Anda di halaman 1dari 61

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED

INDIVIDUALIZATION ( TAI ) DALAM MATERI POKOK


MATRIKS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
PESERTA DIDIK KELAS X SMA

DI SUSUN OLEH :

RIDWAN RAPIYUDDIN
NIM :105361108918
KELAS 2018D

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wahmatullahi wabarakatuh


Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayah- Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
yang berjudul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED
INDIVIDUALIZATION ( TAI ) DALAM MATERI POKOK MATRIKS
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X
SMA”.
Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada nabi kita Muhammad
SAW, keluarga dan sahabat – sahabatnya yang telah membimbing umat manusia
dari alam jahiliyah menuju alam islamiyah.
Dengan terselesainya makalah ini tak lupa kami menyampaikan terimakasih
kepada :
1. SITTI RAHMA TAHIR, S. Pd., M.Pd. selaku pengampu mata kuliah
“PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MATEMATIKA ” yang telah
memberikan petunjuk dan pengarahan dalam pembuatan laporan ini.
2. Serta teman-teman yang telah memberikan bantuan berupa informasi,
pengarahan maupun petunjuk yang sangat bermanfaat bagi penulis
sehingga laporan ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Kami menyadari bahwa penulisan laporan ini mempunyai banyak kekurangan
dalam hal pembuatan laporan, sehingga masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu kami membutuhkan kritik dan saran yang membangun, sehingga dapat
memperbaiki lapran penulis selanjutnya.

Makassar, Mei 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......................................................................................................... 2
Daftar Isi .................................................................................................................... 3
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang .............................................................................................. 4
B. Tujuan............................................................................................................. 6
C. Manfaat .......................................................................................................... 6
BAB II Kajian Pustaka
A. Landasan......................................................................................................... 7
B. Paparan Materi (Matriks)............................................................................... 17
BAB III Langkah-langkah survei
A. Faktor yang diselidiki..................................................................................... 52
B. Lokasi dan Subjek.......................................................................................... 53
C. Prosedur Survei.............................................................................................. 53
BAB IV Pembahasan Survey
BAB V Penutup
A. Kesimpulan....................................................................................................58
B. Saran...............................................................................................................59
Daftar Pustaka............................................................................................................60

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses pendewasaan manusia dari tidak tahu
menjadi tahu untuk meningkatkan intelektual atau kecerdasan untuk
membentuk kepribadian yang mulia. Islam mewajibkan umatnya untuk
menuntut ilmu dan Allah akan memuliakan derajat umat yang mempunyai
ilmu pengetahuan. Salah satu ilmu yang di pelajari di sekolah adalah mata
pelajaran matematika, mulai dari tingkatan rendah sampai pada tingkatan
perguruan tinggi. Dalam dunia pendidikan pelajaran matematika merupakan
salah satu mata pelajaran pokok yang penting untuk diajarkan, bahkan
matematika merupakan salah satu mata uji dalam ujian nasional. Sebagian
besar siswa masih menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang
menakutkan dan sangat dibenci hal tersebut dikarenakan matematika sebagian
bersifat abstrak, dalam benak mereka matematika hanya menghafal berbagai
rumus, sulit dan membosankan. Ini yang sering membuat para siswa antipati
dengan matematika. Padahal dalam kehidupan sehari – hari kita semua tidak
bisa lepas dari matematika. Baik untuk urusan dunia maupun urusan akhirat
matematika sangat diperlukan.
Matematika juga mempunyai peran penting dalam perkembangan
berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi serta daya pikir manusia.
Oleh karena itu pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta
didik mulai dari tingkat dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan
berpikir logis, sistematis, kritis dan kreatif serta mampu bekerja sama. Hal
tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan untuk
memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup
pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan penuh persaingan. Untuk
mewujudkan harapan tersebut pembelajaran matematika haruslah kreatif dan
inovatif, maka diperlukan model – model pembelajaran yang sesuai dengan
materi pokok bahasan serta media pembelajaran yang sesuai, sehingga
matematika yang bersifat abstrak bisa dikonkritkan dan mudah difahami.
Menurut sumber yang didapat oleh peneliti, masih banyak siswa yang
kurang aktif dalam pembelajaran, belum terbiasa untuk mengungkapkan
pendapat, bahkan masih ada siswa yang tidak tertarik pada pelajaran
matematika sehingga kurang antusias dan semangat mengikuti proses
pembelajaran. Hal ini terjadi karena pada proses pembelajaran, metode yang
digunakan pada pokok bahasan matrik kurang tepat, permasalahan

4
pembelajaran matematika pada materi pokok matriks di kelas X SMA dapat
diselesaikan dengan menerapkan metode pembelajaran yang berbasis aktif,
inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Aktif dimaksudkan dalam proses
pembelajaran adalah guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa
sehingga siswa aktif untuk bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan
pendapat. Inovatif dimaksudkan dalam proses pembelajaran diharapkan
muncul ide-ide baru yang lebih baik. Kreatif dimaksudkan bahwa dalam
proses pembelajaran guru harus mampu menciptakan kegiatan yang beragam
serta mampu membuat alat bantu yang sederhana yang dapat memudahkan
pemahaman siswa. Efektif yaitu selama pembelajaran berlangsung
mewujudkan ketercapaian tujuan pembelajaran, siswa menguasai kompetensi
serta ketrampilan yang diharapkan. Menyenangkan adalah suasana belajar
mengajar yang menyenangkan dan nyaman . Bentuk pembelajaran tersebut
salahsatunya menggunakan metode Team Assisted Individualization (TAI).
Team Assisted Individualization (TAI) merupakan model
pembelajaran kooperatif, dimana siswa ditempatkan dalam tim belajar
kelompok beranggotakan 4 – 6 siswa secara heterogen baik jenis kelamin,
kecakapan dan kinerja. Team Assisted Individualization (TAI) merupakan
model pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk dapat menyelesaikan
permasalahan secara individual kemudian dilakukan saling memeriksa
jawaban teman dalam kelompoknya, melalui diskusi dalam kelompok itu
siswa memperoleh jawaban dari permasalahan matrik yang muncul. Hasil
diskusi kelompoknya dipertanggungjawabkan bersama dalam presentasi.
Kegiatan belajar Team Assisted Individualization (TAI) ini akan
menimbulkan siswa aktif baik dalam kegiatan individu, aktif dalam diskusi
kelompoknya, karena mereka tidak canggung apabila bertanya atau
mempertahankan pendapatnya. Langkah berikutnya guru memberikan
beberapa permasalahan matrik bentuk berbeda dikerjakan individu untuk
memperkuat hasil kesimpulan yang telah diperoleh. Diharapkan dengan
menggunakan metode Team Assisted Individualization (TAI) minat dan
antusias belajar siswa akan bertambah, menyenangkan, yang akhirnya akan
meningkatkan hasil belajar siswa.
Berpijak pada latar belakang di atas, maka perlu diadakan penelitian
“Penerapan Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)
Dalam Materi pokok Matriks Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta
Didik Kelas X SMA Tahun Pelajaran 2021”.

5
B. Tujuan
Untuk mengetahui apakah penerapan model Team Assisted
Individualization (TAI) mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik pada
pokok bahasan matriks di kelas X SMA.
C. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari laporan ini adalah :
1. Manfaat bagi peserta didik
Bagi peserta didik penelitian ini dapat melatih agar peserta didik lebih
aktif, mengembangkan kerja sama, menghargai satu sama lain,
membangun kepercayaan diri dalam menyelesaikan masalah-masalah.
2. Manfaat bagi guru
Khususnya guru matematika, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan
masukan dan kajian dalam rangka meningkatkan hasil pembelajaran
dengan metode dan strategi yang tepat sehubungan dengan penerapan
pembelajaran model Team Assisted Individualization (TAI) terhadap hasil
belajar matematika.

6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan
1. Pengertian Belajar
Pemahaman guru terhadap pengertian belajar mengajar akan
mempengaruhi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
Pengertian maupun definisi belajar mengajar harus dipahami oleh guru
agar kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dapat membuahkan hasil
yang memuaskan sehingga akan lahir berbagai bentuk kegiatan yang
mungkin dilakukan baik oleh siswa maupun oleh guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Menurut Gagne dalam Dimyati (2002) belajar merupakan kegiatan
yang kompleks. Hasil belajar merupakan kapabilitas. Setelah belajar
orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya
kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulasi yang berasal dari lingkungan,
dan (ii) proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar. Hasil belajar
merupakan kapabilitas siswa yang berupa informasi verbal, keterampilan
intelektual, strategi koginitif, keterampilan motorik, dan sikap.
Rogers berpendapat bahwa pentingnya guru memperhatikan
prinsip pendidikan, yaitu sebagai berikut:
a. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar untuk belajar.
b. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
c. Pengorganisasian bahan pengajaran.
d. Belajar yang bermakna berarti belajar tentang proses belajar mengajar,
keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerja sama dengan
melakukan pengubahan diri terus menerus.
e. Belajar yang optimal akan terjadi, bila siswa berpartisipasi secara
bertanggung jawab dalam proses belajar.
f. Belajar mengalami dapat terjadi, bila siswa mengevaluasi dirinya
sendiri.
Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat
dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-
ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk mengoptimalkan proses
belajar mengajar dan meningkatkan hasil belajar siswa dengan
"pendekatan keterampilan proses", faktor utamanya adalah dari siswa.
Maka guru seyogyanya mengetahui prinsipprinsip pengaktifan siswa
dalam belajar dengan membuat pelajaran itu menantang, merangsang
daya cipta untuk menemukan, serta mengesankan.

2. Pengertian Hasil Belajar

7
Pengertian hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari apa yang
terjadi dari kegiatan belajar baik di kelas, disekolah maupun diluar
sekolah. Hasil belajar menurut Gagne dan Brigss adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai akibat perbuatan belajar
dan dapat diamati melaui penampilan peserta didik. Reigeluth
berpendapat bahwa hasil belajar atau pembelajaran dapat juga dipakai
sebagai pengaruh yang memberikan suatu ukuran nilai dari metode
(strategi) alternatif dalam kondisi yang berbeda.
Pembelajaran dikatakan berhasil jika terjadi perubahan pada diri
peserta didik yang terjadi akibat belajar. Sesuai dengan taksonomi tujuan
pembelajaran, hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu :
a) Aspek kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengan
berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah seperti
pengetahuan komprehensif, aplikatif, sintesis, analisis dan
pengetahuan evaluatif
b) Aspek afektif adalah kemampuan yang berhubungan dengan sikap,
nilai, minat, dan apresiasi. Menurut Uno ada lima tingkat afektif
yaitu kemauan menerima, kemauan menanggapi, berkeyakinan,
penerapan karya, serta ketekunan dan ketelitian.
c) Aspek psikomotorik mencakup tujuan yang berkaitan dengan
keteramoilan (skill ) yang bersifat manual atau motorik. Tingkatan
dalam aspek ini yaitu persepsi, kesiapan melakukan suatu kegiatan,
mekanisme, respons terbimbing, kemahiran, adaptasi, dan
organisasi.
Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi
berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor
internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Yang tergolong
faktor internal adalah:
a. Faktor jasmani, meliputi kesehatan dan cacat tubuh.
b. Faktor psikologis, meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motif,kematangan, dan kesiapan.
c. Faktor kelelahan.

Yang tergolong faktor eksternal, yaitu:

a. Faktor sosial yang terdiri atas:


 Lingkungan keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi
antar anggota keluarga,suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
pengertian orang tua danlatar belakang kebudayaan.
 Lingkungan sekolah atau madrasah, meliputi metode pengajaran,
kurikulum, relasi guru dengan peserta didik, disiplin sekolah, alat

8
pengajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung,
metode belajar, dan tugas rumah.
 Lingkungan masyarakat, meliputi kegiatan peserta didik dalam
masyarakat, media masa,teman bergaul, serta bentuk kehidupan
masyarakat,
b. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan
kesenian.
c. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.
d. Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.
3. Teori Belajar
a) Teori Bruner
Salah satu teori pembelajaran yang memberikan andil bagi dunia
pembelajaran adalah belajar penemuan (discovery learning) yang
di kemukakan oleh Jerome Bruner. Manusia harus aktif mencari
pengetahuan mereka sendiri agar apa yang dicarinya lebih
bermakna. Dalam hal ini termasuk ketika manusia memecahkan
masalah melalui pengetahuan yang dimiliknya sehingga
pengetahuan yang digunakannya benar-benar bermakna. Aplikasi
teori ini adalah pembelajaran aktif, dimana peserta didik
hendaknya belajar sendiri, mengonstruksi pengetahuan sendiri
melalui berbagai macam pengalaman
Belajar matematika menurut Bruner adalah :
1. Belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur
matematika yang tepat di dalam materi pelajaran.
2. Mencari hubungan tentang konsep-konsep dan struktur-
struktur matematika.

Untuk memahami matematika perlu memperhatikan konsep-


konsep yang ada sebelumnya. Karena matematika tersusun secara
hirarkis, di manamateri yang satu dengan yang lain berkaitan erat.
Konsep lanjutannya akan sulit dipahami sebelum memahami
konsep sebelumnya yang menjadi prasyarat. Ini berarti belajar
matematika harus bertahap dan berurutan secara sistematis serta
harus didasarkan kepada pengalaman belajar yang lalu. Seseorang
akan lebih mudah mempelajari suatu materi matematika yang baru
bila didasarkan kepada pengetahuan yang telah diketahui.

Pembelajaran menurut Bruner adalah peserta didik belajar


melalui keterlibatan aktif dengan konsep - konsep dan prinsip -
prinsip memecahkan masalah dan guru berfungsi sebagai
motivator yang mendorong peserta didk untuk mendapatkan

9
pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan
peserta didik menemukan prinsip - prinsip untuk diri mereka
sendiri. Pembelajaran ini membangkitkan keingintahuan peserta
didik, memotivasinya untuk bekerja sampai menemukan
jawabannya. Jika seseorang mempelajari sesuatu pengetahuan,
pengetahuan itu perlu dipelajari dalam tahap - tahap tertentu agar
pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran ( struktur
kognitif ) orang tersebut. Proses internalisasi akan terjadi secara
sungguh - sungguh (yang berarti proses belajar terjadi secara
optimal) jika pengetahuan yang dipelajari dalam tiga tahapan
sebagai berikut :

1. Tahap enaktif, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu


pengetahuan di mana pengetahuan itu dipelajari secara aktif,
dengan menggunakan benda - benda kongkret atau
menggunakan situasi yang nyata.
2. Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu
pengetahuan di mana pengetahuan itu direpresentasikan
(diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual, gambar, atau
diagram yang menggambarkan kegiatan kongkret.
3. Tahap simbolik, yaitu suatu tahap pembelajaran di mana
pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk simbol -
simbol abstrak, yaitu simbol - simbol arbiter yang dipakai
berdasarkan kesepakatan orang - orang dalam bidang yang
bersangkutan, baik simbol - simbol verbal (misalnya huruf -
huruf, kata - kata, kalimat - kalimat), lambang matematika,
maupun lambang - lambang abstrak yang lain.
b) Teori Ausubel
Teori makna (meaning theory) dari Ausubel (Brownell dan
Chazal) mengemukakan pentingnya pembelajaran bermakna.
Kebermaknaan pembelajaran akan membuat kegiatan belajar lebih
menarik, lebih bermanfaat, dan lebih menantang sehingga konsep
dan prosedur materi yang disampaikan akan lebih mudah
dipahami dan lebih tahan tahan lama diingat oleh peserta didik
sehingga hasil belajar lebih meningkat dari sebelumnya.
Kebermaknaan yang di maksud adalah pernyataan konsep -
konsep dalam bentuk bagan, diagram atau peta sehingga tampak
keterkaitan diantara konsep - konsep yang diberikan.
Menurut Ausubel, siswa akan belajar dengan baik jika isi
pelajaran (instructional content ) sebelumnya didefinisikan dan
kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa

10
(advance organizers). Dengan demikian, akan mempengaruhi
kemajuan belajar siswa. Advance memberikan tiga macam
manfaat:
1. menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang
akan dipelajari,
2. berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara yang
sedang dipelajari dan yang akan dipelajari,
3. dapat membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara
lebih mudah.

Untuk itu, pengetahuan guru terhadap isi pembelajaran harus


sangat baik. Dengan demikian, ia akan mampu menemukan
informasi yang sangat abstrak, umum dan inklusif yang mewadahi
apa yang akan diajarkan. Guru juga harus memiliki logika berfikir
yang baik, agar dapat memilah-milah materi pembelajaran,
merumuskannya dalam rumusan yang singkat dan padat serta
mengurutkan materi tersebut dalam struktur yang logis dan mudah
dipahami.

Menurut Ausubel, metode - metode yang digunakan dalam


proses pembelajaran akan sangat efektif dalam menghasilkan
kegiatan belajar yang bermakna apabila dipenuhi dua syarat
berikut :

a. Syarat pertama : peserta didik memiliki sikap mental yang


mendukung terjadinya kegiatan belajar yang bermakna.
Contoh, peserta didik betul - betul mempunyai keinginan yang
kuat untuk memahami hal - hal yang akan dipelajari dan
berusaha untuk mengaitkan hal - hal baru dengan hal - hal
lama yang telah ia ketahui, yang kiranya relevan.
b. Syarat kedua : materi yang akan dipelajari merupakan materi
yang terkait dengan struktur kognitif yang pada saat itu telah
dimiliki peserta didik, sehingga dengan demikian dapat
mengasimilasikan pengetahuan - pengetahuan baru yang
dipelajari itu kedalam struktur kognitif yang ia miliki. Dengan
demikian struktur kognitif peserta didik mengalami
perkembangan.
c) Teori Piaget
Menurut Piaget, kemampuan kognitif manusia berkembang
menurut tahapan-tahapan tertentu mulai dari merumuskan pada
proses berfikir dan bukan sekedar hasilnya, kemudian tahapan

11
siswa berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam
pembelajaran, pada tahapan ini pengetahuan jadi tidak
mendapatkan penekanan, melainkan siswa di dorong menemukan
sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan
lingkungannya, tahapan yang ketiga adalah memaklumi adanya
perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan.
Menurut undang-undang no. 20 tahun 2003, pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Amin Suyitno
mengungkapkan, pembelajaran merupakan upaya menciptakan
iklim dan pelayanan terhadap kemampuan peserta, potensi, minat,
bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi
interaksi yang optimal antara guru dengan peserta serta antara
peserta didik dengan peserta didik.14 Menurut Hamzah B. Uno,
matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat
pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan
praktis, yang unsurunsurnya logika dan intuisi, analisis dan
konstruksi, generalitas dan individualitas serta mempunyai
cabang-cabang antara lain aritmetika, aljabar, geometri, dan
analisis.15 Sedangkan Hudojo menyatakan bahwa matematika
adalah ilmu yang berkenaan dengan gagasan berstruktur yang
hubungan-hubungannya diatur secara logis.
Dari pengertian di atas terdapat ciri-ciri khusus atau
karakteristik yang dapat merangkum pengertian secara umum.
Beberapa karakteristik matematika tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Memiliki objek kajian abstrak.
2. Bertumpu pada kesepakatan.
3. Berpola pikir deduktif.
4. Memiliki simbol yang kosong dari arti.
5. Memperbaiki semesta pembicaraan.
6. Konsisten dalam sistemnya.

Jadi pembelajaran matematika adalah aktivitas yang sengaja


dilakukan untuk mencapai tujuan matematika yang di dalamnya
terkandung upaya untuk meningkatkan iklim dan pelayanan
terhadap kemampuan potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta
didik tentang matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi
optimal antara guru dengan peserta didik serta antara peserta didik
dengan peserta didik. Dalam pembelajaran aktif, guru lebih
banyak memosisikan dirinya sebagai fasilitator yang bertugas

12
memberikan kemudahan belajar (to facilitate of learning) kepada
siswa. Siswa terlibat secara aktif dan berperan dalam proses
pembelajaran, sedangkan guru lebih banyak memberikan arahan
dan bimbingan, serta mengatur sirkulasi dan jalannya proses
pembelajaran.

Siswa akan aktif dalam kegiatan belajarnya bila ada motivasi,


baik motivasi ekstrinsik maupun intrinsik. Beberapa hal yang
dapat merangsang tumbuhnya motivasi belajar aktif pada diri
siswa, antara lain:

1. Penampilan guru yang hangat dan menumbuhkan


partisipasi positif
2. Siswa mengetahui maksud dan tujuan pembelajaran atau
kompetensi yang diharapkan
3. Tersedia fasilitas, media/sumber belajar, dan lingkungan
belajar yang mendukung kegiatan pembelajaran.
4. Adanya prinsip pengakuan penuh atas pribadi setiap siswa
(individual learning)
5. Adanya konsistensi dalam penerapan aturan atau perlakuan
oleh guru di dalam proses belajar mengajar
6. Adanya pemberian reinforcement atau penguatan dalam
proses pembelajaran
7. Jenis kegiatan pembelajaran menarik atau menyenangkan
dan menantang
8. Penilaian hasil belajar dilakukan serius, objektif, teliti, dan
terbuka.

Secara fisikal, ciri pembelajaran yang aktif yaitu adanya


sumber belajar yang beraneka ragam dan tidak lagi mengandalkan
buku sebagai satu-satunya sumber belajar, sumber belajar yang
beraneka ragam didesain skenario pembelajarannya dengan
berbagai kegiatan, hasil kerja siswa dipajang di kelas, kegiatan
belajar mengajar bervariasi dan ada yang menyampaikan hasil
kegiatan di depan kelas, peserta didik mengembangkan semaksimal
mungkin kreativitasnya, tampak antusiasme para peserta didik,
adanya refleksi, yakni menyampaikan kesan dan harapan mereka
terhadap proses pembelajaran.

4. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang mengutamakan
kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran

13
kooperatif, guru berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai
jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan
catatan peserta didik sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan
pada peserta didik, tetapi harus membangun dalam pikirannya juga.
Peserta didik mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan
langsung dalam menerapkan ide-ide mereka. Pembelajaran kooperatif
atau cooperative learning mengacu pada metode pembelajaran, yang mana
peserta didik bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu
dalam belajar. Anggota kelompok bertanggung jawab atas ketuntasan
tugas – tugas kelompok dan untuk mempelajari materi itu sendiri.
Pembelajaran kooperatif(cooperative learnings) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara peserta didik belajar dan bekerja dalam
kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4 sampai
6 orang, dengan struktu rkelompok yang brsifat heterogen. Tujuan
dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan
kepada semua peserta didik untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses
berfikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas
anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh
guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai
ketuntasan belajar.
Jadi dalam pembelajaran kooperatif peserta didiksaling memberi
dan menerima serta adanya saling ketergantungan. Dengan bekerja secara
kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan barsama, maka peserta didik
akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama yang
akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.
Menurut Johnson & Johnson dalam bukuStrategi Pembelajaran,
mengemukakan terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif,
yaitu:
a. Saling ketergantungan secara positif (Positive Interdependence)
Dalam belajar kooperatif mereka bekerja sama saling terikat
satu sama lain, dirinya merupakan bagian dari kelompok yang
mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok untuk mencapai
satu tujuan
b. Interaksi Tatap Muka Semakin Maningkat ( Face to face
Promotive Interaction ) Interaksi yang terjadi dalam belajar
koperatif dalam hal tukar – menukar ide mengenai masalah yang
sedang dihadapi bersama, mereka saling memberi bantuan
secara alamiah karena kegagalan seseorang dalam kelompok
akan mempengaruhi suksesnya kelompok.

14
c. Tanggung jawab individual (Individual Accountabilty /Personal
Responsibility) Tanggung jawab individual dalam belajar
kelompok dapat berbentuk bantuan terhadap peserta didik yang
membutuhkan bantuan, atau tidak hanya sekedar “titip nama”
pada hasil kerja kelompoknya, namun secara individual
bertanggung jawab keseksesan bersama.
d. Keterampilan Interpersonal dan Kelompok Kecil (Interpersonal
and Small Group skill ) Dalam belajar kooperatif, selain dituntut
untuk mempelajari materi yang diberikan, peserta didik dituntut
untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan peserta didik lain
dalam kelompoknya, bagaimana bersikap, menyampaikan ide
dalam kelompoknya
e. Proses Kelompok (Group Processing ) Belajar kooperatif tidak
akan terjadi tanpa proses kelompok, dan proses kelompok dapat
terlaksana apabila anggota kelompok mendiskusikan untuk
mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja
dengan baik.

Adapun ciri – ciri pembelajaran yang menggunakan model


kooperatif, sebagai berikut :

 Peserta didik bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk


menuntaskan materi balajarnya.
 Kelompok dibentuk dari peserta didik yang memiliki
kemampuan tinggi , sedang, dan rendah.
 Bilaman mungkin, anggota berasal dari ras budaya, suku, dan
jenis kelamin yang berbeda.
 Penghargaan lebih berorirntasi kelompok ketimbang individu.

Pembelajaran kooperatif menginspirasi bagaimana peserta didik


dapat bekerjasma dalam kelompok, tujuan kelompok adalah tujuan tujuan
bersama. Situasi kooperasi merupakan bagian dari peserta didik untuk
mencapai tujuan kelompok. Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif
adalah untuk mengajarkan ketrampilan kerja sama dan kolaborasi
padapeserta didik. Sehingga pembelajaran kooperatif akan memperoleh
keuntungan bersama antara lain:

a. Saling memperoleh hasil usaha orang lain


b. Kesadaran akan kebersamaan dalam tujuan kelompok
c. Memahami bahwa kinerja seseorang diperoleh dari kinerja
sesorang lainnya serta anggota kelompok.

15
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang efektif bagi
bermacam karakteristik dan latar belakang sosial peserta didik.
Pembelajaran ini mendorong untuk saling bekerja sama, menghargai,
menjalin persahabatan serta meningkatkan hasil belajar.

5. Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)


Model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI),
merupakan kombinasi pembelajaran kelompok dan individual. Dalam
model pembelajaran TAI, peserta didik ditempatkan dalam kelompok –
kelompok kecil (4 sampai 5 peserta didik) yang heterogen dan selanjutnya
diikuti dengan pemberian bantuan dari guru secara individu bagi yang
memerlukannya. Dengan pembelajaran kelompok diharapkan para peserta
didik dapat meningkatkan pikiran kritis, kreatif dan menunbuhkan rasa
sosial yang tinggi.
Model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)
memiliki delapan komponen. Kedelapan komponen tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4
sampai 5 peserta didik.
b. Placement Test, yakni pemberian pre-test kepada peserta didik atau
melihat rata-rata nilai harian peserta didik agar guru mengetahui
kelemahan peserta didik pada bidang tertentu.
c. Student Creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan
menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau
dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.
d. Team Study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan
oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual
kepada peserta didik yang membutuhkannya.
e. Team Scores and Team Recognition, yaitu pemberian skor terhadap
hasil kerja kelompok dan pemberian kriteria penghargaan terhadap
kelompok yang berhasil secara cemerlang dan memberikan dorongan
semangat kepada kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam
menyelesaikan tugas.
f. Teaching Group, yakni pemberian materi secara singkat dari guru
menjelang pemberian tugas kelompok.
g. Facts Test, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang
diperoleh peserta didik.
h. Whole-Class Units, yaitu pemberian materi kembali di akhir waktu
pembelajaran oleh guru dengan strategi pemecahan masalah.

16
Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) adalah salah
satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan,
melibatkan, aktivitas seluruh peserta didik tanpa harus ada perbedaan
status, melibatkan peran peserta didik sebagai tutor sebaya dan
mengandung unsur permainan dan reinforcement. Model pembelajaran
kooperatif tipe ini menekankan bahwa individu yang belum memahami
materi merupakan tanggung jawab anggota kelompok lain sehingga
anggota yang sudah paham perlu memberikan bantuan kepada anggota lain
yang belum paham. Dengan demikian, secara ringkas sintak model ini
sebagai berikut :

a. Pembentukan kelompok atas dasar heterogenitas.


b. Pemberian bahan ajar, dapat berbentuk modul atau LKS.
c. Pembelajaran dalam kelompok, peserta didik yang belum paham
dibantu oleh peserta didik yang pandai dalam satu kelompok secara
individual atau dapat dikatakan peer tutor .
d. Pengerjaan kusi atau ujian.
e. Refleksi dan umpan balik dari guru.

B. Paparan Materi
A. Sejarah matriks

Arthur Cayley merupakan seorang ahli matematika berkebangsaan


Inggris. Dia merupakan orang pertama yang menemukan rumus matriks.
Arthur Cayley lahir di Richmond, London, Inggris, pada tanggal 16
Agustus 1821. Ayahnya, Henry Cayley, adalah sepupu jauh dari Sir
George Cayley sang inovator aeronautics engineer, dan diturunkan dari
keluarga Yorkshire kuno. Ia menetap di Saint Petersburg, Rusia, sebagai
seorang pedagang. Ibunya Maria Antonia Doughty, putri William

17
Doughty. Arthur menghabiskan delapan tahun pertamanya di Saint
Petersburg.
      Dia terus berada di Cambridge selama empat tahun, selama waktu itu
dia mengambil beberapa murid, tapi pekerjaan utamanya adalah persiapan
28 memoir untuk Journal Matematika. Dia membantu mendirikan sekolah
di Inggris modern matematika murni. Dia bekerja sebagai pengacara
selama 14 tahun. Ia membuktikan teorema Cayley-Hamilton-bahwa setiap
matriks persegi akar polinomial karakteristik sendiri. Dia adalah yang
pertama untuk mendefinisikan konsep grup dengan cara modern-sebagai
satu set dengan operasi biner memuaskan hukum tertentu. Dahulu, ketika
matematikawan berbicara tentang “kelompok”, mereka berarti kelompok
permutasi.

      Pada tahun 1889 Cambridge University Press meminta dia untuk


menyiapkan makalah matematika untuk publikasi dalam permintaan-
dikumpulkan membentuk yang ia dihargai sangat banyak. Mereka dicetak
dalam volume kuarto megah, yang tujuh muncul dengan keredaksian
sendiri. Saat mengedit buku ini, ia menderita penyakit internal
menyakitkan, yang ia menyerah pada tanggal 26 Januari 1895, pada tahun
ke-74 dari usianya. Ketika pemakaman berlangsung, suatu kumpulan besar
bertemu di Trinity Chapel, terdiri dari anggota Universitas, perwakilan
resmi dari Rusia dan Amerika, dan banyak filsuf yang paling terkenal dari
Inggris. Sisa kertas itu telah diedit oleh Prof Forsyth, penggantinya di
Kursi Sadleirian. The Dikumpulkan Matematika nomor tiga belas volume
kertas kuarto, dan mengandung 967 kertas. Cayley ditahan ke menyukai
terakhir untuk novel-membaca dan untuk bepergian. Dia juga merasakan
kesenangan khusus dalam lukisan dan arsitektur, dan ia berlatih melukis
air-warna, yang bermanfaat kadang-kadang dalam membuat diagram
matematika. Dia wafat pada tahun 1895. – 599.

B. Pengertian matriks
1. Definisi Matriks
Sebuah matriks didefinisikan sebagai susunan bilangan yang di
atur dalam baris dan kolom yang berbentuk persegi atau persegi
panjang dan diletakan di antara dua kurung biasa ( ) atau kurung siku [ ]
Baris sebuah matriks adalah susunan bilangan-bilangan yang mendatar
sedangkan kolom atau lajur sebuah matriks adalah susunan bilangan-
bilangan yang tegak dalam matrik itu.
Letak sebuah elemen dalam sebuah matrik ditentukan
berdasarkan baris dan kolom di mana elemen terletak.Untuk sebuah

18
elemen yang terletak pada baris ke-i dan kolom –j sebuah matrik A
akan dilambangkan aij.

2. Simbol Matriks

Pada umumnya simbol matriks berbentuk | |, [ ], ( ). Secara


umum sebuah matriks dapat ditulis :
a11 a 12 ⋯ a1 j ⋯ a1n

Amxn =
[ a21 a 22



ai 1 ai 2

am 1 a m 2
⋯ a2 j

⋯ aij

⋯ a mj
⋯ a2n

⋯ a in

⋯ amn
]
Matriks juga dapat dinyatakan sebagai: Amxn = [aij]mxn
Dimana: aij = elemen atau unsur matriks
i = 1,2,3,...m, indeks baris
j = 1,2,3,...n, indeks kolom
3. Ordo Matriks

Jika suatu matrik mempunyai m baris dan n kolom maka matrik


tersebut berordo m x n. Jadi Ordo sebuah matriks ditentukan oleh
banyaknya baris dan kolom matrik tersebut

1. Ordo 2 x 1 mengandung pengertian 2 baris dan 1 kolom.

a
Misalnya:
[]b

2. Ordo 2 x 2 mengandung pengertian 2 baris dan 2 kolom.

a b
Misalnya:
[ ]
c d

3. Ordo 3 x 3 mengandung pengertian 3 baris dan 3 kolom.

a b c

Misalnya:
[ ]
d e f
g h i

19
C. Jenis – jenis matriks
Jenis matriks dapat dibedakan berdasarkan susunan elemen matriks
dan berdasarkan sifat operasi dari matriksnya.

a. Berdasarkan Susuna Elemen Matriks

Berdasarkan susunan elemen matriks, ada beberapa jenis matriks yaitu:

1. Matrik Baris
Matrik baris adalah matrik yang berordo 1 x n, untuk n > 1 Contohnya
B = [ 1 2 3].
2. Matrik kolom
Matrik baris adalah matrik yang berordo m x 1, untuk m > 1
2
Contohnya C = []
3
3. Matrik persegi
Matrik persegi adalah matrik yang memiliki banyak baris dan kolom
yang sama, misalnya matrik A berordo 2 x 2. Dalam matriks persegi
terapat istilah diagonal utama dan diagonal samping. Perhatikanlah
matrik berikut.

4. Matrik segitiga bawah


Matrik segitiga jika elemen-elemen matriks yang berada di bawah
diagonal utama atau di atas diagonal utamanya bernilai nol.
2 0 0

[
B = 4 −3 0
4 5 8 ]
5. Matriks segitiga atas (upper triangular matrix, U) adalah matriks
diagonal dimana elemen sebelah kanan (atas) diagonal utama ada yang
bernilai tidak sama dengan nol.

20
5 3 2

Contoh: U =
[10 23 ] , U=
[ ]
0 4 1
0 0 5

6. Matriks nol (null matrix) adalah matriks dimana semua elemenya


mempunyai nilai nol (0).

0 0 0

Contoh: A =
[00 00 ] , B=
[ ]
0 0 0
0 0 0

7. Matriks kuadrat/bujur sangkar (square matrix) adalah matriks dimana


jumlah baris (m) sama dengan jumlah kolom (n) atau m = n.

1 2 3

Contoh: A =
[12 34 ] , B=
[ ]
6 5 4
7 8 9

8. Matriks diagonal
Matrik diagonal matriks yang mempunyai elemenelemen nya nol,
kecuali elemen-elemen yang terletak pada diagonal utamanya.
2 0 0

9.
[ ]
B= 0 5 0
0 0 1
Matriks identitas
Suatu matriks dikatakan sebagai matriks identitas apabila diagonal
yang elemen-elemen diagonal utamanya bernilai 1 ( satu ) Contohnya
1 0 0

[ ]
B= 0 1 0
0 0 1

b. Berdasarkan Sifat Operasi Matriks

Berdasarkan sifat operasi matriks, ada beberapa jenis matriks yaitu:

1. Matriks singular (singular matrix) adalah matriks yang determinannya


bernilai nol.

21
 2 3 2
4 1 5
 2 4  
  0 0 0
Contoh: A = 2 4 , B=

2. Matriks non singular (non singular matrix) adalah matriks yang


determinannya bernilai tidak sama dengan nol.

2 2 1 
1 2 2 
4 5  
  2 1 2
Contoh: A = 1 2 , B=

3. Matriks hermit (hermit matrix) adalah matriks bujur sangkar yang


T
transpose conjugate-nya sama dengan matriks itu sendiri atau M =

M dimana M = conjugate kompleks matriks M.

 1 1  i 2  1 1 i 2 
1  i 3 i  1  i 3  i 
  
 2  i 0 M  2 i 0 
Contoh: M =  , =

 1 1  i 2
1  i 3 i 

M =  2  i 0
T
=M

4. Matriks hermit miring (skew hermit matrix) adalah matriks bujur


sangkar yang transpose conjugate-nya sama dengan negatif matriks itu
T
sendiri atau M = -M.

 i 1  i 2   i 1 i 2 
 1  i 3i i   1  i  3i  i 
   
  2 i 0 M   2  i 0 
Contoh: M = , =

  1  1  i  2
1  i  3i  i 
 
T
M = 2  i 0 
= -M

22
5. Matriks uniter (uniter matrix) adalah matriks bujur sangkar yang
T
transposenya sama dengan invers conjugate-nya atau M T = M atau
1
M M T = MM = I.

0  i   0 i  0 i
i 0   i 0  
Contoh: M =  , M =   dan MT=  i 0

 0 i  0 i i 2 0  1 0 
   i 0  
 i 2  0 1
M MT =  i 0  = 0 =

6. Matriks ortogonal (orthogonal matrix) adalah matriks bujur sangkar


yang transposenya sama dengan inversnya atau MT = M-1 atau MTM=I.

 1 1   1 1 
 2 2   2 2 
 
 1 1   1 1 
 2   2 
Contoh: M =  2 , dan MT = 2

 1 1   1 1 
 2 2   2 2 
 
 1 1   1 1  1 0 
 
MT M =  2 2   2 2  = 0 1 = I

7. Matriks normal (normal matrix) adalah matriks bujur sangkar yang


T T
mempunyai sifat: M M =M .

 1 2  i  1 2  i
2  i 1  , dan M 2  i 1 
Contoh: M =  = 

 1 2  i
T 2  i 1 
M =

 1 2  i  1 2  i
T T  1  2  i 1 
MM =M M ↔ 2  i 

 1 2  i  1 2  i  2 4  2i 
2  i  
1  2  i  
1  = 4  2i 2 
=

23
 1 2  i
2  i 1  = 2 M
T
=2 

8. Matriks involunter (involunter matriks) adalah matriks yang jika


dikalikan dengan matriks itu sendiri akan menghasilakan matriks
identitas atau M2 = I.

 2 1 
 5 5 

 1 2 
 5 
Contoh: M =  5

 2 1   2 1 
 5 5   5 5 
 
 1 2   1 2  1 0 
 5 0 1 
M2= M.M = 5   5 5  =  =I

9. Matriks idempotent (idempotent matrix) adalah matriks yang jika


dikalikan dengan matriks itu sendiri akan menghasilkan matriks asal
M2= M.

 2  2  4
 1 3 4 

 1  2  3
Contoh: M = 

 2  2  4  2  2  4  2  2  4
 1 3 4   1 3 4   1 3 4 
 
 1  2  3  1  2  3  1  2  3
M2=  = =
M

10. Matriks nilpotent (nilpotent matrix) adalah matriks yang jika dikalikan
dengan matriks itu sendiri akan menghasilkan matriks nol atau MP = 0,
untuk p = bilangan bulat positif > 2.

1 1 3
5 2 6 

 2  1  3
Contoh: M = 

24
1 1 3 1 1 3 1 1 3
5 2 6  5 2 6  5 2 6 
  
M 3 =  2  1  3  2  1  3  2  1  3

0 0 0 
0 0 0 
 

M = 
3 0 0 0 

11. Matriks elementer (elementary matrix) adalah matriks hasil


transformasi elementer terhadap matriks kesatuan (I).

1 0 0 
0 1 0 
 
0 0 1
Contoh: I =

Transformasi elementer I12,I3(k),dan I23(k):

0 1 0 
1 0 0 
 
0 0 1
I12 =

1 0 0 
0 1 0 
 
0 0 k 
I3(k) =

1 0 0 
0 1 k 
 
0 0 1 
I23(k) =

Keterangan:

I12=b12 (baris 1 ditukar dengan baris 2)

I3(k)=b3(k)=k xb3 (baris 3 dikali dengan k)

I23(k)=b2+k x b3 (baris 2 + baris 3 dikali k)

D. ALJABAR MATRIKS
a. Penjumlahan dan Pengurangan Matriks

25
Penjumlahan dan pengurangan matriks harus memperhatikan hal-hal
berikut:
 Matriks dapat dijumlahkan atau dikurangkan jika mempunyai
ukuran atau dimensi yang sama.
 Matriks yang ukurannya berbeda tidak dapat dijumlahkan atau
dikurangkan.
 Matriks hasil penjumlahan atau pengurangan mempunyai ukuran
yang sama dengan matriks asal.
 Penjumlahan matriks adalah menambahkan elemen pada posisi
yang sama pada matriks.
 Pengurangan (selisih) matriks adalah mengurangi elemen pada
posisi yang sama pada matriks.

Jumlah dua matriks A = (aij) dan B = (bij) yang berukuran m x n:

A + B = (aij + bij)mxn untuk i = 1,2, ..., m;

j= 1,2, ..., n;

selisih dua matriks A = (aij) dan B = (bij) yang berukuran m x n:

A - B = (aij - bij)mxn untuk i = 1,2, ..., m;

j= 1,2, ..., n;

Sifat penjumlahan dan pengurangan matriks:

 A+B=B+A Sifat komutatif

 A+B+C=C+B+A

 (A+B)+C=A+(B+C) Sifat Asosiatif

 A+0=A

 A–0=A

Contoh:

Tentukan penjumlahandan selisih dari matriks-matriks berikut:

2 −1 3 4 7 −8

A=
[ 0 4 6
−6 10 −5 , ] B=
[ 9 3 5
1 −1 2 ]
26
Penyelesaian:

2+4 −1+7 3+(−8 ) 6 6 −5

A+B=
[ 0+9 4+3 6+5
−6+1 10+(−1 ) −5+2 = ] [ 9 7 11
−5 9 3 ]
2−4 −1−7 3−(−8 ) −2 −8 11

A-B=
[0−9 4−3 6−5
−6−1 10−(−1) −5−2 = ] [ −9 1 1
−7 11 −7 ]
b. Perkalian Matriks

1. Perkalian Skalar dengan Matriks

Jika k adalah bilangan real (skalar), maka perkalian skalar dengan


matriks A=[aij]mxn :

 ka11 ka12  ka1n 


 ka ka 22  ka 2 n 
 21
   
 
kA = ka m1 ka m 2  ka mn 
= (kaij)mxn

atau

 a11 k a12 k  a1n k 


a k a 22 k  a 2 n k 
 21
   
 
Ak = a m1 k a m 2 k  a mn k 
= (aijk)mxn

Sifat perkalian skalar dengan matriks:

Jika A,B,C adalah matriks mxn, k1 dan k2 adalah skalar maka:

 k1 = Ak1

 (k1k2)A = k1(k2A)

 1A = A

 (-1) A= -A

27
 K1(A+B) = k1A + k1B

 (k1+k2)A = k1A + k2A

Contoh:

 2 1 3 
0 4 6 

 6 10  5
1. Jika A =  dan k = 2 tentukan kA dan Ak

Penyelesaian:

 2 1 3   2 2 6 
0 4 6   0 8 12 
 
 6 10  5  12 20  10
kA = 2  =

 2 1 3   2 2 6 
0 4 61   0 8 12 
 
 6 10  5  12 20  10
Ak =  2=

2. Jika diketahui matriks A dan B berikut,

 4 0 5 1 1 1 
   
A =   1 3 2 , B = 3 5 7 

Tentukan 2A dan 2A-B

Penyelesaian:

 4 0 5  8 0 10
   
2A = 2  1 3 2 =  2 6 4 

 4 0 5 1 1 1   7  1 9
     5 1 3
2A-B = 2  1 3 2 - 3 5 7  =  

2. Perkalian Matriks dengan Matriks

Jika A matriks ukuran m x p dan B matriks ukuran p x n, maka perkalian


matriks A dan B :

28
 a11 a12  a1 p   b11 b12  b1n 
a a 22  a 2 p  b21 b22  b 2 n 
 21
    
  
AB = a m1 am2  a mp  b p1 b p 2  b pn 

 p 
 aik bkj 
atau AB =  k 1  mxn

untuk semua i = 1,2,..., m ; j = 1,2,...,p.

Perkalian matriks yaitu mengalikan elemen baris ke-i matriks A dengan


elemen kolom ke-j matriks B dan menjumlahkannya. Dimensi hasil
perkalian matriks:

sifat perkalian matriks dengan matriks:

 A(BC) = A (BC) Asosiatif

 A(B+C) = AB + AC Distributif kiri

 (B + C ) A = BA + C Distributif kanan

 r(AB) = (rA)B r = skalar

 ImA = A = AIn Asosiatif

Contoh:

2  1 3  9 2 
  5 7  6
1. Jika diketahui A = 3 4  dan B =   tentukan AB

Penyelesaian:

29
2  1 3  9 2 
  5 7  6
AB = 3 4  x  

2(3)  (1)5 2( 9)  (1)7 2(2)  (1)( 6) 


 3(2)  4(6) 
=  3(3)  4(5) 3(9)  4(7)

 1  25 10 
  18
= 29 1

c. Perpangkatan Matriks

Jika n adalah sebuah bilangan bulat positif dan A suatu matriks


persegi, maka An = A x A x A x A ... x A (sebanyak n faktor) atau dapat
juga dituliskan An = A x An-1 atau An = An-1 x A.

Contoh:

 1  2
 
Diketahui matriks A =  1 3  , tentukan:

a. A2 b. A3 c. 2A4

Penyelesaian:

 1  2  1  2  3  8
    
a. A2 =  1 3   1 3  =  4 11 

 1  2  3  8  11  30
    
b. A3 =  1 3   4 11  =  15 41 

 1  2  11  30
  
c. 2A4 = 2A x A3 = 2  1 3   15 41 

 41  112   82  224
   112 306 
= 2  56 153  =  

d. Transpose matriks

Transpose dari matriks A berordo m x n adalah matriks yang


diperoleh dari matriks A dengan menukar elemen baris menjadi elemen

30
kolom atau sebaliknya, sehingga beordo n x m. Notasi transpose A m x n
T
adalah A nxm .

Contoh:

Tentukan transpose dari matriks berikut:

 a11 a12 a13 a14   2 3


a a 22 a 23 a 24  1 4 
 21  
a 31 a 32 a33 a34  5 6
A= , B=

Penyelesaian:

Transpose dari matriks tersebut adalah sebagai berikut:

 a11 a 21 a31 
a a 22 a32 
 12
 a13 a 23 a33   2 1 5
   
AT = a14 a 24 a34 
BT =  3 4 6 

e. Determinan Matriks

1. Determinan matriks ordo 2 x 2

a b 
 
Misalkan A =  c d  adalah matriks yang berordo 2 x 2 dengan
elemen a dan d terletak pada diagonal utama, sedangkan b dan c
terletak pada diagonal utama kedua. Determinan matriks A dinotasikan
A
“det A” atau adalah suatu bilangan yang diperoleh dengan
mengurangi hasil kali elemen-elemen pada diagonal utama pertama
dengan hasil kali pada diagonal utama kedua.

Dengan demikian dapat diperoleh rumus det A sebagai berikut:

a b 
 
det A =  c d  = ad –bc

Contoh:

Tentukanlah determinan metriks matriks berikut:

31
5 2  4  1
   2 
A =  4 3 b.  3

Penyelesaian:

 5 2
 
a. det A = 4 3 = (5) (3) - (2) (4) = 7

 4  1
 2  = (-4) (2) – (-1) (3) = -5
b. det B =  3

2. determinan matriks ordo 3 x 3

 a11 a12 a13 


a a 22 a 23 
 21
a a 32 a33 
jika A =  31 adalah matriks persegi berordo 3 x 3,

 a11 a12 a13 


a a 22 a 23 
 21
a a32 a33 
determinan A dinyatakan dengan det A =  31 .

Ada dua cara yang dapat digunakan untuk menentukan matriks


berordo 3 x 3, yaitu aturan sarrus dan metode minor-kofaktor.

 aturan sarrus

Untuk menentukan determinan dengan aturan sarrus, perhatikan


alur berikut. Misalnya kita akan menghitung determinan matriks A3x3,
gambaran perhitungannya adalah sebagai berikut:

a11 a12 a13 a11 a12


det A  a 21 a 22 a 23 a 21 a 22
a31 a32 a33 a31 a32

= a11 a 22 a33  a12 a 23 a31  a 13 a 21a32  a13 a 22 a31  a11 a 23 a32  a12 a 21a33

 metode minor-kofaktor

Misalkan matriks A dituliskan dengan [aij]. Minor elemen aij yang


dinotasikan dengan Mij adalah determinan setelah elemen-elemen baris

32
ke-i dan kolom ke-j dihilangkan. Misalnya dari matriks A 3x3 kita

 a11 a12 a13 


a a 22 a 23 
 21
a a32 a33 
hilangkan baris ke-2 kolom ke-1: A =  31

 a12 a13 
a a33 
Akan diperoleh M21 =  32 . M21 adalah minor dari elemen
matriks A baris ke-2 kolom ke-1 atau M21 = a21.

Kofaktor elemen aij dinotasikan dengan Kij adalah hasil kali (-1)i+j
dengan minor elemen tersebut. Dengan demikian kofaktor suatu
matriks dirumuskan dengan:

Kij= (-1)i+j Mij

Dari matriks A diatas, kita peroleh misalnya kofaktor a21 dan a13
berturut-turut adalah :

K21=(-1)2+1M21= -M21

K13=(-1)1+3M13= -M13

 k11 k12 k13 


k k 22 k 23 
 21
k k 32 k 33 
Kofaktor dari matriks A3x3 adalah (kof) A =  31

Nilai dari suatu determinan merupakan hasil penjumlahan dari


perkalian suatu elemen-elemen suatu baris (atau kolom) dengan
kofaktornya. Untuk menghitung determinan, kita dapat memeilih
terlebih dahulu sebuah baris (atau kolom) kemudian kita gunakan
aturan diatas. Perhatikan cara menentukan determinan berikut:

 a11 a12 a13 


a a 22 a 23 
 21
a a32 a33 
Misalkan diketahui matriks A =  31

Determinan matriks A dapat dihitung dengan cara berikut:

Kita pilih baris pertama sehingga:

det A = a11 k11  a12 k12  a13 k13

33
11 1 2 1 3
= a11 (1) M 11  a12 (1) M 12  a13 ( 1) M 13

a a 23  a a 23  a a 22 
a11  22   a12  21   a13  21 
=  a32 a33   a31 a33   a31 a 32 

=
a11 (a 22 a33−a23 a 32 )−a 12(a 21 a33−a23 a 31 )+a13 (a21 a32−a22 a31 )

=
a11 a 22 a33 −a11 a23 a32−a12 a 21 a33 +a 12 a23 a31 +a13 a21 a32−a13 a22 a31

=
a11 a 22 a33 +a 12 a23 a31 +a13 a21 a32−a 11 a23 a32−a12 a21 a33−a13 a22 a31

Tampak bahwa det A matriks ordo 3 x 3 yang diselesaikan dengan


cara minor kofaktor hasilnya sama dengan det A dengan menggunakan
cara sarrus.

Contoh:

1 2 3 
 2 1 4
 
3 1 2
Tentukan determinan dari matriks A = dengan aturan sarrus
dan minor kofaktor!

Penyelesaian:

Cara 1 (aturan sarrus):

1 2 3 
 2 1 4
 
3 1 2
det A =

= (1 x 1 x 2) + (2 x 4 x 3) + (3 x 2 x 1) – (3 x 1 x 3) – (1 x 4 x1)
– (2 x 2 x 2)

= 2 + 24 + 6 – 9 – 4 – 8

= 11

Cara 2 (minor-kofaktor):

34
1 4 2 4 2 1
1 2  23 2  33 1
det A = 1      

= 1 (2 – 4) – 2 (4 – 12) + 3 (2 – 3)

= 1 (-2) – 2(-8) + 3(-1)

= -2 + 16 – 3

= 11

3. Sifat-Sifat Determinan Matriks

Berikut beberapa sifat determinan matriks:

1. jika semua elemen dari salah satu baris/kolom sama dengan nol
maka determinan matriks itu nol.

2 3 1 
0 0 0   B  0
 0 0  
 2 3 A  0  5 4 1 
Misal: A =  → , B= 

2. jika semua elemen dari salah satu baris/kolom sama dengan


baris/kolom elemen-elemen lain maka determinan matriks itu nol.

 4 3 2
5 7 8   B  0
 
4 3 2
Misal: B = (karena elemen-elemen baris ke-1
dan ke-3 sama).

3. Jika elemen-elemen salah satu kolom/baris merupakan kelipatan dari


elemen-elemen baris/kolom lain maka determinan matriks itu sama
dengan nol.

1 2 3 
5 7 0   A  0
 
2 4 6
Misal: A = (karena elemen-elemen baris ke-3
merupakan kelipatan elemen-elemen baris ke-1)

AB  A x B
4.

35
AT  A
5. , untuk AT adalah transpose dari matriks A.

1
A 1 
A
6. , untuk A-1 adalah invers dari matriks A

kA  kn A
7. untuk A ordo n x n dan k suatu konstanta.

f. Invers Matriks

Jika A adalah matriks ukuran n x n dan jika ada matriks b ukuran n x n


sedemikian rupa sehingga:

AB = BA = I

Dimana I adalah matriks identitas ukuran n x n, maka matriks A


disebut non singular atau invertibel dan matriks A merupakan invers dari
B atau B merupakan invers dari A.

Jika matriks A tidak mempunyai invers, maka A disebut matriks


singular atau non invertibel.

Notasi matriks invers dari A: A-1.

1. Menentukan invers matriks berordo 2 x 2

a b 
 
Misalkan diketahui matriks A =  c d  , dengan ad-bc tidak sama
dengan nol. Suatu matriks lain, misalnya B dikatakan sebagai invers
matriks A jika AB = I. Matriks invers dari A ditulis A -1 dengan
demikian berlaku AA-1=A-1A.

Matriks A mempunyai invers jika A adalah matriks nonsingular


yaitu det A ≠ 0, sebaliknya jika det A = 0 maka matriks singular maka
matriks ini tidak memiliki invers.

a b 
 
Jadi jika A =  c d  , maka inversnya adalah:

1  d  b
 
A-1 = ad  bc  c a  untuk ad-bc ≠ 0

Contoh:

36
Tentukan invers matriks matriks berikut:

4 1 
 
a. A = 7 2

3  2
 
b. B = 5  4

Penyelesaian:

1  2  1
 
a. A-1 = 8  7  7 4 

1  2  1
 7 4 
=1  

 2  1
 
=  7 4 

1   4 2
 
b. B-1 =  12  (10)   5 3

1   4 2
 
=  2   5 3

2 1
5  3
 2 
= 2

2. Menentukan invers matriks berordo 3 x 3

Invers matriks berordo 3 x 3 dapat dicari dengan beberapa cara.


Pada pembahasan kali ini kami akan menggunakan cara adjoin.

Invers matriks persegi berordo 3 x 3 dirumuskan sebagai berikut:

1
A 1  adj ( A)
det A

Penentuan adj A:

37
a b c (  ) ( ) (  ) a11 a12 a13
 
A  d e f   A  () () ()  A  a 21 a 22 a 23
g h i  (  ) ( ) (  ) a31 a32 a33

e f  d f  d e
a11   a  a12  b  a13  c 
h i  g i  g h 

b c  a c  a b
a 21  d   a 22  e  a 23   f  
h i  g i  g h

b c a c  a b
a 31   g   a 32  h  a 33  i 
e f  d f   g h

Contoh:

1 2 1 
2 3 4
 
1 2 3
Diketahui matriks A = tentukan invers matriks A
dengan menggunakan perhitungan menurut baris pertama.

Penyelesaian:

Terlebih dahulu kita hitug determinan A

3 4 2 4 2 3
det A  1 2 1
2 3 1 3 1 2

= 1(9 – 8) – 2(6 – 4) + 1(4 – 3)

=1(1) – 2(2) + 1(1)

=1 – 4 + 1

= -2

Dengan menggunakan rumus adjoin diperoleh:

 1 4 5 
adj ( A)   2 2  2
 1 0  1 

Jadi A-1 dapat dihitung sebagai berikut:

38
1
A 1  adj ( A)
det A

 1 4 5 
1 
  2 2  2
2
 1 0  1 
=

 1 5
 2 2  
2
 1 1 1 
 1 1 
 0 
=  2 2 

g. Penyelesaian Persamaan Linear dengan Matriks

Matriks dapat digunakan untuk mempermudah dalam menentukan


penyelesaian sistem persamaan linear. Pada pembahasan kali ini, kita akan
menggunakannya untuk menyelesaikan sestem persamaan linear dua
variabel dan tiga variabael.

1. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Bentuk umum sistem persamaan linear dua variabel:

ax + by = p .......................................................(1)

cx + dy = q .......................................................(2)

persamaan (1) dan (2) deatas dapat kita susun kedalam bentuk matriks
dibawah ini:

a b   x   p 
c d   y   q 
    

Tujuan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel adalah


menentukan nilaix dan y yang memenuhi sistem persamaan itu. Oleh
karena itu, berdasarnya sistem penyelesaian matriks bentuk AX = B
dapat dirumuskan sebagai berikut:

 x 1  d  b  p
 y   ad  bc  c a    q 
     

Asalkan ad – bc  0

39
Contoh:

Tentukan penyelesaian sistem persamaan linear berikut dengan


menggunakan matriks.

2x + y =

x + 3y = 7

penyelesaian:

dari persamaan diatas dapat kita susun menjadi matriks sebagai


berikut.

2 1  x  4
1 3  y   7 
    

Dengan menggunakan rumus penjelasan matriks diatas, diperoleh


sebagai berikut.

 x 1  3  1 4
 y   (2 x3)  (1x1)  1 2  7
    

15
 
= 5 10

1 
 
=  2

Jadi,diperoleh penyelesain x = 1 dan y = 2

2. Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel

Untuk menyelesaikan sistem persamaan linear tiga variabel dapat


dilakukan dengan beberapa cara misalnya eliminasi, substitusi dan
gabungan antara eliminasi dan substitusi.

Misalkan diberikan sistem persaman linear tiga variabel sebagai


berikut.

a1 x  b1 y  c1 z  d1

a 2 x  b2 y  c 2 z  d 2

40
a 3 x b 3 y  c 3 z  d 3

Sistem persamaan linear diatas dapat disusun menjadi matriks sebagai


berikut:

 a1 b1 c1   x   d1 
a b2 c 2   y   d 2 
 2
 a3 b3 c3   z   d 3 

 a1 b1 c1   x  d1 
a b2 c 2   y d 
 2    2
a b3 c3  z  d 3 
Misalkan A =  3 , X =   dan B =

Bentuk diatas dapat kita tuliskan sebagai AX = B

Penyelesaian sistem persamaan AX= B adalah X = A-1B. Dalam hal ini

1
adj ( A)
A-1= det A , oleh karena itu diperoleh:

 1  1
 adj ( A)  adj ( A)
X=  det A  B= det A B

Contoh:

Tentukanlah determinanmatriks berikut:

1 2 3
B  1 3 4
1 4 3

Penyelesaian:

1 2 31 2
B  1 3 41 3
1 4 31 4

B = (1x3x3) + (2x4x1) + (3 x1x4) – (3x3x1) – (1x4x4) – (2x1x3)

B  9  8  12  9  16  6

41
B  2

E. Kumpulan Soal Latihan

 1.    Diketahui matriks   .


Nilai determinan dari matriks (AB – C) adalah ...
a.    -7
b.    -5
c.    2
d.    3
e.    12
Pembahasan:  

Det (AB – C) = (12.1) – (9.1) = 12 – 9 = 3


Jawaban:D

 2.    Diketahui matriks  , invers matriks AB


adalah ...
 

Pembahasan:

42
 

Jawaban: A

3. Matriks A =   mempunyai hubungan dengan matriks B

=  . Jika matriks C =   dan matriks D mempunyai


hubungan yang serupa seperti A dengan B, maka matriks C + D
adalah ... 

Pembahasan:

Hubungan matriks A dan B adalah  

43
Sehingga jika C = 
dan memiliki hubungan yang sama seperti A dan B dengan D, maka

matriks D adalah:  

Jadi, nilai C + D =  +  =  


Jawaban: D
4. At adalah transpose dari A. Jika:

   maka determinan dari matriks


AtB adalah ...
a.    -196
b.    -188
c.    188
d.    196
e.    21
Pembahasan:

44
 
Det(AtB) = (10.34) – (12.12) = 340 – 144 = 196
Jawaban: D
5. Diketahui matriks-matriks :

 . Jika matriks C = A.B maka determinan


matriks C adalah ...
a.    -66
b.    -98
c.    80
d.    85
e.    98
Pembahasan:

 
Det(C) = (-6.11) – (16.2) = -66 – 32 = -98
Jawaban: B
6. Jika M adalah matriks sehingga:

 maka determinan matriks M adalah ...


a.    -2
b.    -1

45
c.    0
d.    1
e.    2
Pembahasan:

Det(M) = (1.-1) – (0.1) = -1 – 0 = -1


Jawaban: B

7. Diketahui matriks 

 
maka nilai x + 2xy + y adalah ...
a.    8
b.    12
c.    18
d.    20
e.    22

46
Pembahasan:
      3 + x +3 = 8
      6 + x = 8
      x = 2
      5 – 3 – y = -x
      2 – y = -2
      -y = -4
       y = 4
maka nilai x + 2xy + y = 2 + 2.2.4 + 4 = 2 + 16 + 4 = 22
Jawaban: E

8. Jika   dan alpha suatu


konstanta maka x + y = ...
a.    -2
b.    -1
c.    0
d.    1
e.    2
Pembahasan:

       x = 1 dan y = 0
Nilai x + y = 1 + 0 = 1
Jawaban: D

47
9.   jika    maka P = ...

Pembahasan:

Jawaban: E
10.   Jika P dan Q adalah matriks berordo 2 x 2 yang

memenuhi  adalah...

48
 
Pembahasan:

Jawaban: E

11. Jika    jika determinan A dan


determinan B sama, maka harga x yang memenuhi adalah ...
a.    3 atau 4
b.    -3 atau -4
c.    3 atau -4
d.    -4 atau -5
e.    3 atau -5
Pembahasan:

Det(A) = (5 + x) 3x – 5x = 
Det(B) = 9.4 – 7.(-x) = 36 + 7x
Det(A) = det(B)

    (3x – 9) (x + 4) = 0

49
     x = 3 atau x = -4
Jawaban: C

12.  Hasil kali semua nilai x sehingga matriks    


tidak mempunyai invers adalah ...
a.    20
b.    -10
c.    10
d.    -20
e.    9
Pembahasan:
Syarat suatu matriks tidak memiliki invers adalah jika determinan
= 0, maka:

     x1 . x2 . x3 = -d/a = -20/1 = -20


Jawaban: D

13. Dua garis dalam persamaan matriks:  Saling


tegak lurus jika a : b = ...
a.    -6 : 1
b.    -3 : 2
c.    1 : 1
d.    2 : 3
e.    1 : 2
Pembahasan:
Garis g = -2x + ay = 4
Garis h = bx + 3y = 12
mg = 2/a
mh = -b/3
karena g dan h saling tegak lurus, maka mg x mh = -1, maka:
2/a . –b/3 = -1
-2b/3a = -1
2b/3a = 1
3a = 2b
Sehingga a : b= 2 : 3
Jawaban: D

50
14. Matriks   jika A + Bt
= C dan Bt adalah transpose dari B, maka d = ...
a.    -1
b.    -2
c.    0
d.    1
e.    2
Pembahasan:
      A + Bt = C

a=1
b =1
a+b-c =0
1+1–c=0
2–c=0
c=2
c+d=1
2+d=1
d = -1
Jawaban: A

15.  Jika   maka p + q + r +


s = ...
a.    -5
b.    -4
c.    3
d.    4
e.    5
Pembahasan:

51
3+p=1
p = -2
-1 + q = 0
q=1
r=0
5+s=1
s = -4
p + q + r + s = -2 + 1 + 0 – 4 = -5
Jawaban: A

52
BAB III
LANGKAH-LANGKAH SURVEI
A. Faktor yang diselidiki
Dalam proses pembelajaran pokok bahasan matrik di kelas X SMA
proses pembelajaran berlangsung secara konvesional yaitu pembelajaran yang
berpusat pada guru (teacher center), sedangkan peserta didik kurang terlibat
dan kurang dapat berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Hal ini
dapat menyebabkan peserta didik menjadi jenuh sehingga dapat berpengaruh
pada hasil belajar peserta didik. Sebagian besar peserta didik pasif yang
ditandai dengan banyak peserta didik yang tidak bertanya, bermain sendiri,
tidur, berbicara sendiri, berbicara dengan teman sebelahnya dan sedikit yang
berani tampil ke depan (mengerjakan di papan tulis).
Banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami
materi pokok bahasan matrik. Kesulitan peserta didik meliputi menentukan
ordo matrik, transpos matrik dan menyelesaikan kesamaan matrik. Peserta
didik menghadapi kesulitan bagaimana menyelesaikan masalah yang
diberikan guru. Berbagai kesulitan ini muncul antara lain karena materi pokok
memerlukan keaktifan peserta didik yang belum pernah di ajarkan di kelas
bawahnya. Menurut Teori belajar Bruner, belajar merupakan suatu proses
aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal - hal baru di luar
informasi yang diberikan kepada dirinya. Jika seseorang mempelajari sesuatu
pengetahuan, pengetahuan itu perlu dipelajari dalam tahap - tahap tertentu
agar pengetahuan itu dapat diinteralisasi dalam pikiran (struktur kognitif)
orang tersebut. Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh - sungguh
(yang berarti proses belajar terjadi secara optimal) jika pengetahuan yang
dipelajari dalam tiga tahapan sebagai berikut :
a. Tahap enaktif, pengetahuan dipelajari secara aktif dengan
menggunakan benda - benda kongkret atau menggunakan situasi
yang nyata.
b. Tahap ikonik, pengetahuan diwujudkan dalam bentuk bayangan
visual, gambar, atau diagram yang menggambarkan kegiatan
kongkret.
c. Tahap simbolik, yaitu pengetahuan diwujudkan dalam bentuk
simbol - simbol abstrak, baik simbol - simbol verbal (misalnya
huruf - huruf, kata - kata, kalimat - kalimat), lambang matematika,
maupun lambang - lambang abstrak yang lain.
Pembelajaran menurut Bruner adalah peserta didik belajar melalui
keterlibatan aktif dengan konsep - konsep dan prinsip - prinsip memecahkan
masalah dan guru berfungsi sebagai motivator. Teori makna (meaning theory)

53
dari Ausubel (Brownell dan Chazal) mengemukakan pentingnya
pembelajaran bermakna. Kebermaknaan yang di maksud adalah kegiatan
belajar lebih menarik, lebih bermanfaat, pernyataan konsep - konsep dalam
bentuk bagan, diagram atau peta sehingga tampak keterkaitan diantara konsep
- konsep yang diberikan, sehingga materi yang disampaikan akan lebih
mudah dipahami dan lebih tahan tahan lama diingat oleh peserta didik
sehingga hasil belajar lebih meningkat dari sebelumnya.
Salah satu model pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan
keaktifan dan daya nalar peserta didik untuk memahami konsep adalah model
pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI). Dimana peserta didik
dapat menimbulkan minat sekaligus kreativitas dan motivasi dalam
pembelajaran materi pokok matrik dan melatih peserta didik untuk berani
tampil menyajikan temuanya serta mengerjakan soal di papan tulis, sehingga
diharapkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik dapat meningkat.
Survey ini difokuskan pada upaya meningkatkan kemampuan berpikir
pada siswa SMA kelas X mata pelajaran matematika, khususnya pada materi
Matriks. Adapun proses pembelajaran, latar belakang responden, dan data-
data lain mengenai responden menjadi factor yang diselidiki dalam survey
kali ini.

B. Lokasi dan Subjek


Pelaksanaan survey ini bertempat di kelurahan Totaka, Kecamatan
Ujung Tanah, Kota Makassar. Subjek penelitian adalah siswa kelas X SMA
tahun pelajaran 2020/2021 yang berjumlah 4 orang.

C. Prosedur Survei
Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
(TAI) merupakan model pembelajaran yang mengikutsertakan peserta didik
secara langsung dalam menyimpulkan permasalahan yang ada dan diberikan
permasalahan baru untuk diselesiakan setiap peserta didik. Dengan demikian
diharapkan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI) hasil belajar Matematika peserta didik kelas
X SMA
Menurut David Kline (1980) umumnya penelitian survei dilakukan
untuk mengambil sebuah generalisasi dari pengamatan yang tidak terlalu
mendalam. Walaupun tidak seperti pada metode eksperimen yang
memerlukan kelompok kontrol, generalisasi pada penelitian survei yang
dilakukan dapat lebih akurat bila digunakan pada sampel yang mewakili
(representatif).

54
Metode ini dilakukan untuk mengetahui pegamatan secara lansung
terhadap suaru persoalan yang sedang dialami, pada tahap awal peneliti
membuat pertanyaan survey atau daftar pertanyaa yang akan digunakan
untuk mengukur pada saat pengumpulan data. Pada saat pertaanyaan
berlangsung responden membaca dan menjawab dengan memberi tanda pada
kuisioner tersebut.
Pada saat semua responden telah dimintai jawaban, peneliti akan
merangkum dari beberapa responden yang nantinya akan ditarik sebuah
kesimpulan berupa sebuah masalah yang dialami oleh responden dan
selanjutnya di angkat sebagai judul dalam laporan kali ini dengan sebuah
solusi yang menurut peneliti bisa memecahkan masalah tersebut.

55
BAB IV
PEMBAHASAN SURVEI
A. Persepsi Siswa Terhadap Mata Pelajaran Matematika
Pada persepsi siswa kelas X SMA peneliti mengambil 4 siswa sebagai
sampel dari populasi siswa kelas X. Hasil wawancara dari siswa tersebut
yaitu:
1. Andi Fachri : menurut Fahr matematika merupakan mata pelajaran
yang cukup sulit, dikarena ada beberapa faktor yang membuart
fahri tidak begitu menyukai matematika diantaranya cara
menjelaskan guru tersebut. Dimana gurunya menggunakan metode
konvensional (ceramah).
2. Ainun : menurut ainun matematika sangatlah sulit, karena
menurutnya pada saat menjelaskan berbeda dengan soal yang telah
diberikan.
3. Rezki husain: menurut rezki matematika merupakan mata pelajaran
yang mudah karena dia dapat mencerna apayang diberikan oleh
guru rizki dan rizki termasuk sangat menyukai pelajaran
matematika
4. Yulia nurmasyita: menurut yuli matematika itu tergantung
bagaimana cara guru tersebut menyampaikan materi yang ada,
dengan begitu yulia dapat memahami lebih mendalam materi yang
dijelaskan.karena selama ini dia selalu dibebani dengan rumus dan
teori yang di sampaikan oleh guru dengan metode konvensional
(ceramah).
B. Permasalahan Yang Dihadapi Siswa Dalam Proses Pembeajaran
Matematika
Setelah melakukan wawancara terhadap beberapa siswa kelas X
pada materi matriks, ditemukan beberapa permasalahan dalam proses
pembelajaran:
1. Persepsi siswa tentang mata pelajaran matematika.
Persepsi siswa terhadap mata pelajaran matematika dalam materi
matriks yakni adanya kesulitan dalam memahami konsep dasar matriks
itu sendiri dikarenakan kurangnya perhatian dalam pembelajaran dan
siswa tersebut kurang memahami pembelajaran tersebut dikarenakan
siswa tersebut tidak mengembangkan pola pikirnya, hanya tergantung
pada contoh soal yang diberikan. Hal ini menyebabkan kemalasan dan
menurunnya prestasi siswa.
Pada dasarnya, jika siswa tidak berpikiran bahwa matematika
adalah pelajaran yang sulit, maka seharusnya matematika bisa menjadi

56
salah satu mata pelajaran favorit yang dianggap mudah. Kita sudah
tahu bahwa matematika merupakan ilmu pasti. Dibanding mata
pelajaran lain, tentu saja matematika tergolong mudah bagi siswa yang
paham mengenai konsep dasar matematika itu sendiri.
2. Penggunakan metode pembelajaran yang kurang menarik
Dalam proses belajar mengajar, ketertarikan siswa terhadap proses
pembelajaran tentu merupakan salah satu hal yang mempengaruhi
proses belajar mengajar itu sendiri. Dalam hal ini, jika siswa kurang
tertarik dengan cara mengajar yang dilakukan oleh guru, maka
kebanyakan siswa tidak akan bisa menangkap dengan baik materi yang
disampaikan. Hal ini lah yang menjadi keluhan bagi beberapa siswa
kelas X SMA yang menganggap bahwa dia tidak dapat memahami
mata pelajaran matematika di kelasnya karena metode belajar dari guru
yang kurang menarik. Kurang menarik dalam hal ini, menurutnya yaitu
tidak terjadinya umpan balik antar siswa dan guru. Guru hanya
berfokus pada ceramah atau menjelaskan materi namun tidak meninjau
siswa-siswa.
C. Solusi Dari Masalah Yang Dihadapi Siswa Dalam Proses Belajar
Mengajar Pada Mata Pelajaran Matematika.
1. Persepsi siswa tentang mata pelajaran matematika.
Matematika adalah pengetahuan terstruktur, dimana sifat dan teori
dibuat secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan
atau tidak didefinisikan berdasarkan aksioma, sifat atau teori yang
telah dibuktikan kebenarannya. Matematka merupakan bahasa symbol
tentang berbagai gagasan dengan menggunakan istilah-istilah yang
didefinisikan secara cermat, jelas dan akurat.
Usaha yang dilakukan untuk memperbaiki persepsi siswa terhadap
mata pelajaran metematika di mulai dari dalam diri siswa tersebut.
Ketika terdapat kemauan yang besar terhadap diri siswa untuk
mempelajari matematika maka peluang besar telah terbuka. Pastinya,
perkembangan siswa membutuhkan perhatian lebih. Oleh karena itu
guru harus memperhatikan siswanya dan terus membantu siswa dalam
memahami materi baik pada jam pelajaran maupun diluar jam
pelajaran. Selain guru orang tuapun mempunyai peranan yang penting
dalam menumbuhkan minat belajar terhadap mata pelajaran
matematika. Interaksi antar siswa lain juga harus diciptakan, karena
dengan hal ini dapat menumbuhkan kegemaran siswa dalam belajar
dan dapat memperkaya wawasan dan sumber keilmuan antara siswa
satu dengan yang lain. Apalagi kalau di cermati, keberadaan siswa
sekolah dasar menjadi bagian dari pendidikan dasar yang menjadi

57
titim awal dan landasan dalam melanjutkan studi menuju pendidikan
menengah dan tinggi. Berdasarkan hal itu, pengembangan siswa
sekolah dasar mutlak diperlukan demi menciptakan pendidikan dasar
yang berkualitas dan bermakna.
2. Metode Pembelajaran

Untuk mengatasi masalah kejenuhan siswa atau kurang tertariknya


terhdapat proses pembelajaran dikarenakan metode yang digunakan,
maka guru harusnya bisa membaca situasi kelas. Adapun salah satu
model pembelajaran yang dapat digunakan yakni Model pembelajaran
Team Assisted Individualization (TAI), merupakan kombinasi
pembelajaran kelompok dan individual. Dalam model pembelajaran
TAI, peserta didik ditempatkan dalam kelompok – kelompok kecil (4
sampai 5 peserta didik) yang heterogen dan selanjutnya diikuti dengan
pemberian bantuan dari guru secara individu bagi yang
memerlukannya. Dengan pembelajaran kelompok diharapkan para
peserta didik dapat meningkatkan pikiran kritis, kreatif dan
menunbuhkan rasa sosial yang tinggi.

Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) adalah salah


satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan,
melibatkan, aktivitas seluruh peserta didik tanpa harus ada perbedaan
status, melibatkan peran peserta didik sebagai tutor sebaya dan
mengandung unsur permainan dan reinforcement. Model
pembelajaran kooperatif tipe ini menekankan bahwa individu yang
belum memahami materi merupakan tanggung jawab anggota
kelompok lain sehingga anggota yang sudah paham perlu memberikan
bantuan kepada anggota lain yang belum paham.

58
BAB V
KESIMPULAN dan SARAN

A. Kesimpulan
Pembelajaran matematika pada materi pokok matriks di kelas X SMA
dapat diselesaikan dengan menerapkan metode pembelajaran yang
berbasis aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Aktif
dimaksudkan dalam proses pembelajaran adalah guru harus menciptakan
suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif untuk bertanya,
mempertanyakan dan mengemukakan pendapat. Inovatif dimaksudkan
dalam proses pembelajaran diharapkan muncul ide-ide baru yang lebih
baik. Kreatif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus
mampu menciptakan kegiatan yang beragam serta mampu membuat alat
bantu yang sederhana yang dapat memudahkan pemahaman siswa. Efektif
yaitu selama pembelajaran berlangsung mewujudkan ketercapaian tujuan
pembelajaran, siswa menguasai kompetensi serta ketrampilan yang
diharapkan. Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang
menyenangkan dan nyaman . Bentuk pembelajaran tersebut salahsatunya
menggunakan metode Team Assisted Individualization (TAI).
Team Assisted Individualization (TAI) merupakan model
pembelajaran kooperatif, dimana siswa ditempatkan dalam tim belajar
kelompok beranggotakan 4 – 6 siswa secara heterogen baik jenis kelamin,
kecakapan dan kinerja. Team Assisted Individualization (TAI) merupakan
model pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk dapat menyelesaikan
permasalahan secara individual kemudian dilakukan saling memeriksa
jawaban teman dalam kelompoknya, melalui diskusi dalam kelompok itu
siswa memperoleh jawaban dari permasalahan matrik yang muncul. Hasil
diskusi kelompoknya dipertanggungjawabkan bersama dalam presentasi.
Kegiatan belajar Team Assisted Individualization (TAI) ini akan
menimbulkan siswa aktif baik dalam kegiatan individu, aktif dalam diskusi
kelompoknya, karena mereka tidak canggung apabila bertanya atau
mempertahankan pendapatnya. Langkah berikutnya guru memberikan
beberapa permasalahan matrik bentuk berbeda dikerjakan individu untuk
memperkuat hasil kesimpulan yang telah diperoleh. Diharapkan dengan
menggunakan metode Team Assisted Individualization (TAI) minat dan
antusias belajar siswa akan bertambah, menyenangkan, yang akhirnya
akan meningkatkan hasil belajar siswa.

59
B. Saran
Saran Sebagaimana hasil yang diperoleh dari penelitian, bahwa model
pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar peserta didik. Berdasarkan kenyataan yang
diperoleh, maka saran-saran yang dapat diberikan diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dapat menjadi
pertimbangan dalam pembelajaran untuk menjadikan motivasi, inovasi
dan variasi pada proses pembelajaran. Model pembelajaran ini dapat
meningkatkan keaktifan peserta didik serta cukup efektif untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik.
2. Hambatan yang perlu diperhatikan dari pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI) yang mungkin ditemui antara lain pengelolaan
kelas yaitu penentuan anggota kelompok dan penataan meja kelompok
memerlukan waktu relatif lama, lembar kerja peserta didik tercukupi
untuk setiap anggota kelompok, komunikasi peserta didik ketika
mengerjakan tugas merata untuk setiap kelompok. Untuk itu
perencanaan baik waktu, administrasi, ataupun pengelolaan kelas harus
di perhitungkan sebaik mungkin agar kendalakendala tersebut dapat
diminimalkan.

60
Daftar Pustaka

mariasmile920. (2012, October 31). Sejarah Penemu Ilmu Matriks. Retrieved May
9, 2021, from matematikamatematika website:
https://matematikamatematika.wordpress.com/2012/10/31/sejarah-penemu-ilmu-
matriks/
CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN TENTANG MATRIKS. (2017, January
24). Retrieved May 9, 2021, from AJAR HITUNG website:
https://www.ajarhitung.com/2017/01/contoh-soal-dan-pembahasan-
tentang_24.html
Dwi Wulandari. (2020). Matriks lengkap. Retrieved May 9, 2021, from
Academia.edu website: https://www.academia.edu/5622468/Matriks_lengkap

file:///C:/Users/Windows%2010/Downloads/Matriks.pdf

file:///C:/Users/Windows%2010/Downloads/materi%20defini%20matriks%20dan

%20jenis-jenis%20matriks.pdf

61

Anda mungkin juga menyukai