Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KEGIATANPENYULUHAN ANEMIA PADA REMAJA

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SURADE

1. Latar belakang
Remaja merupakan transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang
ditandai sejumlah perubahan biologis, kognitif, dan emosional. Perubahan biologis
yaitu pertambahan tinggi badan, perubahan hormonal, dan kematangan seksual.
Perubahan kognitif yang terjadi adalah meningkatnya berpikir abstrak, idealistik, dan
logis.Perubahan sosio emosional meliputi tuntutan untuk mencapai kemandirian,
konflik dengan orang tua dan keinginan untuk meluangkan waktu bersama teman
sebaya.Oleh karena itu, masa remaja adalah masa yang lebih banyak membutuhkan
zat gizi.

Remaja membutuhkan asupan zat gizi yang optimal untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Berdasarkan usia remaja dibagi menjadi tiga periode yaitu remaja
awal pada usia 10-13 tahun, remaja pertengahan pada usia 14-16 tahun, dan remaja
akhir pada usia 17-20 tahun. Puncak pertumbuhan remaja putri terjadi pada usia 12
tahun, sedangkan remaja putra terjadi pada usia 14 tahun (Indartanti, D, et al., 2014).
Perubahan fisik karena pertumbuhan yang terjadi akan mempengaruhi status
kesehatan dan gizi remaja. Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan dan
kecukupan akan menimbulkan masalah gizi, baik itu berupa masalah gizi lebih
maupun gizi kurang. Masalah gizi yang biasa dijumpai pada remaja antara lain,
anemia, obesitas, kekurangan energi kronis atau KEK, perilaku makan menyimpang
seperti anoreksia nervosa dan bulimia (Masthalina, Het al.,2015).

Kebutuhan gizi remaja relatif besar, karena remaja masih mengalami masa
pertumbuhan yang cepat. Selain itu, remaja umumnya melakukan aktivitas lebih
tinggi dibandingkan dengan usia lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih
banyak (Adriani, M., & Wijatmadi, B, 2012).

Seperti kebutuhan zat besi selama remaja akan meningkat, hal ini disebabkan
oleh perubahan volume darah dan masa eritrosit yang membesardan terjadinya
menstruasi khususnya pada remaja perempuan (Anderson, G.J., & McLaren, G.D,
2012).
Penentuan status besi individual atau populasi dapat dinilai dengan
mengukur jumlah besi dalam setiap kompartemen besi tubuh. Salah satu penilaian
status besi yang sering digunakan yaitu dengan cara mengukur kadar hemoglobin
di dalam tubuh (Macphail, P, 2014). Hemoglobin adalah senyawa protein yang
berfungsi untuk membawa oksigen padasel darah merah (Fomovska, A.,
McDade, T., Williams, S., Lindau, S.T.,2008). Kandungan hemoglobin yang
rendah dapat mengindikasikan anemia.Anemia adalah suatu kondisi secara
karakteristik terjadinya penurunan konsentrasi dari hemoglobin di dalam darah.
Hemoglobin dibutuhkan untuk membawa oksigen ke dalam jaringan dan organ di
dalam tubuh. Penurunan ketersediaan oksigen di dalam jaringan dan organ terjadi
ketika tingkat hemoglobin yang rendah sehingga menyebabkan timbulnya
beberapa gejala terjadi pada seseorang yang menderita anemia (Kariyeva, G.K.,
Magtymova, A., & Sharman, A., 2011). Anemia gizi disebabkan karena tidak tersedia
zat- zat gizi dalam tubuh yang berperan dalam pembentukan sel darah merah.Zat –zat
yang berperan dalam pembentukan sel darah merahialah protein, vitamin (asam folat,
vitamin B12, vitamin C & vitamin E) dan mineral (Fe dan Cu).Tetapi dari sekian banyak
penyebab, yang paling menonjol menimbulkan hambatan pembentukan sel darah merah
adalah kekurangan zat besi, asam folat, dan vitamin B12.Namun karena kekurangan
asam folat dan vitamin B12 jarang ditemukan pada masyarakat maka anemia gizi selalu
dikaitkan sebagai anemia kurang zat besi (Kesumasari,C, 2012). Anemia masih banyak
diderita oleh perempuan Indonesia. Pada tahun 1995, berdasarkan Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT), sekitar 57% anak perempuan (10-14 tahun) dan 39.5%
perempuan(15-45tahun)diketahuimenderitaanemia.
Penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan R.I pada tahun 1998/99 di 2
propinsi yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur yang meliputi 10 Kabupaten menemukan
bahwa sekitar 82% remaja putri mengalami anemia (Hb< 12 gr %) dan sekitar 70% calon
pengantin wanita juga mengalami hal yang sama. Sampel dalam penelitian tersebut
adalah 238 remaja putri dan 180 calon pengantin wanita.
2. Judul kegiatan
Kegiatan ini merupakan kegiatan penyuluhan yang berjudul anemia pada remaja
3. Tujuan kegiata
a. Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan remaja mampu memahami anemia penyebab dan cara
pencegahannya
b. Tujuan khusus
1) Remaja mampu menjelaskan tentang pengertian remaja dan pubertas.
2) Remaja mampu mejelaskan mengenai anemia dan angka kejadian anemia
3) Remaja mampu menjelaskan mengapa perempuan lebih rentan anemia dibanding
laki-laki.
4) Remaja mampu menjelaskan tanda gejala anemia, faktor yang menyebabkan anemia
pada remaja, pengaruh anemia terhadap kemampuan kognitif.
5) Remaja mampu menjelaskan bagaimana cara penanggulangan anemia.
4. Waktu dan tempat Kegiatan
Hari , tanggal : Sabtu, 10 April 2021
Jam : 09.00 WIB
Waktu : 40 Menit
Tempat : Posyandu Remaja
Peserta : Remaja yang datang ke posyandu
5. Metode penyuluhan
Penyuluhan dilakukan dalam bentuk pemaparan dalam bentuk edukasi dan pemaparan
pengertian, faktor resiko dan pencegahan anemia pada remaja.

Tabel 1. Metode penyuluhan


No Rincian kegiatan Waktu Kegiatan Media
yang di
klien
gunakan
1. Pembukaan 5 menit

a Salam pembuka a. Mendengarkan.


b. Memperkenalkan
b Memperkenalkan diri
diri, menyampaikan
c Menyampaikan maksud dan tujuan dari tujuan _
penyuluhan yang akan dilaksanakan. kedatangannya.

Penyampaian Materi Mendengarkan dan


2. 20 menit Leaflet
bertanya.
a. Menjelaskan tentang pengertian remaja dan dan
pubertas materi
b. Remaja mampu mejelaskan mengenai anemia
dan angka kejadian anemia
c. Menjelaskan mengapa perempuan lebih rentan
anemia dibanding laki-laki
d. Menjelaskan Tanda gejala anemia, Faktor yang
menyebabkan anemia pada remaja, Pengaruh
Anemia Terhadap Kemampuan Kognitif.
e. Remaja mampu menjelaskan bagaimana cara
penanggulangan anemia.

Remaja mampu
Evaluasi mengulang kembali
3. 10 menit _
penjelasan yang telah
diberikan dan menjawab
pertanyaan yang
diajukan oleh petugas
kesehatan. Memberikan
salam

Penutup
4. 5 menit

6. Materi

1. Pengertian remaja
Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa remaja yang
berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun (http//id.wikipedia.org/wiki/remaja)

2. Pengertian pubertas
Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan
pematangan fungsi seksual. Masa pubertas dalam kehidupan kita biasanya dimulai saat
berumur delapan hingga sepuluh tahun dan berakhir lebih kurang di usia 15 hingga 16
tahun. Pada masa ini memang pertumbuhan dan perkembangan berlangsung dengan
cepat. Pada perempuan pubertas ditandai dengan menstruasi pertama (menarche),
sedangkan pada laki-laki ditandai dengan mimpi basah.

3. Pengertian anemia
Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel
darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah
berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan
mereka mengangkut oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian
tubuh. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen
dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh .

4. Angka kejadian
Anemia masih banyak diderita oleh perempuan Indonesia. Pada tahun 1995,
berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), sekitar 57% anak perempuan
(10-14 tahun) dan 39.5% perempuan (15-45 tahun) diketahui menderita anemia.
Penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan R.I pada tahun 1998/99 di 2
propinsi yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur yang meliputi 10 Kabupaten menemukan
bahwa sekitar 82% remaja putri mengalami anemia (Hb< 12 gr %) dan sekitar 70% calon
pengantin wanita juga mengalami hal yang sama. Sampel dalam penelitian tersebut
adalah 238 remaja putri dan 180 calon pengantin wanita.

5. Perempuan lebih rentan anemia dibanding dengan laki-laki


Masyarakat indonesi umumnya lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati
disbanding hewani, sehingga masih banyak yang menderita anemia
Kebutuhan zat besi pada perempuan adalah 3 kali lebih besar daripada pada laki-
laki. Perempuan setiap bulan mengalami menstruasi yang secara otomatis mengeluarkan
darah. Itulah sebabnya perempuan membutuhkan zat besi untuk mengembalikan kondisi
tubuhnya kekeadaan semula. Hal tersebut tidak terjadi pada laki-laki. Selain itu wanita
yang sering melakukan diet atau pengurangan makanan karena ingin mendapatkan tubuh
yang ideal.
Demikian pula pada waktu kehamilan, kebutuhan akan zat besi meningkat 3 kali
dibanding dengan pada waktu sebelum kehamilan. Ini berkaitan dengan kebutuhan
perkembangan janin yang dikandungnya.

6. Tanda gejala anemia


a. mudah lelah, lesu, letih, lelah, dan tak berdaya
b. muka pucat,
c. tidak bersemangat,
d. mudah mengantuk, bawaan ingin tidur dan merasa lemas terus-terusan
e. dan mudah pusing, badan melayang-layang, dan otak sulit mencerna informasi
f. Pandangan berkunang-kunang
g. Bila terus berlanjut, bisa saja menyebabkan mudah tertular penyakit lain

7. Faktor yang menyebabkan anemia pada remaja


a. Rendahnya Pengetahuan dan Ilmu Kesehatan
Rendahnya pengetahuan para remaja terhadap isu kesehatan dan ilmu
kesehatan. Bagi mereka, kesehatan bukanlah hal utama yang harus menjadi
perhatian. Masih merasa muda sehingga tidak harus menjaga kesehatan.
b. Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi
c. Kurangnya zat besi, vitamn B 12, asam folat, vitamin C dalam makanan yang
dikonsumsi
d. Penyakit misalnya TBC, Hepatitis, gastritis, radang usus buntu dsb.
e. Pola hidup remaja berubah dari yang semula serba teratur menjadi kurang teratur,
misalnya sering terlambat makan atau kurang tidur.
f. Ketidakseimbangan antara asupan gizi dan aktifitas yang dilakukan.
g. Cacingan, terutama cacing tambang yang dapat menyebabkan perdarahan dalam
dinding usus meskipun sedikit tetapi terjadi secara terus menerus yang
menyebabkan kehilangan zat besi.
h. Mengurangi Porsi Makan
Keinginan untuk memiliki tubuh seperti peragawati dan para bintang
sehingga tidak mau makan banyak. Bila hal ini terus berlanjut, bisa
menyebabkan menderita anorexia nervosa, bulimia, dan penyakit ‘mental
disorder’ lainnya.
i. Minimnya Sosialisasi Gizi Khusus Remaja
Masalah ini bisa diatasi bila sejak kecil para orang tua dan orang-orang
dewasa di sekitar remaja memberikan contoh hidup sehat dan memberikan
pengetahuan memadai mengenai nutrisi dan ilmu gizi lainnya.

8. Pengaruh Anemia
a. Menurunkan daya tahan tubuh sehingga dapat remaja yang menderita anemia dapat
dengan mudah terserang penyakit.
b. Menghambat pertumbuhan fisik dan kecerdasan otak.
c. Taraf inteligensia: yaitu kemampuan untuk mencapai prestasi di sekolah dan
berbagai bidang kehidupan antara lain pergaulan sosial, teknis, perdagangan,
pengaturan rumah tangga.
d. Bakat khusus yaitu kemampuan yang menonjol di suatu bidang, misal matematika,
bahasa asing.
e. Organisasi kognitif menunjukkan materi yang sudah dipelajari, disimpan dalam
ingatan secara sistematis atau tidak.
f. Kemampuan berbahasa.
g. Daya fantasi, mempunyai kegunaan kreatif, antisipatif, rekreatif, dan sosial.
h. Gaya belajar.
i. Teknik atau cara belajar secara efisien dan efektif.

9. Penanggulangan anemia
Tindakan penting yang dilakukan untuk mencegah kekurangan besi antara lain
a. Konseling untuk membantu memilih bahan makanan dengan kadar besi yang cukup
secara rutin pada usia remaja.
b. Meningkatkan konsumsi besi dari sumber hewani seperti daging, ikan, unggas,
makanan laut disertai minum sari buah yang mengandung vitamin C (asam
askorbat) untuk meningkatkan absorbsi besi dan menghindari atau mengurangi
minum kopi, teh, teh es, minuman ringan yang mengandung karbonat dan minum
susu pada saat makan.
c. Suplementasi zat besi. Pemberian suplementasi besi pada remaja dosis 1
tablet/minggu.
d. Untuk meningkatkan absorbsi besi, sebaiknya suplementasi besi tidak diberi
bersama susu, kopi, teh, minuman ringan yang mengandung karbonat, multivitamin
yang mengandung phosphate dan kalsium.
e. Skrining anemia. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit masih merupakan pilihan
untuk skrining anemia defisiensi besi.

7. Evaluasi
Tanya jawab

1. Pertanyaan :Apakah saya tetap harus minum tablet tambah darah sedangkan tensi saya
normal
Jawaban : ya, tetap harus meminum tablet tambah darah, karna tablet tamabah darah sifat
nya mencegah, dan juga untuk diagnosis anemia di tetukan bukan oleh tensi darah
melainkan dari kadar Hemoglobin yang pemeriksaanya melalui pemeriksaan labolatorium
2. Pertanyaan : Apakah benar tablet tambah darah tidak boleh di minum berbarengan
dengan susu?
Jawaban : ya benar, tablet tambah darah diminum dengan menggunakan air putih,
dan lebih baik jika diminum berbarenga dengan minuman yang ada vitaminnya seperti (es
jeruk), tidak di anjurkan dengan susu dan kopi karana dapat mengganggu kegunaan dari
tablet tambah darah itu sendiri.
3. Pertanyaan : kenapa kalo minum tablet tambah darah , bab susah dan hitam.
Jawaban : bab hitam adalah efek samping dari tablet tambah darah, bahkan ada yang
merasa mual ketika minum tablet tambah darah, maka dari itu untuk mencegah anemia
tidak melulu dari tablet tambah darah, melainkan bisa dengan makanan yang kayak akan
zat besi.

8. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai