A x B
4.
35
AT A
5. , untuk AT adalah transpose dari matriks A.
1
A 1
A
6. , untuk A-1 adalah invers dari matriks A
kA kn A
7. untuk A ordo n x n dan k suatu konstanta.
f. Invers Matriks
AB = BA = I
a b
Misalkan diketahui matriks A = c d , dengan ad-bc tidak sama
dengan nol. Suatu matriks lain, misalnya B dikatakan sebagai invers
matriks A jika AB = I. Matriks invers dari A ditulis A -1 dengan
demikian berlaku AA-1=A-1A.
a b
Jadi jika A = c d , maka inversnya adalah:
1 d b
A-1 = ad bc c a untuk ad-bc ≠ 0
Contoh:
36
Tentukan invers matriks matriks berikut:
4 1
a. A = 7 2
3 2
b. B = 5 4
Penyelesaian:
1 2 1
a. A-1 = 8 7 7 4
1 2 1
7 4
=1
2 1
= 7 4
1 4 2
b. B-1 = 12 (10) 5 3
1 4 2
= 2 5 3
2 1
5 3
2
= 2
1
A 1 adj ( A)
det A
Penentuan adj A:
37
a b c ( ) ( ) ( ) a11 a12 a13
A d e f A () () () A a 21 a 22 a 23
g h i ( ) ( ) ( ) a31 a32 a33
e f d f d e
a11 a a12 b a13 c
h i g i g h
b c a c a b
a 21 d a 22 e a 23 f
h i g i g h
b c a c a b
a 31 g a 32 h a 33 i
e f d f g h
Contoh:
1 2 1
2 3 4
1 2 3
Diketahui matriks A = tentukan invers matriks A
dengan menggunakan perhitungan menurut baris pertama.
Penyelesaian:
3 4 2 4 2 3
det A 1 2 1
2 3 1 3 1 2
=1 – 4 + 1
= -2
1 4 5
adj ( A) 2 2 2
1 0 1
38
1
A 1 adj ( A)
det A
1 4 5
1
2 2 2
2
1 0 1
=
1 5
2 2
2
1 1 1
1 1
0
= 2 2
ax + by = p .......................................................(1)
cx + dy = q .......................................................(2)
persamaan (1) dan (2) deatas dapat kita susun kedalam bentuk matriks
dibawah ini:
a b x p
c d y q
x 1 d b p
y ad bc c a q
Asalkan ad – bc 0
39
Contoh:
2x + y =
x + 3y = 7
penyelesaian:
2 1 x 4
1 3 y 7
x 1 3 1 4
y (2 x3) (1x1) 1 2 7
15
= 5 10
1
= 2
a1 x b1 y c1 z d1
a 2 x b2 y c 2 z d 2
40
a 3 x b 3 y c 3 z d 3
a1 b1 c1 x d1
a b2 c 2 y d 2
2
a3 b3 c3 z d 3
a1 b1 c1 x d1
a b2 c 2 y d
2 2
a b3 c3 z d 3
Misalkan A = 3 , X = dan B =
1
adj ( A)
A-1= det A , oleh karena itu diperoleh:
1 1
adj ( A) adj ( A)
X= det A B= det A B
Contoh:
1 2 3
B 1 3 4
1 4 3
Penyelesaian:
1 2 31 2
B 1 3 41 3
1 4 31 4
B 9 8 12 9 16 6
41
B 2
Pembahasan:
42
Jawaban: A
Pembahasan:
43
Sehingga jika C =
dan memiliki hubungan yang sama seperti A dan B dengan D, maka
matriks D adalah:
44
Det(AtB) = (10.34) – (12.12) = 340 – 144 = 196
Jawaban: D
5. Diketahui matriks-matriks :
Det(C) = (-6.11) – (16.2) = -66 – 32 = -98
Jawaban: B
6. Jika M adalah matriks sehingga:
45
c. 0
d. 1
e. 2
Pembahasan:
7. Diketahui matriks
maka nilai x + 2xy + y adalah ...
a. 8
b. 12
c. 18
d. 20
e. 22
46
Pembahasan:
3 + x +3 = 8
6 + x = 8
x = 2
5 – 3 – y = -x
2 – y = -2
-y = -4
y = 4
maka nilai x + 2xy + y = 2 + 2.2.4 + 4 = 2 + 16 + 4 = 22
Jawaban: E
x = 1 dan y = 0
Nilai x + y = 1 + 0 = 1
Jawaban: D
47
9. jika maka P = ...
Pembahasan:
Jawaban: E
10. Jika P dan Q adalah matriks berordo 2 x 2 yang
memenuhi adalah...
48
Pembahasan:
Jawaban: E
Det(A) = (5 + x) 3x – 5x =
Det(B) = 9.4 – 7.(-x) = 36 + 7x
Det(A) = det(B)
(3x – 9) (x + 4) = 0
49
x = 3 atau x = -4
Jawaban: C
50
14. Matriks jika A + Bt
= C dan Bt adalah transpose dari B, maka d = ...
a. -1
b. -2
c. 0
d. 1
e. 2
Pembahasan:
A + Bt = C
a=1
b =1
a+b-c =0
1+1–c=0
2–c=0
c=2
c+d=1
2+d=1
d = -1
Jawaban: A
51
3+p=1
p = -2
-1 + q = 0
q=1
r=0
5+s=1
s = -4
p + q + r + s = -2 + 1 + 0 – 4 = -5
Jawaban: A
52
BAB III
LANGKAH-LANGKAH SURVEI
A. Faktor yang diselidiki
Dalam proses pembelajaran pokok bahasan matrik di kelas X SMA
proses pembelajaran berlangsung secara konvesional yaitu pembelajaran yang
berpusat pada guru (teacher center), sedangkan peserta didik kurang terlibat
dan kurang dapat berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Hal ini
dapat menyebabkan peserta didik menjadi jenuh sehingga dapat berpengaruh
pada hasil belajar peserta didik. Sebagian besar peserta didik pasif yang
ditandai dengan banyak peserta didik yang tidak bertanya, bermain sendiri,
tidur, berbicara sendiri, berbicara dengan teman sebelahnya dan sedikit yang
berani tampil ke depan (mengerjakan di papan tulis).
Banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami
materi pokok bahasan matrik. Kesulitan peserta didik meliputi menentukan
ordo matrik, transpos matrik dan menyelesaikan kesamaan matrik. Peserta
didik menghadapi kesulitan bagaimana menyelesaikan masalah yang
diberikan guru. Berbagai kesulitan ini muncul antara lain karena materi pokok
memerlukan keaktifan peserta didik yang belum pernah di ajarkan di kelas
bawahnya. Menurut Teori belajar Bruner, belajar merupakan suatu proses
aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal - hal baru di luar
informasi yang diberikan kepada dirinya. Jika seseorang mempelajari sesuatu
pengetahuan, pengetahuan itu perlu dipelajari dalam tahap - tahap tertentu
agar pengetahuan itu dapat diinteralisasi dalam pikiran (struktur kognitif)
orang tersebut. Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh - sungguh
(yang berarti proses belajar terjadi secara optimal) jika pengetahuan yang
dipelajari dalam tiga tahapan sebagai berikut :
a. Tahap enaktif, pengetahuan dipelajari secara aktif dengan
menggunakan benda - benda kongkret atau menggunakan situasi
yang nyata.
b. Tahap ikonik, pengetahuan diwujudkan dalam bentuk bayangan
visual, gambar, atau diagram yang menggambarkan kegiatan
kongkret.
c. Tahap simbolik, yaitu pengetahuan diwujudkan dalam bentuk
simbol - simbol abstrak, baik simbol - simbol verbal (misalnya
huruf - huruf, kata - kata, kalimat - kalimat), lambang matematika,
maupun lambang - lambang abstrak yang lain.
Pembelajaran menurut Bruner adalah peserta didik belajar melalui
keterlibatan aktif dengan konsep - konsep dan prinsip - prinsip memecahkan
masalah dan guru berfungsi sebagai motivator. Teori makna (meaning theory)
53
dari Ausubel (Brownell dan Chazal) mengemukakan pentingnya
pembelajaran bermakna. Kebermaknaan yang di maksud adalah kegiatan
belajar lebih menarik, lebih bermanfaat, pernyataan konsep - konsep dalam
bentuk bagan, diagram atau peta sehingga tampak keterkaitan diantara konsep
- konsep yang diberikan, sehingga materi yang disampaikan akan lebih
mudah dipahami dan lebih tahan tahan lama diingat oleh peserta didik
sehingga hasil belajar lebih meningkat dari sebelumnya.
Salah satu model pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan
keaktifan dan daya nalar peserta didik untuk memahami konsep adalah model
pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI). Dimana peserta didik
dapat menimbulkan minat sekaligus kreativitas dan motivasi dalam
pembelajaran materi pokok matrik dan melatih peserta didik untuk berani
tampil menyajikan temuanya serta mengerjakan soal di papan tulis, sehingga
diharapkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik dapat meningkat.
Survey ini difokuskan pada upaya meningkatkan kemampuan berpikir
pada siswa SMA kelas X mata pelajaran matematika, khususnya pada materi
Matriks. Adapun proses pembelajaran, latar belakang responden, dan data-
data lain mengenai responden menjadi factor yang diselidiki dalam survey
kali ini.
C. Prosedur Survei
Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
(TAI) merupakan model pembelajaran yang mengikutsertakan peserta didik
secara langsung dalam menyimpulkan permasalahan yang ada dan diberikan
permasalahan baru untuk diselesiakan setiap peserta didik. Dengan demikian
diharapkan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI) hasil belajar Matematika peserta didik kelas
X SMA
Menurut David Kline (1980) umumnya penelitian survei dilakukan
untuk mengambil sebuah generalisasi dari pengamatan yang tidak terlalu
mendalam. Walaupun tidak seperti pada metode eksperimen yang
memerlukan kelompok kontrol, generalisasi pada penelitian survei yang
dilakukan dapat lebih akurat bila digunakan pada sampel yang mewakili
(representatif).
54
Metode ini dilakukan untuk mengetahui pegamatan secara lansung
terhadap suaru persoalan yang sedang dialami, pada tahap awal peneliti
membuat pertanyaan survey atau daftar pertanyaa yang akan digunakan
untuk mengukur pada saat pengumpulan data. Pada saat pertaanyaan
berlangsung responden membaca dan menjawab dengan memberi tanda pada
kuisioner tersebut.
Pada saat semua responden telah dimintai jawaban, peneliti akan
merangkum dari beberapa responden yang nantinya akan ditarik sebuah
kesimpulan berupa sebuah masalah yang dialami oleh responden dan
selanjutnya di angkat sebagai judul dalam laporan kali ini dengan sebuah
solusi yang menurut peneliti bisa memecahkan masalah tersebut.
55
BAB IV
PEMBAHASAN SURVEI
A. Persepsi Siswa Terhadap Mata Pelajaran Matematika
Pada persepsi siswa kelas X SMA peneliti mengambil 4 siswa sebagai
sampel dari populasi siswa kelas X. Hasil wawancara dari siswa tersebut
yaitu:
1. Andi Fachri : menurut Fahr matematika merupakan mata pelajaran
yang cukup sulit, dikarena ada beberapa faktor yang membuart
fahri tidak begitu menyukai matematika diantaranya cara
menjelaskan guru tersebut. Dimana gurunya menggunakan metode
konvensional (ceramah).
2. Ainun : menurut ainun matematika sangatlah sulit, karena
menurutnya pada saat menjelaskan berbeda dengan soal yang telah
diberikan.
3. Rezki husain: menurut rezki matematika merupakan mata pelajaran
yang mudah karena dia dapat mencerna apayang diberikan oleh
guru rizki dan rizki termasuk sangat menyukai pelajaran
matematika
4. Yulia nurmasyita: menurut yuli matematika itu tergantung
bagaimana cara guru tersebut menyampaikan materi yang ada,
dengan begitu yulia dapat memahami lebih mendalam materi yang
dijelaskan.karena selama ini dia selalu dibebani dengan rumus dan
teori yang di sampaikan oleh guru dengan metode konvensional
(ceramah).
B. Permasalahan Yang Dihadapi Siswa Dalam Proses Pembeajaran
Matematika
Setelah melakukan wawancara terhadap beberapa siswa kelas X
pada materi matriks, ditemukan beberapa permasalahan dalam proses
pembelajaran:
1. Persepsi siswa tentang mata pelajaran matematika.
Persepsi siswa terhadap mata pelajaran matematika dalam materi
matriks yakni adanya kesulitan dalam memahami konsep dasar matriks
itu sendiri dikarenakan kurangnya perhatian dalam pembelajaran dan
siswa tersebut kurang memahami pembelajaran tersebut dikarenakan
siswa tersebut tidak mengembangkan pola pikirnya, hanya tergantung
pada contoh soal yang diberikan. Hal ini menyebabkan kemalasan dan
menurunnya prestasi siswa.
Pada dasarnya, jika siswa tidak berpikiran bahwa matematika
adalah pelajaran yang sulit, maka seharusnya matematika bisa menjadi
56
salah satu mata pelajaran favorit yang dianggap mudah. Kita sudah
tahu bahwa matematika merupakan ilmu pasti. Dibanding mata
pelajaran lain, tentu saja matematika tergolong mudah bagi siswa yang
paham mengenai konsep dasar matematika itu sendiri.
2. Penggunakan metode pembelajaran yang kurang menarik
Dalam proses belajar mengajar, ketertarikan siswa terhadap proses
pembelajaran tentu merupakan salah satu hal yang mempengaruhi
proses belajar mengajar itu sendiri. Dalam hal ini, jika siswa kurang
tertarik dengan cara mengajar yang dilakukan oleh guru, maka
kebanyakan siswa tidak akan bisa menangkap dengan baik materi yang
disampaikan. Hal ini lah yang menjadi keluhan bagi beberapa siswa
kelas X SMA yang menganggap bahwa dia tidak dapat memahami
mata pelajaran matematika di kelasnya karena metode belajar dari guru
yang kurang menarik. Kurang menarik dalam hal ini, menurutnya yaitu
tidak terjadinya umpan balik antar siswa dan guru. Guru hanya
berfokus pada ceramah atau menjelaskan materi namun tidak meninjau
siswa-siswa.
C. Solusi Dari Masalah Yang Dihadapi Siswa Dalam Proses Belajar
Mengajar Pada Mata Pelajaran Matematika.
1. Persepsi siswa tentang mata pelajaran matematika.
Matematika adalah pengetahuan terstruktur, dimana sifat dan teori
dibuat secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan
atau tidak didefinisikan berdasarkan aksioma, sifat atau teori yang
telah dibuktikan kebenarannya. Matematka merupakan bahasa symbol
tentang berbagai gagasan dengan menggunakan istilah-istilah yang
didefinisikan secara cermat, jelas dan akurat.
Usaha yang dilakukan untuk memperbaiki persepsi siswa terhadap
mata pelajaran metematika di mulai dari dalam diri siswa tersebut.
Ketika terdapat kemauan yang besar terhadap diri siswa untuk
mempelajari matematika maka peluang besar telah terbuka. Pastinya,
perkembangan siswa membutuhkan perhatian lebih. Oleh karena itu
guru harus memperhatikan siswanya dan terus membantu siswa dalam
memahami materi baik pada jam pelajaran maupun diluar jam
pelajaran. Selain guru orang tuapun mempunyai peranan yang penting
dalam menumbuhkan minat belajar terhadap mata pelajaran
matematika. Interaksi antar siswa lain juga harus diciptakan, karena
dengan hal ini dapat menumbuhkan kegemaran siswa dalam belajar
dan dapat memperkaya wawasan dan sumber keilmuan antara siswa
satu dengan yang lain. Apalagi kalau di cermati, keberadaan siswa
sekolah dasar menjadi bagian dari pendidikan dasar yang menjadi
57
titim awal dan landasan dalam melanjutkan studi menuju pendidikan
menengah dan tinggi. Berdasarkan hal itu, pengembangan siswa
sekolah dasar mutlak diperlukan demi menciptakan pendidikan dasar
yang berkualitas dan bermakna.
2. Metode Pembelajaran
58
BAB V
KESIMPULAN dan SARAN
A. Kesimpulan
Pembelajaran matematika pada materi pokok matriks di kelas X SMA
dapat diselesaikan dengan menerapkan metode pembelajaran yang
berbasis aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Aktif
dimaksudkan dalam proses pembelajaran adalah guru harus menciptakan
suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif untuk bertanya,
mempertanyakan dan mengemukakan pendapat. Inovatif dimaksudkan
dalam proses pembelajaran diharapkan muncul ide-ide baru yang lebih
baik. Kreatif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus
mampu menciptakan kegiatan yang beragam serta mampu membuat alat
bantu yang sederhana yang dapat memudahkan pemahaman siswa. Efektif
yaitu selama pembelajaran berlangsung mewujudkan ketercapaian tujuan
pembelajaran, siswa menguasai kompetensi serta ketrampilan yang
diharapkan. Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang
menyenangkan dan nyaman . Bentuk pembelajaran tersebut salahsatunya
menggunakan metode Team Assisted Individualization (TAI).
Team Assisted Individualization (TAI) merupakan model
pembelajaran kooperatif, dimana siswa ditempatkan dalam tim belajar
kelompok beranggotakan 4 – 6 siswa secara heterogen baik jenis kelamin,
kecakapan dan kinerja. Team Assisted Individualization (TAI) merupakan
model pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk dapat menyelesaikan
permasalahan secara individual kemudian dilakukan saling memeriksa
jawaban teman dalam kelompoknya, melalui diskusi dalam kelompok itu
siswa memperoleh jawaban dari permasalahan matrik yang muncul. Hasil
diskusi kelompoknya dipertanggungjawabkan bersama dalam presentasi.
Kegiatan belajar Team Assisted Individualization (TAI) ini akan
menimbulkan siswa aktif baik dalam kegiatan individu, aktif dalam diskusi
kelompoknya, karena mereka tidak canggung apabila bertanya atau
mempertahankan pendapatnya. Langkah berikutnya guru memberikan
beberapa permasalahan matrik bentuk berbeda dikerjakan individu untuk
memperkuat hasil kesimpulan yang telah diperoleh. Diharapkan dengan
menggunakan metode Team Assisted Individualization (TAI) minat dan
antusias belajar siswa akan bertambah, menyenangkan, yang akhirnya
akan meningkatkan hasil belajar siswa.
59
B. Saran
Saran Sebagaimana hasil yang diperoleh dari penelitian, bahwa model
pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar peserta didik. Berdasarkan kenyataan yang
diperoleh, maka saran-saran yang dapat diberikan diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dapat menjadi
pertimbangan dalam pembelajaran untuk menjadikan motivasi, inovasi
dan variasi pada proses pembelajaran. Model pembelajaran ini dapat
meningkatkan keaktifan peserta didik serta cukup efektif untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik.
2. Hambatan yang perlu diperhatikan dari pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI) yang mungkin ditemui antara lain pengelolaan
kelas yaitu penentuan anggota kelompok dan penataan meja kelompok
memerlukan waktu relatif lama, lembar kerja peserta didik tercukupi
untuk setiap anggota kelompok, komunikasi peserta didik ketika
mengerjakan tugas merata untuk setiap kelompok. Untuk itu
perencanaan baik waktu, administrasi, ataupun pengelolaan kelas harus
di perhitungkan sebaik mungkin agar kendalakendala tersebut dapat
diminimalkan.
60
Daftar Pustaka
mariasmile920. (2012, October 31). Sejarah Penemu Ilmu Matriks. Retrieved May
9, 2021, from matematikamatematika website:
https://matematikamatematika.wordpress.com/2012/10/31/sejarah-penemu-ilmu-
matriks/
CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN TENTANG MATRIKS. (2017, January
24). Retrieved May 9, 2021, from AJAR HITUNG website:
https://www.ajarhitung.com/2017/01/contoh-soal-dan-pembahasan-
tentang_24.html
Dwi Wulandari. (2020). Matriks lengkap. Retrieved May 9, 2021, from
Academia.edu website: https://www.academia.edu/5622468/Matriks_lengkap
file:///C:/Users/Windows%2010/Downloads/Matriks.pdf
file:///C:/Users/Windows%2010/Downloads/materi%20defini%20matriks%20dan
%20jenis-jenis%20matriks.pdf
61